//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185167 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #615 on: 21 February 2009, 10:49:15 PM »
apa buddha mengajarkan keseimbangan? alami?

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #616 on: 21 February 2009, 10:50:10 PM »
kutipan tesla :
Quote from: coedabgf on Today at 10:29:06 PM
awam melihat keterkondisian bukan suatu khayalan, sebab belum dapat melihat kenyataan kebenaran sesungguhnya sebagai suatu kesementaraan, belum dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, meskipun berpengetahuan atau membilang yang terkondisi bersifat anicca dukkha anatta.

bagaimana mungkin "atta" bisa melepas kesia-siaan "atta"?
bagaimana x dapat melepas x?



makanya dibilang 'awam melihat keterkondisian bukan suatu khayalan', 'sebab belum dapat melihat kenyataan kebenaran sesungguhnya sebagai suatu kesementaraan, belum dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, meskipun berpengetahuan atau membilang yang terkondisi bersifat anicca dukkha anatta.'
sehingga membacapun menimbulkan kebingungan/kekacauan melihat apa sih yang tertulis sebenarnya?.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #617 on: 21 February 2009, 10:55:03 PM »
kutipan tulisan encarta :
apa buddha mengajarkan keseimbangan? alami?



Alami menurut ukuran siapa?
yang alami atau awan/wajar menurut pandangan yang tercerahkan beda gak.. dengan apa yang dilihat awam tentang sesuatu yang alami atau yang disebut awam/wajar oleh mereka yang belum tercerahkan?

kutipan :
Subhuti, bagaimana pendapatmu? Jika ada orang yang mengatakan bahwa Tathagatha mempunyai pikiran : "Aku akan membebaskan semua makhluk hidup".
Subhuti, jangan mempunyai pikiran demikian. Mengapa?
Karena sebenarnya tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan oleh Tathagatha.
Jika ada makhluk hidup yang dibebaskan oleh Tathagatha, maka Tathagatha akan mempunyai konsepsi keakuan, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan.
Subhuti, keberadaan konsepsi keakuan dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan keberadaan konsepsi diri
tetapi orang awam menganggapnya sebagai keberadaan konsepsi keakuan.
Subhuti, orang awam dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan orang awam. Oleh sebab itu dinamakan orang awam.
« Last Edit: 21 February 2009, 10:58:23 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #618 on: 21 February 2009, 11:32:37 PM »
sehingga membacapun menimbulkan kebingungan/kekacauan melihat apa sih yang tertulis sebenarnya?.
tulisan anda tidak membingungkan, hanya saja fondasi pemikiran kita memang berbeda & tidak dapat dipertemukan lagi:

saya berpendapat, seorang (orang biasa) putthujana tidak melihat keterkondisian. apabila ia melihat keterkondisian, ia dapat mengerti anicca-dukkha-anatta & seketika itu ia bukan lagi putthujana, melainkan ariya.

anda berpendapat, seorang awam melihat keterkondisian bukan suatu khayalan dst...

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #619 on: 22 February 2009, 12:46:11 AM »
Quote
Quote from: BlackDragon on 20 February 2009, 11:54:43 PM
Wah baru tahu neh ada arahat bunuh diri?
Setahu saya seorang Arahat mempunyai Batin yg stabil, walaupun jasmani nya menderita.
Beneran kah?
Atas alasan apa beliau bunuh diri?
atau penafsiran semata?

 



Mas Naga Hitam,

Menurut pandangan aliran "T", seorang Arahat meneruskan sisa kehidupan bukan berdasarkan kemelekatan terhadap kehidupan, tetapi disebabkan kesadaran sebagai bentuk belas kasihan terhadap mahluk lain, dengan mengetahui Ia dapat membimbing mahluk lain mencapai Nirvana seperti dirinya, selain itu untuk mereka yang kurang berkembang batinnya seorang Arahat dapat memberikan berkah dengan menerima dana yang diberikan oleh orang lain.

Seorang Arahat memasuki Nirvana, menurut aliran "T" disebut Parinibbana, karena merasa sudah cukup berbuat bagi mahluk lain, mereke Parinirvana dengan salah satu dari empat posisi, yaitu posisi duduk, berdiri, berbaring dan berjalan.

Dalam salah satu cerita dikatakan ada seorang bhikkhu senior yang ingin mendorong para yunior agar rajin berlatih, Ia memperagakan cara Parinirvana dengan berjalan, ceritanya demikian:

"Suatu ketika Bhikkhu senior ini melihat usia kehidupannya sudah habis, lalu bertanya kepada para yunior, "avuso, ada berapa macamkah cara Parinibbana yang anda ketahui?  para Bhikkhu ada yang menjawab saya perlnah melihat dalam posisi duduk bhantek, saya melihat dalam posisi berbaring, saya melihat dalam posisi tidur bhante>"

"Apakah ada diantara kalian yang pernah melihat Parinibbana dalam posisi berjalan? Semua bhikkhu menjawab 'belum bhante', 'nah kalau begitu perhatikan baik-baik, saya akan berjalan dari sini ke arah sana kemudian Parinibbana' (Beliau kemudian memasang garis, lalu kembali ke tempat semula) setelah kembali ke garis semula Beliau mulai berjalan, setelah sampai di garis akhir Beliau langsung Parinirvana.

Jadi bedakan, memasuki Parinirvana adalah melepaskan semua kondisi tanpa sisa.
Sedangkan bunuh diri yang dilakukan oleh umat awam adalah membunuh sesosok mahluk hidup.
Gitu lho mas pendapat saya.

Oh begitu toh ceritanya...

menurut saya ini seh cuma di Dramalisir kalo dibilang bunuh diri.
saya pikir ada Arahat yg krn tdk betah dgn kondisi hidup nya lantas bunuh diri. ;D

Thx Bro Truth, saya jd jelas skrg. :)

 _/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #620 on: 22 February 2009, 12:51:49 AM »
mas Chingik nanya dong.

Kan dikatakan Arahat belum sungguh sungguh mencapai Nirvana. Jadi siapa sih yang dibimbing oleh Shakyamuni Buddha yang telah mengalami Nirvana seutuhnya seperti Sang Buddha?

Terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_
Tenang aja, semua siswa Buddha telah dibimbing utk mencapai nirvana.  Karena ini memang ikrar dari Sang Buddha saat menjadi Bodhisatta.
Dalam Sutra BaoYuJing , Ketika Cahaya tubuh Buddha Sakyamuni memancar hingga ke sebuah semesta lain bernama dunia Padma, di sana Bodhisatva ZiGai bertanya kpd Buddha Padmacaksu, ........................................

Stop, stop, ...percuma deh kalo dilanjutin , karena bro sekali dengar terdapat sebuah dunia bernama Padma saja, batin bro sudah langsung antipati, apalagi penjelasan lanjutannya..huehue...
Benar kata bro Edward, Gak ada abisnya kalo dibahas...
Wong,  Avatamsaka Sutra yang bisa menjelaskan tentang kosmologi Buddhis yg ilustrasinya sama seperti galaksi2 temuan para ilmuan aja juga kagak diterima sama 'T', mau ngomong apa lagi...hehe..

Masa seh Bro chingik, kayanya di ajaran T saya pernah deh membaca sutta yg membabarkan ttg alam semesta.

Neh kutipannya:

Alam Semesta

Menurut pandangan Buddhis, alam semesta ini luas sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Hal ini diterangkan oleh Sang Buddha sebagai jawaban atas pertanyaan bhikkhu Ananda dalam Anguttara Nikaya sebagai berikut :

Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu (tata surya kecil) ? ....... Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana ....... Inilah, Ananda, yang dinamakan seribu tata surya kecil (sahassi culanika lokadhatu). *
Ananda, seribu kali sahassi culanika lokadhatu dinamakan "Dvisahassi majjhimanika lokadhatu". Ananda, seribu kali Dvisahassi majjhimanika lokadhatu dinamakan "Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu".

Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi mahasahassi lokadhatu, ataupun melebihi itu lagi.
Sesuai dengan kutipan di atas dalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu milyard tata surya saja, tetapi masih melampauinya lagi.


(CMIIW)


 _/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #621 on: 22 February 2009, 01:08:48 AM »
Quote from: truth lover on 18 February 2009, 10:50:12 PM
Quote
mas Chingik nanya dong.

Kan dikatakan Arahat belum sungguh sungguh mencapai Nirvana. Jadi siapa sih yang dibimbing oleh Shakyamuni Buddha yang telah mengalami Nirvana seutuhnya seperti Sang Buddha?

Terima kasih atas penjelasannya.

 
Quote
Tenang aja, semua siswa Buddha telah dibimbing utk mencapai nirvana.  Karena ini memang ikrar dari Sang Buddha saat menjadi Bodhisatta.
Dalam Sutra BaoYuJing , Ketika Cahaya tubuh Buddha Sakyamuni memancar hingga ke sebuah semesta lain bernama dunia Padma, di sana Bodhisatva ZiGai bertanya kpd Buddha Padmacaksu, ........................................

Terima kasih atas penjelasannya mas Chingik, tapi saya merasa belum mendapat jawaban dari mas Chingik, karena saya ingin mengetahui siapakah orang yang telah dibimbing Sang Buddha Shakyamuni hingga mencapai Nirvana (tentu Nirvana sepenuhnya bukan Nirvana sebagian seperti yang dicapai Arahat). tolong sebutkan namanya mas.
Quote
Stop, stop, ...percuma deh kalo dilanjutin , karena bro sekali dengar terdapat sebuah dunia bernama Padma saja, batin bro sudah langsung antipati, apalagi penjelasan lanjutannya..huehue...Benar kata bro Edward, Gak ada abisnya kalo dibahas...
Wong,  Avatamsaka Sutra yang bisa menjelaskan tentang kosmologi Buddhis yg ilustrasinya sama seperti galaksi2 temuan para ilmuan aja juga kagak diterima sama 'T', mau ngomong apa lagi...hehe..
 
Mengapa mas Chingik kok merasa demikian? Bukankah hanya orang bodoh yang tak mau menerima penjelasan yang masuk diakal? Saya rasa saya senang-senang saja mendapat penjelasan, wong saya memang meminta penjelasan kok.

Boleh tahu apa relevansinya kosmologi dengan mereka yang diselamatkan oleh Sang Buddha Shakyamuni? Memang bicara mengenai Kosmologi ada yang lebih kompeten untuk mendiskusikan mengenai kosmologi, yaitu pengarang buku kosmologi yang versi ebooknya sudah bisa di download di website ini.  Untuk mengetahui lebih jelas buku itu tanyakan kepada mas Sumedho.

 _/\_
« Last Edit: 22 February 2009, 01:10:24 AM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #622 on: 22 February 2009, 08:59:54 AM »
[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?
kalau arahat atau buddha mengakhiri hidupnya, sebenarnya tidak bisa disebut bunuh diri, karena tidak ada diri di sana, terserah bagaimanapun cara mereka mengakhirinya.

bisa dengan kesaktian (dg meninggal diam atau bahkan dg membakar tubuh sendiri), ataupun kalau tidak punya kesaktian bisa dg alat bantu seperti pisau.

utk kasus Buddha Gotama, ada banyak pendapat mengenai parinibbananya. Dalam kitab pali sepertinya ada dijelaskan bahwa seorang Buddha tidak dapat mati kecuali dirinya menginginkannya. artinya parinibbananya adalah "keinginannya". (tentu saja saya tidak menganggap itu bunuh diri, dan ini bukan diskriminasi tanpa sebab antara putthujana & arahat)

Maaf mas Tesla mau bertanya nih, apakah hanya Buddha dan Arahat yang tidak punya diri? bagaimana dengan kita atau Anagami hingga Sotapanna?

terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #623 on: 22 February 2009, 09:27:42 AM »
[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?
kalau arahat atau buddha mengakhiri hidupnya, sebenarnya tidak bisa disebut bunuh diri, karena tidak ada diri di sana, terserah bagaimanapun cara mereka mengakhirinya.

bisa dengan kesaktian (dg meninggal diam atau bahkan dg membakar tubuh sendiri), ataupun kalau tidak punya kesaktian bisa dg alat bantu seperti pisau.

utk kasus Buddha Gotama, ada banyak pendapat mengenai parinibbananya. Dalam kitab pali sepertinya ada dijelaskan bahwa seorang Buddha tidak dapat mati kecuali dirinya menginginkannya. artinya parinibbananya adalah "keinginannya". (tentu saja saya tidak menganggap itu bunuh diri, dan ini bukan diskriminasi tanpa sebab antara putthujana & arahat)

Maaf mas Tesla mau bertanya nih, apakah hanya Buddha dan Arahat yang tidak punya diri? bagaimana dengan kita atau Anagami hingga Sotapanna?

terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_

anicca = not self... bukan no self (tidak ada diri)...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #624 on: 22 February 2009, 12:38:19 PM »
Maaf mas Tesla mau bertanya nih, apakah hanya Buddha dan Arahat yang tidak punya diri? bagaimana dengan kita atau Anagami hingga Sotapanna?

terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_

kata "punya"/"tidak punya" sendiri mengandung arti ada subjek (diri) yg memiliki/tidak memiliki, shg utk menjawab pertanyaan tersebut berarti saya harus menganggap bahwa Arahat atau Buddha adalah suatu subjek (diri) yg dapat memiliki ataupun tidak memiliki. dan ini menjadi tidak valid.

---

dalam diri kita, seorang putthujana (saya asumsikan anda & saya adalah putthujana), ketika mencerapi sesuatu selalu ada pikiran "aku & milikku" sebagai manifestasi kelekatan thd 5 kelompok penyusun mahkluk hidup. sederhananya kita tidak pernah mau menerima fakta anicca, dukkha & anatta.

seorang sekha (ariya non arahat), sudah pernah mengalami fakta secara utuh, shg ia tidak menolak lagi fakta anicca,dukkha & anatta. namun kelekatan itu sendiri belum musnah total, shg ketika mencerapi, kadang2 ada pikiran "aku & milikku" yg muncul. kadang2 tidak.

seorang arahat (dan Buddha tentunya), telah berhasil memusnahkan kemelekatannya secara tuntas, shg pikiran "ini aku, ini milikku" tidak muncul sama sekali.
« Last Edit: 22 February 2009, 12:41:42 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #625 on: 22 February 2009, 12:42:55 PM »
[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?
kalau arahat atau buddha mengakhiri hidupnya, sebenarnya tidak bisa disebut bunuh diri, karena tidak ada diri di sana, terserah bagaimanapun cara mereka mengakhirinya.

bisa dengan kesaktian (dg meninggal diam atau bahkan dg membakar tubuh sendiri), ataupun kalau tidak punya kesaktian bisa dg alat bantu seperti pisau.

utk kasus Buddha Gotama, ada banyak pendapat mengenai parinibbananya. Dalam kitab pali sepertinya ada dijelaskan bahwa seorang Buddha tidak dapat mati kecuali dirinya menginginkannya. artinya parinibbananya adalah "keinginannya". (tentu saja saya tidak menganggap itu bunuh diri, dan ini bukan diskriminasi tanpa sebab antara putthujana & arahat)

Maaf mas Tesla mau bertanya nih, apakah hanya Buddha dan Arahat yang tidak punya diri? bagaimana dengan kita atau Anagami hingga Sotapanna?

terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_

anicca = not self... bukan no self (tidak ada diri)...

anatta kali yah...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #626 on: 22 February 2009, 08:48:53 PM »
[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?
kalau arahat atau buddha mengakhiri hidupnya, sebenarnya tidak bisa disebut bunuh diri, karena tidak ada diri di sana, terserah bagaimanapun cara mereka mengakhirinya.

bisa dengan kesaktian (dg meninggal diam atau bahkan dg membakar tubuh sendiri), ataupun kalau tidak punya kesaktian bisa dg alat bantu seperti pisau.

utk kasus Buddha Gotama, ada banyak pendapat mengenai parinibbananya. Dalam kitab pali sepertinya ada dijelaskan bahwa seorang Buddha tidak dapat mati kecuali dirinya menginginkannya. artinya parinibbananya adalah "keinginannya". (tentu saja saya tidak menganggap itu bunuh diri, dan ini bukan diskriminasi tanpa sebab antara putthujana & arahat)

Maaf mas Tesla mau bertanya nih, apakah hanya Buddha dan Arahat yang tidak punya diri? bagaimana dengan kita atau Anagami hingga Sotapanna?

terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_

anicca = not self... bukan no self (tidak ada diri)...

Bila bukan no self (tidak ada diri); apakah ada diri?

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #627 on: 22 February 2009, 08:53:14 PM »
gini ajah deh
no permanent self
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #628 on: 22 February 2009, 08:56:54 PM »
Maaf mas Tesla mau bertanya nih, apakah hanya Buddha dan Arahat yang tidak punya diri? bagaimana dengan kita atau Anagami hingga Sotapanna?

terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_

kata "punya"/"tidak punya" sendiri mengandung arti ada subjek (diri) yg memiliki/tidak memiliki, shg utk menjawab pertanyaan tersebut berarti saya harus menganggap bahwa Arahat atau Buddha adalah suatu subjek (diri) yg dapat memiliki ataupun tidak memiliki. dan ini menjadi tidak valid.

maaf salah kata, saya ulangi pertanyaannya: Maaf mas Tesla mau bertanya nih, apakah hanya Buddha dan Arahat yang tidak ada diri? bagaimana dengan kita atau Anagami hingga Sotapanna?

terima kasih atas penjelasannya.
---
Quote
dalam diri kita, seorang putthujana (saya asumsikan anda & saya adalah putthujana), ketika mencerapi sesuatu selalu ada pikiran "aku & milikku" sebagai manifestasi kelekatan thd 5 kelompok penyusun mahkluk hidup. sederhananya kita tidak pernah mau menerima fakta anicca, dukkha & anatta
.
Ada diri atau tidak?

Quote
seorang sekha (ariya non arahat), sudah pernah mengalami fakta secara utuh, shg ia tidak menolak lagi fakta anicca,dukkha & anatta. namun kelekatan itu sendiri belum musnah total, shg ketika mencerapi, kadang2 ada pikiran "aku & milikku" yg muncul. kadang2 tidak.

Masih tidak menghilangkan kebingungan saya, ada diri atau tidak?

Quote
seorang arahat (dan Buddha tentunya), telah berhasil memusnahkan kemelekatannya secara tuntas, shg pikiran "ini aku, ini milikku" tidak muncul sama sekali.

Yang ini mas Tesla sendiri sudah bilang tidak ada diri kan?

Terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #629 on: 22 February 2009, 09:00:04 PM »
gini ajah deh
no permanent self

Mas Wolverine,

jika demikian self tidak permanen, berarti kadang ada self kadang tidak ada self,
atau suatu ketika kita pernah ada self lalu suatu ketika self kita akan lenyap, apakah demikian?

Terima kasih atas penjelasannya

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

 

anything