//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?  (Read 41718 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #30 on: 28 August 2009, 11:41:15 AM »
Kisah Cittahattha Thera
 
DHAMMAPADA III, 6-7
  

        Seorang laki-laki yang berasal dari Savatthi, ketika mengetahui lembu jantannya hilang, mencarinya ke dalam hutan. Yang dicari tidak juga diketemukan. Akhirnya ia merasa lelah dan sangat lapar. Ia singgah ke sebuah vihara desa, dengan harapan di situ ia akan mendapatkan sisa dari makanan pagi.

        Pada saat makan, terpikir olehnya bahwa ia bekerja sangat keras setiap hari tetapi tidak mendapatkan cukup makanan. Para bhikkhu itu kelihatannya tak pernah bekerja tetapi selalu mendapat makanan yang cukup. Bahkan berlebih. Maka muncul sebuah ide yang baik untuk menjadi seorang bhikkhu.

        Kemudian ia bertanya kepada para bhikkhu untuk memperoleh ijin memasuki pasamuan Sangha. Saat di vihara laki-laki itu melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang bhikkhu dan di vihara terdapat banyak makanan, sehingga ia segera menjadi gemuk.

        Sesudah beberapa waktu, ia bosan berpindapatta dan kembali pada kehidupan berumah tangga.

        Beberapa waktu kemudian, ia merasa bahwa kehidupannya di rumah terlalu sibuk dan ia kembali ke vihara untuk diijinkan menjadi seorang bhikkhu untuk kedua kalinya.

        Untuk kedua kalinya, ia meninggalkan pasamuan Sangha dan lepas jubah lagi.

        Proses ini terjadi enam kali, dan karena ia melakukan hanya menuruti kemauannya saja, maka ia dikenal sebagai Cittahattha Thera.

        Pada saat pulang balik antara rumahnya dan vihara, istrinya hamil. Sebenarnya ia belum siap mejadi bhikkhu, ia memasuki pasamuan bhikkhu hanya karena kesenangannya saja. Jadi, ia tidak pernah berbahagia, baik sebagai perumah tangga, maupun sebagai seorang bhikkhu.

        Suatu hari, saat hari terakhir tinggal di rumah, ia masuk ke kamar tidur pada saat istrinya sedang tidur. Istrinya hampir telanjang, memakai pakaian yang sebagian terjulai jatuh. Istrinya juga mengorok dengan suara keras melalui hidung dan dari mulutnya keluar lendir dan ludah. Jadi dengan mulut yang terbuka dan perut yang gembung, ia terlihat seperti mayat.

        Melihat keadaan istrinya, ia tiba-tiba merasa ketidak-kekalan dan ketidak-indahan tubuh jasmani, dan ia membayangkan: "Saya telah menjadi seorang bhikkhu beberapa kali dan hal ini hanya dikarenakan perempuan ini, yang menjadikan saya tidak dapat menjadi seorang bhikkhu......"

        Kemudian ia mengambil jubah kuningnya, dan pergi meninggalkan rumahnya pergi ke vihara untuk ke tujuh kalinya. Karena ia dalam perjalanan mengulangi kata-kata "tidak kekal" dan "penderitaan" (anicca dan dukkha) dan dapat meresapi artinya, ia mencapai tingkat kesucian sotapatti dalam perjalanan ke vihara.

        Setelah tiba di vihara ia berkata kepada para bhikkhu agar diijinkan diterima dalam pasamuan Sangha.

        Para bhikkhu menolak dan berkata, "Kami tidak dapat mengijinkanmu lagi menjadi seorang bhikkhu. Kamu berulang kali mencukur rambut kepalamu sehingga kepalamu seperti sebuah batu yang diasah".

        Masih ia memohon dengan amat sangat agar diijinkan diterima dalam pasamuan Sangha sekali ini dan mereka memenuhinya. Dalam beberapa hari Bhikkhu Cittahattha mencapai tingkat kesucian arahat bersamaan dengan pandangan terang analitis.

        Bhikkhu lain kagum melihat dia sekarang dapat tetap tinggal dalam jangka waktu lama di vihara. Mereka bertanya apa sebabnya?

        Terhadap hal itu, beliau menjawab, "Saya pulang ke rumah ketika saya masih memiliki kemelekatan dalam diri saya, tetapi kemelekatan itu sekarang telah terpotong".

        Bhikkhu-bhikkhu yang tidak percaya kepadanya, menghadap Sang Buddha dan melaporkan hal itu.

        Kepada mereka, Sang Buddha berkata "Bhikkhu Cittahattha telah berbicara benar; ia berpindah-pindah antara rumah dan vihara karena waktu itu pikirannya tidak mantap dan tidak mengerti Dhamma. Tetapi pada saat ini, Cittahattha telah menjadi seorang arahat; ia telah mengatasi kebaikan dan kejahatan".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 38 dan 39 berikut ini:

Orang yang pikirannya tidak teguh, yang tidak mengenal ajaran yang benar, yang keyakinannya selalu goyah, orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaannya.

Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian, yang telah mengatasi keadaan baik dan buruk, di dalam diri orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #31 on: 28 August 2009, 11:44:10 AM »
bisa donk, tapi tergantung tingkat keparahannya. terkadang pake manggis isi ganjil di jus sama daun pepaya 15cm cukup, terkadang perlu yg lebih canggih lagi.

jusnya harus liat jam lahir dulu, kalo bisa pas jam lagi ga ciong...
tanggalnya kalo bisa pas bulan purnama, jadi chi yang ada di manggisnya bener2 menyerap energi bulan...
semakin bagus kalo daun pepayanya diambil dari kebun yang tidak tusuk sate, tanahnya hitam legam, membelakangi gunung dan menghadap lautan...

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #32 on: 28 August 2009, 11:48:31 AM »
bisa donk, tapi tergantung tingkat keparahannya. terkadang pake manggis isi ganjil di jus sama daun pepaya 15cm cukup, terkadang perlu yg lebih canggih lagi.

jus aneh
gimana mo kasih minum ke si panatik, ntar kita disangka mo guna2...
atao
jika aku yg disuruh minum mah ogah, rasanya udah kebayang: kental2 pahit

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #33 on: 28 August 2009, 11:53:23 AM »
^
dicekokin j kemulut dia....
ini juga buat kebaikan dia...
hehehe....

pesan satu yach om benz, biar aku tidak panatik berlebihan, takut ketularan virus panatiknya...  ^-^
« Last Edit: 28 August 2009, 11:55:38 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #34 on: 28 August 2009, 11:54:44 AM »
bisa donk, tapi tergantung tingkat keparahannya. terkadang pake manggis isi ganjil di jus sama daun pepaya 15cm cukup, terkadang perlu yg lebih canggih lagi.

jus aneh
gimana mo kasih minum ke si panatik, ntar kita disangka mo guna2...
atao
jika aku yg disuruh minum mah ogah, rasanya udah kebayang: kental2 pahit

::

antibiotik, ini mah untuk ngobatin radang tenggorokan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #35 on: 28 August 2009, 12:15:03 PM »
wah thread ini harus pindah ke kesehatan yak ? ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #36 on: 28 August 2009, 12:17:40 PM »
ups...

:backtotopic:

yah ada kemungkinan juga ini bawaan ato kecenderungan dari kehidupan lampau? :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #37 on: 28 August 2009, 12:38:26 PM »
tenang sodara2x, panatik itu bukan penyakit keturunan atau penyakit menular....

mau apapun itu theravada, mahayana, ato laennya, tetep aja bisa kena panatik.

hati2x loh, nanti salah tuduh lagi :)

permisiiii....



Minta resepnya dong pak :D

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #38 on: 28 August 2009, 12:48:41 PM »

yah ada kemungkinan juga ini bawaan ato kecenderungan dari kehidupan lampau? :)

pemahamannya:
~ apapun kamma kita -besar/kecil- sesuai bobotnya, tetap berpengaruh pada keadaan kita sekarang. Kamma lampau, kamma kehidupan sekarang dulu dan kamma kita yg barusan, semuanya berpadu membentuk karakter kita yg sekarang.

Hal ini -mungkin- yg dikatakan Sang Buddha: Tidak semua orang dapat berjodoh dengan Dhamma
(Dhamma adalah jodoh2an dengan masing2 orang), saya tidak tau kata2 tepatnya - CMIIW... "Jodoh' disini maksudnya paduan kamma2 lampau kita tsb lah...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #39 on: 28 August 2009, 12:55:51 PM »
Bukankah ajaran theravada juga terdapat dalam agama sutra bgian Mahapitaka mahayana??

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #40 on: 28 August 2009, 01:10:33 PM »
apa deva19 tidak PANATIK sama Mahayana karna gak bisa/ngeti
bahasa Mandarin ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #41 on: 28 August 2009, 01:13:02 PM »
Artikel ini saya sajikan berdasarkan pandangan Buddhism non tradisi dan bersifat umum, karena memang Ajaran Sang Guru Agung adalah demikian adanya ( INDAH ). Sebenarnya perbedaan paling mendasar ada pada DIRI SENDIRI, jika kita menyadarinya, yang kasat mata adalah wajah dibagi semetris kemudian perhatikan sebelah kanan dan sebelah kiri misalnya alis, maka kita akan menemukan perbedaan, belum lagi jerawat sebelah kanan dan kiri beda jumlahnya :)) :)) :)), demikian juga tangan kanan dan kiri beda panjang. Bayangkan jika kita tidak menerima kenyataan perbedaan tersebut, dll.

Saya hanya berandai-andai seandainya Buddhism tradisi apapun tidak selalu berargumentasi mengenai perbedaan dalam forum terbuka ini, tetapi berargumentasi mengenai MANFAAT LUAR BIASA dari AJARAN SANG GURU AGUNG, sehingga jumlah murid akan bertambah karena merasakan manfaatnya. Tentu SUNGGUH INDAH dan MENAKJUBKAN.


Pohon Yang Bengkok

Jangan pernah mendiskriminasikan orang lain,jangan pernah marah jika orang lain tidak sama dengan kita, jangan pernah kecewa jika orang lain berbeda dengan apa yang kita tidak mau dan juga yang kita mau.

Apakah kita harus marah pada pohon-pohon yang tumbuh berbeda dengan yang lainnya?
Akankah kita harus marah jika pohon itu tumbuh kerdil,kurus,bengkok tidak seperti pohon-pohon lainnya yang menurut fikiran,asumsi dan penghakiman kita itulah yang baik,bagus dan akhirnya sempurna menurut saya dan mungkin anda sendiri.

Beliau mengatakan, ini sangat bodoh! dengan menghakimi orang lain yang berbeda dengan kita.Kita sangat beragam,kita sangat bervariasi.

Untuk apa kita memikul beban yang sangat teramat berat dengan menginginkan dan merubah mereka semua menjadi apa yang kita mau.

Jika kita mau merubah sesuatu, yang utama kita lakukan adalah ubahlah dulu kebodohan menjadi sebuah kebijaksanaan.

Seandainya saja saya dan anda semua, bisa sedikit memahami arti perbedaan,bisa sedikit memahami karya beliau tentang `Pohon Yang Bengkok` menurut saya, kita bisa hidup dengan harmonis,hidup dalam keragaman dan saling memahami tanpa pernah lagi marah dan menghakimi `Pohon Yang Bengkok` adalah jelek.

Bagaimana menurut anda?

diambil dari`Ajahn Chah collection


Catatan : ini saya kutip untuk kita semua terutama umat Buddhis semua tradisi di Indonesia .

Bagaimana Kita Menyikapi Perbedaan


Bila kita berbicara tentang sebuah kata perbedaan rasanya takkan ada habis waktu. Perbedaan seringkali membuat kita mudah terjebak pada pergesekan, perselisihan, ketidaksalingpahaman, hingga permusuhan dan baku hantam di meja perundingan pun seakan begitu mudah terjadi. Tak heran sebagian dari kita lebih menyukai untuk memeras seluruh energi, pikiran, dan waktu dalam diskusi-diskusi dan pembicaraan untuk sebuah perbedaan yang sederhana saja hanya demi sebuah kepuasan hati yang tak perlu.

Aha .. semestinya memang kita jangan berharap untuk mencapai sebuah kesepakatan dengan semua orang. Pahamilah oleh kita bahwa ketenangan hati tidaklah pasti tercipta karena semua orang mengganggukan kepala sebagai petanda setuju dengan apa yang kita sampaikan. Di sisi lainpun saat semua orang yang mendukung kita sekalipun tidak akan selalu menciptakan suatu keharmonisan yang kita damba, bukan!

Nampaknya kita perlu menyadari bahwa setiap manusia pasti berbeda baik dengan ribuan alasan dan pendapat yang dimilikinya meski hidup dalam kondisi alam yang sama. Termasuk dalam isi kepala kita pun begitu banyak pikiran campur aduk menjadi satu tanpa harus merasa berdesakan satu sama lain. Masing-masing pikiran mengisi ruang-ruangnya yang ada dalam otak kepala kita. Itulah sebabnya setiap orang mempunyai dunia dan keunikannya masing- masing. Mungkin saja menurut seseorang yang kurang waras kitalah yang dianggap sebagai tidak waras, menurut teman saudara istri atau suami bahkan bawahan kita sekalipun kitalah yang kadang dianggap tidak mengerti dengan pemahamannya.

Mulailah kita mencoba untuk belajar memahami, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Dan seharusnya pula kita menghormati ketidak setujuan orang lain atas pendapat kita. Ketidakmampuan kita menerima perbedaan mengakibatkan perilaku kita terhadap orang yang berbeda menjadi sangat berbeda. Bahkan yang lebih buruk kita menyeret orang lain untuk ikut serta dalam ketidak terimaan kita atas perbedaan orang lain. Pemaksaan kehendak bukanlah cara terpuji untuk mencapai kesepakatan. Keharmonisan diperoleh saat ketika kita bisa saling berjabatan tangan tanda sepakat untuk tidak sepakat.

Seperti yang disampaikan oleh suhu Covey dengan istilah "win win or no deal"

Kedamaian hati dicapai di kala kita tidak saling memaksakan kehendak menuju arah yang satu. Karena bumi bulat, kemana pun mata angin terarah, kelak tiba di tempat semula. Jadi, janganlah perbedaan membuat keharmonisan yang telah terbina menjadi lebur bercerai berai diterpa angin. Marilah memahami sebuah perbedaan dengan mencoba menyelami sejenak perbedaan dunia orang lain, dengan begitu akan memudahkan rasa simpati kita memandang sebuah perbedaan orang lain. Karena memang perbedaan bukan untuk dilenyapkan melainkan untuk dirayakan bukan.

Have a positive day!

 _/\_

Semoga Semua Makhluk Berbahagia
« Last Edit: 28 August 2009, 01:15:12 PM by CHANGE »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #42 on: 28 August 2009, 01:16:04 PM »
wah thread ini harus pindah ke kesehatan yak ? ;D
>:D >:D >:D
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #43 on: 28 August 2009, 01:26:19 PM »

yah ada kemungkinan juga ini bawaan ato kecenderungan dari kehidupan lampau? :)

pemahamannya:
~ apapun kamma kita -besar/kecil- sesuai bobotnya, tetap berpengaruh pada keadaan kita sekarang. Kamma lampau, kamma kehidupan sekarang dulu dan kamma kita yg barusan, semuanya berpadu membentuk karakter kita yg sekarang.

Hal ini -mungkin- yg dikatakan Sang Buddha: Tidak semua orang dapat berjodoh dengan Dhamma
(Dhamma adalah jodoh2an dengan masing2 orang), saya tidak tau kata2 tepatnya - CMIIW... "Jodoh' disini maksudnya paduan kamma2 lampau kita tsb lah...

::

pernyataan tuhan medho udah bener tuh ko will........ kecenderungan...

bisa juga trend, kesesuaian......

atau udah mengarah  ;D

mirip2 gitu deh......

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Mengapa Aku Condong Ke Theravada?
« Reply #44 on: 28 August 2009, 01:28:13 PM »
sebelumnya maaf, saya tidak tahu board yang tepat. saya pilih board theravada aja.

aku tidak tahu pasti, mengapa aku lebih condong untuk mengikuti ajaran Theravada dari pada mahayana.

sebenarnya aku ingin tahu, apakah aku mempunya gejala panatik atau memang kecenderuganku beralasan.

hanya saja, ketika aku membaca dialog sang budha dalam Mahayana, misalnya, saya kok suka berpikir "masa sih budha ngomong kayak gitu". hatiku menjadi tidak senang, karena menganggap sabda sang budha tidak bijaksana. walaupun begitu, aku terus mencoba membaca artikel-artikel Mahayana. tetapi, anehnya semakin lama, aku malah semakin tidak suka dengan ajaran Mahayana.

sedangkan ketika aku membaca naskah-naskah Theravada, aku melihat sosok manusia bijaksana pada diri sang Budha. ajaran-ajarannya sangat indah dan menggembirakan hatiku. makin lama, aku makin tertarik dengan ajaran Theravada.

saya juga pernah melihat wawancara tiga orang bikhu dari tiga mazhab budha yang ada di Indonesia. setiap pertanyaan reporter di jawab oleh setiap bikhu. anehnya, jawaban dari bikhu mazhab lain selalu terasa olehku tidak mengena, dan aku berpikir "ah, masa begitu". tapi kalau yang jawab adalah bikhu theravada, hati saya jadi riang dan berkata, "nah, itu baru benar."



saya ga tau theravada anda sih, tapi kalo selama saya liat di theravada sih, tulisannya Buddha, bukan budha....