//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menguji Kemampuan Analitis  (Read 39527 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #60 on: 21 October 2011, 06:01:13 PM »
berdana..
menurut saya berdana ya memberi, jadi apa pun yg kita beri termasuk berdana..
dana baik atau buruk yg kita berikan/hasilnya..
Kalau saya beli mie, tukang mie kasih mie, saya beri uang, apakah dibilang berdana?

Offline stephen chow

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.055
  • Reputasi: 37
  • Gender: Male
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #61 on: 21 October 2011, 06:07:47 PM »
Kalau saya beli mie, tukang mie kasih mie, saya beri uang, apakah dibilang berdana?
maksudanya memberi tanpa meminta imbalan..  ;D
mohon pencerahannya dah..  :D
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #62 on: 21 October 2011, 06:08:05 PM »
Kalau saya beli mie, tukang mie kasih mie, saya beri uang, apakah dibilang berdana?

beri uang berapa juta bro ? hihihihihi...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #63 on: 21 October 2011, 10:40:45 PM »
Karena pembahasan di Group DC-FB, saya jadi agak penasaran tentang seberapa sulitnya seseorang menganalisis satu kondisi. Jadi saya mau coba meneliti di populasi DC-forum.

Kasus: palak Vs rampok/jambret/perkosa.

Untuk yang tidak tahu definisinya,

palak itu istilah sehari-hari untuk hal mengintimidasi seseorang agar memberikan uang. (Tidak/belum ada di KBBI.)

Merampok itu adalah mencuri dng paksa (biasanya dilakukan oleh lebih dr satu orang). (Dari KBBI).
Jambret adalah merenggut atau merebut (barang milik orang lain yg sedang dipakai atau dibawa). (Dari KBBI.)
Perkosa adalah menundukkan dng kekerasan; memaksa dng kekerasan; menggagahi; merogol. (Dari KBBI.)

Secara sekilas, saya menguraikan bahwa pada saat seseorang dipalak, seseorang bisa memilih 'memberi atau tidak memberi'; sementara dalam rampok/jambret/perkosa, seseorang tidak tidak memiliki kesempatan atau kemampuan untuk menolaknya.

Contohnya seseorang dipalak, lalu dia berpikir daripada harus berantem, lebih baik memberikan saja uangnya sejumlah tertentu.
Kalau dijambret, seseorang tidak bisa memutuskan memberi atau tidak, karena langsung dijambret. Keputusannya adalah 'melawan atau tidak melawan'.

Bagaimana menurut pendapat rekan di sini? Jawablah sesuai pemikiran masing-masing.


then pertanyaannya?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #64 on: 21 October 2011, 10:49:41 PM »
dari KBBI:
pa·lak
Mk a 1 panas badan (krn berkeringat); gerah: badannya -- dingin; 2 panas hati; marah; merasa benci; kesal: bangkit (naik) -- , menjadi marah: akibat tindakan penguasa tidak adil rakyat menjadi -- dan memberontak; 3 sangat berani; nekat: pasukan itu memang --;
me·ma·lak v 1 menyusahkan; mengganggu; 2 meminta secara paksa; memeras: pemuda itu ~ pejalan kaki;
me·ma·laki v cak memalak berulang-kali: preman yg suka ~ pedagang di pasar itu diringkus polisi;

pe·ma·lak n 1 pemarah; 2 orang yg suka melakukan pekerjaan berbahaya; 3 pemeras

yg dimaksudkan adalah "palak" dalam definisi ungu

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #65 on: 22 October 2011, 08:46:29 AM »
maksudanya memberi tanpa meminta imbalan..  ;D
mohon pencerahannya dah..  :D
Tidak bisa mencerahkan. Di sini kita ramai-ramai 'berjalan di ladang ranjau'.

OK, memberi tanpa meminta imbalan.

NB: Saya tangkap imbalan dalam konteks di sini berbeda dengan pahala.
Kalau imbalan adalah dalam hal memberi tersebut, terkondisi oleh satu 'tuntutan'. Kalau tidak dipenuhi, maka saya tidak memberi. Misalnya dalam kasus mie tadi, 'ada mie, ada uang; ada uang, ada mie.'

Kalau pahala adalah balasan yang diharapkan berdasarkan satu kepercayaan, bisa diniati sebelum/sewaktu/setelah pemberian, tapi terwujudnya pahala itu atau tidak, bukan jadi prasyarat terjadinya dana.

---

Lanjut lagi, sekarang apakah semua pemberian tanpa mengharapkan imbalan adalah dana?


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #66 on: 22 October 2011, 08:47:12 AM »
beri uang berapa juta bro ? hihihihihi...
Seharga mie-nya lah. Kalo mo bayar berjuta-juta untuk semangkok mie, lewat rekening saya aja. ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #67 on: 22 October 2011, 08:48:42 AM »
then pertanyaannya?
Pertanyaannya adalah meminta penjelasan menurut rekan2 di sini, apakah benar keadaan bathin seseorang, berkenaan dengan hal memberi, pada saat dipalak dan dirampok/jambret/perkosa adalah sama? Di mana samanya, dan di mana bedanya?
(Jadi ini jenis essay, bukan mengisi atau pilihan ganda. ;D )

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #68 on: 22 October 2011, 09:41:36 AM »
Dalam kasus pemalakan, ya saya setuju bahwa korban di sini memang melakukan perbuatan "memberi" walaupun dengan pikiran gondok dan benci bukan main, yg berdampak pada penurunan kualitas "memberi"nya.

sebaliknya dalam kasus lainnya, korban tidak memberi, karena apakah si korban akhirnya memutuskan untuk merelakan benda-benda miliknya, faktor ini tidak penting di sini. rela atau tidak rela, benda-benda miliknya tetap tidak akan kembali.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #69 on: 22 October 2011, 11:00:51 AM »
Seharga mie-nya lah. Kalo mo bayar berjuta-juta untuk semangkok mie, lewat rekening saya aja. ;D

Kadang saya membeli dari pedagang asongan mis : jualan kerupuk, harga-nya Rp.2.000, saya kasih Rp.5.000 tapi bilang, kembaliannya di simpan aja... termasuk berdana gak ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #70 on: 22 October 2011, 11:05:39 AM »
Kadang saya membeli dari pedagang asongan mis : jualan kerupuk, harga-nya Rp.2.000, saya kasih Rp.5.000 tapi bilang, kembaliannya di simpan aja... termasuk berdana gak ?

bukan, itu namanya customer deposit

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #71 on: 22 October 2011, 11:10:47 AM »
Dalam kasus pemalakan, ya saya setuju bahwa korban di sini memang melakukan perbuatan "memberi" walaupun dengan pikiran gondok dan benci bukan main, yg berdampak pada penurunan kualitas "memberi"nya.

sebaliknya dalam kasus lainnya, korban tidak memberi, karena apakah si korban akhirnya memutuskan untuk merelakan benda-benda miliknya, faktor ini tidak penting di sini. rela atau tidak rela, benda-benda miliknya tetap tidak akan kembali.
Yang saya fokus baru 'kesempatan'-nya dulu. Soal pikiran yang memicunya atau perasaan yang menyertainya, sebetulnya masih belum dibahas.

Tapi tampaknya kita bisa setuju bahwa dalam pemalakan, ada kesempatan untuk memutuskan memberi atau tidak, sedangkan dalam jambret, rampok, perkosa, tidak ada keputusan tersebut karena si pelaku langsung melakukannya terhadap kita. Pilihan yang ada hanyalah: menerima (membiarkan, merelakan, dsb) atau menolak (melawan, merebut kembali, mengejar, dsb).
---

Sekarang ke pikiran & perasaannya. Kalau kita bahas secara umum, mungkin saja kebanyakan yang terjadi adalah kebencian (penolakan) terhadap si pemalak, dan pemberiannya juga adalah terpaksa. Tapi saya punya 3 kasus, semuanya adalah pengalaman pribadi.

1. Sewaktu saya masih kecil, di satu Plaza, pernah dipalak. Setelah intimidasi bertele-tele, akhirnya saya dengan terpaksa memberi Rp. 5000,- (saat itu lumayan juga nilainya).

2. Suatu kali saya sedang mengurus birokrasi kampus dan sangat buruk mood-nya, ketika pulang ada yang menghampiri dan meminta uang untuk minum. Dengan muka masam tapi berusaha untuk tetap sopan, saya katakan, 'maaf, tidak ada.' Dalam pikiran saya, kalau dia maksa, saya akan lawan. Tapi ternyata dia hanya senyum kecil, 'oh, ya sudah.' Entahlah dia punya "mata-dewa" dan melihat dompet saya betulan kosong atau apa. ;D

3. Yang ini seru. Saya pulang kuliah bersama seorang teman, lalu ada orang mabuk nekad menodong kami dengan kapak. (Yah, orang mabuk memang tidak berpikir panjang, maka jangan lupa sila 5.) Lalu teman saya ini memegang tangannya, mendorongnya ke tembok. Posisinya seperti kodok laboratorium sudah ditancap di papan fiksasi, mau 'dibongkar' pun sudah gampang sekali, tapi kemudian saya malah kasihan karena dia ketakutan (mungkin karena tidak berdaya). Lalu saya keluarkan dompet, saya bilang, "nih, uang saya hanya segini," dan saya berikan uang di dompet yang tinggal Rp. 1000,- itu ke dia, dan dia ambil lalu lari. 


Kejadiannya sama, pemalakan. Yang nomor 2 ini hanya contoh bagi orang2 "cerdas" yang tidak memahami bahwa dalam pemalakan itu belum tentu terjadi 'transaksi', berbeda kalau jambret/rampok/perkosa, pasti sudah ada 'transaksinya'.

Kejadian nomor 3 ini memberikan contoh bahwa dalam pemalakan, kadang posisi korban lebih kuat dan bisa untuk menolak. Tapi di sini pun dengan pertimbangan tertentu, bisa jadi diberikan. Menurut saya, ada pikiran-pikiran mendasari perbuatan ini yang membuat pemberian itu BISA disebut berdana juga. Oleh karena itu, selain perbuatannya, kondisi pikiran mempengaruhi apakah suatu pemberian bisa disebut berdana. (Otomatis sebaliknya, pemberian dengan kondisi pikiran tertentu, bisa juga menyebabkan satu pemberian tidak bisa dibilang berdana.)

Bagaimana menurut Bro Indra?
« Last Edit: 22 October 2011, 11:25:47 AM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #72 on: 22 October 2011, 11:11:52 AM »
Kadang saya membeli dari pedagang asongan mis : jualan kerupuk, harga-nya Rp.2.000, saya kasih Rp.5.000 tapi bilang, kembaliannya di simpan aja... termasuk berdana gak ?
Menurut Bro dilbert gimana? Bro dilbert kasih sharing-nya dulu donk, baru nanti saya kasih dari sudut pandang saya.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #73 on: 22 October 2011, 11:17:23 AM »
Menurut Bro dilbert gimana? Bro dilbert kasih sharing-nya dulu donk, baru nanti saya kasih dari sudut pandang saya.

kalau menurut saya, termasuk berdana...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menguji Kemampuan Analitis
« Reply #74 on: 22 October 2011, 11:22:21 AM »
kalau menurut saya, termasuk berdana...
Kenapa?

 

anything