bagaimana cara untuk kita mencapai kebebasan? dengan usaha-usaha perbuatan diri sendiri atau seperti petunjuk penting bahwa setiap kita dapat terbebas oleh karena apa seperti yang tercantum pada 'Udanna VIII.3', dengan menuju kesana?
seperti tulisanku terdahulu (aku sudah berkali-kali loh setiap menulis mengutip tulisan-tulisan yang sudah kutulis!?!!) :
Siapakah manusia yang sungguh telah menikmati keMutlakan dalam pencapaian dengan kekuatan diri sendiri.
Setiap usaha makhluk menghasilkan karma (sebab dan akibat bagi bentukan baru).
(usaha) dari ketidak-kekalan menghasilkan ketidak-kekalan,
(usaha) dari ketidak-sempurnaan menghasilkan ketidak-sempurnaan.
Didalam yang sempurna tidak ada lagi usaha pencapaian diri sendiri tersebut diatas dan akibatnya yang dibilang hasil.
sehingga tidak ada lagi yang dibilang karma, baik yang baik maupun yang buruk,
sebab semua terpenuhi bukan lagi oleh usaha diri (sendiri),
melainkan seperti kebenaran yang dinyatakan guru Buddha pada 'Udanna VIII 3'
mereka hidup dan berjalan di dalam (penundukan/penyerahan diri (ke)pada) keMutlakan, tanpa usaha dari (yang) ketidak-sempurnaan dan ketidak-kekalan lagi.
o ceee....!!!
Sdr. Coecoe, anda tidak pernah membaca Udana VIII.1, Udana VIII. 2, Udana VIII. 3 dan Udana VIII. 4 .
Jika anda memang berniat untuk berdiskusi, maka tolong jawab pertanyaan saya:
Sudahkan anda membaca Udana VIII.1, Udana VIII. 2, Udana VIII. 3 dan Udana VIII. 4 ? Mengenai apa?
Jika sudah, bisakah anda menuliskannya di sini?
Ada 2 kemungkinan kalau anda tidak menjawab pertanyaan ini.
1. Anda belum membacanya
2. Anda terlalu takut terkuak kebenarannya bahwa apa yang anda bicarakan adalah omong kosong
Dan ada 1 kemungkinan akibat dari anda tidak menjawab : anda tidak akan dipercaya oleh siapapun.
Selamat menjawab.
Reply #55
bukannya ada Udanna VIII.1-4 ?
mengapa sampai tidak terlihat kawan?
Maaf, terlewat sedikit, karena begitu cepat pergerakan topik ini, dan anggap saja saya hanya memastikan apakah anda
benar-benar membaca apa yang anda copas
Ternyata tidak.
Di sana jelas judulnya adalah
Parinibbana, dalam sutta-sutta tersebut tidak ada pembahasan mengenai issara/isvara/tuhan, lalu mengapa anda mengait-kaitkannya dengan tuhan?
Mengapa anda masih mengatakan itu adalah pencapaian kondisi, ketika tidak ada kemunculan (Udana VIII.1)?
Ketika dikatakan akhir penderitaan, mengapa anda mengatakan : Nibanna itu suatu pencapaian (kondisi), “
apakah tahu setelah itu?”?
Jadi penggunaan Udana VIII.3 oleh anda tidak berdasar sama sekali. Apa yang anda sampaikan tidaklah berkesesuaian. Anda menjelaskan sesuatu dengan pembuktian yang berbeda. Inilah akibat dari upaya mencampuradukan ajaran Buddha dengan ajaran lain, akan terjadi kekacauan.
Tanggapan ini juga sebagai tanggapan untuk topik Aa Tono.
Selanjutnya no comment