//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: sisi yang ke3=keseimbangan.  (Read 10149 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #30 on: 23 February 2013, 07:51:30 AM »
Ya, dan berteori dan berpraktek bisa beda.

Di forum dharma dan vihara cenderung lancar menyampaikan Tilakkhana (Tiga Corak kehidupan), tapi ketika memandang sesuatu cenderung atta/atman, bukan anatta/anatman. Hukum karma dan Paticcasamuppada juga, sering jadi teori daripada direalisasikan dalam pandangan sehari-hari.  _/\_

Apakah seseorang yg memahami teori Dhamma dengan baik, harus sudah mampu melihat segala sesuatunya sebagai Anatta?

Jika begitu, hanya para Arahat dong yg boleh membahas, sharing dan mengajarkan Dhamma, krn kita semua (termasuk anda tentunya) masih belum terbebas dari pandangan atta.

Kita semua disini saling sharing, saling belajar, saling mengasah pemahaman, yang tentu saja dalam bentuk TEORI. Urusan praktik tentu di dunia nyata. Tapi di forum ini dan di ceramah2 Dhamma, tetap yg disampaikan , yg ditulis, adalah TEORI. Kita disini membahas TEORI, sedangkan PRAKTIK adalah urusan kita masing2, tanggung jawab kita masing2. Tidak perlu memusingkan praktik orang lain. 'Praktik' mutlak urusan masing2.


::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #31 on: 23 February 2013, 09:20:52 AM »
Apakah seseorang yg memahami teori Dhamma dengan baik, harus sudah mampu melihat segala sesuatunya sebagai Anatta?

Jika begitu, hanya para Arahat dong yg boleh membahas, sharing dan mengajarkan Dhamma, krn kita semua (termasuk anda tentunya) masih belum terbebas dari pandangan atta.

Kita semua disini saling sharing, saling belajar, saling mengasah pemahaman, yang tentu saja dalam bentuk TEORI. Urusan praktik tentu di dunia nyata. Tapi di forum ini dan di ceramah2 Dhamma, tetap yg disampaikan , yg ditulis, adalah TEORI. Kita disini membahas TEORI, sedangkan PRAKTIK adalah urusan kita masing2, tanggung jawab kita masing2. Tidak perlu memusingkan praktik orang lain. 'Praktik' mutlak urusan masing2.


::
kalau pendapat saya-----
aktif di forum seperti DC ini juga bisa menjadi tempat praktek dhamma,apabila apa yang ditulis seseorang member bisa bermanfaat bagi member lain atau yang telah membaca.
fungsi forum DC dimata saya----
1,semoga ada yang mengoreksi pemahaman saya.
2,semoga mendapatkan sesuatu yang belum saya ketahui tentang ajaran Buddha.
3,semoga partisipasi saya di forum ini ada manfaat bagi pembaca .

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #32 on: 23 February 2013, 11:49:00 AM »
Apakah seseorang yg memahami teori Dhamma dengan baik, harus sudah mampu melihat segala sesuatunya sebagai Anatta?

Jika begitu, hanya para Arahat dong yg boleh membahas, sharing dan mengajarkan Dhamma, krn kita semua (termasuk anda tentunya) masih belum terbebas dari pandangan atta.

Kita semua disini saling sharing, saling belajar, saling mengasah pemahaman, yang tentu saja dalam bentuk TEORI. Urusan praktik tentu di dunia nyata. Tapi di forum ini dan di ceramah2 Dhamma, tetap yg disampaikan , yg ditulis, adalah TEORI. Kita disini membahas TEORI, sedangkan PRAKTIK adalah urusan kita masing2, tanggung jawab kita masing2. Tidak perlu memusingkan praktik orang lain. 'Praktik' mutlak urusan masing2.


::

Rekan William yang budiman, dharma itu tujuannya untuk dipraktekkan dan direalisasikan, bukan hanya sekedar memahami teori. Jika ada ketimpangan (ketidakseimbangan) teori dan praktek, dikhawatirkan akan menjadi individu yang dogmatis, teoritis, pragmatis, atau bahkan (maaf) munafik. Ini gejala umum spiritual, dimana banyak ahli kitab (sutta), tapi minim di realisasi, secara mental kurang beretika, toleransi, lemah secara akal sehat (nalar).

Anda baru menunjukkan salah satu contoh, yakni Anda memvonis seseorang yang tidak Anda kenal. Saya tidak kenal Anda, karena itu saya tidak akan memvonis Anda belum lulus sarjana, belum bekerja, belum berkeluarga, belum mencapai kesucian, atau yang lain-lain. Uniknya, seperti gejala yang saya sebut di atas, Anda bisa memvonis seseorang tanpa Anda tahu sedikitpun tentang orang tersebut. :)

Itulah namanya tendensius dan asumtif (banyak prasangka dan menduga-duga).

Dalam agama Buddha khususnya, sifat seperti ini kurang bermanfaat, sebab lawan dari sifat analisis dan telaah komprehensif, pembuktian dan penyelidikan secara mendalam (ehipassiko).

Praktek yang dimaksud disini tentu bukan perbuatan, karena kita bukan satpam atau hakim untuk yang lain. Praktek yang dimaksud disini adalah praktek pandangan, yakni dalam hal ini pandangan benar (sesuai Tiga Corak Umum yang diajarkan Buddha). Kalau praktek perbuatan, tentu masing-masing yang berurusan (bertanggung jawab), bukan untuk dibicarakan kepada orang lain. Untuk hal ini saya kira Anda paham, kita bukan membahas/mengkritisi perbuatan, tapi pandangan yang secara jelas ditunjukkan disini (tentunya boleh dikoreksi sesuai prinsip Anda; saling asah pemahaman).

Bagaimana, bisa dipahami?

Semoga demikian.

Semoga damai adanya.

Salam bahagia untuk Anda dan yang lain.  _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #33 on: 23 February 2013, 01:36:40 PM »
Rekan William yang budiman, dharma itu tujuannya untuk dipraktekkan dan direalisasikan, bukan hanya sekedar memahami teori. Jika ada ketimpangan (ketidakseimbangan) teori dan praktek, dikhawatirkan akan menjadi individu yang dogmatis, teoritis, pragmatis, atau bahkan (maaf) munafik. Ini gejala umum spiritual, dimana banyak ahli kitab (sutta), tapi minim di realisasi, secara mental kurang beretika, toleransi, lemah secara akal sehat (nalar).

1. Darimana anda tau saya budiman, bukankah anda memvonis saya?
2. Tentu saja sy tidak mengatakan praktik tidak perlu. Praktik itu bahkan sangat perlu, tapi jangan kita memvonis orang2 yg beerteori di forum ini, dan juga di ceramah2 Dhamma sebagai orang yg "tau teori doang, tapi minim praktik", seperti yg anda tulis ini:

Ya, dan berteori dan berpraktek bisa beda.

Di forum dharma dan vihara cenderung lancar menyampaikan Tilakkhana (Tiga Corak kehidupan), tapi ketika memandang sesuatu cenderung atta/atman, bukan anatta/anatman. Hukum karma dan Paticcasamuppada juga, sering jadi teori daripada direalisasikan dalam pandangan sehari-hari.  _/\_

Quote
Anda baru menunjukkan salah satu contoh, yakni Anda memvonis seseorang yang tidak Anda kenal. Saya tidak kenal Anda, karena itu saya tidak akan memvonis Anda belum lulus sarjana, belum bekerja, belum berkeluarga, belum mencapai kesucian, atau yang lain-lain. Uniknya, seperti gejala yang saya sebut di atas, Anda bisa memvonis seseorang tanpa Anda tahu sedikitpun tentang orang tersebut. :)

Itulah namanya tendensius dan asumtif (banyak prasangka dan menduga-duga).

Saya memposting hal tsb krn suatu tujuan, dan sy telah mendapatkannya  :)

Quote
Dalam agama Buddha khususnya, sifat seperti ini kurang bermanfaat, sebab lawan dari sifat analisis dan telaah komprehensif, pembuktian dan penyelidikan secara mendalam (ehipassiko).

Ehipassiko bukanlah untuk menilai praktik orang2 lain dibanding teori mereka, Ehipassiko adalah penyelidikan atas suatu Ajaran, apakah benar jika diamati dalam kehidupan keseharian kita.

Quote
Praktek yang dimaksud disini tentu bukan perbuatan, karena kita bukan satpam atau hakim untuk yang lain. Praktek yang dimaksud disini adalah praktek pandangan, yakni dalam hal ini pandangan benar (sesuai Tiga Corak Umum yang diajarkan Buddha). Kalau praktek perbuatan, tentu masing-masing yang berurusan (bertanggung jawab), bukan untuk dibicarakan kepada orang lain. Untuk hal ini saya kira Anda paham, kita bukan membahas/mengkritisi perbuatan, tapi pandangan yang secara jelas ditunjukkan disini (tentunya boleh dikoreksi sesuai prinsip Anda; saling asah pemahaman).

Bagaimana, bisa dipahami?

Semoga demikian.

Semoga damai adanya.

Salam bahagia untuk Anda dan yang lain.  _/\_

Ok, silahkan lanjutkan krn sy hanya ingin mengoreksi hal yg anda tulis dibawah ini saja...

Ya, dan berteori dan berpraktek bisa beda.

Di forum dharma dan vihara cenderung lancar menyampaikan Tilakkhana (Tiga Corak kehidupan), tapi ketika memandang sesuatu cenderung atta/atman, bukan anatta/anatman. Hukum karma dan Paticcasamuppada juga, sering jadi teori daripada direalisasikan dalam pandangan sehari-hari.  _/\_

Bahwa cukuplah kita saling sharing Ajaran disini, saling mengoreksi sebatas teori sutta, tanpa perlu menyinggung2 praktik mereka, tanpa perlu menvonis bahwa mereka masih berpandangan atta..

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #34 on: 23 February 2013, 06:16:46 PM »
1. Darimana anda tau saya budiman, bukankah anda memvonis saya?
2. Tentu saja sy tidak mengatakan praktik tidak perlu. Praktik itu bahkan sangat perlu, tapi jangan kita memvonis orang2 yg beerteori di forum ini, dan juga di ceramah2 Dhamma sebagai orang yg "tau teori doang, tapi minim praktik", seperti yg anda tulis ini:

Saya memposting hal tsb krn suatu tujuan, dan sy telah mendapatkannya  :)

Ehipassiko bukanlah untuk menilai praktik orang2 lain dibanding teori mereka, Ehipassiko adalah penyelidikan atas suatu Ajaran, apakah benar jika diamati dalam kehidupan keseharian kita.

Ok, silahkan lanjutkan krn sy hanya ingin mengoreksi hal yg anda tulis dibawah ini saja...

Bahwa cukuplah kita saling sharing Ajaran disini, saling mengoreksi sebatas teori sutta, tanpa perlu menyinggung2 praktik mereka, tanpa perlu menvonis bahwa mereka masih berpandangan atta..

::

Rekan William, saya menilai Anda baik dan budiman, sebab itu adalah penilaian subyektif saya atas perlakuan (balasan postingan) Anda pada saya, yang rata-rata baik serta ramah dan santun. Jika saya menilai Anda belum lulus SD, sudah/belum arahat, sudah dibotaki atau belum, maka itu sudah diluar kapasitas saya, sebab saya hanya menilai Anda sejauh tulisan Anda. Apalagi yang Anda lakukan, menilai pandangan seseorang sudah atta atau anatta, bukankah ini sudah agak 'kelewatan'? Semoga Anda bisa menyadarinya.  _/\_ Seorang awam tidak bisa menilai seorang yang sudah mencapai kesucian, entah itu Sottapanna - Buddha. Pesan saya, berhati-hatilah dalam menjatuhkan penilaian (vonis). Anda tak tahu kepada siapa Anda berbicara. :)

Tentang praktek, rupanya Anda masih belum menangkap maksudnya. Ini murni tentang konsistensi sebuah pandangan dan tulisan, bukan soal menilai praktek fisik di lapangan. Apa yang tidak kita ketahui tidak bisa kita nilai. Tapi apa yang jelas tertulis di forum ini, bisa kita komparasikan dan beri nilai. Seseorang yang berkata paham teori anatta, tapi menulis bahwa seolah-olah dia percaya pada konsep atta, tentu ini sudah tidak konsisten. Ini yang bisa saya dan kita nilai, bukan prakteknya di luar forum.  _/\_

Vonis jatuh selama ada bukti dan alasan yang jelas, bukan asumsi tanpa argumen pendukung.

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_