loha.. mo numpang nanya dunk, ada yg tau TAMRAPARNIYA itu apa ga? ktnya salah satu aliran buddhisme awal.
soalnya ada yang nanya gue tau TAMRAPARNIYA ga, jelas aje gue ga tau, wong om gugel aja gue tanyak ndak tau :P
mohon sharingnya. aligato....
loha.. mo numpang nanya dunk, ada yg tau TAMRAPARNIYA itu apa ga? ktnya salah satu aliran buddhisme awal.Pertama-tama kalau belajar sejarah Buddhisme, perlu diketahui bahwa mengenai masa-masa awal Buddhisme -termasuk perpecahan pertama- tidak ada catatan pastinya. Beberapa sumber yang bertahan memberikan keterangan yang berbeda-beda.
soalnya ada yang nanya gue tau TAMRAPARNIYA ga, jelas aje gue ga tau, wong om gugel aja gue tanyak ndak tau :P
mohon sharingnya. aligato....
Pertama-tama kalau belajar sejarah Buddhisme, perlu diketahui bahwa mengenai masa-masa awal Buddhisme -termasuk perpecahan pertama- tidak ada catatan pastinya. Beberapa sumber yang bertahan memberikan keterangan yang berbeda-beda.
Walaupun banyak perbedaan, tapi hampir semua setuju bahwa perpecahan awal membentuk Mahasanghika dan Sthaviravada. Waktu dan penyebab perpecahan juga tidak pasti. Kemudian berangsur muncul perbedaan pendapat dalam interpretasi dharma, maka muncullah istilah seperti "Pudgalavada", "Sarvastivada", dan lain-lain.---> apa arti istilah tersebut? Kemunculan ini bukan serta-merta ada aliran baru, tapi merujuk pada kelompok yang menganut ajaran tersebut. Misalnya Sthaviravada yang selalu menuntut penjelasan detail disebut Vibhajyavada.---> penjelasan detail apa maksudny?
Kelompok Vibhajyavada ini (dan sebagian kecil Mahisasaka yang belakangan bergabung) yang juga menyebar ke Sri Lanka, dan kelompok yang tinggal di sini disebut Tamraparniya. (Tambapanni/Tamraparni adalah nama kerajaan di Sri Lanka kuno.) Karena Buddha melarang "kultus" bahasa dan menganjurkan penyebaran dharma dalam masing-masing dialek (Vin. Cv.V.33.1), maka lain daerah, lain pula dialek ajarannya, dan kebetulan kelompok Tamraparni ini mengusung dialek Prakrit dari Avanti, yaitu Pali. "Sthavira" atau sesepuh, dalam Pali disebut "Thera", maka mereka disebut "Theravada" karena mereka menganggap diri mereka mewakili aliran Sthaviravada. (Namun tentu saja pada kenyataannya Sthaviravada dan Theravada sudah jauh berbeda.)---> jauh berbeda gimana? jadi theravada itu sebenarnya aliran sthaviravada?
Tradisi yang pertama menetap di sini adalah Mahavihara,---> banyak banget sih alirannya, bisa tolong di list satu satu ga?dan di beri penjelasan, jadi ga bingung. hehe.. mahavira berbeda dengan sthaviravada ? namun seperti di daratan asalnya, Theravada ini mengembangkan ajaran-ajarannya masing-masing. Abhayagiri mengadopsi ajaran Mahayana dan Vajrayana, dan pada abad ke 3, menjadi ajaran yang dominan dan didukung oleh para pemimpin. Mahavihara menolak konsep Mahayana, maka dikenal sebagai Theravada Hinayana dan memang minoritas. Hal ini berlanjut sampai pada pergantian penguasa sekitar abad ke 12 di mana raja Parakkamabāhu, seorang pendukung Mahavihara, berkuasa. Mulai saat itu, terjadilah sapu-bersih terhadap non-Mahavihara. Ajaran Mahayana, Vajrayana, Vetullavada,---> vetullavada ?? dan lain-lain yang tidak sesuai dengan standard Mahavihara, dianggap sesat, kitab-kitabnya dibakar, dan dilarang berkembang. Bhikkhu-bhikkhunya diwajibkan tahbis ulang jadi samanera atau lepas jubah.
Jadi "Tamraparniya" merujuk pada pecahan dari Sangha Awal yang disebut Sthaviravada, yang terbagi lagi dalam kelompok bernama Vibhajyavada, yang sebagian menyebar ke Sri Lanka. Kelompok ini mencakup Theravada Mahayana yang berpusat di Abhayagirivihara, dan Theravada Hinayana di Mahavihara.---> mksdnya apaan theravada mahayana dan hinayana? perasaan dulunya belajar hinayana itu nama lain dari theravada. Mahavihara ini menghabisi saingan-saingannya dan bertahan menjadi Theravada yang kita kenal sekarang ini.---> menghabisi saingan -saingannya gimana maksudny?
1. Istilah "vada" itu berarti ajaran. Semenjak perpecahan awal, masing-masing kelompok mengembangkan ajaran-ajaran khas mereka masing-masing, maka kelompok mereka dikenal dengan nama ajarannya.Mbok ya kalo ngasih tanggapan itu jangan bernada apriori lah, khususnya kepada Theravada dan Abhidhamma. Masa sampai perlu memberikan penekanan: "ajaran khas sektariannya (Abhidhamma)" ? :o
Misalnya sekelompok orang mengemukakan ada suatu identitas makhluk yang di luar nama-rupa, namun tentu saja tidak kekal dan bukan roh/diri. Identitas makhluk ini yang membedakan satu makhluk dengan makhluk lainnya. Ajaran ini disebut Pudgalavada (pudgala/puggala=personal; vada=ajaran).
Sarvastivada = "Sarva/sabba" (=semua) + "asti/atthi" (=ada) + "vada", ajaran ini mengemukakan eksistensi makhluk (sebelum nirvana) ada dalam 3 masa: lalu, sekarang, dan akan datang.
2. Vibhajya (=pembagian/analisis) + vada. Ini adalah kelompok yang membahas dhamma dengan cara menganalisa dan membagi objek menjadi lebih detail. Model ini bisa kita lihat gambarannya dari turunannya, Theravada dengan ajaran khas sektariannya, Abhidhamma, yang selalu berusaha membagi fenomena sampai sekecil-kecilnya.
3. Jauh berbeda karena Sthaviravada adalah aliran yang muncul sekitar 3 SM, sedangkan Theravada (yang kita kenal sekarang) adalah keturunan dari aliran yang muncul belakangan sekitar 3 M. Pada masa antaranya, begitu banyak "pergolakan", baik segi ajaran, budaya, dan politik yang menyebabkan perubahan-perubahan.Apa ada perbedaan antara Sthaviravada dengan Theravada? Bisa ditunjukkan sedikit saja (banyak juga boleh), di mana jauhnya perbedaan yg anda katakan di antara keduanya?
Ya, Theravada itu turunan dari Sthaviravada.
4. Ga bisa, terlalu banyak dan karena catatan tidak lengkap, beberapa aliran tidak diketahui asal-usul pastinya bagaimana. Tapi Wikipedia ada list hipotetis yang menggabungkan berbagai sumber:Yg dibold di atas saja (Theravāda (c. 240 BCE)) sudah beda dengan pendapat Anda di nomor 3 yg Anda tulis: 'muncul belakangan sekitar 3 M'.
Sthaviravāda
Pudgalavāda ('Personalist') (c. 280 BCE)
Vatsīputrīya (during Aśoka) later name: Saṃmitīya
Dharmottarīya
Bhadrayānīya
Sannāgarika
Vibhajjavāda (prior to 240 BCE; during Aśoka)
Theravāda (c. 240 BCE)
Mahīśāsaka (after 232 BCE)
Dharmaguptaka (after 232 BCE)
Sarvāstivāda (c. 237 BCE)
Kāśyapīya (after 232 BCE)
Sautrāntika (between 50 BCE and c. 100 CE)
Mūlasarvāstivāda (3rd and 4th centuries)
Vaibhāṣika
5. Sekte Buddhisme memang jumlahnya sangat banyak. Ini baru yang berakar pada sekte mula-mula, belum termasuk sub dari sub aliran seperti Vibhasika, Darstantika, dll.; atau aliran baru yang berbasis teks Mahayana seperti Madhyamaka, Yogacara, Pure Land, dll. Cukup "mengharukan" melihat kondisi umat Buddha di Indonesia yang kebanyakan menganggap aliran Buddhisme hanya 3: yang berbasis tradisi India (Theravada), Tiongkok (Mahayana), dan Tibet (Vajrayana/Tantrayana).Gw juga 'prihatin' dengan tulisan Anda di atas. Pada kenyataannya, secara umum scholar memang membagi 3 besar Buddhism yaitu tradisi Selatan (Theravada), Utara (Mahayana), yg kemudian pecah lagi menjadi Tantra/Vajrayana di daerah Tibet. Tentu saja pembicaraan ini dalam konteks masa sekarang (present) bukan bicara sejarah masa lalu saat perpecahan2 terjadi (past).
7. "Mahayana" secara teknis BUKAN nama aliran, tapi seperti sebutan bagi mereka yang mengambil doktrin "Bodhisatva". Sedangkan istilah pejoratif "Hinayana" muncul untuk melecehkan mereka yang tidak mau mengambil doktrin tersebut. Jadi di Sri Lanka itu, Theravada yang di Abhayagiri menganut doktrin bodhisatva, maka disebut "Theravada Mahayana", sedangkan di Mahavihara menolaknya, jadi disebut "Theravada Hinayana".Terlalu dangkal kalau Anda menyebut hanya seperti itu, harusnya anda mampu menganalisa lebih dalam lagi dengan dasar literatur Anda yang lengkap dan tidak ditutup-tutupi.
(Setahu saya, sekarang ini sudah berangsur ditinggalkan istilah "hinayana" tersebut, dan Mahayanis menyebut Non-Mahayanis sebagai "Sravakayana". Walaupun secara teknis sebetulnya sama, tapi tidak ada tendensi 'melecehkan'.)
Mbok ya kalo ngasih tanggapan itu jangan bernada apriori lah, khususnya kepada Theravada dan Abhidhamma. Masa sampai perlu memberikan penekanan: "ajaran khas sektariannya (Abhidhamma)" ? :oSemua sekte awal memiliki banyak sekali kesamaan doktrin sebab berasal dari sumber yang sama. Namun ada interpretasi berbeda dan kemudian dituangkan dalam doktrin sektarian tertentu yang membedakan satu sekte dengan sekte lainnya, dan untuk kasus Vibhajyavada, doktrin sektariannya memang Abhidharma. Beberapa sekte lain juga memiliki Abhidharma, namun lainnya ada juga yang tidak punya Abhidharma.
Kalau begitu, aliran lain (Mahayana, --di sini gw pake istilah secara umum saja biar gampang) yang juga ada Abhidharma-nya seharusnya anda tulis juga ajaran khas sektarian.Betul, misalnya Sarvastivada juga dikenal dari doktrin sektariannya yang tertuang dalam Abhidharma, Mahasanghika dikenal dari doktrin sektarian "ajaran transendental di luar kata" (seperti cikal-bakal Zen), jika itu membantu anda merasa lebih nyaman.
Lalu bagaimana dengan ajaran khas Mahayana lain seperti Sukhavati, Chan (Zen), Avalokitesvara, dll perlu anda komentari juga dengan kalimat: ajaran khas sektariannya?Ya, jika ditanyakan tentang aliran lain dan ajaran khas sektariannya, maka saya akan menjawab dengan kalimat serupa.
Apa ada perbedaan antara Sthaviravada dengan Theravada? Bisa ditunjukkan sedikit saja (banyak juga boleh), di mana jauhnya perbedaan yg anda katakan di antara keduanya?Gambaran kasarnya adalah Theravada (yang sekarang) = Sthaviravada + Abhidhamma + Komentar + Visuddhimagga + tradisi setempat + sejarah sektarian.
Secara silsilah, IMO, Theravada adalah kesinambungan yang tak terputus dari sangha yg dibentuk Sang Buddha sendiri dengan Dhamma-Vinaya yang tak dikurangi.Yang saya sebut "sejarah sektarian" di atas, ini adalah salah satu contohnya. Pola pikir yang mayoritas beredar di kalangan Theravada bersumber dari Dipavamsa.
Ibarat kota Jakarta dulu jaman Fatahillah disebut Jayakarta, jaman kompeni disebut Batavia. Beda2 nama namun barangnya ya sami mawon, tergantung eranya mana.
Yg dibold di atas saja (Theravāda (c. 240 BCE)) sudah beda dengan pendapat Anda di nomor 3 yg Anda tulis: 'muncul belakangan sekitar 3 M'.Theravada di sekte mula-mula (240 BCE) itu sama sekali bukan Theravada (Sri Lanka) yang kita kenal sekarang. Itu adalah kategorisasi Vibhajyavada yang tidak menganut doktrin Mahisasaka.
Piye iki, koq bisa?
Gw juga 'prihatin' dengan tulisan Anda di atas. Pada kenyataannya, secara umum scholar memang membagi 3 besar Buddhism yaitu tradisi Selatan (Theravada), Utara (Mahayana), yg kemudian pecah lagi menjadi Tantra/Vajrayana di daerah Tibet. Tentu saja pembicaraan ini dalam konteks masa sekarang (present) bukan bicara sejarah masa lalu saat perpecahan2 terjadi (past).;D Cukup manis anda yang "sangat berpengatahuan tentang sejarah sekte" prihatin terhadap saya. Terima kasih perhatiannya.
Terlalu dangkal kalau Anda menyebut hanya seperti itu, harusnya anda mampu menganalisa lebih dalam lagi dengan dasar literatur Anda yang lengkap dan tidak ditutup-tutupi.Kalau saya tidak tutup-tutupi sebagian, maka anda bisa lebih kebakaran jenggot lagi.
Pertanyaannya adalah: Mengapa Mahayana menyebut yg non doktrin bodhisatva sebagai Hinayana?
Jawab : karena doktrin arahat mereka pandang lebih inferior, selfish, dan Mahayana sendiri menganggap bahwa mencapai arahat saja belumlah final atau belum yg tertinggi dalam hal kesucian. Dan ini sangat bertentangan dengan doktrin Theravada aseli.
Membaca tulisan anda bahwa "Jadi di Sri Lanka itu, Theravada yang di Abhayagiri menganut doktrin bodhisatva, maka disebut "Theravada Mahayana", sedangkan di Mahavihara menolaknya, jadi disebut "Theravada Hinayana" koq jadi mirip2 analoginya sama Sangha Agung Indonesia (SAI) yg punya pembagian: SAI-Sangha Mahayana, SAI-Sangha Theravada, SAI-Sangha Tantrayana khasnya Sagin (sekte Buddhayana)?. ^-^ :whistle:
Secara silsilah, IMO, Theravada adalah kesinambungan yang tak terputus dari sangha yg dibentuk Sang Buddha sendiri dengan Dhamma-Vinaya yang tak dikurangi.
Secara historis, isi Dipavamsa yang bisa dianggap lumayan tepat adalah setelah masa kematian Asoka ke belakang saja. Untuk masa Asoka, terutama tentang konsili 3, sudah meragukan. Dipavamsa mencatat bahwa ada 18 sekte, 17 sekte "sesat" (karena bersifat memecah-belah bagaikan duri pada pohon) dan hanya 1 sekte yang diakui, tidak bersifat memecah-belah, paling unggul, dan lengkap seperti ajaran Sang Penakluk, tidak lebih dan tidak kurang (yang pastinya kita tahu sekte mana). Namun secara bukti peninggalan sejarah, konsili 3 hanya mengurus para bhikkhu yang memanfaatkan kebhikkhuan untuk mendapatkan kekayaan (sebab Asoka adalah pendukung Buddhisme yang dermawan), yang korup-korup itu sudah dibuat memakai jubah awam, dan sangha kembali "bersih". Tidak ada menyinggung adanya aliran-aliran yang "sesat" vs "asli". Dan kenyataannya, aliran-aliran lain tetap saja berkembang di India, termasuk kemunculan dan penyebaran gerakan Mahayana. Sarvastivada sendiri bahkan sempat menjalankan konsili 4 di Kashmir.Boleh menambahkan ga bro ? Setahu saya penulisan Dipavamsa 200 thn lebih awal dari Mahavamsa yang baru ditulis sekitar abad 4M, jadi Dipavamsa memang yang lebih bisa dipercaya, namun sayangnya kurang mendapat tempat hanya karena ditulis oleh kaum Bhikkhuni, sehingga seperti dikecilkan posisi nya, pdhal kenyataannya justru merekalah yang lebih awal telah mencatat sejarah Buddhism.
Mundur ke konsili 2, Mahasanghika yang dikenal sebagai koruptor 10 point vinaya itu, ternyata sampai sekarang melestarikan vinayanya yang sama sekali tidak menghilangkan 10 point itu. Dan "ironisnya", dilihat dari penyusunannya, para sarjana Buddhis menilai penyusunan vinaya Mahasanghika adalah format yang paling tua [dengan format seperti Ekottarika Agama] dan tidak/sedikit diubah.
Jadi menyamakan Vajjiputtaka dan Mahasanghika adalah suatu kesalahan, entah sengaja atau tidak.
Mundur lagi ke jaman Buddha, merujuk ke Kanon Pali (dan komentar), tidak ada disinggung tentang ramalan Buddha mengenai dhammadipa ataupun kunjungan yang meninggalkan Siripada tersebut.
Boleh menambahkan ga bro ? Setahu saya penulisan Dipavamsa 200 thn lebih awal dari Mahavamsa yang baru ditulis sekitar abad 4M, jadi Dipavamsa memang yang lebih bisa dipercaya, namun sayangnya kurang mendapat tempat hanya karena ditulis oleh kaum Bhikkhuni, sehingga seperti dikecilkan posisi nya, pdhal kenyataannya justru merekalah yang lebih awal telah mencatat sejarah Buddhism.Untuk catatan tentang sejarah pengiriman Mahinda ke Sri Lanka, ini memang cocok. Beberapa keterangan tentang tokoh-tokoh bhikkhu seperti Moggalliputtatissa memang ada. Yang tidak cocok adalah kisah-kisah yang mencakup sekte seperti pemutusan sesatnya 17 aliran lain, dan seolah Moggalliputtatissa mengukuhkan "Theravada" sebagai satu-satunya ajaran yang benar.
Sedangkan Pencatatan tsb diawali dengan Kunjungan pertama sang Buddha sekitar 8 bulan setelah pencapaian keBuddhaan nya, yaitu ke Nagadipa (pulau kecil sekali di utara Sri Lanka, pulau tsb berada diantara India dan Sri Lanka), dst hingga kunjungan 2 Mahiyangana, kunjungan 3 (Siripada, Kalaniya/Kelaniya), dan ramalan sang Buddha kelak Sri Lanka menjadi pulau yang bertugas menjaga keaslian Dhamma (maka dari itu mereka selalu bersikeras bahwa merekalah yang menjaga keaslian ajaran Dhamma ^:)^ )
Catatan Dipavamsa menyebutkan kedatangan Thera Mahinda yang merupakan anak kandung raja Asoka untuk membawa ajaran Sang Buddha ke Sri Lanka dan mengembangkan disana, juga dapat dicocokan di Prasasti Asoka yang juga menyebutkan mengirim Thera Mahinda ke Lanka Dipa, jadi catatan ini cocok padahal jaman dulu blm ada sms ato BBM untuk saling mencocokkan satu sama lain.
Untuk catatan tentang sejarah pengiriman Mahinda ke Sri Lanka, ini memang cocok. Beberapa keterangan tentang tokoh-tokoh bhikkhu seperti Moggalliputtatissa memang ada. Yang tidak cocok adalah kisah-kisah yang mencakup sekte seperti pemutusan sesatnya 17 aliran lain, dan seolah Moggalliputtatissa mengukuhkan "Theravada" sebagai satu-satunya ajaran yang benar.BENAR juga bro, karena karya Theravada ;D
Untuk post berikutnya, jika anda bersikap sok tahu, tidak akan saya ladeni. Jika tidak sopan atau memberi informasi menyesatkan/tanpa referensi, akan saya hapus/pindahkan. Buddhisme Awal bukan tempat orang kekanak-kanakan ataupun sektarian fanatik, tapi untuk orang yang ingin mencari tahu kebenaran sejarah.
Gambaran kasarnya adalah Theravada (yang sekarang) = Sthaviravada + Abhidhamma + Komentar + Visuddhimagga + tradisi setempat + sejarah sektarian.
;D Cukup manis anda yang "sangat berpengatahuan tentang sejarah sekte" prihatin terhadap saya. Terima kasih perhatiannya.
.... Pada kenyataannya, secara umum scholar memang membagi 3 besar Buddhism yaitu tradisi Selatan (Theravada), Utara (Mahayana), yg kemudian pecah lagi menjadi Tantra/Vajrayana di daerah Tibet. Tentu saja pembicaraan ini dalam konteks masa sekarang (present) bukan bicara sejarah masa lalu saat perpecahan2 terjadi (past).
^^ Dengan ancaman dan kuasa anda sebagai global moderator DC, kiranya gw sudah tidak perlu lagi meneruskan.Wah, saya cuma ajak diskusi dengan sopan dan pakai referensi, kenapa merasa terancam? Kecuali anda merasa diri seorang sektarian fanatik yang tidak sopan, dan bicara seenaknya, seharusnya tidak perlu merasa terancam.
Tanggapan gw yg terakhir :Oh, jadi mengatakan sesuatu muncul duluan dan belakangan berarti menyatakan "salah/benar" yah? ;D
Apa ada yg salah dengan Komentar? Visuddhimagga? Sejarah Sektarian?
Apakah sebelumnya tidak ada komentar2 dan penjelasan yang lebih detail seperti yg ada di kitab komentar? Sutta thok, Vinaya thok? Dan bhikkhu2 Thera hanya menghafal buta dhamma-vinaya tanpa tahu seperti apa perinciannya?
Betapa kering dan hambarnya agama Buddha tanpa adanya komentar dan kitab yg katanya ditulis belakangan.Q: Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?
1. Dari mana umat Buddha menjelaskan 31 alam kehidupan secara terperinci tanpa Abhidhamma?
2. Usia alam2 surga (dewa) dari mana anda tahu? Oh komentar Jataka, oh Abhidhamma. :whistle:
3. Dari mana menjelaskan Mayadevi lahir ke mana setelah meninggal ?
4. Dari mana umat Buddha menjelaskan riwayat 25 Sammasambuddha tanpa Buddhavamsa?
Sepertinya gw pernah lihat nama anda dan om Indra (RIP) :( di buku itu (RAPB) ::)
5. Dari mana menjelaskan penyebaran Theravada yg dibawa Anak Raja Asoka tanpa kitab sejarah semacam Dipavamsa?
Menurut sutta dan sejarah India mana yg bisa menjelaskan?
6. dst....
Itu baru sebagian kecil sejarah dan cerita Buddhis, dan nampaknya mulai ada tanda2 pemikiran ala Wahabi di buddhis yang anti segala macam "kitab kuning." :-? Menarik untuk melihat bagaimana Khainyn Kutho menjawab dan menulis soal apapun di dc TANPA PERNAH menggunakan isi kitab komentar, ataupun Abhidhamma. Semoga anda konsisten dan tidak mencla-mencle dengan keapriorian anda itu.Saya sangat sering menggunakan komentar untuk membahas sutta & latar belakangnya (misalnya penjelasan perbedaan indriya Sariputta & Mahamoggallana dari komentar MN; atau kisah kepiting raksasa yang diinjak Bodhisatta waktu terlahir sebagai gajah dan akhirnya dibuat genderang dan kemudian dibuat perumpamaan berdasar genderang tersebut, itu diambil dari komentar Dhammapada, komentar Jataka, SN dan komentar SN). Dalam pembahasan kappa atau Buddha masa depan, saya juga menggunakan Buddhavamsa & Anagatavamsa. Untuk mengulas definisi istilah-istilah sulit, saya juga kadang menggunakan Abhidhamma.
Kutipan Wikipedia:Dhammakaya, secara tradisi tidak terputus, ditahbiskan secara sah oleh bhikkhu tradisi Theravada, bisa dirunut silsilahnya. Berarti Dhammakaya itu murni Theravada, ajarannya persis tidak berubah, tidak ada penambahan atau pengurangan. Mengapakah? Karena tradisinya tidak terputus.
According to traditional Sri Lankan chronicles (such as the Dipavamsa), Buddhism was introduced into Sri Lanka in the 4th century BCE by Venerable Mahinda, the son of Indian Emperor Ashoka, during the reign of Sri Lanka's King Devanampiya Tissa. During this time, a sapling of the Bodhi Tree was brought to Sri Lanka and the first monasteries and Buddhist monuments were established. Among these, the Isurumuni-vihaara and the Vessagiri-vihaara remain important centers of worship. He is also credited with the construction of the Pathamaka-cetiya, the Jambukola-vihaara and the Hatthaalhaka-vihaara, and the refectory. The Pali Canon, having previously been preserved as an oral tradition, was first committed to writing in Sri Lanka around 30 BCE.
Sri Lanka has the longest continuous history of Buddhism of any Buddhist nation, with the Sangha having existed in a largely unbroken lineage since its introduction in the 4th century (BCE).
Gw bicara present, anda bicara past. Jaka sembung bawa golok....Jaka Sembung berbaju ungu...
Last, terima kasih atas lemparan BRP anda. Senang mengetahui dan menyaksikan bagaimana gaya diskusi anda di DC.Kemarin saya hanya sekali klik ke seseorang, itupun GRP. Tapi sepertinya anda girang kalau diberi BRP, jadi saya kabulkan hari ini. Terima kasih kembali.
[at] Chandra Rasmi:
Beberapa penjelasan tentang aliran-aliran Buddhisme awal bisa dibaca di link yang saya berikan pada Reply #1 di atas
Sthaviravāda
Pudgalavāda ('Personalist') (c. 280 BCE)
Vatsīputrīya (during Aśoka) later name: Saṃmitīya
Dharmottarīya
Bhadrayānīya
Sannāgarika
Vibhajjavāda (prior to 240 BCE; during Aśoka)
Theravāda (c. 240 BCE)
Mahīśāsaka (after 232 BCE)
Dharmaguptaka (after 232 BCE)
Sarvāstivāda (c. 237 BCE)
Kāśyapīya (after 232 BCE)
Sautrāntika (between 50 BCE and c. 100 CE)
Mūlasarvāstivāda (3rd and 4th centuries)
Vaibhāṣika
Sekelompok orang dari Sthaviravada memisahkan diri membentuk Vibhajyavada, kemudian sebagian Vibhajyavada pergi ke Sri Lanka. Di Sri Lanka, berkembang menjadi 3 aliran utama di vihara berbeda: Abhayagirivihara, Mahavihara, dan Jetavanavihara. Jadi mana mungkin keduanya identik?
Yang saya sebut "sejarah sektarian" di atas, ini adalah salah satu contohnya. Pola pikir yang mayoritas beredar di kalangan Theravada bersumber dari Dipavamsa.
Dipavamsa ini mencatat -tidak tanggung-tanggung- kejadian era Buddha langsung. Diceritakan mengenai sewaktu Buddha mencapai penerangan sempurna, ia melihat Sri Lanka akan menjadi Dhammadipa (pulau dhamma), kemudian menyempatkan diri mampir ke sana membersihkan Yakkha dan Naga jahat agar bisa ditinggali manusia, dan atas permintaan Dewa, meninggalkan Siripada di puncak gunung. Kemudian pada masa mahaparinibbana, Buddha juga melihat pada hari itu juga Vijaya, manusia pertama memulai peradaban di Sri Lanka, maka secara khusus meminta Sakka pergi ke sana melindunginya, dan Sakka menugaskan Deva Uppalavana.
Jauh di depan, ada kisah konsili ke 2 di mana Vajjiputtaka korting vinaya, dikeluarkan dan membentuk Mahasanghika. Kemudian juga mengindikasikan bahwa Moggalliputtatissa adalah "Theravada" dan merumuskan semua kesesatan aliran lain dalam kathavatthu, kitab Abhidhamma ke 4. Kemudian berlanjut tentang tokoh-tokoh yang diutus, salah satunya ke Sri Lanka, yang intinya menekankan pada "kemurnian ajaran" dan "kemurnian silsilah" yang tak terputus sejak jaman Buddha.
Nyaman dengan kisah tersebut? Sepenuhnya sah. Namun jika ingin mengetahui fakta sejarah, anda harus berlapang-dada merelakan kenyamanan tersebut.
Secara historis, isi Dipavamsa yang bisa dianggap lumayan tepat adalah setelah masa kematian Asoka ke belakang saja.
Untuk masa Asoka, terutama tentang konsili 3, sudah meragukan. Dipavamsa mencatat bahwa ada 18 sekte, 17 sekte "sesat" (karena bersifat memecah-belah bagaikan duri pada pohon) dan hanya 1 sekte yang diakui, tidak bersifat memecah-belah, paling unggul, dan lengkap seperti ajaran Sang Penakluk, tidak lebih dan tidak kurang (yang pastinya kita tahu sekte mana). Namun secara bukti peninggalan sejarah, konsili 3 hanya mengurus para bhikkhu yang memanfaatkan kebhikkhuan untuk mendapatkan kekayaan (sebab Asoka adalah pendukung Buddhisme yang dermawan), yang korup-korup itu sudah dibuat memakai jubah awam, dan sangha kembali "bersih". Tidak ada menyinggung adanya aliran-aliran yang "sesat" vs "asli". Dan kenyataannya, aliran-aliran lain tetap saja berkembang di India, termasuk kemunculan dan penyebaran gerakan Mahayana. Sarvastivada sendiri bahkan sempat menjalankan konsili 4 di Kashmir.
Mundur ke konsili 2, Mahasanghika yang dikenal sebagai koruptor 10 point vinaya itu, ternyata sampai sekarang melestarikan vinayanya yang sama sekali tidak menghilangkan 10 point itu. Dan "ironisnya", dilihat dari penyusunannya, para sarjana Buddhis menilai penyusunan vinaya Mahasanghika adalah format yang paling tua [dengan format seperti Ekottarika Agama] dan tidak/sedikit diubah.
Jadi menyamakan Vajjiputtaka dan Mahasanghika adalah suatu kesalahan, entah sengaja atau tidak.
Mundur lagi ke jaman Buddha, merujuk ke Kanon Pali (dan komentar), tidak ada disinggung tentang ramalan Buddha mengenai dhammadipa ataupun kunjungan yang meninggalkan Siripada tersebut.
Boleh menambahkan ga bro ? Setahu saya penulisan Dipavamsa 200 thn lebih awal dari Mahavamsa yang baru ditulis sekitar abad 4M, jadi Dipavamsa memang yang lebih bisa dipercaya, namun sayangnya kurang mendapat tempat hanya karena ditulis oleh kaum Bhikkhuni, sehingga seperti dikecilkan posisi nya, pdhal kenyataannya justru merekalah yang lebih awal telah mencatat sejarah Buddhism.
Sedangkan Pencatatan tsb diawali dengan Kunjungan pertama sang Buddha sekitar 8 bulan setelah pencapaian keBuddhaan nya, yaitu ke Nagadipa (pulau kecil sekali di utara Sri Lanka, pulau tsb berada diantara India dan Sri Lanka), dst hingga kunjungan 2 Mahiyangana, kunjungan 3 (Siripada, Kalaniya/Kelaniya), dan ramalan sang Buddha kelak Sri Lanka menjadi pulau yang bertugas menjaga keaslian Dhamma (maka dari itu mereka selalu bersikeras bahwa merekalah yang menjaga keaslian ajaran Dhamma ^:)^ )
Catatan Dipavamsa menyebutkan kedatangan Thera Mahinda yang merupakan anak kandung raja Asoka untuk membawa ajaran Sang Buddha ke Sri Lanka dan mengembangkan disana, juga dapat dicocokan di Prasasti Asoka yang juga menyebutkan mengirim Thera Mahinda ke Lanka Dipa, jadi catatan ini cocok padahal jaman dulu blm ada sms ato BBM untuk saling mencocokkan satu sama lain.
[at] Kainyn KuthoMengenai penyebab perpecahan, tidak ada yang tahu hal apa yang menyebabkan mereka berbeda jalan. Mengenai vinaya, pihak Sthaviravada mengatakan Mahasanghika mau memangkas vinaya, sedangkan pihak Mahasanghika mengatakan Sthaviravada mau menyisipkan vinaya baru. Tapi kalau dilihat dari Pratimoksha-nya, tidak juga ada perbedaan berarti dalam peraturan-peraturan mayor, paling beda soal minor (yang saya ingat ukuran kain untuk luka dan sejenisnya). IMO, sepertinya pembeda mereka bukan dari vinaya.
apa perbedaan aliran sthaviravada dan mahasanghika?
jadi setiap turunan kelompok tersebut, mempunyai ajaran2 yang berbeda? mengapa?Kalau dalam masa Sangha Buddha, ketika ada permasalahan baru, tinggal dibawa ke hadapan Buddha, maka diselesaikan langsung. Setelah Buddha parinirvana, masih ada siswa-siswa langsung yang terkenal dan memang dipuji oleh Buddha. Apa yang mereka putuskan akan dipatuhi oleh para siswa lainnya. Namun seiring waktu, para siswa yang dihormati itu juga meninggal/parinirvana. Ketika terjadi perbedaan pendapat, karena tidak ada satu otoritas yang menentukan, maka bisa terjadi perbedaan penafsiran yang membawa pada perbedaan aplikasi ajaran dalam kehidupan itu sendiri. Makin jauh ke belakang, tentu penafsirannya juga jadi lebih berbeda lagi, akhirnya muncullah cabang-cabang aliran ini.
wuahh... sy baru tau ada byk kisah menarik. hhahha... dari dulu tuh waktu sekolah, buku yang dipegang cuma satu, riwayat hidup buddha gotama. tapi kayaknya ndak ada crita spy yang anda-anda paparkan diatas. trus drmn anda-anda sekalian menilai ada yang cocok dan ada yang tidak cocok?
[at] KK:Begitu kita omong akhir duhkha/dukkha, "nirvana/nibbana" saja, sebetulnya persepsi dan konsep tiap orang sudah berbeda. Berbagai aliran juga berbeda-beda definisinya. Jadi kalau ditanyakan, "apakah belajar aliran X bisa membawa pada Nirvana versi aliran Y?", jawabnya pasti ga bisa.
Maaf, kalo boleh OOT sejenak, mau nanya, menurut om KK, apa manfaatnya kita mempelajari sejarah perpecahan Buddhisme awal dan pembentukan sekte2 ini atau secara umum studi tentang Buddhisme awal ini apa sih manfaatnya bagi kemajuan spiritual? Apakah bisa membawa pada akhir dukkha seperti yang diamanatkan Sang Buddha?
Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.
[at] Kai... Jika kata-nya sthaviravada dan Theravada itu berbeda... dimana-kah perbedaannya ?Sudah saya singgung sebelumnya:
Gambaran kasarnya adalah Theravada (yang sekarang) = Sthaviravada + Abhidhamma + Komentar + Visuddhimagga + tradisi setempat + sejarah sektarian.
malah ada 4 cara kalau merujuk ke Yuganadha Sutta...;D
-------------------------------
Anguttara Nikaya 4.170
Yuganaddha Sutta
Berpasangan
Pada suatu waktu YM Ānanda sedang tinggal di Kosambi, di Vihara di Taman Ghosita. Disana beliau berbicara pada para bhikkhu, "Teman-teman!"
"Ya, teman," jawab para bhikkhu.
YM Ananda berkata: "Teman-teman, siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya didepan hadapanku, mereka semua melalui satu dari empat jalan. Apakah empat itu?
(1) "Ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan. Seiring dia mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.
(2) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.
(3) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan bersama-sama dengan pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.
(4) "Kemudian ada kasus dimana pikiran seorang bhikkhu yang kegelisahan tentang Dhamma [Komentar: kekotoran pandangan] terkendali dengan baik. Ada suatu waktu dimana pikirannya menjadi seimbang didalam, tenang, dan menjadi terpusat & terkonsentrasi. Didalam dirinya sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.
"Siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya dihadapanku, mereka semua melakukannya melalui salah satu dari empat jalan ini.
Begitu kita omong akhir duhkha/dukkha, "nirvana/nibbana" saja, sebetulnya persepsi dan konsep tiap orang sudah berbeda. Berbagai aliran juga berbeda-beda definisinya. Jadi kalau ditanyakan, "apakah belajar aliran X bisa membawa pada Nirvana versi aliran Y?", jawabnya pasti ga bisa.
Tujuan membahas aliran-aliran awal ini, IMO adalah memperluas wawasan, mendapatkan hal-hal yang mungkin saja selama ini tidak ditemukan dalam sekte yang kita pelajari.
Contohnya saya dulu melihat kehidupan di alam-alam menurut Theravada, berdasarkan kelipatan umurnya biasanya tiap naik satu tingkat dikali 2 atau 4, tapi kenapa dari Subhakinha (Jhana 3 tertinggi) ke Jhana 4 (Vehaphala/Asannasatta) lompatnya jauh sekali langsung kelipatan 8 dari 64 MK langsung 500 MK. Di "Mahayana" ternyata ada tambahan lagi, namun masuk ke Suddhavasa (di atas Akanittha), jadi tidak menjawab. Belakangan saya baru tahu ternyata di Sarvastivada mencatat ada Anabhraka & Punyaprasava di Jhana 4 dengan umur 125 & 250 MK. Klop dengan yang saya cari. Walaupun tetap saja yang mana yang benar tidak tahu, tapi menimal menambah khazanah pengetahuan.
Selain itu, dengan membandingkan berbagai aliran, kita bisa melihat bagaimana kesamaan dan perbedaan antar aliran, melihat latar belakang pembentukannya, sehingga bisa mendapatkan gambaran kira-kira Ajaran Buddha dan Sangha Awal, sebelum diinterpretasikan secara berbeda (oleh para siswa belakangan) dan terpecah menjadi aneka aliran.
Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.
IMO. studi Buddhisme awal juga merupakan berbagai penafsiran terhadap teks-teks yang lebih tua yang dianggap pra-sektarian, apakah bisa menjamin membawa menuju Nibbana?Benar. Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias.
Kalo menambah pengetahuan, saya setuju, tetapi apakah ada manfaat praktis dari pengetahuan seperti ini? Dengan kata lain, apakah pengetahuan tentang Buddhisme awal bisa mendukung praktek sebagai seorang Buddhis?Tentu pengetahuan teori Buddhisme Awal bisa sangat mendukung praktek sebagai seorang Buddhis "yang memiliki pandangan sesuai Buddhisme Awal".
Benar. Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias.
Di sini tujuannya adalah meminimalisasi bias. Pendeknya, daripada menafsirkan tafsiran dari tafsiran dari tafsiran dari tafsiran, lebih baik menafsirkan tafsiran.
Tentu pengetahuan teori Buddhisme Awal bisa sangat mendukung praktek sebagai seorang Buddhis "yang memiliki pandangan sesuai Buddhisme Awal".
Bagaimana caranya meminimalkan bias dalam studi Buddhisme awal? Mengingat "Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias"Misalkan ada satu sumber lagi bicara didengarkan 10 orang, A, B, C, ... , J. Setiap orang menceritakannya kepada orang lain, A ke A1, B ke B1, ... , J ke J1. Kemudian diceritakan lagi ke orang lain, dan diceritakan lagi sampai kita dapat A10, B10, C10, ... , J10, yang masing-masing ngomongnya sangat jauh berbeda. Lalu bagaimana mengetahui apa yang dikatakan si sumber? Pilih salah satu dari 10 orang terakhir itu dan mengimaninya? Sah-sah saja.
Maaf, bisa dalam bentuk contoh yang konkrit?Saya pikir salah satu contoh manfaatnya adalah sebagai sarana menilai diri: "apakah selama ini saya memiliki saddha yang bermanfaat, ataukah sekadar sikap fanatik membuta?"
Sudah saya singgung sebelumnya:
;D
Bagaimana bang dilbert mengartikan (yuganadha) sutta tersebut sehubungan dengan pendapat praktisi sekarang?
[at] KK: Ok, thx.... ;D:)
mungkin beberapa praktisi belum pernah membaca Yuganadha sutta, jadi merasa yang dijalani-nya adalah yang PALING BENAR, yang lain SALAH. heheheheSaya yakin kebanyakan mereka sudah baca kok, hanya saja punya interpretasi yang berbeda sendiri atau mungkin diabaikan. :D
mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?
Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?
Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.
menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?
_______________
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian danjhanaketenangan itu beriringan.
mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?
Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?
Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.
menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?
_______________
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian danjhanaketenangan itu beriringan.
Saya pikir salah satu contoh manfaatnya adalah sebagai sarana menilai diri: "apakah selama ini saya memiliki saddha yang bermanfaat, ataukah sekadar sikap fanatik membuta?"
IMO. studi Buddhisme awal juga merupakan berbagai penafsiran terhadap teks-teks yang lebih tua yang dianggap pra-sektarian, apakah bisa menjamin membawa menuju Nibbana?
mengenai ajaran, kalau patokannya hanya sutta? apa cukup sahih?Kita di sini mempelajari Buddhisme Awal bukan menentukan mana sahih mana tidak, mana benar mana salah, tapi memahami yang mana ajaran awal, yang mana interpretasi belakangan, mengapa bisa muncul interpretasi demikian. Jadi hanya seputar informasi dan fakta saja, bukan semacam satu "sekte" baru bermerk Buddhisme Awal.
Lalu, Yuganadha Sutta, sebenarnya tidak disinggung tentang Jhana ya. Apakah Jhana termasuk salah satu salah-tafsir atas "ketenangan"?Ini yang menarik. Mungkin ada yang bisa info di sini teks rujukan asal mula yang menyatakan Samatha/Vipassana sebagai jenis meditasi?
Kalau yang saya tangkap dari pandangan umum, cmiiw:
- ketenangan diartikan sebagai samatha (fokus ke satu objek)
- pandangan terang = vipassana = satipatthana.
menurut Buddhisme Awal, apakah interpretasi itu benar?
saya sendiri tidak begitu paham sutta itu karena rasanya, perhatian danKalau dari sutta, memang samma samadhi merujuk pada jhana, khususnya jhana 4, dan itu memiliki 4 faktor: kemurnian perhatian (satiparisuddhi), kemurnian keseimbangan, perasaan bukan-menyakitkan-bukan-menyenangkan, konsentrasi.jhanaketenangan itu beriringan.
cara-nya utk mencapai Jhana bukan-kah dengan fokus ke satu objek ? atau bukan ?
saddha bermanfaat yang bagaimana maksudnya?Yang berdasarkan kebenaran dan pemahaman, bukan "katanya-katanya" dan digenggam secara membuta.
jangankan yang sektarian atau yang pra sektarian atau apa. sy mau tanya, apakah sudah ada yang pernah capai nibbana hanya dengan ajaran2 yang ada selama ini dari sutta dll?Kalau untuk kemajuan batin, itu seharusnya memang urusan masing-masing. Jika belajar Buddhisme tentu tahu ada yang namanya Pratyeka/Pacceka Buddha, yang tidak belajar Buddhisme namun merealisasi Nirvana.
jangankan yang sektarian atau yang pra sektarian atau apa. sy mau tanya, apakah sudah ada yang pernah capai nibbana hanya dengan ajaran2 yang ada selama ini dari sutta dll?
Kita di sini mempelajari Buddhisme Awal bukan menentukan mana sahih mana tidak, mana benar mana salah,
* tapi memahami yang mana ajaran awal, yang mana interpretasi belakangan,
* * mengapa bisa muncul interpretasi demikian.
dari yang saya pahami, kalau yang * , cukup patokan ke sutta saja kalau mau tau ajaran awal..Secara kasarnya, memang patokan ajaran yang awal kalau dari kanon Pali adalah DN, MN, SN, AN, Suttanipata, Dhammapada, Udana, Itivuttaka, Theragatha, Therigatha, dan sebagian Jataka. Namun dalam pembahasan lebih terperinci oleh para sarjana Buddhis, ditemukan juga sutta-sutta yang diduga disisipkan konten tertentu.
Tapi kalau yang * * , memang perlu peninjauan ke variasi interpretasi / sekte.
dari yang saya pahami, kalau yang * , cukup patokan ke sutta saja kalau mau tau ajaran awal..
Tapi kalau yang * * , memang perlu peninjauan ke variasi interpretasi / sekte.
kalau saya, kecuali ada yang bisa membuktikan ada yang lebih awal dari theravada (khusus-nya 4 nikaya awal), maka sampai saat ini seharus-nya 4 nikaya awal yang paling awal.Bukan hanya Avatamsaka Sutra, namun semua teks yang memiliki setting "khotbah Buddha" pasti disertai klaim sebagai teks awal oleh penganutnya. Bagaimana caranya teks awal tidak muncul pada masa awal, masing-masing punya cerita pembenarannya sendiri yang biasanya berkisar kisah gegabahnya otoritas pencatat melewatkan teks itu atau kisah "rahasia-rahasiaan" eksklusif untuk kelompok tertentu. Semua teks Mahayana, termasuk Avatamsaka Sutra ini, munculnya tidak lebih awal dari abad 1 SM.
(walaupun ada klaim dari Sekte Tiantai bahwa Avatamsaka Sutra adalah Sutra yang dibabarkan lebih dahulu dibandingkan dengan Dhammacakkapavatana Sutta).
Bukan hanya Avatamsaka Sutra, namun semua teks yang memiliki setting "khotbah Buddha" pasti disertai klaim sebagai teks awal oleh penganutnya. Bagaimana caranya teks awal tidak muncul pada masa awal, masing-masing punya cerita pembenarannya sendiri yang biasanya berkisar kisah gegabahnya otoritas pencatat melewatkan teks itu atau kisah "rahasia-rahasiaan" eksklusif untuk kelompok tertentu. Semua teks Mahayana, termasuk Avatamsaka Sutra ini, munculnya tidak lebih awal dari abad 1 SM.
Berarti 4 nikaya awal itu dokumentasi yang paling awal yang bisa di-trace ?Ya, paralel dari 4 Nikaya awal (=Agama Sutra) ditemukan di semua aliran awal dan memang di-trace sebagai "akar" dari teks-teks lain yang muncul belakangan. Selain itu juga bisa di-trace pratimoksha/patimokkha antara sekte-sekte yang sangat mirip. Untuk vinaya, isinya juga "tua", tapi penyusunannya dilakukan belakangan jadi susunan dan pembagian antara aliran berbeda.
Ya, paralel dari 4 Nikaya awal (=Agama Sutra) ditemukan di semua aliran awal dan memang di-trace sebagai "akar" dari teks-teks lain yang muncul belakangan. Selain itu juga bisa di-trace pratimoksha/patimokkha antara sekte-sekte yang sangat mirip. Untuk vinaya, isinya juga "tua", tapi penyusunannya dilakukan belakangan jadi susunan dan pembagian antara aliran berbeda.
itu kalau kajian dari kronologis-nya... kalau kajian dari isi-nya ?Kalau dari isi, sama juga bisa dibandingkan antara satu dengan lainnya sesuai kemunculan, maka bisa diperkirakan latar belakangnya. Misalnya konsep Dasa Parami yang tidak ada pada masa Buddhisme Awal, namun muncul belakangan kira-kira sejaman dengan konsep Sad Paramita dari Mahayana, maka bisa diperkirakan adalah sebuah reaksi terhadap, atau adaptasi dari Mahayana.
Secara kasarnya, memang patokan ajaran yang awal kalau dari kanon Pali adalah DN, MN, SN, AN, Suttanipata, Dhammapada, Udana, Itivuttaka, Theragatha, Therigatha, dan sebagian Jataka. Namun dalam pembahasan lebih terperinci oleh para sarjana Buddhis, ditemukan juga sutta-sutta yang diduga disisipkan konten tertentu.
yang diduga disisipkan yang mana aja, bro?Gak inget karena memang belum dipastikan juga, jadi masih sebatas opini dan argumen. Nanti kalau kebetulan ketemu lagi, saya info.
*kalau ada link-nya, share aja. Nanti ta' baca sendiri..
[at] dhammadinna[at] bro KK,
Tentang sutta yang muncul belakangan, ada titipan dari "almarhum" Kalyanamitta untuk cek ke MN 124. Bakkulasutta. Sutta itu terjadi sewaktu Bakkula menjelang wafat pada umur 160 tahun (Komentar Digha Nikaya juga mengatakan umur tersebut). Diceritakan bahwa ia menjadi bhikkhu pada umur 80 tahun, 7 hari sebagai penghutang*, lalu 80 tahun tanpa noda. Jadi seandainyapun kita hitung Bakkula masuk Sangha pada tahun pertama Buddha mengajar, berarti sutta itu dibabarkan 35 tahun setelah Mahaparinibbana, dan jelas tidak ada dalam pengulangan konsili 1 yang hanya berjarak 3 bulan Mahaparinibbana.
*Dalam bahasa Bakkula, orang belum suci belum pantas menerima dana, maka semua makanan itu adalah hutang.
[at] bro KK,Iya, tapi itu 'kan Bakkula yang omong, bukan saya.
Tetapi bila kita berdana dengan NIAT berdana kepada Sangha, maka dana ini akan menjadi dana sangha baik sangha sejak dahulu hingga sekarang. ^:)^
yang diduga disisipkan yang mana aja, bro?
*kalau ada link-nya, share aja. Nanti ta' baca sendiri..
Iya, tapi itu 'kan Bakkula yang omong, bukan saya.;D
IMO, bukan berarti yang puthujjana ga perlu dikasih dana, tapi dari bhikkhunya sendiri harus sadar diri dan terus bertekad untuk menembus kesucian sehingga bisa menerima dana tanpa perasaan berhutang.
[at] KK, "almarhum", dan Shinichi: oke thanks.. :)
yang 'almarhum' Kalyana mitta, itu jadi 'mahluk gentayangan' =))Dengan perantaraan dukun tertentu, masih bisa diajak komunikasi.
yang 'almarhum' Kalyana mitta, itu jadi 'mahluk gentayangan' =))berarti dia "ada atau "tidak ada"..setelah parinibanna?
berarti dia "ada atau "tidak ada"..setelah parinibanna?Bukan ada, bukan pula tidak ada.
1. "Almarhum" ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku=)) =))
2. "Almarhum" tidak ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
3. "Almarhum" ada dan tidak ada setelah setelah Parinibbana --> tidak berlaku
4. "Almarhum" bukan ada dan bukan tidak ada setelah Parinibbana --> tidak berlaku
;D
berarti dia "ada atau "tidak ada"..setelah parinibanna?
Hanya sebagai pertimbangan.utk yg buddha sebelumnya kekna ada beberapa sutta yg singgung jg
Masalah Buddha sebelum Buddha
Jika benar 4 Nikaya bisa dikatakan sebagai ”autentik” dan juga ada di agama sutra, maka pertanyaan: ”Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?” dapat ditemukan di Digha Nikaya 14 (Mahapadana Sutta) meskipun di sana hanya disebut 6 Buddha sebelum Buddha Gotama.
Masalah Bakkula Sutta (MN 124)soa yg bakkula 80 tahun meninggalkan keduniawian, itu diterjemahkna dari kata "going forth". dan kalau dari paragraf2 itu semua, ada soal masa kathina, ada mengajarkan ke bhikkhuni, ada singgung companions in holy life, semua sepertinya mengarah pada menjadi samanna dibawah dhamma sang buddha bukan dhamma dari brahmana lain, selama 80 tahun ketika kejadian dalam sutta itu
Jika kita tidak menghiraukan Kitab Komentar maka di Bakkula Sutta (MN 124) hanya ada informasi selama 80 tahun Bakkula telah meninggalkan keduniawian. Tidak spesifik dikatakan usianya berapa saat persitiwa kotbah itu.
Dalam teks Pali juga tidak secara spesifik disebut bahwa Bakkula menjadi bhikkhu pada usia 80 tahun, tapi disebut ia telah menjadi pabbajita selama 80 tahun. Pabbajita tidaklah berarti seorang bhikkhu, seorang brahmana pun adalah seorang pabbajita, melepaskan keduniawian. Praktik meninggalkan keduniawian, selibat, dll juga dipraktikan oleh kaum brahmana. Bisa dikatakan Bakkula telah melalui 2 tahap meninggalkan keduniawian selama 80 tahun tersebut, pertama menjadi brahmana dan kedua baru menjadi siswa Sang Buddha. 2 tahap ini banyak dilalui oleh siswa Sang Buddha.
Jadi masih memungkinkan kotbah Bakkula dibabarkan di antara rentang waktu pembabaran Dhamma Sang Buddha, dengan ketentuan Bakkula lebih lama menjadi brahmana dibandingkan menjadi bhikkhu (50:30) hingga ia parinibbana.
Dan bagi saya hingga saat ini sutta ini masih taraf wajar dan bukan sisipan.
(catatan: saya melihat indikasi kesalahan terjemahan di Bakkula Sutta di hal 1606, ayat 38, Majjhima Nikaya yang diterjemahkan DC, mengenai “selama 7 hari setelah meninggalkan keduniawian”. Pali: Sattāhameva kho ahaṃ āvuso, saraṇo raṭṭhapiṇḍaṃ bhuñjiṃ - Mungkin seharusnya (cmiiw): selama 7 hari setelah ber-”sarana.....” (mengambil perlindungan. ))
Cmiiw
soa yg bakkula 80 tahun meninggalkan keduniawian, itu diterjemahkna dari kata "going forth". dan kalau dari paragraf2 itu semua, ada soal masa kathina, ada mengajarkan ke bhikkhuni, ada singgung companions in holy life, semua sepertinya mengarah pada menjadi samanna dibawah dhamma sang buddha bukan dhamma dari brahmana lain, selama 80 tahun ketika kejadian dalam sutta itu
Hanya sebagai pertimbangan.Betul, dari 4 Nikaya ada tapi hanya mundur sampai ke Buddha Vipassi. Jika dari sumber di luar itu, baru didapatkan mundur sampai 539 Buddha pada masa Purana Dipankhara memberi ramalan pasti Bodhisatta Dipankhara akan mencapai kesempurnaan pada masa 16 Asankheyya berikutnya, dan pada saat itu, Bodhisatta Gotama akan menerima ramalan pasti darinya.
Masalah Buddha sebelum Buddha
Jika benar 4 Nikaya bisa dikatakan sebagai ”autentik” dan juga ada di agama sutra, maka pertanyaan: ”Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?” dapat ditemukan di Digha Nikaya 14 (Mahapadana Sutta) meskipun di sana hanya disebut 6 Buddha sebelum Buddha Gotama.
Masalah Bakkula Sutta (MN 124)Betul, dari sutta ini saja tidak dikatakan umur berapa ia meninggalkan keduniawian.
Jika kita tidak menghiraukan Kitab Komentar maka di Bakkula Sutta (MN 124) hanya ada informasi selama 80 tahun Bakkula telah meninggalkan keduniawian. Tidak spesifik dikatakan usianya berapa saat persitiwa kotbah itu.
Dalam teks Pali juga tidak secara spesifik disebut bahwa Bakkula menjadi bhikkhu pada usia 80 tahun, tapi disebut ia telah menjadi pabbajita selama 80 tahun. Pabbajita tidaklah berarti seorang bhikkhu, seorang brahmana pun adalah seorang pabbajita, melepaskan keduniawian. Praktik meninggalkan keduniawian, selibat, dll juga dipraktikan oleh kaum brahmana. Bisa dikatakan Bakkula telah melalui 2 tahap meninggalkan keduniawian selama 80 tahun tersebut, pertama menjadi brahmana dan kedua baru menjadi siswa Sang Buddha. 2 tahap ini banyak dilalui oleh siswa Sang Buddha.Dalam perhitungan vassa, tidak pernah ada perhitungan "vassa waktu jadi petapa X + [vassa waktu jadi petapa Y ...] + vassa bhikkhu". Semua dihitung dalam konteks menjadi bhikkhu. Jika seseorang ditahbiskan dalam sangha, terlepas dulunya sudah bertapa bertahun-tahun, tetap vassa-nya mulai dari 0 lagi.
Jadi masih memungkinkan kotbah Bakkula dibabarkan di antara rentang waktu pembabaran Dhamma Sang Buddha, dengan ketentuan Bakkula lebih lama menjadi brahmana dibandingkan menjadi bhikkhu (50:30) hingga ia parinibbana.
Dan bagi saya hingga saat ini sutta ini masih taraf wajar dan bukan sisipan.
(catatan: saya melihat indikasi kesalahan terjemahan di Bakkula Sutta di hal 1606, ayat 38, Majjhima Nikaya yang diterjemahkan DC, mengenai “selama 7 hari setelah meninggalkan keduniawian”. Pali: Sattāhameva kho ahaṃ āvuso, saraṇo raṭṭhapiṇḍaṃ bhuñjiṃ - Mungkin seharusnya (cmiiw): selama 7 hari setelah ber-”sarana.....” (mengambil perlindungan. ))"Sattāhameva kho ahaṃ, āvuso, saraṇo raṭṭhapiṇḍaṃ bhuñjiṃ"
Cmiiw
kalau mau percaya semua dokumentasi itu bisa di-"trace" ke Buddha, maka harus "percaya" dengan apa yang di-hasilkan konsili ke-4... kalau tidak yah gugur semua-nya... karena dokumentasi tertulis hanya muncul sejak konsili ke-4... dan apa yang terjadi di konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 BUKAN LAIN adalah hasil dari konsili ke-3...
dan untuk MEMPERKUAT "PERCAYA"-nya itu, maka harus bisa dipercaya juga bahwa bhikkhu-bhikkhu yang ada di konsili ke-4 itu adalah ARAHAT. Kalau bukan ARAHAT, emang bisa dipercaya itu ajaran yang bersumber dari Buddha (dan/atau murid-murid-nya)
Kalo begitu, sama saja, para Mahayanis juga bisa mengklaim demikian bahwa sutra-sutra Mahayana telah ditulis tak lama setelah Parinibbana Sang Buddha oleh para Bodhisattva dalam konsili Mahayana dan harus bisa dipercaya juga bahwa para peserta konsili Mahayana tsb adalah Bodhisattva yang menyempurnakan jalan Kebuddhaan.
Saya rasa argumentasi seperti ini tidak bisa dipakai dalam studi Buddhisme awal.....
Yang mempercayai Pali Pitaka boleh berbeda dengan Mahayana Pitaka, karena bisa di-dapat-kan garis pemisah yang jelas...
Sedangkan ini yang diperdebatkan adalah penggalan-penggalan atau bagian yang sudah di-masukkan ke dalam keranjang yang dinamakan ajaran Buddha oleh Konsili ke-4... yang mana tidak ada dokumentasi yang lebih tua yang dapat didapatkan kecuali kisah-kisah konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 yang juga didapatkan dari konsili ke-4...
Jadi kalau Kita tidak bisa menerima keseluruhan hasil dari konsili ke-4.... dengan KAPASITAS apakah kita bisa mengatakan sutta yang ini ajaran Buddha, ini bukan ajaran Buddha (ini tambahan yang tidak saya akui)...
Jadi GAMPANG-nya adalah... anda menerima keseluruhan kitab-kitab yang dihasilkan konsili ke-4 atau tidak ?
Jika TIDAK, dengan kapasitas apakah, anda mengatakan bagian yang ini ajaran buddha, bagian yang itu bukan ajaran buddha (yang ditambah-belakangan) ?
contoh : Abhidhamma Pitaka, juga di-sah-kan dan dimasukkan ke dalam Tipitaka sebagai ajaran Buddha... Tetapi memang ada beberapa pihak yang mengatakan Abhidhamma Pitaka Bukan ajaran Buddha, tetapi pemikiran para filsuf buddhis....
Lah.... Semua kitab yang kita ketahui bukan-kah berasal dari konsili ke-4.... Jika Hasil konsili ke-4 mengatakan bahwa Abhidhamma Pitaka itu adalah bagian dari pengajaran Buddha, dengan apakah kita mengatakan bukan ?
Jika anggapan kita abhidhamma pitaka adalah bukan ajaran Buddha dengan membandingkan tidak ada di kisahkan di 4 nikaya + vinaya... maka 4 nikaya dan vinaya itu juga jangan diterima... karena berasal dari hasil orang yang sama (baca : konsili ke-4).
Yang mempercayai Pali Pitaka boleh berbeda dengan Mahayana Pitaka, karena bisa di-dapat-kan garis pemisah yang jelas...Dalam pembahasan Buddhisme awal, "garis pemisah" bukan hanya berdasarkan doktrin semata, tapi juga dilihat dari segi sejarah. Jadi dalam hal ini, mau Theravada, Mahayana, atau apapun, dipandang sama dan disandingkan.
Sedangkan ini yang diperdebatkan adalah penggalan-penggalan atau bagian yang sudah di-masukkan ke dalam keranjang yang dinamakan ajaran Buddha oleh Konsili ke-4... yang mana tidak ada dokumentasi yang lebih tua yang dapat didapatkan kecuali kisah-kisah konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 yang juga didapatkan dari konsili ke-4...Sama sekali keliru. Pembahasan kita di sini bukan sebatas literatur Buddhis Theravada, tapi literatur Buddhis semua sekte (awal), bahkan bukti-bukti sejarah serta budaya. Sangat banyak sekali sumber-sumber lain tentang Buddhisme selain konsili 4 Sri Lanka.
Jadi kalau Kita tidak bisa menerima keseluruhan hasil dari konsili ke-4.... dengan KAPASITAS apakah kita bisa mengatakan sutta yang ini ajaran Buddha, ini bukan ajaran Buddha (ini tambahan yang tidak saya akui)...Ini memang pilihan, jika sudah putuskan menerima bulat-bulat konsili IV, berarti memang tidak ada gunanya mempelajari sejarah lagi, tidak ada manfaatnya. Sama seperti sudah patok harga mati buku PSPB dulu pasti benar, tidak ada gunanya menyelidiki sejarah PKI, misalnya.
Jadi GAMPANG-nya adalah... anda menerima keseluruhan kitab-kitab yang dihasilkan konsili ke-4 atau tidak ?
Jika TIDAK, dengan kapasitas apakah, anda mengatakan bagian yang ini ajaran buddha, bagian yang itu bukan ajaran buddha (yang ditambah-belakangan) ?Di sini kita tidak main otoritas subjektif, misalnya konsili x diasumsikan kumpulan arahant, maka keputusannya pasti benar. Di sini penentuannya berdasarkan bukti-bukti yang diselidiki dan diuji, bukan hasil pendapat seseorang yang dianggap "berkapasitas". Sama juga menyelidiki apa yang terjadi tahun 65 bukan berarti merasa diri "berkapasitas" menyaingi Suharto.
contoh : Abhidhamma Pitaka, juga di-sah-kan dan dimasukkan ke dalam Tipitaka sebagai ajaran Buddha... Tetapi memang ada beberapa pihak yang mengatakan Abhidhamma Pitaka Bukan ajaran Buddha, tetapi pemikiran para filsuf buddhis....Mungkin kalau kejadiannya terlalu jauh, banyak yang masih bingung, jadi saya coba beri contoh yang tidak terlalu jauh.
Lah.... Semua kitab yang kita ketahui bukan-kah berasal dari konsili ke-4.... Jika Hasil konsili ke-4 mengatakan bahwa Abhidhamma Pitaka itu adalah bagian dari pengajaran Buddha, dengan apakah kita mengatakan bukan ?Jadi antara "tolak semua' atau "terima semua" secara membuta yah? ;D
Jika anggapan kita abhidhamma pitaka adalah bukan ajaran Buddha dengan membandingkan tidak ada di kisahkan di 4 nikaya + vinaya... maka 4 nikaya dan vinaya itu juga jangan diterima... karena berasal dari hasil orang yang sama (baca : konsili ke-4).
Kisah konsili I dan II tidak hanya ditemukan dalam tradisi Theravada saja, namun hampir semua aliran Buddhisme awal terdapat kisah konsili I dan II ini (Theravada, Sarvastivāda, Mahasanghika, Dharmaguptaka, dst). Sedangkan konsili III dan IV hanya terdapat dalam tradisi Theravada.
Sama sekali keliru. Pembahasan kita di sini bukan sebatas literatur Buddhis Theravada, tapi literatur Buddhis semua sekte (awal), bahkan bukti-bukti sejarah serta budaya. Sangat banyak sekali sumber-sumber lain tentang Buddhisme selain konsili 4 Sri Lanka.
Dan jangan lupa Sarvastivada juga mengadakan konsili 4 di Kasmir, jadi sekali lagi sumber sejarah bukan hanya satu.
Ini memang pilihan, jika sudah putuskan menerima bulat-bulat konsili IV, berarti memang tidak ada gunanya mempelajari sejarah lagi, tidak ada manfaatnya. Sama seperti sudah patok harga mati buku PSPB dulu pasti benar, tidak ada gunanya menyelidiki sejarah PKI, misalnya.
Di sini kita tidak main otoritas subjektif, misalnya konsili x diasumsikan kumpulan arahant, maka keputusannya pasti benar. Di sini penentuannya berdasarkan bukti-bukti yang diselidiki dan diuji, bukan hasil pendapat seseorang yang dianggap "berkapasitas". Sama juga menyelidiki apa yang terjadi tahun 65 bukan berarti merasa diri "berkapasitas" menyaingi Suharto.
Sayangnya dalam penelitian harus mempertahankan sikap objektif, jadi perlu pemahaman dan penyelidikan kasus per kasus, bukan modal iman demikian.
aliran buddhis yang mana ?
aliran buddhis yang mana ?Semuanya lah. Memangnya kebenaran sejarah cuma milik aliran tertentu saja?
ada bukti-nya ?Cpddd... Bacalah dari halaman pertama.
Kata siapa tidak ada manfaat-nya, justru dengan banyak belajar baru tahu, kalau memang yang bisa di-jadi-kan pegangan adalah hasil dari konsili ke-IV versi (Theravada) yang kita kenal sekarang... Jika ada yang mengganggap versi lain lebih baik, yah silahkan saja... dan tentu-nya muncul-kan bukti-nya donk.Cpddd...
Kalau tidak mau menganggap Peserta Konsili ke-4 adalah arahat , maka dengan dasar apa-kah kita meyakini apa yang diturunkan di konsili ke-4 itu berasal dari konsili ke-3, yang kata-nya berasal dari konsili ke-2, dan yang kata-nya lagi berasal dari konsili ke-1 dan bersumber dari Buddha (dan murid-muridnya) ??Ya... ya... konsili 1,2,3 di semesta ini hanya tercatat di konsili 4 Mahaviharavasin Sri Lanka, tidak ada sumber lain.
oh iya, dan mungkin saja Sangha Thai dan Sangha Burma bisa salah ribuan tahun... sipppp...Ga ribuan tahun sih, baru 200 tahun saja kok kanonisasinya.
Yang dipelajari dalam Buddhisme awal adalah sumber-sumber dari berbagai aliran yang dibandingkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana bentuk Buddhisme pra-sektarian sesungguhnya, sedangkan jika hanya merujuk pada satu sumber saja dari aliran Buddhisme mana pun itu, sumber tsb jelas bersifat sektarian aliran tsb.
Oleh sebab itu, dalam topik-topik Buddhisme awal perspektif dari satu aliran saja tidak dapat digunakan.
Ga ribuan tahun sih, baru 200 tahun saja kok kanonisasinya.
Dan tentu saja dua sangha itu keliru, karena yang benar adalah Sangha Sri Lanka yang tidak kanonisasi, dan Sri Lanka itu 'kan dhammadipa. hehehe
Cpddd...
dari dulu sampai sekarang diskusi berbasis iman dan kebebasan berpikir & fakta tidak akan pernah ketemu dan tidak pernah nyambung...
muncul lagi aliran baru, buddhisme awal... padahal isi-nya yah comot sebagian sana-sini, gak ada yang baru...
Saddha...mau saddha, iman, faith atau kepercayaan, sama saja esensinya...
Sudah dibilang Buddhisme awal itu bentuk Buddhisme sebelum terjadinya perpecahan aliran-aliran. Ini bukan aliran baru, namun suatu studi yang dilakukan para sarjana terhadap perkembangan Buddhisme pada awalnya. Selengkapnya bisa dibaca di http://en.wikipedia.org/wiki/Pre-sectarian_BuddhismTaruhan makan siang, ga bakalan dibuka ataupun diresearch ttg "aliran baru" itu. Hehehe
Taruhan makan siang, ga bakalan dibuka ataupun diresearch ttg "aliran baru" itu. Hehehe
Taruhan makan siang, ga bakalan dibuka ataupun diresearch ttg "aliran baru" itu. Hehehe
mau aja bertaruh !'Kan keliatan kalo orang yang memang research, minimal punya pengetahuan dan tercermin dari tulisannya. Lagipula cuma makan siang, ga apa lah traktir sekali-sekali. :D
tapi bagaimana cara mengetahui ada atau tidak diresearch ttg "aliran baru". :)
Hehehe.... Setidaknya untuk meluruskan kesalahpahaman pembaca lain yang mau membuka/riset bahwa DC mengembangkan studi Buddhisme awal bukan berarti membuat aliran baru....Wah, justru kalo DC buka "aliran baru" merk "Early Buddhism/Buddhisme Awal", itu berarti pembajakan hasil penelitian susah payah oleh para ahli sejarah dan sarjana Buddhis.
'Kan keliatan kalo orang yang memang research, minimal punya pengetahuan dan tercermin dari tulisannya. Lagipula cuma makan siang, ga apa lah traktir sekali-sekali. :D
Wah, justru kalo DC buka "aliran baru" merk "Early Buddhism/Buddhisme Awal", itu berarti pembajakan hasil penelitian susah payah oleh para ahli sejarah dan sarjana Buddhis.
"Aliran Baru" ... :D Padahal Buddhisme Awal tidak ada doktrin khusus, vinaya khusus, bahkan tidak ada sangha dan umatnya.
jadi buddhisme awal itu ada-nya opo ?Adanya kumpulan dan pembahasan fakta-fakta aja. Lebih mirip studi ilmiah ketimbang agama.
Adanya kumpulan dan pembahasan fakta-fakta aja. Lebih mirip studi ilmiah ketimbang agama.
Silah-kan yang mau menganggap studi ilmiah... bagi saya masih tuntunan kehidupan...Nah, makanya kalau cocok dan mau memegang dan mengimani salah satu kepercayaan, sepenuhnya sah-sah saja. Tapi... board ini bukan tempat yang cocok. Silahkan main ke board aliran yang sesuai saja, di sana pembahasan basis iman sangat cocok.
'Kan keliatan kalo orang yang memang research, minimal punya pengetahuan dan tercermin dari tulisannya. Lagipula cuma makan siang, ga apa lah traktir sekali-sekali. :D
Nah, makanya kalau cocok dan mau memegang dan mengimani salah satu kepercayaan, sepenuhnya sah-sah saja. Tapi... board ini bukan tempat yang cocok. Silahkan main ke board aliran yang sesuai saja, di sana pembahasan basis iman sangat cocok.
sudah pernah check DNA om kai dan ortu ? cocok kagak ? kwkwkwkwOOT yah, jadi saya ga ladenin lagi. :)
Pembahasan yg menarik dari om KK. Jika sudah masuk dalam ranah studi ilmiah (ilmu sejarah), sekalipun "membuktikan" Buddha tidak pernah hidup di dunia ini, ini merupakan pernyataan yang kredibel dalam perspektif ilmu sejarah, yang tidak dapat diganggu gugat oleh argumen-argumen dari sisi yang bersifat iman, spiritualis, agamais, atau aspek-aspek padanannya.Betul, yang bersifat ilmiah pun sama sekali jauh dari sempurna, dan tidak bisa selalu menjelaskan segalanya. Studi ilmiah hanya bicara sejauh bukti konkret yang ada, lalu diambil kesimpulan berdasarkan logika. Jadi makin banyak bukti, makin luas dan dalam pengetahuan yang diperoleh, dan sebaliknya semakin sedikit bukti otomatis semakin kabur sempit dan dangkal pula pengetahuan yang didapat.
Sama seperti ketika seseorang disantet, dunia kedokteran hanya bisa mendiagnosa dan memberikan penanganan dari ranah ilmu kedokteran. Mau menyanggah hasil diagnosa dokter berdasarkan sudut pandang ilmu santet sampai ke mana pun ya percuma. Sekalipun orang itu mati, kendati benar karena santet, dokter tetap mengeluarkan surat hasil diagnosa: Mati serangan jantung, misalnya. :)