Sebenarnya pertanyaannya dari awal sudah salah menurut pandangan konservatif. Di sini konservatif maksud saya tidak terbatas pada Theravada semata, tetapi juga pandangan dari Buddhisme awal yang terkandung dalam Nikaya/Agama. Karena itu dari awal saya tidak menggunakan term 'Theravada' melainkan 'konservatif'. Pertanyaan demikian berpijak dari pandangan bahwa "ada atta (diri)". Karenanya orang kemudian berusaha mencari penjelasan yang dirasa konkrit dan memuaskan bagaimana melalui konsep diri ini, karma dilakukan dan kemudian berbuah kembali pada diri individu yang sama dengan nama-rupa berbeda di masa depannya.
Sang Buddha sendiri di dalam berbagai sutta ketika ditanyakan hal demikian, menolak untuk menjawab sesuai pertanyaan si penanya. Misalnya dalam Aññatra Sutta dalam nidana vagga dalam Samyutta Nikaya. Ketika ditanyakan seorang Brahmana apakah si pembuat sama dengan si penerima [hasil tindakan], Sang Buddha menyatakan bahwa si pembuat adalah sama dengan si penerima merupakan satu ekstrim. Lalu ditanyakan lagi, apakah si pembuat berbeda dari si penerima? Kembali Sang Buddha menyatakan bahwa itu adalah ekstrim yang lain. Lalu apa jawaban Sang Buddha yang sesungguhnya? Yaitu paticca samuppada sebagai jalan tengah yang menjembatani antara 2 ekstrim ini, dari urutan kemunculannya berikut dengan penghentiannya.
Pertanyaan antara A&B yang terlahir menjadi X&Y lalu mengapa hukum Kamma tidak salah mengenali keduanya itu seperti bertanya "Di pekarangan rumah saya ada pohon mangga dan pohon duren. Mengapa pohon mangga tidak berbuah duren, dan pohon duren tidak berbuah mangga?" Pertanyaan tersebut bukan saja kurang rasional melainkan juga tidak membawa manfaat. Jika dikatakan bahwa ada sebuah substansi inheren tempat menyimpan bakal buah mangga dan duren tersebut, atau ada suatu kekuatan yang tersimpan, maka hal ini tidak benar. Sebagaimana kita tahu [tepatnya Ko Hedi lebih tahu, nyontek dr dianya sih hehe
] bahwa penyerbukan antara pohon mangga dan duren yang menghasilkan buah hanya dapat terjadi dalam spesies masing-masing.
Karena itu panduan yang diberi Sang Buddha bagi para konservatif yang masih awam dan belum memiliki pencapaian-pencapaian, mengenai Kamma-vipaka dan cara bekerjanya adalah acinteyya, tak terpikirkan. Jadi tidak perlu bersusah-payah memikirkan apalagi memaksakan diri berspekulasi. Dengan begini alih-alih daripada membiarkan kita dikendalikan oleh pikiran, kitalah yang mengendalikan pikiran ini. Kita dapat mengendalikan kehausan intelektual kita dan berkonsentrasi pada tujuan-tujuan yang lebih luhur. Minimal, mengarahkan perhatian kita dengan seksama pada hal-hal yang tepat, bukan perhatian yang tidak seksama pada hal-hal (pertanyaan-pertanyaan) yang tidak tepat.
Soal analogi buah mangga, justru saya pikir analogi tersebut sangat masuk akal. Melalui berbagai proses kondisilah, mangga itu muncul. Apa saja kondisi-kondisi itu? Misalnya: sinar matahari yang tepat, kandungan zat dan mineral dalam tanah yang cukup, serangan hama&gulma yang tidak sampai menghambat pertumbuhan, udara, kondisi iklim&cuaca yang sesuai dan tidak berlebihan, jumlah suplai air yang mencukupi. Jika saja kurang salah 1 kondisi, misalnya sering terjadi badai maka pohon mangga tidak akan dapat bertahan dan tumbuh apalagi berbuah.
Dari sini, kekuatan macam apakah yang Bro inginkan tersimpan dalam pohon itu? Semuanya hanya rangkaian kondisi yang berproses dan membentuk. Dengan kondisi seperti di atas yang tepat, pada waktunya biji mangga akan tumbuh menjadi pohon mangga dan pada waktu yang tepat pula pohon mangga tersebut akan menghasilkan buah mangga. Tidak perlu sebuah substansi inheren penyimpan karena buah mangga bukan ada dengan sendirinya, melainkan tumbuh dari berbagai kondisi dan berproses mulai dari bunga mangga yang mengalami penyerbukan lalu bakal buah di dalamnya tumbuh menjadi buah yang matang. Thanks to Forte for this.
Akhir kata, kita tidak akan dapat memuaskan pertanyaan semua pihak. Hal yang sama dialami oleh Sang Buddha. Meski pun sebuah hal yang benar telah dinyatakan, bagi mereka yang menganut pandangan berbeda akan tetap tidak dapat menerimanya. Saya bukan ahli Abhidhamma, ini hanya pandangan dari seorang non-abhidhammist. Atau lebih tepatnya saya hinadhammika.
Dan soal abhidhamma, kita dapat mengundang Om Markos untuk menjawab, atau Cik Lily, mungkinn..
Sukhi Hotu,