dear marcedes,
Kita kembali ke pernyataan anda yaitu "segala sesuatu pasti ada dalam pikiran".... dgn contoh misalnya Nibbana pun ada dalam pikiran
Sedangkan yg saya tekankan disini "TIDAK semua ada dalam pikiran"
Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda
Bahkan saat objek tertentu mengenai panca indera (diluar indera pikiran), SAMA SEKALI TIDAK melibatkan pikiran.
Misal saat mata lihat bunga, maka di cakkhu dvara (retina) terbentuk bayangan bunga dan ini TIDAK melibatkan pikiran[/b]
Pikiran baru terlibat saat muncul kesan, proses mengarahkan indera, proses memutuskan dsbnya ..... Karena sudah ada konsep/persepsi bhw itu adl BUNGA, maka kita melihat itu sebagai BUNGA, yg merupakan proses Kesadaran Melihat Bunga
Tapi BUNGA itu sesungguhnya seperti itu, apa adanya seperti yg ditangkap oleh retina kita
Coba bro marcedes baca kembali mengenai citta vitthi/proses kesadaran, juga mengenai Rupa dan cetasika agar dapat mengetahui bagaimana mahluk hidup berproses
semoga bermanfaat
pada saat itu apakah tidak melibatkan pikiran?
lalu anda tahu darimana kalau proses nya demikian, kemudian memakai apa mengetahui-nya?
kita memakai pikiran mencerna hal itu, dari sini lah timbul dan dikatakan segala sesuatu itu pasti ada dalam pikiran....
saya harap bisa dimengerti maksud saya...
salam metta.
Sepertinya pembahasan sudah OOT.
Sekedar ikut berpendapat...
Mano, citta dan vinnana bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "pikiran"; yang digunakan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Penjelasan Bro Markos mengenai wujud bunga yang tertangkap oleh indria penglihatan, memang benar tidak melibatkan pikiran (citta). Dalam tahap ini, yang bekerja adalah tahap kesadaran. Kesadaran penglihatan hanya menangkap suatu wujud dari dunia luar. Di tahap ini pun belum muncul persepsi (pencerapan), sehingga wujud yang ditangkap oleh mata belum bisa dipersepsikan sebagai wujud bunga.
Dari sini sudah jelas, bahwa "tidak semua hal ada dalam pikiran".
Sebaiknya jangan menerjemahkan kata "pikiran" dari Bahasa Indonesia secara harafiah. Karena perbedaan minor antara "mano", "citta" dan "vinnana" itu bisa jauh sekali nilai kontekstualnya; meski ketiganya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "pikiran".
NB : "vinnana" pun kadang diterjemahkan sebagai "kesadaran"
saudara upasaka menemukan point-nya. ^^
karena kalau membahas perasaan dan bentuk-bentuk pikiran memang tidak sama jika di teliti lebih dalam.
seperti membandingkan gula merah dan gula pasir.
tetapi yg saya maksudkan disini secara universal saja....apakah nibbana yang disebutkan itu tidak dapat dirasakan melalui pikiran?
jadi pikiran yang dimaksudkan saya disini secara universal.....
bukan bentuk-bentuk pikiran ( sankhara )saja....
Jadi, apa yang anda maksud dengan pikiran? tolong tulis bhs pali biar jelas apa yg anda maksud
Mengenai Nibbana, sudah saya tulis di depan bhw Nibbana adalah Khandha Vimutti atau Terbebas dari Khandha. Itu yg bro gacchapin sebut dengan "accinteya".
Anda menyebut tahu dan tidak tahu, itu aja udah jelas bhw anda merujuk ke "konsep"
ada hal-hal yang di luar pikiran, acinteyya.
dari mana anda tahu acinteyya atau bukan acinteyya.?
Padahal diatas, saya udah jelas menyebut :
Tolong dilihat bedanya bhw objek itu mempunyai hakekat yg sesungguhnya, tidak tergantung dari KONSEP apapun yg ada dalam pikiran anda
TAHU mengenai hakekat sesungguhnya adalah melalui batin (TIDAK hanya PIKIRAN/citta) tapi batin secara keseluruhan yg terdiri dari Citta dan Cetasika
Tapi hakekat sesungguhnya itu sendiri tetap eksis, tetap seperti apa adanya walau TIDAK ada PIKIRAN
jadi tolong dibedakan, antara anda yg mengenali dengan proses kesadaran secara batin, dengan objek yg mempunyai hakekat sesungguhnya masing2.
pikiran yang saya maksud disini adalah dimana ketika SangBuddha membahas tentang 3 tongkat dengan upali....
pikiran yang saya maksud disini mungkin bisa dikatakan batin......alias 4 khandha.
atau dalam bahasa inti ajaran buddha "Sabbapassa akaranam....... mengenai sucikan hati dan pikiran."
benda memang memiliki hakekat sesungguhnya atau sifat alamiah asli-nya bukan buatan dari PIKIRAN.
ketika anakkecil mengkonsepkan api sebagai mainan bisa di pegang-pegang dan enak dimakan, walaupun pikiran-nya mengatakan demikian, akan tetapi pasti menjerti kepanasan dan tidak mungkin enak dimakan lagi >>> ini memang konsep pikiran....
ini saya pahami dengan baik.....sekali lagi bukan ini yang saya maksudkan.
akan tetapi darimana anak kecil ini mengkonsepkan semua itu? apakah anak kecil bisa mengkonsepkan sesuatu ataupun perpahaman tanpa pikiran?
memang dalam hakekat nya benda tidak ada hubungannya dalam pikiran yang satu sendiri dan yang satunya sendiri.
akan tetapi > darimana persepsi atau pemahaman seperti ini?
coba di renungkan...pasti dari hasil proses berpikir....
ketika kita merenungkan setiap hal baik mengenai nibbana ataupun lainnya, kita selalu menggunakan pikiran,
ketika kita melihat segala hal menggunakan indria, memang dalam proses terlihat bahwa mata sebagai alat untuk menyampaikan gambar ke pikiran,
sekali lagi dengan kesimpulan dari mana hal ini terjadi.>>lagi lagi dari proses berpikir.
anda bisa membayangkan melihat tanpa pikiran?...apa jadinya penglihatan itu?
mungkin seperti kamera yang menangkap objek tetapi tidak ada penyaluran gambar-nya...jadi apapun yang sedang kamera tangkap pastilah X hasilnya.
pemahaman bahwa nibbana di luar pikiran...kemudian ttg acintteya semua itu dari mana anda ketahui?
sekali lagi karena adanya proses berpikir/merenungkan..
dari sini diketahui bahwa segala sesuatu yg terlintas...apapun yang anda ketik disini pun,pasti melalui pikiran, jadi jika saya katakan
"Segala sesuatu pasti ada dalam pikiran"kalau anda bilang "tidak" sekarang saya tanyakan pada anda semua, dari mana jawaban "tidak" itu berasal...> bukankah dari proses berpikir dimulai melihat tulisan saya(sudah masuk ke pikiran), kemudian berpikir ( mengolah ) dan lagi-lagi mengetik "tidak" itu menggunakan apa?
silahkan di renungkan.
salam metta.