Bukan, saya bukan membayangkan konsep roh.
Sebelumnya bro Kaiyn menulis:
"Misalnya sekarang si A 'cantik, pintar, baik', lalu setelah beberapa lama bergaul dengan orang yang tidak baik kerjanya konsumsi narkoba, berantem, dll. Kecantikannya memudar, kepintarannya sirna, dan kebaikannya lenyap. Apakah A masih disebut individu yang sama?"
Si A yang sebelumnya cantik, pintar, baik, berubah menjadi yang sebaliknya. Maka A bukan lagi individu yang sama seperti sebelumnya.
Jika saya buat pemisalan:
- A sewaktu bayi: Tidak cantik dan tidak jelek, tidak pintar dan tidak bodoh, tidak baik dan tidak jahat.
- A umur 20 tahun: Cantik, pintar, baik
- A umur 30 tahun: Tidak cantik, tidak pintar, tidak baik.
Karena kehidupan A fluktuatif, berarti selama hidupnya si A tidak bisa menyebut dirinya "aku", atau dengan kata lain, tidak ada "aku" bagi si A.
Apakah begitu bro Kaiyn? (CMIIW)
Isaac,
Apa yang kamu anggap sebagai "aku" ini? Bisa kamu tunjukkan letaknya?
Biar lebih mudah memahami, saya ambil contoh buku.
Kapan kamu menyebut sesuatu itu sebagai buku? Apa ketika sudah dijilid dan dipajang di toko buku, atau apakah ketika kertas-kertas itu dicetak dan disusun? Atau apakah itu disebut buku ketika ide-ide penulis sudah dituangkan semua? atau bahkan ketika penulisnya masih mengetikkan kata-kata di sana sudah bisa kita bilang buku?
Lalu, misalnya buku itu sobek, atau terbakar dan menjadi abu, atau diubah ke bentuk digital, apakah masih buku juga?
Yang saya mau tekankan di sini, tidak ada yang namanya inti buku. Kamu takkan bisa menemukannya.
Hal ini berlaku untuk semua hal di dunia ini, termasuk tidak ada yang namanya inti diri.