//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: PENDERITAAN MENURUT AGAMA BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF kr****n  (Read 81689 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
makanya bagi kr****n ada yang mati merupakan sukacita =))

Itu bisa karna asuransinya GEDE...............kan begitu bro Ryu...
asuransinya gede serta penyelamatan dombanya banyak serta bisa juga ketika menjelang ajal/ kritis bisa di kasih doktrin n pindah  k karesten :)

biar lah mereka bikin tulisan seperti itu dhamma tetap murni ga terganggu bagi mereka yg inggin ehipasiko :)
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Quote
2. Mengapa Sidharta Gautama, sang Budha sendiri justru memasuki Nirwana? Bukankah
dengan demikian ia bertindak egois? Para biarawan biasanya menjawab dengan mengatakan
bahwa pertanyaan diatas tidaklah relevan karena Budha bukanlah manusia saja melainkan
juga memiliki sifat ilahi. Menurut mereka, Budha adalah manifestasi dari esensi ilahi yang
ada/hadir di bumi. Dia bukanlah daging dan tubuh. Hanya nampaknya saja ia adalah manusia,
sesungguhnya ia adalah ilusi, sebuah penampakan. Orang-orang berpikir bahwa mereka
melihat dan mendengar seorang manusia, padahal bukan. Sidharta Gautama adalah Allah
yang menunjukkan dirinya kepada dunia untuk memberitakan mengenai pencerahan.

sekarang semua pendiri agama udah gak ada (udah naik surga atau parinibana)... nah kalau begitu mereka semua egois...=))  (biar adil)

tapi paling tidak Buddha Gautama kan udah meninggalkan resep (ajarannya) dan membuktikan ajarannya benar (bisa parinibana).... gimana ya kalau yg ngajar tidak parinibana? yyaaaaa murid2 juga protessss.
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Quote
1) Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa (Kej 3), dan semua manusia turut berdosa di
dalam Adam (Rom. 5:12).
2) Konsekuensi dari dosa adalah kematian (Kej 2 dan Rom 6:23). Tetapi kejatuhan Adam
dan dosa bukan hanya mengakibatkan adanya kematian, melainkan juga terkutuknya
bumi (Kej. 3 dan Rom. 8). Dalam kutukan terhadap bumi ini inklusif di dalamnya ada
bencana alam, kelaparan, dll. Kutukan terhadap bumi ini tidak akan berlalu sebelum
kedatangan Kristus yang kedua kali (Wahyu 21-22).
3) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fenomena bencana alam pun dapat dijelaskan
oleh teologi kr****n dalam kaitannya dengan kehendak bebas manusia. Pilihan kehendak
bebas Adam yang tidak taat kepada Allah, itulah yang mengakibatkan terkutuknya bumi
sehingga terdapat problem penderitaan fisik.
Dengan pemahaman demikian, kita melihat bahwa teologi kr****n memberikan suatu
worldview yang lebih komprehensif dan lengkap dalam menjelaskan penderitaan fisik akibat
bencana alam, dll.24)
baru tau sekarang ternyata bencana alam dan segalanya itu gara2 adam dan hawa =)) ckckckckck
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Quote
1) Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa (Kej 3), dan semua manusia turut berdosa di
dalam Adam (Rom. 5:12).
2) Konsekuensi dari dosa adalah kematian (Kej 2 dan Rom 6:23). Tetapi kejatuhan Adam
dan dosa bukan hanya mengakibatkan adanya kematian, melainkan juga terkutuknya
bumi (Kej. 3 dan Rom. 8). Dalam kutukan terhadap bumi ini inklusif di dalamnya ada
bencana alam, kelaparan, dll. Kutukan terhadap bumi ini tidak akan berlalu sebelum
kedatangan Kristus yang kedua kali (Wahyu 21-22).
3) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fenomena bencana alam pun dapat dijelaskan
oleh teologi kr****n dalam kaitannya dengan kehendak bebas manusia. Pilihan kehendak
bebas Adam yang tidak taat kepada Allah, itulah yang mengakibatkan terkutuknya bumi
sehingga terdapat problem penderitaan fisik.
Dengan pemahaman demikian, kita melihat bahwa teologi kr****n memberikan suatu
worldview yang lebih komprehensif dan lengkap dalam menjelaskan penderitaan fisik akibat
bencana alam, dll.24)
baru tau sekarang ternyata bencana alam dan segalanya itu gara2 adam dan hawa =)) ckckckckck

dari dulu gw protes pohon apelnya terlalu dekat sama Adam......
coba Adam ada di Bandung dekat bro Ryu, terus pohon apelnya ada di ESKIMO........
elu pikir Hawa bisa begitu gampang main petik aja?...........=))

ngomong2 koq Hawa (sumber malapetaka) tidak begitu dibenci manusia ya ? kenapa ?
koq gak ngajarin Hawa bahwa ular itu kalau dimasak obat (chinese) baik utk suaminya lho!

jadi designnya yg belum sempurna.........=))
« Last Edit: 19 May 2010, 11:32:41 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Quote
1) Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa (Kej 3), dan semua manusia turut berdosa di
dalam Adam (Rom. 5:12).
2) Konsekuensi dari dosa adalah kematian (Kej 2 dan Rom 6:23). Tetapi kejatuhan Adam
dan dosa bukan hanya mengakibatkan adanya kematian, melainkan juga terkutuknya
bumi (Kej. 3 dan Rom. 8). Dalam kutukan terhadap bumi ini inklusif di dalamnya ada
bencana alam, kelaparan, dll. Kutukan terhadap bumi ini tidak akan berlalu sebelum
kedatangan Kristus yang kedua kali (Wahyu 21-22).
3) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fenomena bencana alam pun dapat dijelaskan
oleh teologi kr****n dalam kaitannya dengan kehendak bebas manusia. Pilihan kehendak
bebas Adam yang tidak taat kepada Allah, itulah yang mengakibatkan terkutuknya bumi
sehingga terdapat problem penderitaan fisik.
Dengan pemahaman demikian, kita melihat bahwa teologi kr****n memberikan suatu
worldview yang lebih komprehensif dan lengkap dalam menjelaskan penderitaan fisik akibat
bencana alam, dll.24)
baru tau sekarang ternyata bencana alam dan segalanya itu gara2 adam dan hawa =)) ckckckckck

dari dulu gw protes pohon apelnya terlalu dekat sama Adam......
coba Adam ada di Bandung dekat bro Ryu, terus pohon apelnya ada di ESKIMO........
elu pikir Hawa bisa begitu gampang main petik aja?...........=))

ngomong2 koq Hawa (sumber malapetaka) tidak begitu dibenci manusia ya ? kenapa ?

jadi designnya yg belum sempurna.........=))
kan yg di salahin si ulernya yg menggoda si hawa jadi hawa tetap bersih n si uler yg jahat  n sampe sekarang jg begitu orang2 begitu membenci ular :)) termasuk g  serem sama uler :))
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Buku "Beyond belief" sendiri isinya setali tiga uang dengan tulisan tentang Buddhism oleh pihak K risten.

Buku lain yang tendensi isinya kurang lebih sama adalah :

The Lotus and the Cross:



Benar2 buang waktu baca buku ginian.
Sekarang saya tidak tertarik dengan buku2 yg berisi perbandingan agama, karena isinya biasanya timpang.
« Last Edit: 19 May 2010, 11:38:43 AM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
^ g pernah baca tuh punya ade g payah isinya merupakan imajinasi dari penulis aja trus menjatuhkan buddha melalui pola [andang dia sendiri n seakan2 udah ngerti agama buddha sucks
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
^ g pernah baca tuh punya ade g payah isinya merupakan imajinasi dari penulis aja trus menjatuhkan buddha melalui pola [andang dia sendiri n seakan2 udah ngerti agama buddha sucks

Yup, saya pernah berkomentar tentang isinya yg konyol dan reaksinya adalah....
"hei...buku ini dipuji oleh banyak orang hebat loh...coba liat daftar pujiannya......, dan penulisnya khusus pergi ke thailand dan mewawancarai para Bhikku disana..."

Males ber-panjang2......kasi senyum ajah..... 8)
yaa... gitu deh

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Quote
Tanggapan Bedjo Lie, SE, M.Div.

1. Kontradiksi mengenai “keinginan” dalam pengajaran Budha. Di satu sisi Budha
menganggap bahwa keinginan pribadi untuk suatu pemenuhan tertentu adalah jahat, akan
tetapi sebaliknya Budha juga mendorong orang untuk memiliki keinginan dan mencari
pencerahan pribadi. Menurut pengajarannya, seseorang seharusnya menginginkan untuk
diselamatkan atau dibebaskan dari sikap berpusat pada diri sendri (selfishness) karena sikap
inilah yang menyebabkan penderitaan. Akan tetapi kontradiksi moralnya ialah: seseorang
harus menginginkan untuk dapat diselamatkan dari keinginan atau selfishness. Sementara itu,
menginginkan untuk menyelamatkan diri sendiri adalah sama egoisnya dengan tindakantindakan
lain yang pada akhirnya ditujukan untuk kepuasan diri sendiri. Jadi, jikalau
seserorang ingin mendapat pencerahan ia tetap harus “ingin”, sedangkan “ingin” itu sendiri
adalah suatu kesalahan yang justru mencegah pencerahan.20 Disinilah kita melihat adanya
problem kontradiksi dalam pengajaran mengenai jalan pembebasan dari penderitaan.21)

spt yg pernah gw tanyakan pd bro Upasaka....
jawabannya adalah : Keinginan rendah yg menyebabkan penderitaan. tapi koq kenapa tidak ditulis spt itu? ohhh soalnya keinginan baik.. bila kita melekat juga akan bisa menderita... nah ini pernah dijelaskan oleh bante Maha Thera Pannavaro..  :P :P :P, sayangnya pak Bedjo belum mendengarnya...  :P

gimana menurut yg lain? mungkin bro Upasaka bisa menjalaskan sekali lagi tentang keinginan tsb.

Baiklah saya yang memulai...

Keinginan atau nafsu (dalam Bahasa Pali: "tanha") adalah wujud dari sifat keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Keinginan dan nafsu bukan hanya sebatas keinginan dan nafsu untuk menjadi orang kaya, untuk memakan makanan lezat, untuk berhubungan seks, ataupun untuk membunuh orang lain. Keinginan ini bahkan juga mencakup keinginan baik seperti keinginan untuk membahagiakan orangtua. Keinginan menunjukkan adanya ketidakpuasan.

Karena hidup ini tidak memuaskan, makanya manusia dan semua makhluk memiliki keinginan dan nafsu. Mengejar semua keinginan dan nafsu bisa mendatangkan kebahagiaan eksternal, namun sifatnya sementara dan tidak kekal. Ketika kebahagiaan eksternal berakhir, maka muncul ketidak-puasan lainnya. Inilah makna dari dukkha (ketidakpuasan yang pada akhirnya adalah penderitaan). Oleh karena itu muncullah keinginan-keinginan lagi. Di titik ini, keinginan yang kuat akhirnya menjadi kemelekatan dalam hidup. Karena batin melekat pada keinginan dan nafsu, maka setiap manusia mencari kebahagiaan di luar (eksternal). Padahal bahagia atau tidak bahagia bergantung dari pikiran. Orang miskin bisa sangat bahagia ketika diberi uang Rp 100.000,-. Tetapi orang kantoran akan sedih dan marah jika hanya digaji Rp 100.000,- per bulan. Jadi jelas sekali bahwa objek dan dunia adalah netral, namun pikiran yang memilah dan menilai suatu hal apakah bahagia atau tidak. Dengan pengertian ini, kita semua seharusnya mengerti bahwa kebahagiaan sejati bukanlah didapat dari pengejaran keinginan dan nafsu. Namun kebahagiaan sejati didapat dari kebijaksanaan dan pikiran yang benar.

Siddhattha Gotama menyadari hal ini, dan Beliau memiliki "keinginan" (dhammachanda) untuk melepaskan semua keinginan dan nafsu (tanha). Tanha adalah keinginan yang dilandasi untuk memuaskan indria. Sedangkan dhammachanda adalah keinginan untuk melepaskan semua pemuasan indria. Keinginan Siddhattha Gotama untuk mencapai Pembebasan dan Pencerahan adalah dhammachanda. Dhammachanda memiliki hakikat sebagai motivasi untuk mengambil langkah menuju kebahagiaan sejati, dan motivasi ini adalah buah dari kebijaksanaan.

Dalam sebuah Sutta, ada seorang bhikkhu yang bertanya kepada YA. Ananda (bhikkhu yang menjadi pelayan utama Sang Buddha). Bhikkhu itu bertanya: "Bagaimana caranya melepaskan keinginan sedangkan melepaskan keinginan saja membutuhkan keinginan yang lain?" Bhikkhu Ananda memberikan penjelasan dari sudut pandang lain. Bhikkhu Ananda menjelaskan bahwa: "Dalam hal ini sebenarnya yang paling penting adalah berakhirnya keinginan dan nafsu itu sendiri. Jika kita memiliki keinginan untuk memuaskan indria, maka pada akhirnya kebahagiaan yang didapatkan akan berakhir; dan kita akan berhadapan dengan ketidakpuasan lagi. Sedangkan jika kita memiliki keinginan untuk melepaskan semua pemuasan indria, maka kita tidak akan berhadapan dengan ketidakpuasan lagi. Sebab, apapun yang terjadi pada hidup kita pada saat itu, baik menyenangkan atau tidak menyenangkan; kita tidak lagi memiliki keinginan dan nafsu untuk memuaskan indria. Sehingga dengan kata lain tidak akan ada ketidakpuasan berikutnya."

Perihal ini juga pernah disinggung di thread http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14020.0.html.

Teman-teman yang lain silakan menambahkan dan atau melanjutkan pembahasan opini lainnya...
« Last Edit: 19 May 2010, 12:00:22 PM by upasaka »

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Quote
Tanggapan Bedjo Lie, SE, M.Div.

1. Kontradiksi mengenai “keinginan” dalam pengajaran Budha. Di satu sisi Budha
menganggap bahwa keinginan pribadi untuk suatu pemenuhan tertentu adalah jahat, akan
tetapi sebaliknya Budha juga mendorong orang untuk memiliki keinginan dan mencari
pencerahan pribadi. Menurut pengajarannya, seseorang seharusnya menginginkan untuk
diselamatkan atau dibebaskan dari sikap berpusat pada diri sendri (selfishness) karena sikap
inilah yang menyebabkan penderitaan. Akan tetapi kontradiksi moralnya ialah: seseorang
harus menginginkan untuk dapat diselamatkan dari keinginan atau selfishness. Sementara itu,
menginginkan untuk menyelamatkan diri sendiri adalah sama egoisnya dengan tindakantindakan
lain yang pada akhirnya ditujukan untuk kepuasan diri sendiri. Jadi, jikalau
seserorang ingin mendapat pencerahan ia tetap harus “ingin”, sedangkan “ingin” itu sendiri
adalah suatu kesalahan yang justru mencegah pencerahan.20 Disinilah kita melihat adanya
problem kontradiksi dalam pengajaran mengenai jalan pembebasan dari penderitaan.21)

spt yg pernah gw tanyakan pd bro Upasaka....
jawabannya adalah : Keinginan rendah yg menyebabkan penderitaan. tapi koq kenapa tidak ditulis spt itu? ohhh soalnya keinginan baik.. bila kita melekat juga akan bisa menderita... nah ini pernah dijelaskan oleh bante Maha Thera Pannavaro..  :P :P :P, sayangnya pak Bedjo belum mendengarnya...  :P

gimana menurut yg lain? mungkin bro Upasaka bisa menjalaskan sekali lagi tentang keinginan tsb.

Baiklah saya yang memulai...

Keinginan atau nafsu (dalam Bahasa Pali: "tanha") adalah wujud dari sifat keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Keinginan dan nafsu bukan hanya sebatas keinginan dan nafsu untuk menjadi orang kaya, untuk memakan makanan lezat, untuk berhubungan seks, ataupun untuk membunuh orang lain. Keinginan ini bahkan juga mencakup keinginan baik seperti keinginan untuk membahagiakan orangtua. Keinginan menunjukkan adanya ketidakpuasan.

Karena hidup ini tidak memuaskan, makanya manusia dan semua makhluk memiliki keinginan dan nafsu. Mengejar semua keinginan dan nafsu bisa mendatang kebahagiaan eksternal, namun sifatnya sementara dan tidak kekal. Ketika kebahagiaan eksternal berakhir, maka muncul ketidak-puasan lainnya. Inilah makna dari dukkha (ketidakpuasan yang pada akhirnya adalah penderitaan). Oleh karena itu muncullah keinginan-keinginan lagi. Di titik ini, keinginan yang kuat akhirnya menjadi kemelekatan dalam hidup. Karena batin melekat pada keinginan dan nafsu, maka setiap manusia mencari kebahagiaan di luar (eksternal). Padahal bahagia atau tidak bahagia bergantung dari pikiran. Orang miskin bisa sangat bahagia ketika diberi uang Rp 100.000,-. Tetapi orang kantoran akan sedih dan marah jika hanya digaji Rp 100.000,- per bulan. Jadi jelas sekali bahwa objek dan dunia adalah netral, namun pikiran yang memilah dan menilai suatu hal apakah bahagia atau tidak. Dengan pengertian ini, kita semua seharusnya mengerti bahwa kebahagiaan sejati bukanlah didapat dari pengejaran keinginan dan nafsu. Namun kebahagiaan sejati didapat dari kebijaksanaan dan pikiran yang benar.

Siddhattha Gotama menyadari hal ini, dan Beliau memiliki "keinginan" (dhammachanda) untuk melepaskan semua keinginan dan nafsu (tanha). Tanha adalah keinginan yang dilandasi untuk memuaskan indria. Sedangkan dhammachanda adalah keinginan untuk melepaskan semua pemuasan indria. Keinginan Siddhattha Gotama untuk mencapai Pembebasan dan Pencerahan adalah dhammachanda. Dhammachanda memiliki hakikat sebagai motivasi untuk mengambil langkah menuju kebahagiaan sejati, dan motivasi ini adalah buah dari kebijaksanaan.

Dalam sebuah Sutta, ada seorang bhikkhu yang bertanya kepada YA. Ananda (bhikkhu yang menjadi pelayan utama Sang Buddha). Bhikkhu itu bertanya: "Bagaimana caranya melepaskan keinginan sedangkan melepaskan keinginan saja membutuhkan keinginan yang lain?" Bhikkhu Ananda memberikan penjelasan dari sudut pandang lain. Bhikkhu Ananda menjelaskan bahwa: "Dalam hal ini sebenarnya yang paling penting adalah berakhirnya keinginan dan nafsu itu sendiri. Jika kita memiliki keinginan untuk memuaskan indria, maka pada akhirnya kebahagiaan yang didapatkan akan berakhir; dan kita akan berhadapan dengan ketidakpuasan lagi. Sedangkan jika kita memiliki keinginan untuk melepaskan semua pemuasan indria, maka kita tidak akan berhadapan dengan ketidakpuasan lagi. Sebab, apapun yang terjadi pada hidup kita pada saat itu, baik menyenangkan atau tidak menyenangkan; kita tidak lagi memiliki keinginan dan nafsu untuk memuaskan indria. Sehingga dengan kata lain tidak akan ada ketidakpuasan berikutnya."

Perihal ini juga pernah disinggung di thread http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14020.0.html.

Teman-teman yang lain silakan menambahkan dan atau melanjutkan pembahasan opini lainnya...

Apabila masih dalam kondisi ingin
walaupun ingin melepaskan smua pemuasan indria
tetap aja tidak puas.
Hanya pada saat melepas
tepat disitulah bebas

Pada saat kita menginginkan
tepat dititik itu ketidakpuasan
Pada saat tidak ada keinginan
tepat di titik itu kepuasan
« Last Edit: 19 May 2010, 11:59:12 AM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Apabila masih dalam kondisi ingin
walaupun ingin melepaskan smua pemuasan indria
tetap aja tidak puas.
Hanya pada saat melepas
tepat disitulah bebas

Pada saat kita menginginkan
tepat dititik itu ketidakpuasan
Pada saat tidak ada keinginan
tepat di titik itu kepuasan

Pertanyaannya: "Bagaimana bisa sampai pada kondisi melepas jika tidak memiliki keinginan?"
Atau pertanyaan lainnya: "Bagaimana bisa merealisasi Pencerahan jika tidak punya tujuan untuk mencapai Pencerahan?"

Kita perlu jujur untuk mengakui bahwa memang diperlukan "keinginan" untuk melepaskan semua keinginan. Tapi karena kosakata dalam Bahasa Indonesia tidak sebanyak kosakata dalam Bahasa Pali, makanya saya memakai kata "keinginan" dalam tanda kutip. Dan untuk memperjelas uraian, keinginan untuk melepaskan semua keinginan adalah dhammachanda. Keinginan ini berbeda sekali dengan "tanha" (keinginan untuk memuaskan indria; dalam penjelasan lebih dalam, tanha adalah nafsu keinginan untuk memuaskan keakuan).

Dhammachanda ini tidak sepatutnya disebut keinginan. Tapi marilah kita gunakan istilah "keinginan luhur", atau ada teman-teman yang punya usul untuk kosakata yang lebih tepat?
 
« Last Edit: 19 May 2010, 12:16:43 PM by upasaka »

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Apabila masih dalam kondisi ingin
walaupun ingin melepaskan smua pemuasan indria
tetap aja tidak puas.
Hanya pada saat melepas
tepat disitulah bebas

Pada saat kita menginginkan
tepat dititik itu ketidakpuasan
Pada saat tidak ada keinginan
tepat di titik itu kepuasan

Pertanyaannya: "Bagaimana bisa sampai pada kondisi melepas jika tidak memiliki keinginan?"
Atau pertanyaan lainnya: "Bagaimana bisa merealisasi Pencerahan jika tidak punya tujuan untuk mencapai Pencerahan?"

Kita perlu jujur untuk mengakui bahwa memang diperlukan "keinginan" untuk melepaskan semua keinginan. Tapi karena kosakata dalam Bahasa Indonesia tidak sebanyak kosakata dalam Bahasa Pali, makanya saya memakai kata "keinginan" dalam tanda kutip. Dan untuk memperjelas uraian, keinginan untuk melepaskan semua keinginan adalah dhammachanda. Keinginan ini berbeda sekali dengan :tanha" (keinginan untuk memuaskan indria; dalam penjelasan lebih dalam, tanha adalah nafsu keinginan untuk memuaskan keakuan).

Dhammachanda ini tidak sepatutnya disebut keinginan. Tapi marilah kita gunakan istilah "keinginan luhur", atau ada teman-teman yang punya usul untuk kosakata yang lebih tepat?
 

Yang saya tanggapi adalah kalimat anda dibawah ini:

Quote from: upasaka
Sedangkan jika kita memiliki keinginan untuk melepaskan semua pemuasan indria, maka kita tidak akan berhadapan dengan ketidakpuasan lagi. Sebab, apapun yang terjadi pada hidup kita pada saat itu, baik menyenangkan atau tidak menyenangkan; kita tidak lagi memiliki keinginan dan nafsu untuk memuaskan indria. Sehingga dengan kata lain tidak akan ada ketidakpuasan berikutnya.

Saya tidak mengatakan bahwa keinginan tidak perlu
Awalnya harus ada keinginan
kalo tidak ada keinginan gimana bisa berlatih?
Namun selama masih dalam ranah ingin
selama itu juga masih tidak puas

« Last Edit: 19 May 2010, 12:17:08 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Saya tidak mengatakan bahwa keinginan tidak perlu
Awalnya harus ada keinginan
kalo tidak ada keinginan gimana bisa berlatih?
Namun selama masih dalam ranah ingin
selama itu juga masih tidak puas

Betul, intinya tetap diperlukan keinginan. Keinginan yang diperlukan adalah keinginan untuk tidak melekat pada keinginan. Kalau malah memiliki keinginan (nafsu) untuk melepaskan keinginan, itu justru melepaskan satu keinginan dan melekat pada keinginan yang lain.

Keinginan yang luhur (dhammachanda) ibarat keinginan untuk melepaskan genggaman tangan dari sebuah benda. Sedangkan keinginan dan nafsu (tanha) adalah keinginan untuk terus menggenggam benda itu; maupun keinginan untuk menggenggam benda yang lain.

Offline miracle_boyzz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 152
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
mau dosa,, mau penderitaan.. semuanya kan bermuara pada 1 sumber juga...
 _/\_
Sati in every Breath of my Breath, Sati in every Steps of my Feet, Sati in every Mind of my Concentration... and Sati in every Parts of My Life... Be Mindful and Be Happy...

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Quote
1) Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa (Kej 3), dan semua manusia turut berdosa di
dalam Adam (Rom. 5:12).
2) Konsekuensi dari dosa adalah kematian (Kej 2 dan Rom 6:23). Tetapi kejatuhan Adam
dan dosa bukan hanya mengakibatkan adanya kematian, melainkan juga terkutuknya
bumi (Kej. 3 dan Rom. 8 ). Dalam kutukan terhadap bumi ini inklusif di dalamnya ada
bencana alam, kelaparan, dll. Kutukan terhadap bumi ini tidak akan berlalu sebelum
kedatangan Kristus yang kedua kali (Wahyu 21-22).
3) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fenomena bencana alam pun dapat dijelaskan
oleh teologi kr1stenn dalam kaitannya dengan kehendak bebas manusia. Pilihan kehendak
bebas Adam yang tidak taat kepada Allah, itulah yang mengakibatkan terkutuknya bumi
sehingga terdapat problem penderitaan fisik.
Dengan pemahaman demikian, kita melihat bahwa teologi kr1stenn memberikan suatu
worldview yang lebih komprehensif dan lengkap dalam menjelaskan penderitaan fisik akibat
bencana alam, dll.24)

aa pengen berpendapat dikit...

1) Kenapa adam dan hawa jatuh ke dalam dosa ? apakah karena ia melawan perintah allah dengan memakan buah kehidupan/pengetahuan yg ada ditaman eden karena hasutan ular/iblis ? pertanyaan nya allah maha mengetahui, seharusnya allah tau, klo dia menaruh pohon kehidupan/pengetahuan di taman eden, pasti akan dimakan adam dan hawa... koq allah bisa lupa dengan hal itu ? allah tau klo adam dan hawa akan di hasut oleh ular untuk memakan buah kehidupan/pengetahuan, lah kenapa allah masih menaruh ular di taman eden ? dan cilaka nya, kenapa allah menciptakan ular dengan segala sifatnya yg jahat, bukan kah allah mengetahui klo ular akan bertindak jahat ?

2) klo konsekuensi dari dosa adalah kematian, berarti allah yg merencanakan kejatuhan manusia kedalam dosa, kenapa ? karena allah lah yg merencanakan dan mengatur kejadian ini, allah tau klo ular akan menghasut adam dan hawa agar jatuh dalam dosa, tapi dibiarkan oleh allah dengan menciptakan ular/iblis dan tidak melarang si adam tuk tidak memakan buah itu dengan kemampuan nya yg tak terbatas, padahal kita tau, bahwa tidak ada yg mustahil bagi allah, tapi allah lupa tuk mencegah adam dan hawa jatuh dalam dosa... cilaka nya allah tau setelah buah itu telah dimakan adam dan hawa, berarti kemampuan allah kalah dengan kemampuan ular/iblis... dan setelah itu, allah baru naik darah, tensi nya naik tajam dan menghukum ular/iblis serta menjatuhkan dosa kepada adam dan hawa beserta keturunan nya...

3) bencana alam dan kutukan terhadap bumi juga merupakan bagian dari skenario yg telah di rancang oleh allah dan "kata nya" akan berakhir setelah allah mengutus anak nya (apakah allah jg nge-sex ? sampe punya anak, ato allah menciptakan diri nya yg lain yg berperan sebagai anak ? berarti banyak allah2 yg lain...) allah adalah sutradara yg paling hebat dan muktahir namun bodoh, (karena tidak memperhitungkan dengan presisi/penciptaan yg gagal) yang pernah ada didunia dengan segala kemampuan yg "katanya" yg maha mengetahui...

salam aa'tono

 

anything