Memang kalau dilihat, banyak sistim 'timbal balik' yang beredar di kalangan kita, dengan iming2 sesuatu akhirnya ujung2nya mengharapkan kita berdana kepada mereka
Saya kurang begitu tahu, siapa yang tidak tepat atau mana yang seharusnya patut
Hal ini juga pernah menimpa saya sebagai umat, ditawarkan buku gratis, tapi ujung2nya diharapkan berdana, lalu saya iseng bertanya, emang biaya modal satu bukunya berapa ? lalu disebutkan sekian sekian, akhirnya saya lebihkan berdana agar mereka juga tidak sampai merugi, begitu ?
Nah sekarang kebalikannya nih, kita diundang untuk menjadi penceramah, entah itu sekolah minggu atau dhammadesana, lalu usai acara, pihak vihara atau panitia memberikan kita 'amplop' dengan dalih sebagai pengganti ongkos transport
Menurut rekan2, apakah kita boleh menerimanya ? Kalau Dhamma harus diberikan secara gratis, bagaimana dengan pemberi ceramah ? Yang memang butuh 'ongkos' ketempat dia diundang berceramah
Banyak guru2 Buddhis di daerah yang hidupnya masih di bawah rata2, namun baktinya terhadap pengajaran membuat mereka tetap exist mengabdi sebagai guru agama, bahkan ada yayasan yang bersedia membelikan puluhan sepeda agar dapat memudahkan transportasi bagi para guru tersebut
Jadi agak sulit bagi kita untuk menjudge, karena masing2 punya motivasi dan masalahnya sendiri2
Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000
Ternyata sistim kasta masih tetap berlaku sampai saat ini