^^^
prinsipnya saya tidak setuju kekerasan, apalagi sampai terjadi kehilangan nyawa manusia.
saya tidak mengatakan galileo dan ahmadiyah adalah orang baik dan orang jahat
pada jaman itu galileo berani menentang situasi saat itu walaupun dia benar, konsekuensinya pasti siap terima.
begitu juga kaum ahmadiyah, mereka sudah tahu resiko yang akan diterima bila tetap mengadakan kegiatan secara terbuka karena sudah diingatkan oleh pemerintah, aparat berwenang, tokoh2 masyarakat dan lain2nya.
bro Morph, kamu tahu peraturan ke imigrasian di Myanmar ?
sekilas saja, bahwa di Myanmar setiap wanita yang bisa keluar negeri itu terbatas dan pembuatan harga paspor cukup mahal, dan wanita myanmar tidak boleh menyimpan paspor, setelah pulang dari LN, paspor disimpan/dititip oleh pihak aparat/petugas yang berwenang. Kira2 kondisi seperti ini apakah wanita disana nyaman dan bebas ?
Dan mengenai cerita Sam Pannadevi, bahwa temannya yang sudah lama belajar di srilangka begitu pulang dengan kondisi status Bhikkhuni, tentunya pasti ada resiko menghadapi aparat/petugas yang disana.
kita tahu seberapa otoriter dan ketat situasi dan kondisi Myanmar, beberapa waktu lalu, dimana para Bhikkhu saja ditangkapi dan bahkan ditembak mati, apalagi wanita yang telah menjadi Bhikkhuni yang akhirnya dipaksa utk melepas status Bhikkhuninya.
dalam suatu kehidupan, orang baik dan orang jahat tetap ada resiko terjadi kekerasan yang menimpa dirinya.
semoga bermanfaat