Bro gendalf, saya klarisifikasi tulisan saya ini, Saya sendiri yang menulis dan saya sendiri melakukan riset tersebut. jadi tulisan saya tidaklah mengada - ada . Pembuktiannya itu bisa anda klarisifikasikan di
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua
Kalo saya salah, Pastilah di Milis yang terkenal dengan Pengamat kebudayaan tionghoa, pasti saya akan dikoreksi, Sementara tulisan saya ini sering dipakai oleh Semua pihak untuk di buat penjelasan.
Saya memang betul Hoek The Djen Sin itu beragama Tao, Tapi juga ada dalam versi Budhis Mahayanannya yaitu Du Thi Pakung dan Du Thi Pa po. Mengenai nama Beliau Dalam Sansekertanya, saya rasa tidak lah dibuat - buat, selama pengamatan saya memang benar beliau memiliki nama sansekertanya.
Justru saya ingin bertanya sama Bro Gendalf, Dewa Dapur Zhao Zhun itu justru Lebih Tao daripada Dewa Bumi, Kalo Dewa Bumi Masih di akui oleh Buddhis Mahayana sebagai malaikat pelindung bumi, Bahkan Buddhis Tridarma pun masih mengakui Adanya versi Buddhis Mahayananya, Bahkan Di beberapa Vihara Mahayana Ada Patung Dewa Bumi, Di banding Dewa Dapur Zhao Zhun.
Yah kalau gitu buktikanlah bahwa nama Sansekertanya ada di sutra-sutra Mahayana, bukan karangan semata.
Buktikan bahwa Tudi Gong itu ada dalam tulisan-tulisan para Master Buddhis di Tiongkok sana.
Setidaknya sebutkan rujukannya yang pasti deh....
Itu baru yang namanya pembuktian, bukan karena dari milis budaya tionghua atau hanya karena tulisan anda sering dipakai.
Kalau di budaya tionghua tempatnya para "Pengamat Kebudayaan Tionghoa", maka kita di sini adalah "Para Pengamat Agama Buddha"....
Apalagi mengingat diskusi kita di forum BI dulu, la wong jelas-jelas anda masih sering keliru gitu toh... apalagi yang soal Litang itu!! Kalau anda masih ingat......
Coba deh buktikan riset anda kalau begitu! Jangan-jangan riset anda cuma di Indonesia yang sudah sejak lama agama Buddha-nya ini tercampur baur [karena faktor politik, dsb].
Agama Buddha memang mengakui ada banyak dewa bumi setempat yang merupakan
lokapala. Dan vihara-vihara Mahayana biasanya memakai rupang Tudi Gong untuk menyimbolkan dewa bumi tersebut. Lo kenapa rupang Tudi Gong yang dipakai, kan dari Taois tuh?
Di Indonesia, rupang Tudi Gong ini sudah banyak dikenal sebagai Dewa Bumi, terutama di kalangan Tionghoa. Orang-orang tahunya dewa itu Dewa Bumi adalah dari rupang Tudi Gong alias Fude Zhenshen.
Apalagi vihara-vihara Mahayana itu kan biasanya berbau Tionghoa, maka dari itu kalau mau menghormati Dewa Bumi, ya biasanya pake rupang Tudi Gong yang sudah umum di kalangan Tionghoa. Kalau misalnya di Yunani, ya mungkin nanti nggak pake rupang Tudi Gong lagi, tapi pake rupangnya Dewi Gaia hehehe......
Oleh karena itu, vihara-vihara Mahayana tentu harus beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Untuk menghormati dewa bumi, maka dipakailah rupang Tudi Gong, sehingga memudahkan para umat untuk mengenali bahwa ada altar untuk Dewa Bumi....
Tapi tentu, sebutan Dewa Bumi di agama Buddha ya BUKAN
Tudi Pagong, walaupun di vihara-vihara pakenya rupang
Tudi Pagong, tapi itu semata-mata hanya untuk adaptasi saja.
Dan setahu saya ini cuma terjadi di Vihara-vihara Mahayana di Indonesia saja deh....
Mosok nanti kalau misalnya di Yunani dipakai rupang Dewi Gaia untuk merepresentasikan Prthivi, terus Dewi Gaia dikatakan ada dalam agama Buddha? Lah ini kan konyol bin lucu......
Oohh.... ternyata anda memposting artikel Fude Zhenshen di board Mahayana itu krn saya memposting artikel Dewa Dapur di sana??
Yang saya ingin bahas di sana adalah Dewa Dapur dalam agama Buddha yang dinamakan sebagai Sanbo Kojin dan Bodhisattva-Bodhisattva lain yang dianggap "Dewa Dapur".
Saya memberi pembahasan Zao Jun hanya untuk pendahuluan dan perbandingan saja. Makanya judul topiknya saya beri nama "Dewa Dapur", bukan "Zao Jun".
Lagian Zao Jun sama Sanbo Kojin ya buedaaa...
Zao Jun memang adalah Dewa Tao, tapi dalam agama Buddha, beliau dianggap seorang kinnara. Dan seperti kutipan rujukan literatur yang saya dapat di topik tersebut, bahwa ini merupakan
KLAIM dari para bhiksu di Tiongkok sana.......
Dan kalau tidak salah di Majalah keluaran Vihara Mahavira, dalam artikel yang ditulis oleh Bhiksu Prajnavira, juga disebutkan demikian....
Walaupun begitu, sebutan kinnara bagi Zao Jun itu tidak menimbulkan suatu bentuk pemujaan versi Buddhis pada Zao Jun. Karena para umat Buddhis di Tiongkok sadar betul bahwa Zao Jun itu adalah Dewa Tao. Jadi nggak ada yang namanya Zao Jun versi Buddhis.
Zao Jun yang dikenal dalam agama Buddha adalah tetap seorang Dewa Taois, atau seorang kinnara Taois.
Sama seperti Nigantha [Mahavira] dalam agama Buddha juga dikenal sebagai pendiri aliran Nigantha (Jain).
Sama dengan Hanshan Deqing yang mengatakan bahwa Laozi adalah Pratyekabuddha. Nah mosok hanya gara-gara ini maka muncul "Laozi versi Buddhis"? atau "Laozi versi Mahayana"?? Kan ya nggak toh....
Ya memang di vihara-vihara Mahayana nggak ada itu Zao Jun,
yang ada adalah Sanbo Kojin, yang notabene sangat berbeda dengan Zao Jun, bahkan nggak ada hubungannya.
The Siddha Wanderer