//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Motivasi dan Inspirasi  (Read 217719 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chizz_roll

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.028
  • Reputasi: 74
  • Gender: Female
  • Be Mindful
Good story
« Reply #270 on: 29 September 2008, 08:23:55 PM »
Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari
perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"

Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".

"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai
suamimu kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan
semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah
kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama" , kata pria itu hampir bersamaan.

"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil
menunjuk seorang pria berjanggut disebelahnya, "sedangkan yang ini
bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.
Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang.
Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kerumahmu."

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho... menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa
kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut
mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang. "

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak
masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang
menjadi teman santap malam kita."

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa
diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."

Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..
ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa
ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

"Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?"

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."
 
COpas From email, so kalo repost, pls delete.. tq _/\_
ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan kalo kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.. Tersenyumlah selalu.. :)

Offline chizz_roll

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.028
  • Reputasi: 74
  • Gender: Female
  • Be Mindful
Re: Good story
« Reply #271 on: 30 September 2008, 07:18:58 PM »
Hikayat Batu dan Pohon ARa

Alkisah pada suatu saat di sebuah negeri di timur tengah sana. Seorang
saudagar yang sangat kaya raya tengah mengadakan perjalanan bersama
kafilahnya. Diantara debu dan bebatuan, derik kereta diselingi dengus kuda
terdengar bergantian. Sesekali terdengar lecutan cambuk sais di udara. Tepat
di tengah rombongan itu tampaklah pria berjanggut, berkain panjang dan
bersorban ditemani seorang anak usia belasan tahun. Kedua berpakaian indah
menawan. Dialah Sang Saudagar bersama anak semata wayang nya. Mereka duduk
pada sebuah kereta yang mewah berhiaskan kayu gofir dan permata yaspis.
Semerbak harum bau mur tersebar dimana-mana. Sungguh kereta yang mahal.
Iring-iringan barang, orang dan hewan yang panjang itu berjalan perlahan,
dalam kawalan ketat para pengawal.Rombongan itu bergerak terus hingga pada
suatu saat mereka berada di sebuah tanah lapang berpasir. Bebatuan tampak
diletakkan teratur di beberapa tempat. Pemandangan ini menarik bagi sang
anak sehingga ia merasa perlu untuk bertanya pada ayahnya.
"Bapak, mengapa tampak oleh ku bebatuan dengan teratur tersebar di sekitar
daerah ini. Apakah gerangan semua itu ?".
"Baik pengamatan mu, anak ku", jawab Ayahnya,"bagi orang biasa itu hanyalah
batu, tetapi bagi mereka yang memiliki hikmat, semua itu akan tampak
berbeda".
"Apakah yang dilihat oleh kaum cerdik cendikia itu, Bapak ?", tanya anaknya
kembali.
"Mereka akan melihat itu sebagai mutiara hikmat yang tersebar, memang hikmat
berseru-seru dipinggir jalan, mengundang orang untuk singgah, tetapi sedikit
dari kita yang menggubris ajakan itu.".
"Apakah Bapak akan menjelaskan perkara itu pada ku?"
"Tentu buah hatiku", sahut Sang Saudagar sambil mengelus kepala anaknya.
"Dahulu, ketika aku masih belia, hal ini pun menjadi pertanyaan di hati ku.
Dan kakek mu, menerangkan perkara yang sama, seperti saat ini aku
menjelaskan kepadamu. Pandanglah batu-batu itu dengan seksama. Di balik batu
itu ada sebuah kehidupan. Masing-masing batu yang tampak oleh mu sebenarnya
sedang menindih sebuah biji pohon ara."
"Tidakkah benih pohon ara itu akan mati karena tertindih batu sebesar itu
Bapak ?"
"Tidak anak ku. Sepintas lalu memang batu itu tampak sebagai beban yang akan
mematikan benih pohon ara. Tetapi justru batu yang besar itulah yang membuat
pohon ara itu sanggup bertahan hidup dan berkembang sebesar yang kau lihat
di tepi jalan kemarin".
"Bilakah hal itu terjadi Bapak ?"
"Batu yang besar itu sengaja diletakkan oleh penanamnya menindih benih pohon
ara. Mereka melakukan itu sehingga benih itu tersembunyi terhadap hembusan
angin dan dari mata segala hewan. Samapai beberapa waktu kemudian benih itu
akan berakar, semakin banyak dan semakin kuat. Walau tidak tampak kehidupan
di atas permukaannya, tetapi dibawah, akarnya terus menjalar. Setelah dirasa
cukup barulah tunas nya akan muncul perlahan. Pohon ara itu akan tumbuh
semakin besar dan kuat hingga akhirnya akan sanggup menggulingkan batu yang
menindihnya. Demikianlah pohon ara itu hidup. Dan hampir di setiap pohon ara
akan kau temui, sebuah batu, seolah menjadi peringatan bahwa batu yang
pernah menindih benih pohon ara itu tidak akan membinasakannya. Selanjutnya
benih itu menjadi pohon besar yang mampu menaungi segala mahluk yang
berlindung dr terik matahari yang membakar."
"Apakah itu semua tentang kehidupan ini Bapak ?", tanya anaknya.
Sang Saudagar menatap anaknya lekat-lekat sambil tersenyum, kemudian
meneruskan penjelasannya.
"Benar anak ku. Jika suatu saat engkau di dalam masa-masa hidupmu, merasakan
terhimpit suatu beban yang sangat berat ingatlah pelajaran tentang batu dan
pohon ara itu. Segala kesulitan yang menindihmu, sebenarnya merupakan sebuah
kesempatan bagi mu untuk berakar, semakin kuat, bertumbuh dan akhirnya
tampil sebagai pemenang. Camkanlah, belum ada hingga saat ini benih pohon
ara yang tertindih mati oleh bebatuan itu. Jadi jika benih pohon ara yang
demikian kecil saja diberikan kekuatan oleh Sang Khalik untuk dapat
menyingkirkan batu diatasnya, bagaimana dg kita?

Copas from email.. so kalo repost, pls delete
ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan kalo kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.. Tersenyumlah selalu.. :)

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Motivasi dan Inspirasi
« Reply #272 on: 06 October 2008, 05:16:12 PM »
"BELAJAR DARI MONYET...  "



 

Saya pernah membaca artikel menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan
Afrika.  Caranya
begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan is pemburu menangkap monyet
dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya
memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan
percobaan atau  binatang sirkus di Amerika.

 

Cara
menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples
berleher panjang Dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi
aroma. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi
kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut
toples dibiarkan tanpa tutup.

 

Para
pemburu melakukannya di sore Hari. Besoknya, mereka tingal meringkus
monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa
dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu Kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet
itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka
mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang Ada
di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa
menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu,
selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk
diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana!
Mungkin
Kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa
sadar sebenamya Kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya,
kadang Kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat
setiap permasalahan yang Kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.

Kita
sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf.
 Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih Ada di dalam
dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.
Bahkan,
Kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun
Kita pergi. Dengan beban berat itu, Kita berusaha untuk terus berjalan.
Tanpa sadar, Kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang
akut.

Teman, sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman
tangannya.
Dan,
Kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur Kita mau
melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi
dengan Kita.
Dengan
begitu Kita akan mendapati Hari esok begitu cerah Dan menghadapinya
dengan senyum.

Jadi, kenapa tetap Kita genggam juga perasan tidak enak itu?


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline chizz_roll

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.028
  • Reputasi: 74
  • Gender: Female
  • Be Mindful
Semangkuk mie kuah
« Reply #273 on: 16 October 2008, 07:36:50 PM »

Semangkuk Mie Kuah
Oleh : Tidak Diketahui
Diterjemahkan : Li Kuei Chuen

Pendahuluan :
Ny. Hsu yang tinggal di Kao Hsiung, anak gadisnya pulang dari Amerika
pada saat awal bulan
Januari, dan membawa sebuah kisah nyata yang menggugah hati.
Kisah yang terjadi pada malam Chu Si ( malam menjelang  Tahun Baru
Imlek ), berjumlah sebanyak 50
halaman lebih.
Tokoh dalam cerita ini pada saat menceritakan kisahnya mengharukan
banyak orang Jepang.
Cerita ini dinamakan " Semangkuk Mie Kuah ", diterjemahkan oleh Li Kuei
Chuen.

Tanggal 31 bulan Desember lima belas tahun yang lalu, yang juga
merupakan malam Chu Si, di sebuah
jalan di kota Sapporo, Jepang, ada sebuah toko mie yang bernama " Pei
Hai Thing ".
( Pei = Utara ; Hai = Laut ; Thing = Kios, Toko )

Makan mie pada malam Chu Si, adalah adat istiadat turun temurun dari
orang Jepang, pada hari itu
pemasukan toko mie sangatlah baik, tidak terkecuali " Pei Hai Thing ",
hampir sehari penuh dengan
tamu pengunjung, tetapi setelah jam 22.00 ke atas sudah tidak ada
pengunjung yang datang lagi.
Pada saat biasanya jalan yang sangat ramai hingga waktu subuh - karena
pada hari itu semua orang
terburu-buru pulang rumah untuk merayakan Tahun Baru - sehingga dengan
cepat menjadi sunyi dan
tenang.
Majikan dari toko mie "Pei Hai Thing" adalah seseorang yang jujur dan
polos, istrinya adalah
seorang yang ramah tamah dan melayani orang penuh dengan kehangatan.

Saat tamu terakhir pada malam Chu Si itu telah keluar dari toko mie,
dan pada saat sang istri
tengah bersiap untuk menutup toko, pintu toko itu sekali lagi terbuka.
Seorang wanita membawa dua orang anaknya berjalan masuk, kedua anak itu
kira-kira berusia 6 tahun
dan 10 tahun, mereka mengenakan baju olahraga baru yang serupa satu
dengan yang lainnya, tetapi
wanita tersebut malah memakai baju luar - bercorak kotak - yang telah
usang.

" Silakan duduk !" kata sang majikan mengucapkan salam.

Wanita itu berkata dengan takut-takut :
" Bolehkah... memesan semangkuk mie kuah ?"

Kedua anak di belakangnya saling memandang dengan tidak tenang.

" Tentu ... tentu boleh, silakan duduk di sini !" kata si majikan
dengan ramah.

Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2 di paling pinggir, lalu
berteriak dengan keras ke arah
dapur :
" Semangkuk mie kuah !"

Sebenarnya jatah semangkuk untuk satu orang hanyalah satu ikat mie,
sang majikan menambahkan lagi
sebanyak setengah ikat, dan menyiapkannya dalam sebuah mangkuk besar
penuh, hal ini tidak
diketahui oleh sang istri dan tamunya itu.

Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah tersebut dan
menikmatinya dengan lezat,
sambil makan, sambil berbicara dengan suara yang kecil,
" Sangat enak sekali !"

Sang kakak berkata :
" Ma, Mama juga cobain dong !"

Sang adik menyumpit mie untuk menyuapi ibunya.
Tidak lama kemudian mie pun telah habis.
Setelah membayar 150 yen, si ibu dan anak bertiga dengan serempak
memuji dan menghaturkan terima
kasih,
" Sangat lezat sekali, banyak terima kasih !"
sambil membungkuk memberi hormat, lalu berjalan meninggalkan toko.

Setiap hari berlalu dengan sibuknya, tak terasa setahun pun berlalu.
Dan tiba lagi pada tanggal 31 Desember, usaha dari " Pei Hai Thing "
masih tetap ramai.
Kesibukan pada malam Chu Si akhirnya selesai, telah lewat dari jam
22.00.

Ketika sang istri majikan tengah berjalan ke arah pintu untuk menutup
toko, pintu itu lalu terbuka
lagi dengan pelan, yang masuk ke dalam adalah seorang wanita parobaya
sambil membawa dua orang
anaknya.

Sang istri ketika melihat baju luar bercorak kotak yang telah usang
itu, dengan seketika teringat
kembali tamu terakhir pada malam Chu Si tahun lalu.
" Bolehkah... membuatkan kami... semangkuk mie kuah ?"

" Tentu, tentu, silakan duduk !" kata si istri majikan dengan ramah.

Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2 yang pernah mereka duduk di
tahun lalu, sambil
berteriak dengan keras :
" Semangkuk mie kuah !"

Sang majikan menyahut, sambil menyalakan api yang baru saja dipadamkan.

Istrinya dengan diam-diam berkata di samping telinga suami :
" Ei, masak 3 mangkuk untuk mereka, boleh tidak ?"

" Jangan, kalau demikian mereka bisa merasa tidak enak," kata si suami.
Si suami menjawab sambil menambahkan setengah ikat mie lagi ke dalam
kuah yang mendidih.

Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah itu sambil makan
dan berbicara, percakapan
itu juga terdengar sampai telinga suami istri pemilik toko.

" Sangat wangi ... sangat hebat ... sangat nikmat !"
kata anak yang kecil.

" Tahun ini masih bisa menikmati mie dari Pei Hai Thing, sangatlah baik
!"
sahut ibunya.

" Alangkah baiknya jika tahun depan masih bisa datang untuk makan di
sini."
Kata anak yang lebih besar.

Setelah selesai makan dan membayar 150 yen, ibu dan anak bertiga lalu
berjalan meninggalkan Pei
Hai Thing.

" Terima kasih banyak ! Selamat bertahun baru,"
kata sang majikan dan istrinya sambil memandang ibu dan anak yang
berjalan pergi.
Suami istri pemilik toko berulang kali membicarakannya dengan cukup
lama.

Malam Chu Si pada tahun ketiga, usaha dari " Pei Hai Thing " tetap
berjalan dengan sangat baik,
sepasang suami istri saking sibuknya sampai tidak ada waktu untuk
berbicara, tetapi setelah lewat
pukul 21.30, kedua orang itu mulai berperasaan tidak tenang.
Jam 22.00 telah tiba, pegawai toko juga telah pulang setelah menerima "
Hung Pao " ( Ang Pao ),
majikan toko dengan tergesa-gesa membalikkan setiap lembar daftar harga
yang tergantung di
dinding, daftar kenaikan harga " Mie Kuah 200 yen semangkuk " sejak
musim panas tahun ini, ditulis
ulang menjadi 150 yen.

Di atas meja nomor 2, sang istri pada saat 3 menit yang lalu telah
meletakkan kartu tanda " Telah
Dipesan ".
Sepertinya ada maksud untuk menunggu orang yang akan tiba setelah
seluruh tamu telah pergi
meninggalkan toko, setelah lewat jam 22.00, ibu dengan dua orang anak
ini akhirnya muncul kembali.

Sang kakak memakai seragam SMP, sang adik mengenakan jaket - yang
kelihatan agak kebesaran - yang
dipakai kakaknya tahun lalu, kedua anak ini telah tumbuh dewasa, sang
ibu masih tetap memakai baju
luar bercorak kotak usang yang telah luntur warnanya.

" Silakan masuk ! Silakan masuk !"
kata si istri majikan toko menyambut dengan hangat.

Melihat istri majikan toko yang menyambut dengan senyum hangat, ibu dua
anak itu dengan
takut-takut berkata :
" Tolong ... tolong buatkan 2 mangkuk mie, bolehkah ?"

" Tentu saja boleh.
Mari, silakan duduk !"
kata si istri majikan dengan ramah.

Sang istri majikan mengajak mereka ke meja nomor 2, dengan cepat
menyembunyikan tanda " Telah
Dipesan " seakan-akan tak pernah diletakkan di sana, lalu berteriak ke
arah dalam, " Dua mangkuk
mie."

Sang suami sambil menyahuti, sambil melempar 3 ikat mie ke dalam kuah
yang mendidih. Ibu dan anak
sambil makan, sambil berbicara, kelihatannya sangat bergembira,
sepasang suami istri yang berdiri
di balik pintu dapur juga turut merasakan kegembiraan mereka.

" Siao Chun dan Koko, Mama hari ini ingin berterima kasih kepada kalian
berdua !"
kata si ibu.

" Terima kasih !"
kata si kecil.

" Mengapa ?"
tanya si kakak.

" Begini, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 8 orang terluka
yang disebabkan oleh Papa
kalian, pada setiap bulan dalam beberapa tahun ini haruslah menyerahkan
uang sebesar 50,000 yen
untuk menutupi bagian yang tak dapat dibayar oleh pihak asuransi."

" Ya, hal ini kami tahu !"
si kakak menjawab.

Istri pemilik toko dengan tak bergerak mendengarkan.

" Yang pada mulanya harus membayar hingga bulan Maret tahun depan,
telah terlunasi pada hari ini
!"
kata si ibu.

" Oh, Mama, benarkah ?"
kata si kakak.

" Ya, benar, karena Koko mengantar koran dengan rajin, Siao Chun
membantu untuk beli sayur dan
masak nasi, sehingga Mama bisa bekerja dengan hati yang tenang.
Perusahaan memberikan bonus spesial kepada Mama karena tidak pernah
absen kerja, sehingga hari ini
dapat melunasi seluruh bagian yang tersisa."

" Ma ! Koko !
Alangkah baiknya, tapi kelak tetap biarkan Siao Chun yang menyiapkan
makan malam," kata si kecil.

" Saya juga ingin terus mengantar Koran," kata si kakak.

" Terima kasih kepada kalian kakak beradik, benar-benar terima kasih !"
kata si ibu.

Sang kakak berkata,
" Siao Chun dan saya ada sebuah rahasia, dan terus tidak memberitahu
mama, itu adalah ...
Pada sebuah hari Minggu di bulan November, sekolah Siao Chun
menghubungi wali murid untuk hadir
melihat program bimbingan belajar dari sekolah, guru dari Siao Chun
secara khusus menambahkan
sepucuk surat, yang mengatakan sebuah karangan Siao Chun telah dipilih
sebagai wakil seluruh " Pei
Hai Tao “ ( Hokkaido ), untuk mengikuti lomba mengarang seluruh negeri.
Hari itu saya mewakili mama untuk menghadirinya."

" Benarkah ? Lalu ?"
tanya si Mama

Si kakak melanjutkan,
" Tema yang diberikan guru adalah ‘Cita-Citaku (Wo Te Ce Yuen )’.
Siao Chun dengan karangan bertema semangkuk mie kuah, dipersilakan
untuk membacanya di hadapan
para hadirin.

Isi dari karangan itu menuliskan, Papa mengalami kecelakaan lalu
lintas, dan meninggalkan hutang
yang banyak.
Demi untuk membayar hutang, Mama bekerja keras dari pagi hingga malam,
sampai hal saya mengantar
koran juga ditulis oleh Siao Chun.
Masih ada, pada malam tanggal 31 Desember, kita bertiga ibu dan anak
bersama-sama memakan
semangkuk mie kuah, sangatlah lezat …

Tiga orang hanya memesan semangkuk mie kuah, sang pemilik toko, yaitu
paman dan istrinya malah
masih mengucapkan terima kasih kepada kami, serta mengucapkan selamat
bertahun baru kepada kami !
Suara itu sepertinya sedang memberikan dorongan semangat untuk kami
untuk tegar menjalani hidup,
secepatnya melunasi hutang dari Papa.

Oleh karena itu, Siao Chun memutuskan untuk membuka toko mie setelah
dewasa nanti, untuk menjadi
pemilik toko mie nomor 1 di Jepang.
Siao Chun juga ingin memberikan dorongan semangat kepada setiap
pengunjung,
‘Semoga kalian berbahagia ! Terima kasih !’ "

Sepasang pemilik toko yang terus berdiri di balik pintu dapur
mendengarkan pembicaraan mereka
mendadak tak terlihat lagi, ternyata mereka sedang berjongkok, selembar
handuk masing-masing
memegang ujungnya, berusaha keras untuk menghapus air mata yang tak
hentinya mengalir keluar.

Si kakak melanjutkan,
" Selesai membaca karangan, guru berkata :
Kokonya Siao Chun telah mewakili ibunya datang ke sini, silakan naik ke
atas menyampaikan beberapa
patah kata.”

" Sungguhkah ? Lalu kamu bagaimana ?"
tanya si ibu.

Si kakak melanjutkan,
" Karena terlalu mendadak, saat mulai tidak tahu harus mengucapkan apa
baiknya, saya lantas
mengucapkan terima kasih kepada semua orang atas perhatian dan kasih
sayang terhadap Siao Chun.
Adik saya setiap hari harus membeli sayur menyiapkan makan malam,
sering kali harus terburu-buru
pulang dari kegiatan berkelompok, tentu mendatangkan banyak kesulitan
bagi semua orang.

Tadi pada saat adik saya membacakan ‘Semangkuk mie kuah’, saya sempat
merasa malu.
Tetapi sewaktu melihat adik saya dengan dada tegap dan suara yang
lantang menyelesaikan membaca
karangan, merasa perasaan malu itulah yang benar-benar memalukan."
Beberapa tahun ini, keberanian mama yang hanya memesan semangkuk mie
kuah, kami kakak beradik
tidak akan pernah melupakannya ...
Kami berdua pasti akan giat dan rajin, merawat ibu dengan baik, hari
ini dan seterusnya."

Ibu dan anak bertiga secara diam-diam saling memegang tangan dengan
erat, saling menepuk bahu,
menikmati mie tahun baru dengan perasaan yang lebih berbahagia
dibanding tahun sebelumnya,
membayar 300 yen dan mengucapkan terima kasih, lalu memberikan hormat
dan meninggalkan toko mie.

Majikan toko seperti sedang menutup tahun yang lama, dengan suara yang
keras mengucapkan,
" Terima kasih ! Selamat Tahun Baru !"

Setahun pun berlalu lagi, toko mie Pei Hai Thing juga meletakkan tanda
" Telah Dipesan " sambil
menunggu, tetapi ibu dan anak bertiga tidak muncul.
Tahun kedua, tahun ketiga, meja nomor 2 tetap kosong, ibu dan kedua
anaknya tetap tidak muncul.
Usaha dari Pei Hai Thing semakin bagus, dalam tokonya pun telah
direnovasi, meja dan kursinya
telah diganti dengan yang baru, tetapi meja nomor 2 masih tetap pada
aslinya.

Banyak tamu pengunjung merasa heran, istri majikan lantas menceritakan
kisah semangkuk mie kuah
kepada para pengunjung.
Meja nomor 2 itu lantas menjadi " Meja Keberuntungan ", setiap
pengunjung menyampaikan kisah ini
kepada yang lainnya, ada banyak pelajar yang merasa ingin tahu, datang
dari kejauhan demi untuk
melihat meja tersebut dan menikmati mie kuah, semua orang umumnya ingin
duduk di meja tersebut.

Lalu setelah melewati malam Chu Si beberapa tahun ini, para pemilik
toko di sekitar Pei Hai Thing,
setelah menutup toko pada malam Chu Si, umumnya akan mengajak
keluarganya menikmati mie di Pei Hai
Thing.
Sering berkumpul sebanyak 30 hingga 40 orang, sangatlah ramai.
Ini telah merupakan hal yang biasa dalam 5~6 tahun terakhir ini.

Semua orang telah mengetahui asal dari meja nomor 2, meski mulut tidak
berbicara, tapi dalam hati
berpikir,
" Meja yang telah dipesan pada malam Chu Si di tahun ini kemungkinan
akan sekali lagi dengan meja
dan kursi yang kosong menyambut datangnya tahun baru.”

Hari ini, semua orang sekali lagi berkumpul pada malam Chu Si, ada
orang yang memakan mie, ada
yang minum arak, semuanya berkumpul seperti sebuah keluarga.
Setelah lewat pukul 22.00, pintu dengan tiba-tiba ... terbuka kembali.
Semua orang yang berada di dalam langsung menghentikan pembicaraan,
seluruh pandangan mata tertuju
ke arah pintu yang terbuka itu.

Dua orang remaja yang berpakaian stelan jas yang rapi dengan baju luar
di tangan, berjalan
melangkah masuk.
Semua orang menghembuskan napas lega.
Saat istri majikan ingin mengatakan meja makan telah penuh dan
memberitahu tamu tersebut, ada
seorang wanita berpakaian kimono berjalan masuk, berdiri di tengah
kedua remaja tersebut.

Seluruh orang yang berada dalam toko menahan napas mendengar wanita
berpakaian kimono tersebut
dengan perlahan mengatakan :
" Tolong ... tolong ... mie kuah ... untuk jatah 3 orang, bolehkah ?"

Belasan tahun telah berlalu, sang istri majikan toko seketika berusaha
keras untuk mengingat
kembali gambaran ibu muda dengan dua orang anaknya pada 10 tahun yang
lalu.
Sang suami di balik dapur juga termenung.

Ibu dan anak tersebut menatap sang istri yang tengah salah tingkah
tersebut, kemudian si ibu
mengatakan :
" Kami bertiga ibu dan anak, pada 14 tahun yang lalu pernah memesan
semangkuk mie kuah di malam
Chu Si, mendapatkan dorongan semangat dari semangkuk mie tersebut, kami
ibu dan anak bertiga baru
dapat menjalani hidup dengan tegar."

Sikakak melanjutkan,
" Lalu kami pindah ke kabupaten ( Ce He ) tinggal di rumah nenek, saya
telah melewati ujian
jurusan kedokteran dan praktek di rumah sakit Universitas Kyoto bagian
penyakit anak-anak, bulan
April tahun depan akan praktek di rumah sakit kota Sapporo."

" Sesuai dengan tatakrama, kami datang mengunjungi rumah sakit ini
terlebih dahulu, sekalian
sembahyang di makam Papa, setelah berdiskusi dengan adik saya yang -
pernah berpikir untuk menjadi
majikan toko mie nomor 1 tapi belum tercapai - sekarang bekerja di Bank
Kyoto, kami mempunyai
sebuah rencana yang istimewa ...
Yaitu pada malam Chu Si tahun ini, kami bertiga ibu dan anak akan
mengunjung Pei Hai Thing di
Sapporo, memesan 3 mangkuk mie kuah Pei Hai Thing."

Sang istri majikan akhirnya pulih ingatannya, menepuk bahu sang suami
sambil berkata :
" Selamat datang ! Silakan ...
Ei ! Meja nomor 2, tiga mangkuk mie kuah."

 
ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan kalo kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.. Tersenyumlah selalu.. :)

Offline rika

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 200
  • Reputasi: 11
  • Gender: Female
  • qiute....
Diary seorang pramugari
« Reply #274 on: 17 October 2008, 10:58:48 AM »
August 25th, 2008
Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking , penumpang sangat penuh pada hari ini. Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking . anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.
Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.

Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.

Sory kalo repost delete aja yachhh


 _/\_

Offline Maha Viriyani

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 133
  • Reputasi: 18
  • Gender: Female
Re: Motivasi dan Inspirasi
« Reply #275 on: 17 October 2008, 12:07:51 PM »
"Did I marry the right person?"

Dalam sebuah seminar rumah tangga, seseorang audience tiba-tiba  melontarkan pertanyaan yang sangat lumrah, "bagaimana saya tahu kalo saya menikah dengan orang yang tepat?"


Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar duduk di sebelahnya, jadi saya menjawab "Ya.. tergantung. Apakah pria disebelah anda itu suami anda?"
 

Dengan sangat serius dia balik bertanya "Bagaimana anda tahu?!"

"Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini."

Inilah jawabanya!
SETIAP ikatan memiliki siklus.
Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan pasangan anda.
 

Telpon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat, begitu menyenangkan.

Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit.
Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Ngga perlu berbuat apapun. Makanya dikatakan "jatuh" cinta!

Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta"
Bayangkan eksprisi tersebut!
Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda.

Jatuh cinta itu mudah.
Sesuatu yang pasif dan spontan.
Tapi?
Setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar..
perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan.

Perlahan tapi pasti.. telpon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya ngga selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal yang manis, tapi malah nambahin penat yang ada..

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu,  namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda, anda akan mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat anda jatuh cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan selanjutnya.

Dan pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai
muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya..
Nah Lho!

Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta yang pernah terjadi.. anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia cinta itu dengan orang lain.


Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas?
Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan mencari pelampiasan diluar.
Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini.
Mengingkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas.

Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya, pertemanannya, nonton TV sampe TVnya bosen ditonton, ataupun hal-hal yang menyolok lainnya.

Tapi tau ngga?!
Bahwa jawaban atas dilema ini ngga ada diluar, justru jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri.

Selingkuh?? Ya mungkin itu jawabannya
Saya ngga mengatakan kalo anda ngga boleh ataupun ngga bisa selingkuh,
Anda bisa!

Bisa saja ataupun boleh saja anda selingkuh, dan pada saat itu anda akan
merasa lebih baik.
Tapi itu bersifat temporer, dan setelah beberapa tahun anda akan mengalami kondisi yang sama (seperti sebelumnya pada perkawinan anda).
Perselingkuhan yang dilakukan sama dengan proses berpacaran yang pernah anda lakukan dengan pasangan anda, penuh gairah.
Tetapi, seandainya proses itu dilanjutkan, maka anda akan mendapati keadaan yang sama dengan pernikahan anda sekarang.
Itu adalah siklus...

Karena.. (pahamilah dengan seksama hal ini)
KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG ANDA TEMUKAN DAN TERUS MENERUS..!

Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan
Cinta NGGA AKAN PERNAH begitu saja terjadi!
Kita ngga akan bisa MENEMUKAN cinta yang selamanya
Kita harus MENGUSAHAKANNYA dari hari ke hari.

Benar juga ungkapan "diperbudak cinta"
Karena cinta itu BUTUH waktu, usaha, dan energi.
Dan yang paling penting, cinta itu butuh sikap BIJAK
Kita harus tahu benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga
berjalan dengan baik .

Jangan membuat kesalahan untuk hal yang satu ini.
Cinta bukanlah MISTERI

Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa pasangan anda) agar rumah tangga berjalan lancar.
Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu fisika (seperti gaya Grafitasi), dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada hukumnya.
Sama halnya dengan diet yang tepat dan olahraga yang benar dapat membuat tubuh kita lebih kuat, beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga juga DAPAT membuat rumah tangga itu lebih kuat.
Ini merupakan reaksi sebab akibat.

Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum tersebut, tentulah kita bisa "MEMBUAT" cinta bukan "JATUH".

Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya merupakan sebuah DECISION, dan bukan cuma PERASAAN..!

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak mendengar...
namun senantiasa bergetar....

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak buta..
namun senantiasa melihat dan merasa..

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak menyiksa..
namun senantiasa menguji..

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak memaksa..
namun senantiasa berusaha..

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak cantik..
namun senantiasa menarik..

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak datang dengan kata-kata..
namun senantiasa menghampiri dengan  hati..

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak terucap dengan kata..
namun senantiasa hadir dengan sinar mata..

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak hanya berjanji..
namun senantiasa mencoba memenangi..

jika ia sebuah cinta.....
ia mungkin tidak suci..
namun senantiasa tulus..

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak hadir karena permintaan..
namun hadir karena ketentuan...

jika ia sebuah cinta.....
ia tidak hadir dengan kekayaan dan kebendaan...
namun hadir karena pengorbanan dan kesetiaan..

Cintailah pasangan anda, seperti anda ingin dicintai olehnya
Setialah pada pasangan anda, seperti anda ingin mendapatkan kesetiannya

SUMBER : CETIVASI

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: Motivasi dan Inspirasi
« Reply #276 on: 17 October 2008, 12:18:22 PM »
Nice Post Maha Viryani _/\_ :lotus: :) GRP send
Smile Forever :)

Offline hanes

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 379
  • Reputasi: 23
  • Gender: Male
Re: Motivasi dan Inspirasi
« Reply #277 on: 17 October 2008, 12:19:54 PM »
Nice Post Maha Viryani _/\_ :lotus: :) GRP send

wkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
_/\_
Mukjizat terbesar adalah
perubahan orang yang gelap hati
menjadi orang yang bijaksana.

Offline Che Na

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.009
  • Reputasi: 51
  • Gender: Female
  • "Kesaktian tertinggi adalah berjalan diatas bumi "
Harusnya aku yang layak dikasihani ...
« Reply #278 on: 17 October 2008, 02:00:26 PM »


HARUSNYA AKU YANG LAYAK DIKASIHANI

 Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah. Di perempatan jalan, Umar,seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.

“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.

Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.

“Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang.

”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.

Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima, ”Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.

Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu ”Udah miskin sombong!”. Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau. Meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya .

Umar berlari lagi ke pinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh. Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel. Sambil termenung dia menatap nanar rintik-rintik hujan didepannya,

”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”, gumamnya lemah.

Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar. Tiba-tiba di depannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,

”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali masuk ke mobil.

Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.

”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan”, pinta Umar dengan penuh harap.

Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil di depannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.

“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau”

”Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh khan pak?, tanya Umar sekali lagi.

”Bbbbbooolehh”, jawab pria tersebut dengan tertegun.

Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan, sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.

Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk di dekatinya Umar.

”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?, dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil didepannya dengan penuh perasaan kasihan.

”Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.

Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa.
”Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”.

Si anak kecil tersenyum dengan manis,
”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.”

”Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran dimana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang laki-laki dengan nada agak tinggi karena merasa anak didepannya berfikir keliru.
Umar menatap wajah laki-laki di depannya dengan tatapan yang sangat teduh,

”Bapak !, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya”, Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali,

” Dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali dikemudian hari.”
Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki di depannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,

”Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya”.

Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil didepannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.

”Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, Harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini”


Selamat Menjalani Hari Dengan Penuh Berkah  _/\_

 
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

Offline Che Na

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.009
  • Reputasi: 51
  • Gender: Female
  • "Kesaktian tertinggi adalah berjalan diatas bumi "
KEkuatan MEmberi
« Reply #279 on: 20 October 2008, 11:32:05 AM »
Date: Monday, October 13, 2008, 10:52 PM
*Kekuatan Memberi*

"Rahasia kemakmuran adalah kedermawanan, karena dengan membagi kepada orang lain, hal baik yang akan diberikan dalam kehidupan kita, bahkan berkelimpahan. "
-- J. Donald Walters, penulis dan pengajar asal Rumania , tinggal di India
 
 KISAH nyata ini keluar dari mulut seorang dokter. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter mata ini membuka prakteknya di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Selain itu, ia juga melayani konsultasi masalah keluarga, termasuk masalah spiritual. Tanpa dipungut biaya, alias gratis. Sang dokter menolak dengan halus setiap pemberian uang sebagai imbalan jasa konsultasi.
Ia malah menyarankan agar uangnya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya, seperti yayasan yatim piatu.

 Suatu hari, sang dokter kedatangan tamu seorang ibu beserta putranya yang telah menginjak usia paruh baya. Sang anak dalam keadaan lumpuh kakinya, sehingga ia harus berada di kursi roda. Maksud kedatangan mereka sesungguhnya ingin menanyakan seputar masalah keluarga. Tetapi begitu tiba di ruang dokter, sebelum menyampaikan keluhannya, sang dokter mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah terhadap si anak. Putranya, menurut sang dokter, pernah mempunyai kesalahan yang membuat ibunya sakit hati. Sang anak tentu saja kebingungan. Begitu pula sang ibu, yang tahu-tahu diungkit peristiwa di masa lalu. Sang anak mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa masa lampau. Sang ibu memang mengakui kalau ia dulu pernah sakit hati oleh tindakan anaknya. Hal itu terus membekas di hatinya menjadi goresan luka batin, yang akhirnya teringat kembali saat itu juga.
 
 Akhirnya, sang anak pun teringat akan kekilafannya. Ia menyesal dan menangis. Secara susah payah, sang anak berusaha bangkit dari kursi rodanya untuk bersimpuh di hadapan kaki ibunya meminta maaf. Ibunya, dengan berlinang air mata, secara tulus akhirnya memaafkan kesalahan putranya di masa lampau. Secara refleks, sang ibu mengangkat putranya berdiri untuk memeluk dan menciumnya. Ajaib, seketika itu juga sang anak dapat berdiri tanpa dibantu lagi oleh kursi roda. Sang ibu memang hanya memberikan maaf dengan tulus, tetapi efeknya sungguh luar biasa.
 
 Kisah ini memang bertolak belakang dengan legenda Malin Kundang. Dimana sang Ibu menyumpah anaknya menjadi batu. Tak ada batu berbentuk manusia. Itulah logika yang paling benar dari cerita yang menyangkut hubungan ibu dan anak.
 Kisah Malin Kundang selama ini oleh beberapa pihak dinilai jauh dari cinta kasih seorang ibu yang sebenarnya. Walau begitu, tetap ada hikmah yang dapat dipetik dari legenda tersebut.
 
 Sejatinya, Ibu mana yang tega melihat anaknya susah, apalagi menjadi batu sesuai dengan sumpahnya. Alamak, Ibu adalah pintu keluasan hati dan penuh maaf. Berkacalah pada ibu. Dia akan rela lebih menderita, ketimbang melihat anaknya yang kesusahan. Dia akan menyisihkan nasi yang ada untuk anaknya, walau ia sendiri lapar. Dia akan memakan makanan yang bergizi agar janin dalam tubuhnya bisa tumbuh sehat. Seperti dalam bait lagu, 'hanya memberi, tak harap kembali.' Betul, tak pernah berharap mendapatkan balasan dari semua yang telah dilakukannya. Itulah makna dari memberi yang sesungguhnya.
 
 Memberi? Betul, memberi. Makna dari sebuah pemberian memang besar artinya. Lantas, mengapa orang yang berkelimpahan enggan untuk memberikan sesuatu? Atau, mengapa orang enggan memberikan maaf? Karena mungkin ia berpikir, bila ia memberi kekayaan, pemberian itu akan habis begitu saja tanpa kembali.
 Atau mungkin ia berpikir, harga dirinya akan turun kalau ia memberikan maaf kepada orang yang menyakitinya. Padahal justru sebaliknya. Semakin banyak memberi, akan lebih semakin banyak menerima. Kalau orang mengetahui kekuatan memberi, percayalah, akan banyak orang yang berlomba-lomba untuk memberikan segala sesuatunya.
 
 Itulah mengapa, dalam setiap agama selalu diajarkan untuk memberikan sesuatu yang kita miliki. Selain diajarkan selalu memberikan kebajikan, juga kekayaannya. Umat Islam mengenal Zakat dan Sedekah. Umat kr****n Protestan mengenal perpuluhan, yaitu kewajiban untuk memberikan sepersepuluh dari pendapatannya kepada rumah Tuhan, dan Elemosune, yang dapat diterjemahkan dengan kata memberi sedekah. Umat Katholik mengenal Persepuluhan dan juga Sedekah. Umat Hindu mengenal Sedekah Dana Punia, yaitu pemberian yang dilakukan secara sukarela dan tulus ikhlas berupa materi. Sedangkan Buddha mengajarkan bagaimana menggunakan kekayaan yang telah dimiliki, yaitu bila ia perumah tangga yang baik, mengumpulkan harta dengan cara-cara baik, ia harus membantu sanak familinya, serta orang lain dalam empat bagian, juga dikenal Amisa Dana, yaitu memberikan bantuan dalam bentuk materi kepada yang membutuhkan.
 
 Pemberian itu seyogianya dilakukan dengan ikhlas, diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. Juga pemberian itu haruslah bertujuan mulia. Yang patut diingat, memberi tak harus berupa uang. Ia bisa berupa apa saja. Sekarang, tengoklah lemari pakaian Anda. Apa yang Anda lihat? Tentu saja sederetan pakaian yang Anda miliki. Nah, ambil sebanyak mungkin. Bila perlu semuanya, untuk kemudian Anda serahkan kepada mereka yang membutuhkannya, misalnya yayasan yatim piatu. Kalau merasa sayang, sisakan beberapa setel saja untuk Anda pakai dalam bekerja selama satu minggu atau untuk Anda pakai sehari-hari. Tak perlu banyak berpikir. Pakaian itu mungkin sudah ketinggalan jaman. Anda perlu membeli lagi yang baru.
 
 Sebuah penelitian menunjukkan, dengan memberi terhadap sesama, membuat diri kita menjadi lebih bahagia. Hukum kekekalan energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia akan kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan, apapun. Ia tak akan hilang walau Anda telah memberikannya.
 Bahkan Deepak Chopra dalam '7 Spiritual Law of Success' mencantumkan 'Law of Giving' sebagai hukum kedua untuk sukses.
 
 Nah, mulai sekarang, banyak-banyaklah memberi. Memberi maaf. Memberi senyum. Memberi kebajikan. Memberi kemuliaan. Memberi materi. Dan sebaiknya, tak usah berharap dari semua pemberian yang telah Anda lakukan.
 Karena itulah kebahagiaan sesungguhnya yang didapatkan. Kebahagiaan memberi. Seperti yang dilakukan ibu terhadap kita: hanya memberi, tak harap kembali. (220908)
 
 Sumber: Kekuatan Memberi oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
 ,_._,___

 _/\_
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

Offline chizz_roll

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.028
  • Reputasi: 74
  • Gender: Female
  • Be Mindful
Re: Motivasi dan Inspirasi
« Reply #280 on: 21 October 2008, 05:57:38 PM »
KISAH LANTAI DAN PATUNG PUALAM

Alkisah terdapat sebuah museum yang lantainya terbuat dari batu pualam
yang indah. Di tengah-tengah ruangan museum itu dipajang sebuah patung
pualam yang juga sangat besar. Banyak orang datang dari seluruh dunia
mengagumi keindahan patung pualam itu.
Suatu malam, lantai pualam itu berkata pada patung pualam.
Lantai pualam : "Wahai patung pualam, hidup ini sungguh tidak adil.
Benar-benar tidak adil! Mengapa orang-orang dari seluruh dunia datang
kemari untuk menginjak-injak diriku tetapi mereka mengagumimu?
Benar-benar tidak adil!"
Patung pualam : "Oh temanku, lantai pualam yang baik. Masih ingatkah
bahwa kita ini sesungguhnya berasal dari gunung yang sama?"
Lantai pualam : "Tentu saja, justru itulah mengapa aku semakin
merasakan ketidak- adilan itu. Kita berasal dari gunung batu yang
sama, tetapi sekarang kita menerima perlakuan yang berbeda.
Benar-benar tidak adil!"
Patung pualam : "Lalu apakah kau masih ingat ketika suatu hari seorang
pemahat datang dan berusaha memahat dirimu, tetapi kau malah menolak
dan merusakkan peralatan pahatnya?"
Lantai pualam : "Ya, tentu saja aku masih ingat. Aku sangat benci
pemahat itu. Bagaimana ia begitu tega menggunakan pahatnya untuk
melukai diriku. Rasanya sakit sekali!"
Patung pualam : "Kau benar! Pemahat itu tidak bisa mengukir dirimu
sama sekali karena kau menolaknya."
Lantai pualam : "Lalu?"
Patung pualam : "Ketika ia memutuskan untuk tidak meneruskan
pekerjaannya pada dirimu, lalu ia berusaha untuk memahat tubuhku. Saat
itu aku tahu melalui hasil karyanya aku akan menjadi sesuatu yang
benar-benar berbeda. Aku tidak menolak peralatan pahatnya membentuk
tubuhku. Aku berusaha menahan rasa sakit yang luar biasa."
Lantai pualam : "Mmmmmmm.... ....."
Patung pualam : "Kawanku, ini adalah harga yang harus kita bayar pada
segala sesuatu dalam hidup ini. Saat kau memutuskan untuk menyerah,
kau tak boleh menyalahkan siapa-siapa atas apa yang terjadi padamu
sekarang."
Lantai pualam : ???

dari kumpulan kisah: Pelangi Kehidupan (teha sugiyo)

Copas from email, so kalo repost, pls delete.. thanks   _/\_
ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan kalo kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.. Tersenyumlah selalu.. :)

Offline Maha Viriyani

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 133
  • Reputasi: 18
  • Gender: Female
Re: Motivasi dan Inspirasi
« Reply #281 on: 22 October 2008, 04:34:14 PM »
"Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku"

Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti
didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku
untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki
rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang
sangat bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening.
Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk
menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih
diantara
kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat
kerja
bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.

Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia.
Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak
kusangka-sangka.

Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri
di balkon dengan Dew yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam
dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya.

Dew berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis."
Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru
menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses,akan
menjadi sangat menarik bagi para gadis."

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah
menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku
melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli
beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor"

Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku
walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat
sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun
ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang
istri
yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk
santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton
TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer,membayangk an tubuh Dew.
Ini adalah hiburan bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai,
apa yang akan kau lakukan? "
Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia
percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan
jika tahu bahwa aku serius. Ketika istriku mengunjungi kantorku,
Dew baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku
dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu
selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha
tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu
kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh
ragu-ragu lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang
tangannya," Ada sesuatu yang harus kukatakan"
Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka
dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo
aku terus berpikir.

"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.
Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara
lembut,"kenapa? " "Aku serius."

Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah.
Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-laki!".
Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.
Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami.
Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku
telah dibawa pergi oleh Dew.

Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian
dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia
memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.. Aku merasakan
sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang
menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan
apa yang telah kuucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak
pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan
untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan
sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku
melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran.
Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis.
Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia
tidak
menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan
sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup
bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera
menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia
tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.

Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah
kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari
pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku.
Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu",
katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap
membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan
ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu."

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan
indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana
romantis.

Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku.
Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik
yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,"
ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan
perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku
membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak
kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra
sekali" Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang
duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku.
Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari
ini,jangan memberitahukan pada anak kita."
Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu.
Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami
begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku
menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita
ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di
wajahnya. Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang
dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana ."

Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih
mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku
dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar.
Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,
seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika,
aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan
terasa semakin erat.

Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.
Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi
ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya, "Kelihatannya
tidaklah sulit membopongmu sekarang"

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk
membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan
yang cocok. Lalu ia melihat,"Semua pakaianku kebesaran".
Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus
itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan
aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam
hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit

Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.
"Pa,sudah waktunya membopong mama keluar"
Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi
bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya
dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut
aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku,
berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras.
Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya
dengan kuat

seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan
agak pucat dan kurus, membuatku sedih.
Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah
dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata,
"Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua".
Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak menyadari
bahwa kehidupan kita begitu mesra".
Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut
keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga.

Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin
bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku.
"Kamu tidak demam".
Kutepiskan tangannya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku cuma bisa bilang
maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku
membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai
dari kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang
aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah
melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf
padamu"

Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku
dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak.
Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati
sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku.
Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?
Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi
sampai kita tua..."
 
Note  Kalo repost plz delete. tq

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: Motivasi dan Inspirasi
« Reply #282 on: 23 October 2008, 10:55:52 AM »
Nice Post Maha Viryani, semoga di kehidupan ini bisa mendapatkan pria yang membopong kamu keluar :)
Smile Forever :)

Offline chizz_roll

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.028
  • Reputasi: 74
  • Gender: Female
  • Be Mindful
Kebahagiaan bukan terletak disana
« Reply #283 on: 25 October 2008, 08:26:00 PM »
Kebahagiaan
BUKAN TERLETAK DISANA

Mengapa Anda selalu memandang ke sebelah sana ?
Mengapa Anda selalu berpikir: orang lain, sahabat,
kenalan, dan tetangga lebih berbahagia? Gampang
dikatakan: mereka lebih berbahagia dan lebih baik.

Anda berpikir: segala tenaga dan kemampuan
kucurahkan, tapi hasilnya selalu mengecewakan. Anda
bersikeras, di sebelah sana lebih bagus dan baik, sambil
bergantung terus pada bayangan yang indah.

Tapi pernahkah Anda berpikir bahwa mereka yang
di sebelah sana melihat Anda di sebelah sini sambil
berpikir : Anda lebih bahagia? Tapi mereka justru
menyaksikan hanya yang menyenangkan tanpa
mengenal kecemasan yang datang dan pergi di hati
Anda.

Hidup bahagia adalah bentuk seni yang mengagumkan
termasuk di dalamnya adalah kepuasan. Kebahagiaan
terletak bukan di sebelah sana, melainkan di sini, di
dalam hatimu sendiri.

copas from email, kalo repost, delete aja  _/\_
ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan kalo kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.. Tersenyumlah selalu.. :)

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Tipe Teman Kerja yang Bikin Pusing
« Reply #284 on: 26 October 2008, 02:19:31 PM »
Setiap pagi, tiap kali akan berangkat ke kantor, Anda merasa stres. Bukan karena laporan yang belum selesai, melainkan karena membayangkan akan bertemu manusia-manusia di kantor. Dari mulai atasan yang selalu menyelidiki apa yang tengah Anda kerjakan sampai dengan teman sekerja yang gemar bergunjing atau suka bergaya merayu.

Jika Anda tak bisa mengatasinya, kurangi ketegangan. Toh, Anda tetap harus bekerja di kelilingi orang-orang tersebut. Jadi, sebaiknya, jangan buat situasi menjadi lebih buruk. Tak perlu pula ikut-ikutan bersikap seperti mereka. Atasi masalah dengan tenang.

Tipe 1: Tukang Mengeluh
Ia selalu sibuk menceritakan bagaimana tersiksanya dirinya. Mulai dari beban pekerjaan yang berlebihan sampai pada kehidupan pribadinya. Teman sekerja yang termasuk tipe jenis ini merasa hidupnya tidak pernah berubah menjadi lebih baik.

Cara menghadapinya: Hadapi dia dengan cara positif. Usahakan untuk menghindari dengan cara halus. Batasi waktu Anda dengan tipe orang seperti ini. Buat jarak karena bila tidak, dia dapat mempengaruhi kejiwaan Anda.

Tipe 2: Tukang gertak
Tukang gertak tidak dapat menyenangkan hati orang lain dan selalu merasa, dialah yang paling benar.

Cara menghadapinya: Sebaiknya tidak perlu ikut campur. Katakan hal-hal yang Anda setujui dari sikapnya lalu utarakan pula padanya pendapat Anda. Anda tidak perlu mengatakan pendapatnya baik. Yang penting, nyatakan perbedaan pendapat Anda dan dia. Bila tidak dapat mencapai kesepakatan, mungkin sudah waktunya untuk meminta pendapat atasan Anda.

Tipe 3: Si Playboy
Ia memiliki tatapan mata yang dalam, seolah-olah dapat menelanjangi diri Anda. Dia selalu siap dengan rayuannya.

Cara menghadapinya: Jangan tanggapi secara serius. Beri umpan balik dengan bercanda sebagai cara menjaga diri. Beri jawaban yang jenaka tetapi diplomatis untuk menolak ajakan dan rayuannya. Yang penting, jawaban berupa penolakan yang harus dimengerti olehnya. Bila dia sampai membuat Anda merasa tidak nyaman dan mengganggu konsentrasi kerja, beri dia peringatan bahwa Anda akan melaporkannya ke bagian personalia bila dia tidak juga menghentikan gangguannya.

Tipe 4: Si Pengawas
Dia akan resah bila Anda tampak tenang sementara ada tugas darinya yang harus segera diselesaikan. Dia akan selalu berada di dekat Anda dan setiap saat menanyakan kemajuan pekerjaan yang diperintahkannya kepada Anda.

Cara menghadapinya: Walaupun rasanya ingin lepas dari pengawasannya, mau tidak mau Anda tetap harus berkomunikasi dengannya. Anda tak akan dapat mengubah sikapnya. Jadi, Anda harus bisa memintanya mengerti batasan antara kritik yang membangun dengan interupsi yang tidak perlu. Bicarakan bersama pada awal proyek dan jadwalkan kapan Anda berdua akan bertemu untuk menindaklanjuti proyek atau pekerjaan yang ditugaskannya pada anda. Dengan cara ini Anda dan dia akan sama-sama merasa tenang.

Tipe 5: Tukang Cari Muka
Selalu berusaha mencari muka pada atasan dengan memberikan puji-pujian. Sikapnya sangat menyebalkan.

Cara menghadapinya: Anda tidak perlu melakukan apa-apa, terutama bila sikapnya yang menyebalkan tersebut tidak merugikan Anda. Yang penting, semua orang termasuk atasan Anda, tahu bahwa dia memang tukang cari muka.

Tipe 6: Tukang Gosip
Sibuk membicarakan keburukan orang lain. Ada saja hal buruk seseorang yang diceritakan si tukang gosip. Anda pun perlu hati-hati karena bisa jadi di lain waktu Andalah yang digunjingkan.

Cara menghadapinya: Meski sibuk dengan pekerjaan dan sibuk mengejar target atau tenggat waktu, jangan lupa untuk bersosialisasi terutama dengan orang-orang di bagian/departemen yang berbeda agar Anda tahu apa yang terjadi di kantor. Sangat tidak nyaman jadi pembicaraan orang, ditambah lagi bila Anda tak punya teman untuk meluruskan gosip tersebut. Bersosialisasi itu perlu, tapi tak perlu melibatkan diri dengan memihak pada satu kelompok tertentu karena hal ini akan berbahaya bagi diri Anda. Sebaiknya bersikap netral saja.

Tipe 7: Si Penyendiri
Memperlihatkan sikap kurang berminat untuk bergabung dengan sesama teman sekerja. Baginya, yang penting mengerjakan tugas dan kewajiban dirinya sendiri.

Cara menghadapinya: Jangan berburuk sangka bila Anda tidak tahu mengapa dia bersikap demikian. Seseorang yang senang menyendiri bisa jadi mempunyai masalah dalam kehidupan pribadinya. Masalah tersebut bisa berupa depresi, mengidap suatu penyakit, atau bahkan mungkin mengalami pelecehan dalam rumah tangga. Bila sikapnya berdampak negatif pada pekerjaan Anda dan teman-teman yang lain, sebaiknya laporkan pada atasan.

Tipe 8: Tukang Ikut Campur
Sibuk menguping pembicaraan teman yang sedang menelepon, diam-diam membaca apa yang tertulis di layar monitor Anda, dan selalu ingin tahu masalah pribadi seseorang. Dia selalu merasa menjadi sahabat Anda, lepas dari apa yang Anda rasakan dan pikirkan mengenai hubungan Anda dan dia.

Cara menghadapinya: Batasi hubungan dengannya tanpa perlu berkonfrontasi, semisal dengan mengatakan, "Mengapa Anda sangat ingin mengetahuinya?" Ingat, Anda tidak dapat mengendalikan apa yang dikatakannya tentang diri Anda pada orang lain, tapi Anda dapat mengendalikan apa yang Anda katakan atau ceritakan kepadanya. Terkadang untuk menghadapi orang yang termasuk tipe ini, ada saatnya Anda perlu bilang, "Ini urusan saya, bukan urusan kamu!"

Kompas.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com