//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA  (Read 16282 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Re: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA
« Reply #15 on: 24 October 2011, 03:21:28 AM »
Melakukan perenungan terhadap dewata: di samping bersaksi atas dewa-dewa itu, juga melakukan perenungan terhadap keyakinan dan lain-lain yang ada pada diri sendiri. Perapian : tungku. Garam: lempung garam. Oker kuning: serbuk oker kuning. Pipa dan sepit: pipa peniup dan juga sepit untuk membolak-balikkan. Daya-upaya yang bersesuaian : daya-upaya yang sesuai misalnya memasukkan, meniup, membolak-balikkan [emas yang bernoda] di dalam tungku. Menjadi bersih di sini seyogianya dipahami sebagaimana yang dilakukan sebelumnya-tak elok kalau merayakan festival dengan didandani hiasan emas yang bernoda. [Sebaliknya] sungguh elok [kalau didandani] dengan hiasan emas yang bersih. Demikian pula uposatha [yang diamalkan] dengan batin yang bernoda takkan menghasilkan pahala yang besar. [Sebaliknya kalau] dengan batin yang bersih akan menghasilkan pahala yang besar. Uposatha Dewata: disebut Uposatha Dewata karena uposatha ini diamalkan dengan melakukan perenungan terhadap kebajikan diri sendiri, disamping bersaksi atas dewa-dewa itu. Lainnya, yang seyogianya diuraikan perihal objek (kammatthana) perenungan terhadap Buddha dan sebagainya, semuanya sebagaimana yang diuraikan dalam Visuddhimagga.

Pembunuhan makhluk hidup: hal menewaskan makhluk hidup. Meninggalkan : meninggalkan kebejatan akhlak yang berniat melakukan pembunuhan makhluk hidup. Menghindari : setelah meninggalkan lantas menyingkir dari, berpaling dari kebejatan akhlak. Meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam: mencampakkan tongkat pemukul serta senjata tajam mempunyai makna tidak mengoperasikan tongkat pemukul serta senjata tajam yang diperuntukkan menganiaya pihak lain. Di samping itu, semua sarana lainnya yang dapat menyakiti makhluk hidup seyogianya dipahami sebagai tongkat pemukul serta senjata tajam. Tongkat jalan, kayu pembersih gigi, silet, dan gunting yang dibawa para bhikkhu untuk mengembara, tidaklah diperuntukkan menganiaya pihak lain. Karena itulah disebut meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam. Tahu malu: mereka yang tahu malu memiliki sifat jijik terhadap perbuatan jahat. Memliki rasa iba: memiliki pikiran cinta kasih, rasa iba. Berbelas kasih atas kemaslahatan semua makhluk hidup: berbelas kasih terhadap kemaslahatan semua makhluk hidup; karena memiliki rasa iba itulah sehingga menaruh hati pada kemaslahatan semua makhluk hidup. Saya pun hari ini: saya juga hari ini. Dengan cara demikianlah: dengan kualitas (kebajikan) demikianlah. Saya meneladan para Arahat: sebagaimana yang berjalan di belakang mengikuti yang berjalan di depan, saya pun meneladan para Arahat itu, menyusul para Arahat dengan kualitas (kebajikan) yang dilakukan pertama-tama ini. Dan akan mengamalkan uposatha: dengan bertindak demikian saya meneladan Arahat, dan akan mengamalkan uposatha.

Pengambilan sesuatu yang tidak diberikan : pengambilan sesuatu milik pihak lain  yang tidak diberikan, pemalingan, pencurian. Mengambil apa yang diberikan : hanya mengambil apa yang diberikan. Menginginkan apa yang diberikan: hanya menginginkan, menaruh hati pada apa yang diberikan. Tidak mencuri: tanpa melakukan pencurian. Bersih: karena tidak mencuri. Dirinya : diri sendiri, ia hidup dengan membuat diri sendiri bersih, tidak mencuri.

Kehidupan tidak suci : kehidupan yang tidak luhur. Hidup suci : melaksanakan perilaku Brahma yang luhur. Menjauhi: menyingkir dari kehidupan tidak suci. Percabulan: disebut percabulan karena [kepada mereka yang berperilaku demikian] patut digunakan julukan ‘orang seperti sejoli pecabul yang terangsang nafsu’, yang bertolak belakang dengan Dhamma nan sejati. Orang awam: penghuni perkampungan.

Ucapan bohong: cakap kibul, cakap kosong. Mengucapkan yang benar: mengucapkan kebenaran. Yang bersanding dengan kebenaran: beriringan, bersinggungan dengan kebenaran; bukan sesekali berucapan bohong. Orang yang kadang-kadang mengucapkan kebohongan, kadang-kadang mengucapkan kebenaran, yang diselingi ucapan bohong, tidak bersentuhan dengan kebenaran. Oleh karena itu, orang demikian tidak bersanding dengan kebenaran. Namun, mereka yang bersanding dengan kebenaran, karena tetap beriringan dengan kebenaran, takkan mengucapkan kebohongan walaupun sampai nyawa terancam. Tandas : teguh, kata-katanya tegas. Ada orang kata-katanya tidak tegas seperti terwarnai kunyit, seperti tunggul pohon yang tertanam dalam sekam, seperti waluh yang diletakkan di punggung kuda. Ada orang kata-katanya tidak tegas, seperti tulisan di batu, seperti pasak Indra(pilar utama di depan gerbang kota), walaupun kepalanya dipancung kata-katanya tidak mendua. Inilah yang disebut sebagai tandas. Dapat dijadikan tumpuan : dapat diandalkan, dapat dipercayai. Ada orang-orang tertentu tak dapat dijadikan tumpuan, “ini diucapkan siapa?” “Oleh Anu.” Lantas muncul ucapan, “Jangan mempercayai kata-katanya.” Ada seseorang dapat dijadikan tumpuan, “Ini diucapkan siapa?” “Oleh Anu.” Lantas muncul ucapan, “Kalau diucapkan dia, bisa dijadikan rujukan, tidak perlu ditolak. Memang demikianlah adanya.” Inilah yang disebut sebagai dapat dijadikan tumpuan. Tidak mendustai orang-orang di dunia: apa yang diucapkan itu tidak mendustai orang-orang di dunia.

Minuman berakohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan, yang mengondisikan kelengahan: dengan niat menenggak minuman berakohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan, yang menyebabkan kelengahan. Hanya makan sekali: ada dua kali [waktu] makan, makan pagi dan makan malam. Dalam hal ini, makan pagi yang dibatasi sampai tengah hari; atau dari tengah hari, ke atas sampai fajar. Oleh karena itu, asal sampai tengah hari, walaupun makan sepuluh kali, masih disebut makan sekali. Itulah yang dimaksudkan ‘hanya makan sekali’. Santap malam-makan malam; berhenti dari itu-berhenti santap malam. Makan selewat tengah hari sampai matahari terbenam disebut makan pada waktu yang salah. Menghindari itu-menghindari makan pada waktu yang salah.

Menonton hiburan:menonton hiburan untuk bersenang-senang, yang tidak selaras dengan ajaran [Buddha]. Tari-tarian, musik, dan nyanyian: misalnya hal menari atau menyuruh orang menari dan sebagainya. Bahkan menyelenggarakan tarian tarian merak dan sebagainya, menonton tari-tarian dan sebagainya sebagai hiburan disebut menonton hiburan tari-tarian, musik, dan nyanyian. Diri sendiri  terlibat, atau membuat orang lain terlibat, atau menyaksikan terselanggaranya tari-tarian dan sebagainya, janganlah dilakukan para bhikkhu dan bhikkhuni.

Dalam hal pengenaan untaian bunga dan sebagainya, untaian bunga ---bunga apa pun. Wangi-wangian : apa pun yang menghasilkan bau wangi. Urapan kosmetik : perona kulit. Perhiasan :[sesuatu] yang dikenakan. Dandanan : menyempurnakan yang kurang. Persolekan: berkenan atas wewangian dan perona kulit. Pengondisi : penyebab. Dengan demikian untaian bunga, perhiasan, dan sebagainya ini bagi ia yang berniat melanggar sila membuatnya seperti orang awam. Oleh karena itu dihindari. Pembaringan yang tinggi: melebihi ukuran. Besar :lapik yang tidak sesuai, oleh karena itu dihindari.

"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Re: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA
« Reply #16 on: 25 October 2011, 12:29:10 AM »
Seberapa besarkah pahalanya : sejauh manakah pahalanya. Kalimat lainnya pun dipahami secara demikian. Yang berlimpah-ruah dalam tujuh jenis pertama: memiliki permata berwarna merah yang berlimpah-ruah; membuat segenap dataran Jambudipa bagaikan hamparan [kulit] tambur, kemudian memenuhi nya dengan tujuh jenis permata seukuran pinggang. Kekuasaan yang berdaulat: kekuasaan seorang pendaulat atau kekuasaan yang memiliki kedaulatan. Di sini, kekuasaan yang memiliki kedaulatan bukanlah [hasil dari] tindakan kekerasan. Memiliki otoritas : memiliki otoritas seperti seorang penguasa dunia. Anga dan seterusnya adalah nama negeri besar (mahajanapada). Tidak senilai dengan seperenam belas bagian : tidak senilai satu bagian dari enam belas bagian kebajikan pengamalan uposatha selama sehari semalam. Sepereanm belas dari buah pahala [pengamalan] uposatha selama semalam masih lebih banyak daripada itu. Tiada nilainya: hanya secuil saja.

Kehidupan tidak suci: kehidupan yang tidak luhur. Tidak santap malam, di waktu yang salah : tidak makan malam pun tidak makan siang pada waktu yang salah saat mengamalkan uposatha. Tidur di ranjang, beralas bumi atau tikar: tidur di atas ranjang yang sesuai yang berakaki setinggi satu hasta [tambah] satu kepalan tangan, atau di atas lantai berturap, atau di atas pelapik (santhata) rumput, daun, jerami, dan sebagaimana. Inilah yang dikatakan uposatha berunsur delapan: demikianlah yang dikatakan uposatha berunsur delapan-yang memiliki delapan unsur-yang diamalkan dengan menghentikan pembunuhan makhluk hidup  dan sebagainya. Karena mau mengamalkan [uposatha], “Besok saya mau menjalankan uposatha”, hari ini juga, “Saya seyogiayanya melakukan ini dan itu”, seyogianya melakukan persiapan makanan. Pagi-pagi pada hari uposatha, ambillah uposatha-sila dengan memohon di depan bhikkhu, bhikkhuni, upasaka atau upasika yang menguasai seluk-beluk dasa-sila (sepuluh sila). Bila tak tahu teks Palinya, lakukanlah adhitthana (bertekadlah), “Saya bertekad [mengamalkan] uposatha yang dimaklumkan Buddha”. Bila tidak mendapati yang lain, bertekadlah (beradhitthanalah) sendiri. Utarakanlah [tekad itu]. Saat mengamalkan uposatha, janganlah melakukan tindakan yang merugikan pihak lain, jangan menghabiskan waktu dengan menghitung pengeluaran dan pemasukan, setelah memperoleh makanan di rumah, makanlah seperti bhikkhu yang senantiasa mendapatkan makanan, pergilah ke wihara untuk mendapatkan Dhamma, arahkanlah perhatian kepada salah satu dari 38 objek [meditasi].

Nan elok : yang tampak indah. Bercahaya cemerlang : sedang bercahaya cemerlang. Memancar : menjelajah. Jauh: entah berapa besar. Di angkasa raya: di antariksa. Menyinari : menyuar, melepaskan cahaya. Menerangi penjuru : menerangi semua penjuru. Atau, menyinari : memuncratkan cahaya ke setiap penjuru. Menerangi : sedang menerangi. Lapis-lazuli (veluriya): walaupun sudah dikatakan permata, namun ingin ditunjukkan bahwa ini adalah permata asli. Lapis-lazuli asli berwarna bambu(velu) yang telah berusia setahun. Itulah yang dimaksudkan di sini. Nan bernilai : yang bagus menabjubkan. Emas tanduk: emas yang kemunculannya bagikan tanduk kerbau. Kencana: emas murni yang ditemukan di gunung. Wujud alamiah : yang berwarna bagus seperti warna kulit Sang Guru. Dipindahkan : emas yang dibawa oleh semut. Tak sampai : tak mencukupi. Sinar rembulan : berdasarkan makna genetif, sinar milik rembulan. Setelah mengamalkan uposatha: setelah menjalankan uposatha. Yang mendatangkan kebahagiaan: yang membuahkan kebahagiaan, yang mengalami kebahagiaan. Surgalah yang kalian raih: kalian akan menuju alam surga. Siapa pun yang [mengamalkan] dengan tidak cacat akan terlahir di alam dewa. Yang lain yang kadang-kadang tidak disebutkan di sini, seyogianya dipahami sebagaimana yang diturturkan.

8. Sutta Perihal Uposatha Berunsur Sembilan [A. 4: 387]

“ Oh, para bhikkhu, pengamalan uposatha berunsur sembilan baik pahala, manfaat, kegemilangan, maupun jangkauannya besar sekali. Oh, para bhikkhu, bagaimanakah pengamalan uposatha berunsur sembilan yang pahala, manfaat, kegemilangan, maupun jangkauannya besar sekali itu?” “Dalam hal ini, oh, para bhikkhu, demikianlah yang direnungkan para siswa Sang Ariya: Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, telah menghindari pembunuhan makhluk hidup, telah meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, tahu malu, dan memiliki rasa iba, berbelas kasih atas kemaslahatan semua makhluk hidup. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, akan menghindari pembunuhan makhluk hidup, akan meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, tahu malu, dan memiliki rasa iba, berbelas kasih atas kemaslahatan semua makhluk hidup. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur pertama yang menyertai.

Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, dirinya bersih. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, dirinya bersih. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur kedua yang menyertai.

Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan kehidupan tidak suci; hidup suci, hidup menjauhi dan menghindari pencabulan orang awam. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan kehidupan tidak suci; hidup suci, hidup menjauhi dan menghindari percabulan orang awam. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur ketiga yang menyertai.
Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan ucapan bohong, menghindari ucapan bohong, mengucapkan yang benar, yang bersanding dengan kebenaran, tandas, dapat dijadikan tumpuan, tidak mendustai orang-orang di dunia. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan ucapan bohong, menghindari ucapan bohong, mengucapkan yang benar, yang bersanding dengan kebenaran, tandas, dapat dijadikan tumpuan, tidak mendustai orang-orang di dunia. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur keempat yang menyertai.

"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Re: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA
« Reply #17 on: 25 October 2011, 12:30:22 AM »
Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan minuman berakohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan, yang mengondisikan kelengahan; menghindari minuman berakohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan, yang mengondisikan kelengahan. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan minuman berakohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan, yang mengondisikan kelengahan; menghindari minuman berakohol, minuman hasil fermentasi  yang memabukkan, yang mengondisikan kelengahan. Dengan cara demikian saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur kelima yang menyertai.

Para Arahat, sepanjang hidup sehari hanya makan sekali, berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Saya pun hari ini, siang dan malam ini hanya akan makan sekali, berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur keenam yang menyertai.

Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik; telah meninggalkan pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan, dan dandanan-pengondisi persolekan; menghindari menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik; menghindari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan, dan dandanan-pengondisi persolekan. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik; meninggalkan pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan dan dandanan-pengondisi persolekan; menghindari menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik; menghindari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan, dan dandanan-pengondisi persolekan. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur ketujuh yang menyertai.

Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan pembaringan yang tinggi dan besar, menghindari pembaringan yang tinggi dan besar, hanya menggunakan pembaringan yang rendah, di atas ranjang atau tikar rerumputan. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan pembaringan yang tinggi dan besar, menghindari pembaringan yang tinggi dan besar, hanya menggunakan pembaringan yang rendah, di atas ranjang atau tikar rerumputan. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur kedelapan  yang menyertai.
Ia senantiasa memancarkan pikiran yang disertai dengan cinta kasih (metta) ke satu arah, kemudian ke arah yang kedua, ketiga, dan keempat. Demikianlah ia senantiasa memancarkan pikiran yang disertai dengan cinta kasih (metta) ke atas, ke bawah, ke samping, ke semua arah, semua penjuru dunia, secara meluas dan luhur, tanpa batas, bebas dari kebencian, bebas dari niat jahat. Inilah unsur kesembilan yang menyertai. Demikianlah, oh, para bhikkhu, pengamalan uposatha berunsur sembilan yang baik pahala, manfaat, kegemilangan, maupun jangkauannya besar sekali.” Kedelapan.

9. Catumaharaja-Sutta [A. 1: 142-3]
Oh, para bhikkhu, pada hari ke-8 dari [setiap] paksa (paruh bulan), para penasihat karib dari Dewa Catumaharajika (akan) berkeliling meninjau dunia ini, “Apakah banyak orang di antara para manusia hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa?”

Oh, para bhikkhu, pada hari ke-14 dari [setiap] paksa (paruh bulan), para putra dari dewa Catumaharajika (akan) berkeliling meninjau dunia ini, “Apakah banyak orang di antara para manusia hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa?”
Oh, para bhikkhu, pada hari ke-15 tepat pada hari uposatha, Dewa Catumaharajika sendiri (akan) berkeliling meninjau dunia ini, “Apakah banyak orang di antara para manusia hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa?”

Apabila, oh, para bhikkhu, sedikit saja orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa, maka Dewa C   atumaharajika (akan)menceritakan hal tersebut kepada Tiga Puluh Tiga Dewa (Tavatimsa) yang berkumpul di Balai Sudhamma, “Oh, Tuan-tuan, sedikit saja orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa.” Karena itu, oh, para bhikkhu, Tiga Puluh Tiga Dewa menjadi tidak senang, “Oh, Yang Terkasih, betapa kelompok dewa akan lenyap terkikis, (sedangkan)kelomok asura akan berkembang penuh.”

Apabila, oh, para bhikkhu, banyak orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa, maka Dewa Catumaharajika (akan)menceritakan hal tersebut kepada Tiga Puluh Tiga Dewa (Tavatimsa) yang berkumpul di Balai Sudhamma, “Oh, Tuan-tuan, banyak  orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa.” Karena itu, oh, para bhikkhu, Tiga Puluh Tiga Dewa menjadi tidak senang, “Oh, Yang Terkasih, betapa kelompok dewa akan berkembang penuh (sedangkan) kelompok asura akan lenyap terkikis.”
"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Re: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA
« Reply #18 on: 27 October 2011, 12:10:41 AM »
Disusun oleh: Bhikkhu Thitayanno Thera

Diterbitkan oleh: Indonesia Tipitaka Center (ITC)
"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA
« Reply #19 on: 27 October 2011, 08:14:07 AM »
Para Arahat, ...

Apabila, oh, para bhikkhu, banyak orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa, maka Dewa Catumaharajika (akan)menceritakan hal tersebut kepada Tiga Puluh Tiga Dewa (Tavatimsa) yang berkumpul di Balai Sudhamma, “Oh, Tuan-tuan, banyak  orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa.” Karena itu, oh, para bhikkhu, Tiga Puluh Tiga Dewa menjadi tidak senang, “Oh, Yang Terkasih, betapa kelompok dewa akan berkembang penuh (sedangkan) kelompok asura akan lenyap terkikis.”


???
Samma Vayama

Offline Yi FanG

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 238
  • Reputasi: 30
  • Gender: Female
  • Namo Buddhaya...
Re: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA
« Reply #20 on: 29 October 2011, 12:00:01 AM »


diperbaiki.. ;D  ;D  ;D
Apabila, oh, para bhikkhu, banyak orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa, maka Dewa Catumaharajika (akan)menceritakan hal tersebut kepada Tiga Puluh Tiga Dewa (Tavatimsa) yang berkumpul di Balai Sudhamma, “Oh, Tuan-tuan, banyak  orang di antara para manusia yang hormat pada ibu, ayah, petapa, brahmana, dan para tetua di keluarga; mengamalkan uposatha, senantiasa awas terjaga, dan melakukan perbuatan berjasa.” Karena itu, oh, para bhikkhu, Tiga Puluh Tiga Dewa menjadi senang, “Oh, Yang Terkasih, betapa kelompok dewa akan berkembang penuh (sedangkan) kelompok asura akan lenyap terkikis.”

"Dhamma has a value beyond all wealth and should not be sold like goods in a market place."

Offline lukas_osterhagen

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
Re: PANCASILA BUDDHIS & UPOSATHA SILA
« Reply #21 on: 03 January 2013, 01:44:41 AM »
nice posting 漪房   ;)
Bukan hanya karena pandai bicara dan bukan pula karena memiliki penampilan yang baik; seseorang dapat menyebut dirinya sebagai “orang yang baik”, apabila ia
[Dhammatthavaggo 262]

http://4.bp.blogspot.com/-r2yMqc3px7g/UmLHqJGhJmI/AAAAAAAABY4/Fg94t5bpg_U/s1600/1-Buddha%27s-utterance-websie.png

 

anything