[at] sis reenzia, ucapan saya itu subjektif lho...jadi hanya berdasarkan pengalaman saya pribadi, belum tentu benar
[at] bung chandra, jadi anda tidak percaya bahwa Al Quran yang beredar di toko2 itu adalah Al Quran yang benar?
Dewi, umumnya muslimin selalu bertanya jawab persoalan percaya dan tidak percaya, wajib dan tidak wajib. sehingga penjawab-pun harus menjawab dengan cara seperti itu pula. seolah-ola kalau tidak percaya itu berarti percaya. kalau percaya berarti itu bukan tidak percaya. cobalah kita keluar dari kerangka pemikiran ini. marilah kita lihat kebenarannya dulu, baru kita baca Qurannya. biarkan diri anda tahu sendiri, apakah itu kitab yang benar atau salah. bagaimana? setuju?
tidak bisakah saya "meletakkan" kebenaran itu sampai tiba waktunya? meletakkan disini berarti saya "tidak berusaha mencarinya", tidak "percaya" tapi juga tidak "tidak percaya".
salahkah jika saya lebih ingin "mencari kebahagiaan sejati" daripada "mencari kebenaran hakiki"?
tidak bisakah jika saya berpikiran seperti ini:
"kebenaran hakiki adalah hadiah yang akan saya peroleh jika saya sudah mencapai kebahagiaan sejati(nibbana)"?
bagaimana menurut anda?
Dewi, kebenaran harus dicari dengan usaha, semangat dan konsentrasi.
bukankah Dewi mengagumi ajaran budha?
untuk dapat melihat kebenaran itu budha memberikan caranya, yaitu ajaran meditasi samatha-vippasana. tapi untuk dapat mempraktikan meditasi tersebut, setidak-tidaknya orang harus memiliki 4 unsur. apa itu ? yaitu Atapa, sampajana, sati dan soba.
atapa = semangat dan kebulatan tekad.
sampajana = pengertian jelas (yang terkandung di dalamnya konsentrasi)
sati = perhatian murni
soba = usaha untuk mengatasi kemelekatan (cinta duniawi)
tanpa itu, meditasi akan gagal, dan kebenaran tidak akan terlihat.
demikian juga kebenaran dalam islam. ia tidak akan muncul dalam batin yang mengandung nivarana (islam : penyakit hati) , yang diantaranya adalah malas (kurang semangat). ketika nivarana ini dapat dihancurkan, munculah lima ciri khas dalam dirinya, yaitu keyakinan, semangat, perhatian, konsentrasi dan kebijaksanaan.
anda dapat "menunda kebenaran sampai tiba waktunya". tapi tentu saya akan mengajak, "marilah kita untuk hidup bersemangat, belajar dengan semangat, berpikir dengan semangat, bermeditasi dengan semangat, ibadah dengan semangat, dan mencari kebenaran dengan semangat." ini adalah soal mengisi waktu hidup yang singkat ini.