//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Nibbana, Atta & Anatta  (Read 42932 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Nibbana, Atta & Anatta
« on: 24 February 2009, 01:12:14 AM »

     "Atthangatassa na pamánam atthi
     Yena nam vajju tam tassa natthi
     Sabbesu dhammesu samúhatesu
     Samúhatá vádapathá pi sabbetii"

     (Suttanipáta, Upasívamánavapucchá)

     "Tentang dia yang telah pergi, tiada lagi ukuran
     Tentang dia tiada apa pun yang dapat dikatakan ada
     Ketika segala sesuatu telah tanggal seluruhnya
     Segala cara menyebut pun tanggal seluruhnya."



I. NIBBÁNA, ATTÁ, & ANATTÁ
oleh: Ñánavíra Thera

Adalah sebuah kesalahan umum utk menganggap bahwa sebuah kuantitas negatif sebagai ketidakadaan (nothing), dan kemudian, entah bagaimana, itu dianggap 'tidak ada'. Sebuah kuantitas negatif mendeskripsikan sebuah operasi pengurangan: pengurangan mengekspresikan perbedaan antara keadaan sebelumnya dan keadaan sesudahnya. Misalkan kita memiliki 8 jeruk dalam sebuah tumpukan, dan 3 jeruk tersebut diambil dan dimakan, maka hanyalah 5 jeruk yg tinggal; dan dengan membandingkan tumpukan sebelum jeruk2x itu diambil dgn tumpukan sesudah jeruk2x itu diambil, kita dapat mengatakan tumpukan yg sekarang adalah tumpukan sebelumnya 'minus 3 jeruk'. Perbedaan kedua tumpukan itu diekspresikan sebagai sebuah kuantitas negatif, tapi tidak seorangpun mengatakan bahwa perbedaannya 'tidaklah ada'. Bahkan jika semua jeruk diambil sehingga tidak ada yg tersisa, sebuah perbandingan memberikan perbedaan sebagai minus delapan, bukan sebagai tidak ada; dan lagi, perbedaan itu bukanlah sebuah fiksi.

Dg cara yg persis, sebuah pernyataan bahwa nibbána, atau kepadaman, adalah negatif, itu adalah sebuah penghancuran atau sebuah ketidak hadiran atau sebuah pengakhiran, tidak berarti bahwa ia 'tidak eksis', tidak juga berarti bahwa ada sesuatu yg mistik atau tidak nyata, bukan pula berarti tidak ada apa-apa; sederhananya, seperti yg kita lihat, nibbána adalah perbedaan mendasar antara keadaan sebelumnya dg keadaan sesudahnya, antara seorang biasa dan seorang arahat.

Apa yg Sang Buddha katakan tentang nibbána? Kita akan sulit menemukan deskripsi yg lebih lengkap daripada yg ditawarkan Sutta berikut.

     Vuttam hetam bhagavatá arahatáti me sutam. Dvemá
     bhikkhave nibbánadhátuyo. Katamá dve. Saupádisesá ca nibbánadhátu
     anupádisesá ca nibbánadhátu. Katamá ca bhikkhave saupádisesá
     nibbánadhátu. Idha bhikkhave bhikkhu araham hoti khínásavo
     vusitavá katakaraníyo ohitabháro anuppattasadattho
     parikkhínabhavasamyojano sammadaññávimutto. Tassa titthanteva
     pañcindriyáni, yesam avighátattá manápámanápam paccanubhoti,
     sukhadukkham patisamvediyati. Tassa yo rágakkhayo dosakkhayo
     mohakkhayo, ayam vuccati bhikkhave saupádisesá nibbánadhátu.
     Katamá ca bhikkhave anupádisesá nibbánadhátu. Idha bhikkhave
     bhikkhu araham hoti khínásavo vusitavá katakaraníyo ohitabháro
     anuppattasadattho parikkhínabhavasamyojano sammadaññávimutto.
     Tassa idheva bhikkhave sabbavedayitáni anabhinanditáni
     sítibhavissanti, ayam vuccati bhikkhave anupádisesá nibbánadhátu.

     Imá kho bhikkhave dve nibbánadhátuyoti.
     Etam attham bhagavá avoca, tatthetam iti vuccati:

     Duve imá cakkhumatá pakásitá
     Nibbánadhátú anissitena tádina,
     Eká hi dhátu idha ditthadhammika
     Saupádisesá bhavanettisankhayá,
     Anupádisesá pana samparáyiká
     Yamhi nirujjhanti bhaváni sabbaso.
     Ye etad aññáya padam asankhatam
     Vimuttacittá bhavanettisankhayá,
     Te dhammasárádhigamá khaye ratá
     Pahamsu te sabbabhaváni tádinoti.

     Ayam pi attho vutto bhagavá iti me suttanti.

     (Itivuttaka, Dukanipáta, II,7)

     "Saya mendengar ini dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahat:
     'Para bhikkhu, ada dua Unsur Kepadaman (nibbaanadhaatu). Apakah
     yang dua itu? Unsur Kepadaman Dengan Sisa (saupaadisesaa) dan
     Unsur Kepadaman Tanpa Sisa (anupaadisesaa).

     Para bhikkhu, yang manakah Unsur Kepadaman Dengan Sisa? Para
     bhikkhu, seorang bhikkhu adalah Arahat, yang arus kotoran batinnya
     (asava) telah musnah, yang telah menjalani hidup dan melakukan apa
     yang harus dilakukan, telah meletakkan beban, mencapai
     kesejahteraannya sendiri, memusnahkan kelekatan pada kehidupan,
     yang bebas melalui pemahaman benar. Di dalam dirinya tersisa lima
     daya (indriyaa); karena belum hancur ia menderita hal-hal yang enak
     dan yang tidak enak, ia mengalami hal-hal yang nikmat dan yang
     menyakitkan. Musnahnya nafsu, kebencian dan ketidaktahuan, para
     bhikkhu, itulah yang dinamakan Unsur Kepadaman Dengan Sisa.

     Para bhikkhu, yang manakah Unsur Kepadaman Tanpa Sisa? Para
     bhikkhu, seorang bhikkhu adalah Arahat ...(dst)... Para bhikkhu, semua
     perasaannya, yang tidak lagi menyenangi apa yang ada di sini
     sekarang, akan menjadi dingin; inilah, para bhikkhu, yang dinamakan
     Unsur Kepadaman Tanpa Sisa.

     Inilah, para bhikkhu, kedua Unsur Kepadaman.'

     Sang Bhagava mengucapkan kata-kata itu. Ini pula yang dikatakannya:

     'Kedua Unsur Kepadaman ini telah dijelaskan Oleh Yang Tak
     Terbelenggu, Sang Suci, Sang Waspada:
     Di sini, melalui penghancuran semua yang membawa pada keberadaan,
     Satu Unsur Dengan Sisa masih ada, dalam hidup ini;
     Dan satu Unsur Tanpa Sisa, yang akan datang
     Di mana makhluk-makhluk (eksistensi) semuanya berakhir.
     Batin mereka yang mengetahui keadaan tak terbentuk ini
     Bebas, melalui penghancuran semua yang membawa pada kehidupan:
     Intisari Ajaran tercapai, orang-orang ini bersukacita
     Dalam penghancuran, segala keberadaan ditanggalkan.'

     Kata-kata ini juga diucapkan oleh Sang Bhagava, demikian kudengar."



Kelima khandhá, atau kelompok, yg membentuk sebuah mahkluk hidup bersama dg seluruh pengalamannya akan dunia, berada dalam sebuah kondisi perubahan terus-menerus. Mereka secara berkesinambungan muncul dan lenyap kembali, dan walaupun tubuh tampak dalam perubahan lebih lambat, perubahan pada bathin dapat dilihat susul-menyusul dalam urutan yg cepat; selama ada rága, dosa dan moha, atau nafsu, kebencian dan delusi, belum dihancurkan, kelima kelompok ini akan terus muncul dari kehidupan yg satu ke kehidupan yg lain.

     Rágam appaháya dosam appaháya moham appaháya na
     parimuccati játiyá....

     (Anguttara II,i,6)
   
     Tanpa meninggalkan nafsu, kebencian, dan delusi, tidak ada yg bebas
     dari kelahiran...

   
Arahat adalah orang yg telah berhasil dalam menghancurkan, selamanya, nafsunya, kebencian dan delusi: penghancuran ini, seperti yg kita lihat, dikenal sebagai saupádisesá nibbánadhátu, atau Unsur Kepadaman dg Sisa. Yg tersisa -- dikarenakan nafsu, kebencian, dan delusi yg dulu -- terdiri dari lima indra Arahat -- mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh -- mengakibatkan ia dapat mengalami sensasi menyenangkan dan menyakitkan selagi ia hidup. Namun ia tidak bersukacita  ataupun terpengaruh dalam berbagai perasaan itu, karena ia telah menghancurkan nafsu, kebencian, dan delusi; dan ketika ia mati perasaan inipun berakhir. Bisa dikatakan: kelima indranya hancur ketika kematian, dan karena telah memusnahkan nafsu, kebencian, dan delusi, ia terbebas dari kelahiran; indra-indranya tidak akan muncul lagi sebagai eksistensi, dan konsekuensinya tidak ada lagi sensasi baru yg bergantung pada itu -- dg kata lain, perasaannya 'akan menjadi dingin':

     Seyyathápi bhikkhave telañca paticca vattiñca teladípo
     jháyeyya, tasseva telassa ca vattiyá ca pariyádáná anáháro
     nibbáyeyya; evameva kho bhikkhave bhikkhu káyapariyantikam
     vedanam vediyamáno, Káyapariyantikam vedanam vediyámíti pajánáti,
     jívitapariyantikam vedanam vediyamáno, Jívitapariyantikam vedanam
     vediyámíti pajánáti, Káyassa bhedá uddham jívitapariyádáná idheva
     sabbavedayitáni anabhinanditáni sítibhavissantíti pajánátíti.

     (Vedaná Samyutta, 7)

     Bhikku, seperti sebuah lampu minyak yg bergantung pada minyak dan
     sumbu, dan sesederhana ketika kehabisan minyak dan sumbu, sehingga
     tanpa pendukung, lampu tersebut padam; Demikianlah, bhikkhu, ketika
     seorang bhikkhu merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya
     merasakan tubuh ini akan berakhir', dan ketika ia merasakan hidupnya
     akan berakhir, ia mengerti 'saya merasakan hidup ini akan berakhir', dan
     dia mengerti 'Dengan berakhirnya tubuh ini dan dengan berakhirnya
     hidup ini, semua perasaan tidak bersukacita di dalamnya, di sini dan
     sekarang akan menjadi dingin'.

   
Bukan hanya perasaan2 yg berakhir ketika kematian seorang arahat, namun kelima kelompok, tercerai, dan tidak pernah muncul lagi:

     Abhedi káyo, nirodhi saññá, vedaná sítibhavimsu sabbá,
     Vúpasamimsu sankhárá, viññánam attham agamáti.

     (Udána, VIII,9)

     Tubuh hancur, pencerapan berakhir, semua perasaan menjadi dingin,
     Bentukan mental reda sepenuhnya, kesadaraan mati.


Inilah yg disebut anupádisesá nibbánadhátu, atau Unsur Kepadaman Tanpa Sisa.

Hal yg penting utk diketahui pada kedua Unsur Kepadaman ini adalah keduannya merupakan penghancuran atau pengakhiran. Unsur Kepadaman Dengan Sisa adalah penghancuran nafsu, kebencian dan delusi: inilah yg dihancurkan, bukan sisanya -- indra-indra -- bukan pula sensasi yg bergantung pada itu, inilah yg disebut Unsur Kepadaman. (Sama halnya dengan absennya penyakit kita sebut 'sehat', dan bukan tubuh itu sendiri yg dapat dikatakan 'memiliki kesehatan' atau 'menjadi sehat'.) Kehancuran ini, kemudian, adalah permanen, karena nafsu, kebencian dan delusi telah dihancurkan, tidak pernah muncul lagi dalam hidup ini ataupun sesudahnya: dan juga, karena keberadaan ketiga hal ini adalah perlu agar penderitaan batin dapat muncul, penghancuran ini, Unsur Kepadaman, adalah menyenangkan, dalam artian absennya penderitaan batin adalah menyenangkan. (Penderitaan fisik, seperti yg kita lihat, tidak terpengaruh sepanjang, indra2 masih ada) Dengan Unsur Kepadaman Tanpa Sisa, sisanya -- indra2 -- yg sebelumnya tidak hancur, sekarang hancur, dan akhirnya kelima kelompok berakhir utk muncul. Kepadaman ini sendiripun -- pengakhiran final -- bersifat permanen, dan menyenangkan dalam artian absennya seluruh perasaan baik itu batin maupun fisik.

     Tatra kho áyasmá Sáriputto bhikkhú ámantesi, Sukham idam ávuso
     nibbánam, sukham idam ávuso nibbánanti. Evam vutte áyasmá Udáyi
     áyasmantam Sáriputtam etad avoca, Kim panettha ávuso Sáriputta
     sukham yad ettha natthi vedayitanti. Etad eva khvettha ávuso sukham
     yad ettha natthi vedayitam.

     (Anguttara IX,34)

     YM Sáriputta mengatakan kepada bhikkhu, 'Kepadaman ini sahabat,
     adalah menyenangkan.' Ketika ini dikatakan, YM Udáyi berkata kepada
     YM Sáriputta, 'Tapi, sahabat Sáriputta, apa yg menyenangkan di sini,
     berhubung tidak ada perasaan?'
     'Karena itulah, sahabat, menyenangkan di sini, bahwa di sini tidak ada
     perasaan.'

   
Jadi, tidak satupun dari kedua Unsur Kepadaman ini yg dikatakan mengandung atau teridir dari semua atau salah satu dari lima kelompok; keduanya dinyatakan dalam pengertian absennya hal2 yg tidak diinginkan; keduanya adalah permanen dan menyenangkan. Maka Nibbána atau kepadaman, adalah negatif, sebagaimana 'minus tiga jeruk' adalah negative; tetapi seperti halnya di sana harus ada tumpukan jeruk terleih dahulu sebelum kita dapat mengatakan 'minus tiga jeruk', harus ada sebuah mahkluk hidup yg penuh oleh nafsu, kebencian dan delusi terlebih dahulu, sebelum kita dapat mengatakan 'nibbána'. Nibbána bukanlah tidak ada apa-apa: itu adalah sebuah pengakhiran dari proses eksistensi.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #1 on: 24 February 2009, 01:13:07 AM »

     Bhavanirodho nibbánam, bhavanirodho nibbánanti.
     (Anguttara X,6)

     Kepadaman adalah akhir dari menjadi! Kepadaman adalah akhir dari menjadi!


Dan apakah ini bukan pemusnahan? Ya, memang begitu, itu akan terlihat demikian bagi orang yg meyakini ada sesuatu yg permanen dan tidak berubah dalam diri yg akan dimusnahkan:

     Siyá nu kho bhante ajjhattam asati paritassanáti. Siyá bhikkhúti
     bhagavá avoca. Idha bhikkhu ekaccassa evam ditthi hoti, So loko so
     attá so pecca bhavissámi nicco dhuvo sassato aviparinámadhammo
     sassatisamam tatheva thassámíti. So sunáti tathágatassa vá
     tathágatasávakassa vá sabbesam
     ditthitthánádhitthánápariyutthánábhinivesánusayánam samugghátáya
     sabbasankhárasamatháya sabbúpadhipatinissaggáya tanhakkhayáya
     virágáya nirodháya nibbánáya dhammam desentassa. Tassa evam hoti:
     Ucchijjissámi náma su, vinassissámi náma su, na su náma bhavissámíti.
     So socati kilamati paridevati, urattálim kandati, sammoham ápajjati.
     Evam kho bhikkhu ajjhattam asati paritassaná hotíti.

     (Majjhima 22)
   
     'Mungkinkah ada kecemasan akan ketiadaan diri, Bhante?'
     'Mungkin, bhikkhu', jawab Sang Bhagava. 'Bhikkhu, ketika seseorang
     menggenggam pandangannya, "inilah dunia, inilah diri; ketika aku harus
     pergi aku akan permanen, tetap, kekal, bukan subjek perubahan; dan
     seperti inilah aku tetap ada, selama2nya". Dia mendengar Tathagata
     atau pengikutnya mengajarkan dhamma utk mencabut semua padangan2,
     obsesi, dorongan dan kecenderungan utk menenangkan semua bentukan,
     utk penghancuran nafsu, utk meredakan gairah, utk pengakhiran, utk
     kepadaman. Akan terpikir olehnya, "Aku akan terputus! Aku akan lenyap!
     Aku akan tidak ada lagi!" Ia akan sedih, murung, meratap, memukul
     dadanya dan menangis, ia jatuh dalam kebingungan. Jadi, bhikkhu,
     memang terdapat kecemasan tentang ketiadaan secara batiniah.'"

 
Hanya ketika dunia dari kelima kelompok ini tidak dianggap sebagai permanen dan diri yg tidak berubah (dan kita akan lihat bagaimana ide akan diri ini adalah pandangan yg salah terhadap kelima kelompok), hanya ketika itu kepadaman dari keberadaan tidak tampak sebagai pemusnahan diri.

Kotbah kedua Buddha kepada 5 bhikkhu pertama, Anattalakkhana Sutta (Khandha Samytta 59), adalah salah satu dari sutta2 yg dikenal baik, dan tidak seorangpun dewasa ini mempermasalahkan Buddha menolak adanya atta, diri atau jiwa, dalam kelima kelompok. Tetapi kepercayaan akan diri begitu kuat, dan sulit utk ditinggalkan; dan banyak orang, melarang mencari diri dalam kelima kelompok ini, namun berharap menemukannya di luar; dan mereka kadang2 berpikir nibbana pasti mengandung atau adalah atta.

Dalam berpikir nibbana adalah atta, ada 2 kesalahan yg dibuat. Yg pertama dapat dilihat dari teks ini:

     Ye hi keci bhikkhave samaná vá bráhmaná va anekavihitam attánam
     samanupassamáná samanupassanti, sabbe te pañcupádánakkhandhe
     samanupassanti, etesam vá aññataram.

     (Khandha Samyutta 47)

    Para pertapa dan brahmana, bhikkhu, yg berpikir diri dalam berbagai
     bentuk, mereka semua berpikir dalam kelima kelompok kelekatan atau
     salah satu darinya.


Segala pikiran mengenai diri, apakah disadari ataupun tidak, berpikir mengenai kelima kelompok kelekatan; dan berpikir nibbana adalah atta seperti berpikir nibbana adalah salah satu atau lebih dari kelima kelompok.

Kesalahan kedua adalah mempercayai bahwa ada diri yg sebenarnya. Teks berikut akan menjawab keraguan mengenai masalah ini:

     Ahañ cánanda Vacchagottassa paribbájakassa, Atthattáti puttho
     samáno, Attháttati vyákareyyam; api nu me tam anulomam abhavissa
     ñánassa upádáya, Sabbe dhammá anattáti.
     No hetam bhante.

     (Avyákata Samyutta 10)

    'Jika, Ananda, ketika ditanya, "Apakah diri ada?", dan saya menjawab
     pengelana Vacchagotta, "Diri ada"; akankah ini sesuai dengan
     pengetahuan yg kumiliki, "Semua adalah bukan diri"?'
     'Tidak, Bhante.'


Bagaimanapun penjelasan sabbe dhammá anattá (hal ini akan kita bahas berikutnya), suatu jawaban pembenaran terhadap pertanyaan, "Apakah 'diri' ada?" tidak akan sesuai dengan pengetahuan Sang Buddha.

Ini sudah cukup jelas bahwa tidak dapat dikatakan 'nibbána adalah attá'.

Tergantung apakah air ada atau tidak, sehelai pakaian dapat dikatakan basah ataupun kering; tidak ada kemungkinan ketiga: dan kelihatannya alternatif ini berlaku utkk segalanya. Apapun yg tidak basah pasti kering; apapun yg tidak kering pasti basah. Dengan demikian, apapun yg bukan atta pastilah anatta, dan apapun yg bukan anatta pasti atta. Karena kita tidak bisa mengatakan 'nibbana adalah atta', mungkin saja diikuti bahwa nibbana pastilah anatta. Sekarang misalkan sebuah lubang dibuat pada pakaian tadi dg menggunting sebagian kecil di tengah: tidak perduli pakaian itu basah atau kering, lubang tersebut, tidak basah dan tidak kering. Sebuah lubang adalah negatif, absennya beberapa subtansi material -- dalam hal ini, serat katun --, dan kita tidak dapat mengenakan sifat2, seperti basah ataupun kering, yg seharusnya digunakan pada subtansi materi aktual. Nibbana, seperti halnya lubang pada pakaian itu, adalah negatif, absennya apa yg sebelumnya ada; dan atta dan anatta hanya dapat dipakai -- atta salah, anatta benar -- pada yg positif, kelima kelompok. Percobaan utk mengenakan atribut ini pada nibbana mengantarkan kita pada absurditas, sebagaimana kita lihat dalam Anattalakkhana Sutta (Khandha Samyutta 59) yg diganti menggunakan nibbana sebagai pengganti kelima kelompok:

     Nibbánam bhikkhave anattá. Nibbánañca hidam bhikkhave attá
     abhavissa, na yidam nibbánam ábádháya samvatteyya, labbhetha ca
     nibbáne, Evam me nibbánam hotu, evam me nibbánam má ahosíti.
     Yasmá ca kho bhikkhave nibbánam anattá, tasmá nibbánam ábádháya
     samvattati, na ca labbhati nibbáne, Evam me nibbánam hotu, evam me
     nibbánam má ahosíti.


     Nibbana, bhikkhu, adalah bukan diri. Jika nibbana adalah diri, bhikkhu,
     maka nibbana tidak akan menghasilkan penderitaan, dan orang bisa
    mendapatkan nibbana, 'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak
     begitu'. Dan memang, bhikkhu, nibbana adalah bukan diri, jadi nibbana
     menghasilkan penderitaan, dan tidak seorangpun mendapat nibbana,
     'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak begitu.'

   
Utk mengatakan nibbana adalah atta artinya kita dapat mengubah nibbana kita agar sesuai dengan selara kita, yg mana adalah ide yg aneh: tetapi utk mengatakan nibbana adalah anatta, dalam keterburuburuan memperbaiki kesalahan pandangan bahwa nibbana adalah atta, juga berarti menyatakan nibbana membawa penderitaan -- perubahan, kelapukan, dan kematian --; dan kita akan terbebas dari api, tetapi masuk ke panci penggorengan. Siapa yg memandang bahwa nibbana adalah atta, mereka membuat dua kesalahan -- mereka salah mengerti nibbana, dan mereka percaya dalam pada realitas atta. Tetapi walaupun seseorang menganggap bahwa nibbana adalah anatta mungkin tidak mempercayai adanya diri, atau mungkin mereka tidak akan percaya itu, mereka masih mengacaukan nibbana, disadari ataupun tidak, dengan kelima kelompok.

Jika diingat, bahwa atta yg permanen hanya dapat dipikirkan dalam hubungannya dengan kelima kelompok; itu, kenyataannya, adalah pemikiran yg salah, karena itu adalah sebuah jebakan ontologis, sebuah khayalan, ilusi 'aku ada'; bahwa kelima kelompok karenanya tanpa atta, atau dasar/inti yg tidak berubah; kemudian karena mereka tanpa dasar atau inti yg tetap, mereka tidak kuasa menahan ketidak kekalan dan tidak terhindarkan 'menghasilkan penderitaan' -- berubah, lapuk dan mati --; dan bahwa ketidakmampuan menghadapi perubahan ini adalah karakteristik dari anatta: dan jika diingat juga bahwa nibbana tidak terdiri dari kelima kelompok dan permanen, -- maka tidaklah sulit utk melihat mengapa tidak ada yg disebut atta, dan mengapa kelima kelompok adalah anatta, dan mengapa nibbana tidak dapat dikatakan keduanya.

Yg pasti, pernyataan oleh Buddha bahwa nibbana adalah atta atau nibbana adalah anatta tidak ditemukan dimanapun di dalam Sutta.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #2 on: 24 February 2009, 05:00:42 AM »

Yg pasti, pernyataan oleh Buddha bahwa nibbana adalah atta atau nibbana adalah anatta tidak ditemukan dimanapun di dalam Sutta.

kutipan Anatta-lakkhana sutta :

"Setiap fenomena nama-rupa apa pun ... dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Melihat demikian, murid yang ariya ... berpaling dari nama-rupa. Setelah berpaling, dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini.'
"

bagaimana dengan anattalakkhana sutta dihubungkan dengan nibbana ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #3 on: 24 February 2009, 09:06:01 AM »
kutipan dari bhavaviveka vs hinayana :
makanya dibilang 'awam melihat keterkondisian bukan suatu khayalan', 'sebab belum dapat melihat kenyataan kebenaran sesungguhnya sebagai suatu kesementaraan, belum dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, meskipun berpengetahuan atau membilang yang terkondisi bersifat anicca dukkha anatta.'
sehingga membacapun menimbulkan kebingungan/kekacauan/kerancuan melihat apa sih yang tertulis sebenarnya?.


Apa penyebabnya nanti akan saya jelaskan. Sehingga sesungguhnya meskipun (seolah-olah) mereka (umat/murid) yang bijaksana tahu atau berpengetahuan luas atau dalam, sesungguhnya semua (yang belum tercerahkan) tetap terjebak berada didalam pengetahuan pengalaman sebatas atau dibatasi kekhayalan saja (khayal) atau bahkan mencari-cari jalan pembebasan diluar, keyakinan yang disebut takhayul oleh guru Buddha.

good hope and love
coedabgf
« Last Edit: 24 February 2009, 09:24:00 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #4 on: 24 February 2009, 09:26:14 AM »
kutipan Anatta-lakkhana sutta :

"Setiap fenomena nama-rupa apa pun ... dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'

sebelumnya formatnya adalah:

     [nama & rupa], bhikkhu, adalah bukan diri. Jika [nama & rupa] adalah diri, bhikkhu,
     maka [nama & rupa] tidak akan menghasilkan penderitaan, dan orang bisa
     mendapatkan [nama & rupa], 'Biarlah [nama & rupa]ku begini, biarlah [nama & rupa]ku tidak
     begitu'. Dan memang, bhikkhu, [nama & rupa] adalah bukan diri, jadi [nama & rupa]
     menghasilkan penderitaan, dan tidak seorangpun mendapat [nama & rupa],
     'Biarlah [nama & rupa]ku begini, biarlah [nama & rupa]ku tidak begitu.'

di sini dijelaskan bahwa karena [nama & rupa] adalah bukan diri, maka menghasilkan penderitaan.
jika dikatakan nibbana adalah bukan diri, maka kita coba saja gantikan [nama & rupa] di teks itu menjadi nibbana. maka akan menghasilkan kebinggungan bahwa [nibbana] menghasilkan penderitaan... (ini adalah teks yg dimodifikasi dg nibbana, bukan teks sebenarnya dalam Anatta lakkhana sutta... tujuannya hanya menunjukkan bahwa tidak tepat menempatkan nibbana pada anatta)

     Nibbana, bhikkhu, adalah bukan diri. Jika nibbana adalah diri, bhikkhu,
     maka nibbana tidak akan menghasilkan penderitaan, dan orang bisa
     mendapatkan nibbana, 'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak
     begitu'. Dan memang, bhikkhu, nibbana adalah bukan diri, jadi nibbana
     menghasilkan penderitaan
, dan tidak seorangpun mendapat nibbana,
     'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak begitu.'
« Last Edit: 24 February 2009, 09:27:51 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #5 on: 25 February 2009, 03:24:51 AM »
berpaling dari nama-rupa. Setelah berpaling, dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini.'"

berpaling dari nama-rupa. = realitas An-atta, mengalami An-atta...

disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, = nibbana...

Jadi Nibbana = realitas An-atta = mengalami An-atta sebenarnya = aplikasi An-atta sebenarnya dan sepenuhnya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #6 on: 25 February 2009, 03:35:36 AM »

sebelumnya formatnya adalah:

     [nama & rupa], bhikkhu, adalah bukan diri. Jika [nama & rupa] adalah diri, bhikkhu,
     maka [nama & rupa] tidak akan menghasilkan penderitaan, dan orang bisa
     mendapatkan [nama & rupa], 'Biarlah [nama & rupa]ku begini, biarlah [nama & rupa]ku tidak
     begitu'. Dan memang, bhikkhu, [nama & rupa] adalah bukan diri, jadi [nama & rupa]
     menghasilkan penderitaan, dan tidak seorangpun mendapat [nama & rupa],
     'Biarlah [nama & rupa]ku begini, biarlah [nama & rupa]ku tidak begitu.'

di sini dijelaskan bahwa karena [nama & rupa] adalah bukan diri, maka menghasilkan penderitaan.
jika dikatakan nibbana adalah bukan diri, maka kita coba saja gantikan [nama & rupa] di teks itu menjadi nibbana. maka akan menghasilkan kebinggungan bahwa [nibbana] menghasilkan penderitaan... (ini adalah teks yg dimodifikasi dg nibbana, bukan teks sebenarnya dalam Anatta lakkhana sutta... tujuannya hanya menunjukkan bahwa tidak tepat menempatkan nibbana pada anatta)

     Nibbana, bhikkhu, adalah bukan diri. Jika nibbana adalah diri, bhikkhu,
     maka nibbana tidak akan menghasilkan penderitaan, dan orang bisa
     mendapatkan nibbana, 'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak
     begitu'. Dan memang, bhikkhu, nibbana adalah bukan diri, jadi nibbana
     menghasilkan penderitaan
, dan tidak seorangpun mendapat nibbana,
     'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak begitu.'


saya kira tidaklah tepat dengan "menggantikan" [nama-rupa] dengan nibbana ke dalam pernyataan di atas. [nama-rupa] menghasilkan penderitaan jikalau dilekati sehingga timbul pemahaman akan "atta"/diri dan menganggap [nama-rupa] sebagai diri. Sepanjang ada [nama-rupa] maka penderitaan (minimal penderitaan fisik akan tetap muncul karena ketidakkekalan / anicca) muncul, tetapi walaupun penderitaan diakibatkan oleh konsekuensi [nama-rupa], seorang individu masih dapat merealisasikan nibbana/pembebasan dengan sisa. (nibbana ketika hidup / arahat hidup / living buddha)

nibbana secara sempurna direalisasikan setelah parinibbana (nama-rupa terurai) dimana ketika nibbana dengan sisa itu penderitaan bathin "terhenti", maka setelah parinibbana maka penderitaan fisik (akibat konsekuensi anicca pada faktor rupa) itu juga "terhenti".
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #7 on: 25 February 2009, 04:57:02 AM »
Quote
saya kira tidaklah tepat dengan "menggantikan" [nama-rupa] dengan nibbana ke dalam pernyataan di atas. [nama-rupa] menghasilkan penderitaan jikalau dilekati sehingga timbul pemahaman akan "atta"/diri dan menganggap [nama-rupa] sebagai diri.

dalam Anatta-lakkhana Sutta dikatakan:

"Dan memang bhikkhu, [ x ] adalah anatta, jadi [ x ] menghasilkan penderitaan..."

pemahaman saya adalah [ x ] menghasilkan penderitaan karena [ x ] adalah anatta. [ x ] di sutta ini tentu saja adalah [nama & rupa].

justru sebaliknya, jika [ x ] adalah atta (dalam artian inti yg tidak mengalami perubahan, inti yg kekal), maka [ x ] tidak akan menghasilkan penderitaan sesuai dg kalimat Buddha berikut ini:

Jika [ x ] adalah diri, bhikkhu, maka [ x ] tidak akan menghasilkan penderitaan, ...

Quote
berpaling dari nama-rupa. = realitas An-atta, mengalami An-atta...
saya setuju bahwa nibbana adalah menerima realitas anatta dalam artian bahwa nama & rupa adalah anatta, bukan atta. namun tidak berarti nibbana (kepadaman) itu sendiri dapat dikategorikan anatta bukan?

nibbana sendiri berarti padam, & bukan apa yg tersisa setelah padamnya. jika kita analogikan sebagai lilin. lilin dapat dikatakan anatta (ataupun atta). namun padamnya lilin tentu saja tidak dapat dikategorikan anatta (ataupun atta). mengenai sisanya "lilin yg telah padam" bisa saja dikatakan anatta (ataupun atta).
bagaimana menurutmu?
« Last Edit: 25 February 2009, 05:08:15 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #8 on: 25 February 2009, 11:03:59 AM »
Walaupun nibbana tidak dapat serta merta disamakan dengan an-atta, tetapi yang pasti nibbana tidak dapat didekati dengan konsep atta. Dengan konsep an-atta serta realitas an-atta itulah nibbana tercapai.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #9 on: 25 February 2009, 11:12:02 AM »
nibbana adalah merdeka dari pikiran dan raga
merdeka dari kondisi (kondisi dan bukan kondisi) jadi apa yang bisa disamakan dengan nibanna
berarti masi dua-liatas kan

Buddha: One neither fabricates nor mentally fashions for the sake of becoming or un-becoming. This being the case, one is not sustained by anything in the world (does not cling to anything in the world). Unsustained, one is not agitated. Unagitated, one is totally unbound right within.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.140.than.html

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #10 on: 25 February 2009, 11:41:45 AM »
yuuppp, berarti nibbana kan harusnya gak bisa dijelaskan dengan dualitas [kondisi dan bukan kondisi]

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #11 on: 25 February 2009, 11:45:08 AM »
kalau nibbana dibahas secara paramatha dhamma, memang tidak dapat dibahas, karena melampaui semua kondisi dualitas.

Tetapi kita disini semua membahas nibbana secara pannati dhamma (ajaran yang diturunkan dan bisa menuntun pada pembebasan)...

Jika paramatha dhamma = bulan, maka pannati dhamma ibarat jari yang menunjuk bulan. Bagaimanapun bagusnya jari yang menunjuk bulan tidaklah dapat dikatakan sama dengan bulan itu sendiri, tetapi dengan jari-lah sebagian orang bisa melihat bulan dan merealisasi "bulan".
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #12 on: 25 February 2009, 11:52:34 AM »
hmm ya gitu bisa, berarti pannati dhamma itu adalah dhamma yg dibabarkan SB yah.....

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #13 on: 25 February 2009, 11:57:13 AM »
mengenai pembahasan pannati dhamma, Sang Buddha bukan mengajar nibbana adalah anatta (ataupun atta), melainkan Sang Buddha mengajarkan lihatlah nama & rupa. nama & rupa lah yg bersifat anatta, bukan nibbana...
menurut saya ini yg disampaikan dalam tulisan ini.

dugaan bahwa nibbana adalah anatta berasal dari ungkapan ini:

   sabbe sankhara dukkha,
   sabbe sankhara anicca,
   sabbe dhamma anatta

   semua yg terbentuk (terkondisi) adalah tidak memuaskan,
   semua yg terbentuk adalah tidak tetap,
   semua hal adalah bukan diri


apakah nibbana adalah dhamma?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Nibbana, Atta & Anatta
« Reply #14 on: 25 February 2009, 12:06:36 PM »
kalau nibbana dibahas secara paramatha dhamma, memang tidak dapat dibahas, karena melampaui semua kondisi dualitas.

Tetapi kita disini semua membahas nibbana secara pannati dhamma (ajaran yang diturunkan dan bisa menuntun pada pembebasan)...

Jika paramatha dhamma = bulan, maka pannati dhamma ibarat jari yang menunjuk bulan. Bagaimanapun bagusnya jari yang menunjuk bulan tidaklah dapat dikatakan sama dengan bulan itu sendiri, tetapi dengan jari-lah sebagian orang bisa melihat bulan dan merealisasi "bulan".

biarpun jari menunjuk bulan, jari tetaplah jari yg menunjuk
jari yg menunjuk bukanlah bulan
bulan yg ditunjuk bukanlah bulan yg ditunjuk
biarpun telah menunjuk keberadaan bulan, tidak benar2 bulan yg ditunjuk =)) =))

:P

 

anything