//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185136 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #600 on: 21 February 2009, 08:32:52 PM »
[at] om tesla:

wafatnya setelah keluar dr jhana ke 4 sih.

Quote from: Mahaparinibbana sutta
...
6.8. Kemudian Sang Bhagava memasuki jhana pertama. Dan meninggalkan jhana itu Beliau memasuki jhana kedua, ketiga, keempat. Kemudian meninggalkan jhana keempat Beliau memasuki Alam Ruang Tanpa Batas, kemudian Alam Kesadaran Tanpa Batas, kemudian Alam Kekosongan, kemudian Alam Bukan Persepsi dan juga Bukan Bukan-Persepsi, dan kemudian meninggalkan alam itu Beliau mencapai Lenyapnya Perasaan dan Persepsi.92

Kemudian Yang Mulia Ananda berkata kepada Yang Mulia Anuruddha: "Yang Mulia Anuruddha, Sang Bhagava telah meninggal dunia." "Belum, sahabat Ananda,93 Sang Bhagava belum meninggal dunia, Beliau mencapai Lenyapnya Perasaan dan Persepsi."

6.9. Kemudian Sang Bhagava, meninggalkan pencapaian Lenyapnya Perasaan dan Persepsi, memasuki ke dalam Alam Bukan Persepsi dan juga Bukan Bukan-Persepsi, dari sana Beliau memasuki Alam Kekosongan, Alam Kesadaran Tanpa Batas, Alam Ruang Tanpa Batas. Dari Alam Ruang Tanpa Batas, Beliau memasuki jhana keempat, dari sana masuk ke jhana ketiga, jhana kedua dan jhana pertama. Meninggalkan jhana pertama, Beliau memasuki jhana kedua, jhana ketiga, jhana keempat. Dan, akhirnya, meninggalkan jhana keempat, Sang Bhagava akhirnya wafat.
...


oh iya, ralat... jadi kejadiannya bukan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,* tapi 1,2,3,4,5,6,7,8,7,6,5,4,3,2,1,2,3,4,*

rumit amat ya? :))
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #601 on: 21 February 2009, 09:20:09 PM »
 [at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #602 on: 21 February 2009, 09:45:00 PM »
kutipan dari tesla :
Quote
menemukan kebenaran sejati (the Truth) atau menemukan/mendapatkan (pengetahuan kebenaran) baru dapat membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta?

utk apa membedakan? adakah "atta" dapat menemui sesuatu diluar anicca-dukkha?


sebenarnya ini merupakan kalimat perbandingan pertanyaan panjang saya :
sebenarnya dengan proses cara-cara jalan awam/umum, menanggalkan atta dengan tetap memakai jubah atta menemukan kebenaran sejati (the Truth)
atau
menemukan/mendapatkan (pengetahuan kebenaran) baru dapat membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta?

iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #603 on: 21 February 2009, 09:49:16 PM »
kutipan dari tesla :
quote :
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.

Buddha & para Arahat selalu dalam keadaan sati (mindfullness) sampajana (awareness).
sati tidak sama dg samadhi



oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.



iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #604 on: 21 February 2009, 09:54:16 PM »
[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?
kalau arahat atau buddha mengakhiri hidupnya, sebenarnya tidak bisa disebut bunuh diri, karena tidak ada diri di sana, terserah bagaimanapun cara mereka mengakhirinya.

bisa dengan kesaktian (dg meninggal diam atau bahkan dg membakar tubuh sendiri), ataupun kalau tidak punya kesaktian bisa dg alat bantu seperti pisau.

utk kasus Buddha Gotama, ada banyak pendapat mengenai parinibbananya. Dalam kitab pali sepertinya ada dijelaskan bahwa seorang Buddha tidak dapat mati kecuali dirinya menginginkannya. artinya parinibbananya adalah "keinginannya". (tentu saja saya tidak menganggap itu bunuh diri, dan ini bukan diskriminasi tanpa sebab antara putthujana & arahat)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #605 on: 21 February 2009, 09:55:27 PM »
kutipan dari tesla :
Quote
seorang yang tercerahkan kembali berada dalam keadaan yang terkondisi (sementara/khayal).

terkondisi bukanlah sementara atau khayal.


kalimat lengkapnya :
sebab saat keluar dari realitas (keberadaan) kesadaran kehidupan pengetahuan kebenaran sejati tersebut (the Truth), seorang yang tercerahkan kembali berada dalam keadaan yang terkondisi (sementara/khayal).
Yang tercerahkan memandang segala sesuatu di dunia ini sudah dalam keadaan non dualisme atau sunya oleh karena yang tercerahkan sudah mendapatkan pengetahuan kebenaran dan menyelami kenyataan kebenaran yang sesungguhnya sehingga (sudah) dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, tak terikat atau mengikatkan diri lagi kepada ciri dunia meskipun hidup berada, terlibat dan menggunakan segala apa yang ada di dunia.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #606 on: 21 February 2009, 10:01:19 PM »
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.


kalau senantiasa sadar (sati) sih saya setuju2 aja... dalam sutta bisa ditemukan Sang Buddha mengajarkan utk sati ketika berjalan, berdiri, duduk, berbaring, makan, minum, ngunyah, boker, pipis, tidur, diam, dst...

sati bisa diterapkan dalam segala kegiatan & memang harus demikian, namun samadhi tidak (setidaknya dalam sutta, Sang Buddha tidak mengajarkan utk samadhi ketika boker). oleh karena itu Buddha & murid2nya membagi waktu, ada waktu samadhi, ada waktu pindapata, ada waktu kotbah, dst...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #607 on: 21 February 2009, 10:06:08 PM »
kutipan tesla :
ngawur...
ketika seseorang telah mencapai arahat, walau ia bunuh diri, itu tidak menandakan ia terseret oleh atta.


Quote from: coedabgf on Today at 09:20:09 PM
[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?
kalau arahat atau buddha mengakhiri hidupnya, sebenarnya tidak bisa disebut bunuh diri, karena tidak ada diri di sana, terserah bagaimanapun cara mereka mengakhirinya.

bisa dengan kesaktian (dg meninggal diam atau bahkan dg membakar tubuh sendiri), ataupun kalau tidak punya kesaktian bisa dg alat bantu seperti pisau.

utk kasus Buddha Gotama, ada banyak pendapat mengenai parinibbananya. Dalam kitab pali sepertinya ada dijelaskan bahwa seorang Buddha tidak dapat mati kecuali dirinya menginginkannya. artinya parinibbananya adalah "keinginannya". (tentu saja saya tidak menganggap itu bunuh diri, dan ini bukan diskriminasi tanpa sebab antara putthujana & arahat)


[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?

sebenarnya hal ini karena dia sudah tahu atau bukan bahwa waktunya sudah habis, sehingga dia tidak memperpendek atau memperpanjang hidupnya menurut kehendak jidatnya sendiri, apalagi dengan cara-cara sendiri (menimbulkan bentuk-bentuk cara-cara (pikiran) baru bukan malah seharusnya berjaga)?


iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #608 on: 21 February 2009, 10:09:06 PM »
kalimat lengkapnya :
sebab saat keluar dari realitas (keberadaan) kesadaran kehidupan pengetahuan kebenaran sejati tersebut (the Truth), seorang yang tercerahkan kembali berada dalam keadaan yang terkondisi (sementara/khayal).
Yang tercerahkan memandang segala sesuatu di dunia ini sudah dalam keadaan non dualisme atau sunya oleh karena yang tercerahkan sudah mendapatkan pengetahuan kebenaran dan menyelami kenyataan kebenaran yang sesungguhnya sehingga (sudah) dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, tak terikat atau mengikatkan diri lagi kepada ciri dunia meskipun hidup berada, terlibat dan menggunakan segala apa yang ada di dunia.

menurut hemat saya, keterkondisian itu bukanlah suatu khayalan.
seorang putthujanalah yg melihat keterkondisian sebagai suatu khayalan, sehingga ia selalu melihat sesuatu ketidakterkondisian. sankhara (keterkondisian) adalah sebuah kenyataan. karena tidak melihat inilah putthujana, melihat adanya diri yg tak terkondisi, dg kata lain, adanya diri yg kekal, atta, atman, roh, jiwa, dsb... jika seorang putthujana berhasil melihat keterkondisian ini, otomatis ia bukan putthujana lagi.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #609 on: 21 February 2009, 10:13:02 PM »
kutipan dari tesla :
Quote from: coedabgf on Today at 09:49:16 PM
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.


kalau senantiasa sadar (sati) sih saya setuju2 aja... dalam sutta bisa ditemukan Sang Buddha mengajarkan utk sati ketika berjalan, berdiri, duduk, berbaring, makan, minum, ngunyah, boker, pipis, tidur, diam, dst...

sati bisa diterapkan dalam segala kegiatan & memang harus demikian, namun samadhi tidak (setidaknya dalam sutta, Sang Buddha tidak mengajarkan utk samadhi ketika boker). oleh karena itu Buddha & murid2nya membagi waktu, ada waktu samadhi, ada waktu pindapata, ada waktu kotbah, dst...



maksud saya tulis sikap itu bukan secara jasmaniah, tetapi pengetahuan kesadaran secara batiniah dan rohaniah, yang dibilang selalu terjaga.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #610 on: 21 February 2009, 10:29:06 PM »
kutipan dari tesla :
Quote from: coedabgf on Today at 09:55:27 PM
kalimat lengkapnya :
sebab saat keluar dari realitas (keberadaan) kesadaran kehidupan pengetahuan kebenaran sejati tersebut (the Truth), seorang yang tercerahkan kembali berada dalam keadaan yang terkondisi (sementara/khayal).
Yang tercerahkan memandang segala sesuatu di dunia ini sudah dalam keadaan non dualisme atau sunya oleh karena yang tercerahkan sudah mendapatkan pengetahuan kebenaran dan menyelami kenyataan kebenaran yang sesungguhnya sehingga (sudah) dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, tak terikat atau mengikatkan diri lagi kepada ciri dunia meskipun hidup berada, terlibat dan menggunakan segala apa yang ada di dunia.

menurut hemat saya, keterkondisian itu bukanlah suatu khayalan.
seorang putthujanalah yg melihat keterkondisian sebagai suatu khayalan, sehingga ia selalu melihat sesuatu ketidakterkondisian. sankhara (keterkondisian) adalah sebuah kenyataan. karena tidak melihat inilah putthujana, melihat adanya diri yg tak terkondisi, dg kata lain, adanya diri yg kekal, atta, atman, roh, jiwa, dsb... jika seorang putthujana berhasil melihat keterkondisian ini, otomatis ia bukan putthujana lagi.



(kenyataan) ada/terlihatnya yang terkondisi atau tak terkondisi, fenomena atau bukan fenomena, yang tercerahkan hidup dalam realitas kebenaran sejati.
awam melihat keterkondisian bukan suatu khayalan, sebab belum dapat melihat kenyataan kebenaran sesungguhnya sebagai suatu kesementaraan, belum dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, meskipun berpengetahuan atau membilang yang terkondisi bersifat anicca dukkha anatta.
Yang tercerahkan memandang segala sesuatu di dunia ini sudah dalam keadaan non dualisme atau sunya oleh karena yang tercerahkan sudah mendapatkan/memiliki pengetahuan/kebijaksanaan kebenaran dan menyelami kenyataan kebenaran yang sesungguhnya sehingga (sudah) dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, sehingga tak terikat atau mengikatkan diri lagi kepada ciri-ciri dunia meskipun hidup berada, terlibat dan menggunakan segala apa yang ada di dunia.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #611 on: 21 February 2009, 10:29:19 PM »
[at] tesla,
klo itu bunuh diri bukan? atau guru Buddha tetap berjaga sampai batas waktunya (tidak memperpendek atau memperpanjang, bukan keputusan diri tetapi mengikuti jalan/proses alamiah sampai habis genap waktunya?

sebenarnya hal ini karena dia sudah tahu atau bukan bahwa waktunya sudah habis, sehingga dia tidak memperpendek atau memperpanjang hidupnya menurut kehendak jidatnya sendiri, apalagi dengan cara-cara sendiri (menimbulkan bentuk-bentuk cara-cara (pikiran) baru bukan malah seharusnya berjaga)?

seperti yg saya tulis sebelumnya, ada byk pendapat soal parinibbana Sang Buddha, mis:
1 kematiannya mendadak, alami, tidak terencana karena penyakit & usia yg tua (maka mahaparinibbana sutta menjadi absurb dimana Buddha menunda & menjadwalkan akan parinibbana utk memberitahu orang2 yg telah mengikutinya)
2 kematiannya sesuai dg rencananya

anda memilih no.1 itu hak anda, saya tidak memilih salah satupun dari jawaban tsb.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #612 on: 21 February 2009, 10:39:59 PM »
awam melihat keterkondisian bukan suatu khayalan, sebab belum dapat melihat kenyataan kebenaran sesungguhnya sebagai suatu kesementaraan, belum dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, meskipun berpengetahuan atau membilang yang terkondisi bersifat anicca dukkha anatta.
bagaimana mungkin "atta" bisa melepas kesia-siaan "atta"?
bagaimana x dapat melepas x?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #613 on: 21 February 2009, 10:44:21 PM »
alami : marapun tahu (ciri-ciri) bahwa waktunya sudah (mendekat) habis, tetapi bukan karena atas perintah (permintaan) atau kehendak (rancangan) mara guru Buddha meninggal.

tulisan untuk pernyatan dibawah : ada ceritanyakan atau tertulis di sutta.
« Last Edit: 21 February 2009, 11:07:51 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #614 on: 21 February 2009, 10:48:43 PM »
alami : marapun tahu bahwa waktunya sudah (mendekat) habis, tetapi bukan karena atas perintah atau kehendak (rancangan) mara guru Buddha meninggal.

lho kok malah ada issue perintah atau kehendak mara? ???
bukankah kalau kehendak mara, buddha parinibbana seketika juga?
kemudian Buddha memberitahukan rancangannya sendiri.

saya rasa kita sudah terlalu jauh dari topik, & saya pun tidak tertarik atas misteri parinibbana Buddha.

dan lagi sepertinya tidak ada apa2 lagi yg baru utk kita diskusikan...
« Last Edit: 21 February 2009, 10:50:47 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

 

anything