//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570976 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Mana lebh hakiki, beragama atau bermeditasi ?
« Reply #660 on: 05 August 2008, 01:16:49 PM »
Dari: milis meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com

Quote
From: supomo utama [mailto:pekertiutama [at] yahoo.com]

mana lebh hakiki, beragama atau bermeditasi ?

Agama mengenalkan Tuhan kepada manusia ...
dengan meditasi orang berjumpa dengan/mengalami Tuhan ... di dalam atau di
luar agama ...
Oleh karena itu, di dalam setiap agama besar selalu ada meditasi; dalam
Islam ada tasawuf ...

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: 'Keinginan untuk bebas' ...
« Reply #661 on: 05 August 2008, 01:53:48 PM »
Quote
From: M.Purnama Fajar [mailto:m.purnamafajar [at] yahoo.co.id]

Salam,
Apakah kebebasan itu menyangkut pengekangan nafsu/keinginan untuk menuju ketakinginan? Dan keinginan berhenti dengan sendirinya, apakah yang dimaksud Romo?
 
salam
m.pf


Mas Purnama,

Ini masalah kesadaran yang sangat halus … Keinginan tidak bisa dikekang untuk sampai pada keadaan tanpa-keinginan. … Mengapa? Karena yang ingin mengekang keinginan itu adalah keinginan lagi. … Hasilnya cuma aku ini berubah menjadi halus, merasa sudah berhasil mengekang keinginan (sekalipun untuk sementara) … tapi tetap si aku, yang merasa “lebih baik” dari sebelumnya.

Bila Anda memahami dan melihat semua ini dalam kesadaran Anda, maka Anda tidak lagi berkeinginan untuk menghentikan keinginan. Alih-alih, Anda menyadari saja munculnya keinginan itu, tanpa terseret olehnya … Kalau Anda bisa berada dalam keadaan itu, maka akhirnya keinginan itu akan berhenti dengan sendirinya, tanpa dipaksa berhenti (yang adalah mustahil) … berhenti total.

Bagaimana?

Salam,
hudoyo


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Testimoni pemeditasi versi Mahasi Sayadaw & MMD: N.N., 30-an tahun, Bali
« Reply #662 on: 06 August 2008, 06:51:48 AM »
“Pernah mengikuti retret vipassana metode lain beberapa kali …”

Rekan N.N., 30-an tahun, Bali

Saya pernah mengikuti retret vipassana metode lain beberapa kali. Tetapi baru dalam retret MMD tujuh hari ini saya merasakan kebebasan. Bukan kebebasan dari sesuatu, tapi kebebasan dari beban pengalaman.

Dan juga bebas dari beban bahwa meditasi itu adalah cara untuk mencapai sesuatu, mencapai tujuan/hasil. Melainkan, di sini saya menyadari meditasi adalah cara & tujuannya sendiri.

Sangat tepat seperti yang Pak Hudoyo sampaikan dalam diskusi: "The first step is the last step." ("Langkah pertama adalah langkah terakhir." – J. Krishnamurti)

Dalam retret ini saya hanya mengamati batin & jasmani apa adanya, mengamati gerak-gerik pikiran apa adanya, bahkan sama sekali tidak berusaha membuatnya berhenti.

Tetapi ketika gerak pikiran berhenti, ada Gerak yang lain sama sekali; susah dilukiskan, susah dijelaskan, tidak bisa dikenali.

Terima kasih banyak kepada Bapak Hudoyo atas bimbingannya yang luar biasa, dan totalitasnya dalam pengembangan MMD. (Mohon nama saya disamarkan.)"

[Dari retret MMD seminggu di Brahmavihara-arama, Bali, 29 Feb – 8 Mar 2008]

*****

[Dari draft Buku Panduan MMD:]

“Kepadaman (berhentinya pikiran & aku) dalam meditasi”

TANYA:

Saya ingin menanyakan tentang pengalaman meditasi saya. Seperti pernah saya ceritakan sebelumnya, saya belajar vipassana mulai dari metode Mahasi Sayadaw. Saya pernah mengikuti retreat Mahasi 3 kali dan MMD Akhir Pekan 2 kali. Sejak ikut MMD pertama kali, saya sudah tidak melakukan pencatatan dalam setiap meditasi duduk. Tapi dalam retret Mahasi, saya masih melakukan pencatatan dalam meditasi jalan & kegiatan sehari-hari. Dalam retret Mahasi awal November kemarin selama 12 hari, saya memberanikan diri untuk mencoba untuk sepenuhnya tidak mencatat, baik dalam meditasi duduk, meditasi jalan maupun dalam kegiatan sehari-hari. Ternyata banyak pengalaman yang saya dapatkan, terutama dalam meditasi jalan & kegiatan sehari-hari, di antaranya:

 - Ketika dalam meditasi jalan, saya pernah merasakan sensasi yang sangat nyaman. Setiap gerakan terasa begitu alamiah dan lambat. Mata tidak bisa membuka penuh, karena kelopak mata menurun perlahan, menutupi setengah pandangan. Sensasi di mata juga sangat nikmat. Sensasi-sensasi ini persis seperti yang pernah saya rasakan ketika mengalami piti (kegiuran, ekstase) dalam meditasi duduk.

- Begitu juga ketika makan siang, saya pernah merasakan sensasi yang sangat nyaman juga, yaitu ketika mengunyah. Gerakan mengunyah terasa semakin lambat. Jika sebelumnya saya biasa mengunyah dengan mata tertutup, saat itu kelopak mata seolah-olah membuka dengan sendirinya perlahan-lahan, sampai setengah pandangan. Sensasi di mata juga sangat nikmat. Makanan yang ada di dalam mulut jadi tidak ada rasanya sama sekali. Gerakan mengunyah terus melambat,sampai seolah-olah akan berhenti.

Pertanyaan saya: Apakah mungkin mengalami piti selain dalam meditasi duduk?

- Saya juga pernah mengalami dalam meditasi jalan, saya sampai pada suatu saat ketika tidak ingin berhenti. Seperti ingin berjalan terus. Jadi saya membuat rute melingkar (dalam bangunan stupa di Brahmavihara-arama), bukan rute bolak-balik. Ketika itu kaki bergerak seperti otomatis. Seperti tidak ada kehendak dari saya, terus dan terus berjalan. Sampai akhirnya saya sadar ketika lonceng waktu makan siang berbunyi. Yang membuat saya masih bingung sekarang, apakah ketika itu kesadaran saya lemah, sehingga saya tidak bisa menyadari setiap kehendak untuk melangkah? Tapi ketika itu saya bisa menyadari dengan baik sensasi-sensasi yang ada. Pengalaman ini sempat saya tanyakan kepada praktisi yang lebih senior. Menurut mereka, itu disebabkan karena saya tidak melakukan pencatatan, sehingga tidak bisa menyadari kehendak  yang muncul.

Bagaimana menurut Pak Hudoyo? Terimakasih.

JAWAB:

Dari penuturan Anda saya mendapat kesan bahwa 'pencatatan' (labelling) dalam pengamatan badan & batin ini tidak perlu lagi bagi Anda. Malah tampaknya dalam taraf Anda sekarang, pencatatan itu malah menjadi penghambat bagi perkembangan Anda selanjutnya. Ini terbukti dari ketika Anda melepaskan labeling sama sekali dalam retret vipassana versi Mahasi Sayadaw yang Anda ikuti pada awal November 2007 lalu, justru Anda mendapatkan berbagai pengalaman ketika meditasi jalan & melakukan kegiatan sehari-hari.

Perasaan nikmat dan bahagia yang Anda alami ketika melakukan meditasi jalan & melakukan kegiatan sehari-hari menunjukkan muncul 'piti' & 'sukham'. Memang kedua perasaan itu bisa muncul dalam posisi apa pun juga, tidak terbatas pada posisi duduk saja.

Beberapa ungkapan Anda yang saya catat adalah: "tidak ingin berhenti", "membuat rute melingkar, bukan bolak-balik", "kaki bergerak seperti otomatis", "seperti tidak ada kehendak", "tidak bisa menyadari kehendak untuk melangkah", "bisa menyadari dengan baik sensasi-sensasi yang ada", "berjalan terus, sampai akhirnya sadar ketika lonceng waktu makan berbunyi."

Kesan saya: pada saat itu kesadaran Anda sangat kuat, bukan lemah. Anda tidak menyadari adanya kehendak untuk melangkah, karena memang tidak ada kehendak lagi (kehendak dari si aku/pikiran). Anda membuat rute melingkar, karena tidak mau "repot" dengan munculnya kehendak untuk berhenti & berbalik ketika Anda sampai pada ujung-ujung suatu rute yang lurus; Anda bermaksud menghindari bolak-balik (yang membutuhkan pikiran, kehendak & si aku) pada rute yang lurus. Anda tidak sadar akan waktu sama sekali; ini disebabkan karena pikiran Anda berhenti sama sekali selama berjalan itu.
Nah, dari semua hal itu saya dapat menyimpulkan bahwa selama beberapa waktu (beberapa jam?)—selama Anda melakukan meditasi jalan itu—Anda berada dalam keadaan samadhi, yang disebut khanika samadhi (samadhi dari saat ke saat tanpa satu obyek tertentu). Di situ tidak ada si aku, tidak ada pikiran, tidak ada kehendak, tidak ada waktu; yang ada hanyalah tubuh ini yang terus berfungsi dengan seluruh indranya. Keadaan ini sangat langka dialami orang dalam keadaan meditasi jalan, biasanya hanya dialami pada meditasi duduk.

Rekan N.N., "perrjalanan" meditasi Anda sudah sangat jauh. Jangan hiraukan praktisi yang "lebih senior" itu, kalau Anda tidak mau mengalami timbulnya keraguan yang tidak perlu. Tampaknya praktisi yang "lebih senior" itu masih melekat pada pencatatan, entah sampai kapan. Padahal Chanmyay Sayadaw sendiri, murid Mahasi Sayadaw, pernah berkata: "Labelling is not vipassana"; maksud beliau, pencatatan harus runtuh kalau tidak diperlukan lagi.


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Senja & pengamatan ...
« Reply #663 on: 06 August 2008, 10:27:52 AM »


Quote from: riang_mentari
numpang posting eyang :), rasanya sudah lama ga main2 ke thread ini... mohon bimbingannya  :-[

Apa yang terlihat ketika senja hari diamati dengan seksama? Saya melihat warna2 yang muncul di langit krn pantulan sinar matahari. Konfigurasi awan-awan yang membentuk berbagai pola bentukan. Dan gurat-gurat sinar yg menyeruak diantaranya. Matahari dan gradasi yang berganti2 warna secara halus tiap momen.

Dan jika saya perluas pengamatan saya, akan didapati detil2 yang lain. Tak ada batas. Kemudian saya tahu bahwa tidak akan pernah ada senja yang persis sama setiap harinya.

Senja hari terasa sama, ketika pikiran saya sibuk akan hal2 lain. Bahkan senja tak akan terasa, jika perhatian saya ada ditempat lain, merencanakan, memikirkan, mengkhawatirkan. Padahal berjuta benda langit membentuk keselarasan yang berubah-ubah halus setiap detik. Simfoni keindahan yang tak pernah berulang sama disetiap kemunculannya.

Mungkinkah ini juga tidak hanya terdapat pada senja? Bagaimana dengan pagi hari? bagaimana dengan siang hari? Bagaimana dengan malam hari? hidup yang saya jalani?

Yang mungkin terjadi, didalam tiap momen kehidupan juga terdapat detil-detil seperti senja ketika matahari tenggelam. Dan keindahan terangkai hanya jika saya mau mengamatinya. Mengamati tanpa memberi label "suka warna biru", "tidak suka warna lembayung". Karena ketika saya berusaha menghilangkan warna yang tidak saya sukai, maka saya berusaha mengenakan kacamata yang bisa mengubah warna itu menjadi warna yang saya sukai. Ketika saya berusaha memperbanyak warna yang saya sukai dan menghilangkan warna yg tidak saya sukai, maka senja tidak akan indah lagi. Saya tidak bisa lagi melihat warna yang sebenarnya. Keindahan yang telah ada secara apa adanya. Bahkan disaat saya sibuk melabelinya, saya telah terpisah dari detil2 itu.

Kemudian munculah perasaan "hidup yang membosankan", "hidup yang itu-itu saja", "hidup yang tidak lengkap", "hidup yang mengecewakan". tanpa menyadari bahwa saya sendiri yang mengenakan kacamata untuk melabeli tiap pengalaman, melabeli suka dan tidak suka, memperbanyak suka dan menghilangkan tidak suka. Mungkinkah diluar kacamata yang tak terlihat ini, apa yang terjadi adalah detil-detil indah yang memang disiapkan untuk saya?

Kemudian munculah perasaan "hidup yang membosankan", "hidup yang itu-itu saja", "hidup yang tidak lengkap", "hidup yang mengecewakan". Tanpa menyadari bahwa saya sendiri yang mengenakan kacamata untuk melabeli tiap pengalaman, melabeli suka dan tidak suka, memperbanyak suka dan menghilangkan tidak suka. Dan mungkinkah diluar kacamata yang tak terlihat ini, apa yang terjadi adalah detil-detil indah yang memang disiapkan untuk saya?

Selanjutnya saya mencoba mencari pengalaman lain, berlari-lari mengejar pengalaman/pencapaian/benda yang saya kira bakal melengkapi saya. Membandingkan keluar dan semakin kosong didalam. Berdalih ingin merubah keadaan, padahal saya tak pernah benar-benar tahu keadaan yang sebenarnya diluar kacamata kekhawatiran. Mungkinkah jika saya meletakkan kacamata ketakutan, kekecewaan, perlawanan, maka saya bakal melihat bahwa semua telah tersedia disini, disana, dimana-mana?

then... if it is everywhere, it is also...nowhere...

selamat pagi sahabat, pagi ini...apakah masih pagi yang biasa ?

SEMAR:
'Met pagi, Mas Riang Mentari. ... Terima kasih atas posting Anda yang sangat mencerahkan ...
Posting Anda saya forward ke berbagai situs & milis ...

Salam,
semar
« Last Edit: 16 October 2008, 08:09:11 PM by Sumedho »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Betul, MMD mirip vipassana ajaran Sayadaw U Tejaniya
« Reply #664 on: 19 August 2008, 06:54:40 PM »
[at] Pak hud,
MMD mirip banget dengan ajaran U Tejaniya
sebenarnya masing masing guru membawa Trademark masing masing.

Tiap guru meditasi vipassana mengajarkan vipassana sesuai dengan pengalaman masing-masing.

Terima kasih Anda telah mengenalkan saya kepada ajaran meditasi Sayadaw U Tejaniya. Saya baru saja mencari tulisan-tulisan beliau di internet. Memang banyak persamaannya dengan apa yang saya ajarkan, sekalipun di sana-sini ada perbedaan dalam pemahaman. Di bawah ini saya kutip satu paragraf tulisan tentang meditasi U Tejaniya yang membedakannya dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw:

- beliau mengajarkan meditasi secara rileks, bukan dengan pemaksaan usaha (viriya);
- beliau mengajarkan membuka kesadaran terhadap semua pengalaman, bukan memusatkan konsentrasi pada obyek utama;
- beliau mengajarkan meditasi jalan dengan gerak yang biasa, bukan dengan memperlambat gerakan;
- beliau mengajarkan retret tanpa jadwal yang kaku;
- beliau mengajarkan kesadaran terhadap relasi/reaksi diri terhadap obyek, bukan terhadap obyek itu sendiri;
- beliau masih bicara tentang panca-balani, yang tidak lagi saya bicarakan -- alih-alih saya bicara tentang si aku yang berada di balik semua usaha dan tujuan meditasi.

Salam,
hudoyo

Dari: www.inquiringmind.com

Taking a Relaxed Approach with Sayadaw U Tejaniya
by Mirka Knaster

In 2007, Sayadaw U Tejaniya, a Burmese monk, made his second visit to Western Dharma centers
in the U. S. I had the opportunity to hear his teachings in several places, to interview him and his
excellent translator, Ma Thet, and to speak with teachers and yogis about their experience of his
transformative approach to Dharma practice. Sayadaw’s particular way of teaching is now
influencing a number of Western vipassana teachers. He emphasizes practicing in a relaxed but
continuous manner rather than forcing one’s effort; opening the field of awareness to all
experience rather than beginning with a primary object to establish concentration; walking at a
regular rather than slow pace on retreat; not imposing a fixed retreat schedule; and focusing on
one’s relationship to objects rather than on the objects themselves. The integration of these
elements appears to strengthen the five spiritual faculties (indriya)—faith, energy, mindfulness,
concentration, wisdom—and deepen practice in everyday life.
[...]

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #665 on: 20 August 2008, 11:12:56 AM »
Hanya mirip artinya tetap ada perbedaan/tetap tak sama, perbedaan mendasar membawa hasil yg beda.  :)
« Last Edit: 20 August 2008, 11:15:43 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #666 on: 20 August 2008, 01:13:58 PM »
 [at] Bond

Yang jelas Anda bukan praktisi MMD. Orang yang tidak pernah melakukan MMD dan hanya berpandangan negatif terhadap MMD hanya bisa berspekulasi, mencari-cari perbedaan yang di-blow up di luar proporsi yang wajar. ...

Para praktisi MMD yang membaca uraian vipassana versi Sayadaw U Tejaniya bisa melihat kesamaan-kesamaan praksis dan eksperiensial yang fundamental di antara MMD dan vipassana versi Sayadaw U Tejaniya. Perbedaan-perbedaan yang ada hanya terletak di dalam konsep-konsep sekunder yang tidak esensial.

Salam,
hudoyo

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #667 on: 20 August 2008, 05:01:19 PM »
Adakah yg disini  benar2 praktisi vipasanna Sayadaw U Tejaniya? Bisa diceritakan pengalamannya dan di mana ia berlatih, bisa di share di thread khusus/baru.

Dasar latihan Sayadaw U Tejaniya, Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Ajahn Brahm dan Bhikkhu besar lainnya memiliki landasan latihan berdasarkan JMB 8, Panca bala, dan tidak terpaku salah satu sutta tetapi melihat keterkaitannya antara sutta2 lainnya, apakah ini bukan perbedaan mendasar jika dibandingkan MMD yg hanya mengacu pada Bahiya sutta dan Malunkyaputta + J.Krishnamurti dan mengabaikan Mahasatipatthana Sutta dan sutta2 lainnya?

Ibaratnya mereka memiliki pondasi yg sama hanya dengan gaya yg berbeda dalam mengajar.

Ingat lho mirip tapi tak sama dan jangan disama2kan. Kalo dicoba untuk disamakan namanya "mokso"


« Last Edit: 20 August 2008, 05:13:16 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline pendekar kuning

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 250
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #668 on: 20 August 2008, 05:46:41 PM »
Adakah yg disini  benar2 praktisi vipasanna Sayadaw U Tejaniya? Bisa diceritakan pengalamannya dan di mana ia berlatih, bisa di share di thread khusus/baru.

Dasar latihan Sayadaw U Tejaniya, Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Ajahn Brahm dan Bhikkhu besar lainnya memiliki landasan latihan berdasarkan JMB 8, Panca bala, dan tidak terpaku salah satu sutta tetapi melihat keterkaitannya antara sutta2 lainnya, apakah ini bukan perbedaan mendasar jika dibandingkan MMD yg hanya mengacu pada Bahiya sutta dan Malunkyaputta + J.Krishnamurti dan mengabaikan Mahasatipatthana Sutta dan sutta2 lainnya?

Ibaratnya mereka memiliki pondasi yg sama hanya dengan gaya yg berbeda dalam mengajar.

Ingat lho mirip tapi tak sama dan jangan disama2kan. Kalo dicoba untuk disamakan namanya "mokso"



ada bro.wa sebulan yg lalu ikut di vila cibodas sayadaw u tejaniya.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #669 on: 20 August 2008, 06:00:26 PM »
Met kenal pendekar bisa di share dasar2 latihan Sayadaw U Tejaniya, dan apa saja yg kamu alami. Mungkin bro bisa buat topik baru di thread meditasi. Dengan demikian teman2 bisa melihat perbandingannya. Kalau perlu antara pengalaman bro dan referensi2 yg dipakai Sayadaw U Tejaniya. Dan berapa lama bro mengikuti retreat tersebut?

Terika kasih sebelumnya bro pendekar. _/\_

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #670 on: 20 August 2008, 08:04:44 PM »
Dasar latihan Sayadaw U Tejaniya, Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Ajahn Brahm dan Bhikkhu besar lainnya memiliki landasan latihan berdasarkan JMB 8, Panca bala, dan
tidak terpaku salah satu sutta tetapi melihat keterkaitannya antara sutta2 lainnya, apakah ini bukan perbedaan mendasar jika dibandingkan MMD yg hanya mengacu pada Bahiya sutta dan Malunkyaputta + J.Krishnamurti dan mengabaikan Mahasatipatthana Sutta dan sutta2 lainnya?
yah... tetap saja kita tidak tahu mana yg lebih baik,
apakah berdasar pada JM8, Panca Balani, dll... atau tidak, kalau kita tidak mencoba kedua2nya :)

& sejauh pemahaman saya, walau Bahiya, Mulapariyaya, Angulimala sutta sering dipakai sebagai rujukan dalam MMD, namun sutta2 tsb bukanlah dasar dari MMD sendiri... menurut saya sih, mungkin kebetulan praktisi MMD seperti Pak Hudoyo memahami apa yg disampaikan dalam sutta tsb.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #671 on: 20 August 2008, 08:30:21 PM »
Apa tujuan vipasanna?

Kalau kita ngomong trademark tentu ada dasar2 yg membentuk trademark.

Mungkin penjelasan fabian sudah rinci dan jelas.

Coba teliti dengan baik pondasi dasar dari Sayadaw U Tejaniya, Sunlun Sayadaw dll. Semua dalam pondasi yg sama, kalau dasarnya sudah lain apakah MMD bisa disebut Vipasanna? ya..tapi kalo tetep mo pake trademark vipasanna itu tidak masalah he..he.

Saya rasa  JMB 8, panca balani adalah merupakan teori yg dapat diterima oleh umum dan realita yg tidak dapat dipungkiri jika tujuannya adalah terealisasinya nibbana, jika kita melepaskan dari label buddhist sekalipun. Memahami sutta itu bukanlah sepotong-sepotong, ragu pun boleh2 saja terhadap sutta2 yg ada, tapi apakah kita bisa membuktikan atas keraguan kita. Jika kita sekedar mengatakan ragu tanpa bisa membuktikan sama saja menyimpulkan tanpa fakta dan data/asumsi sebagai keraguan lebih baik mengatakan "saya tidak tau"(tapi terserah masing2 saja). Jika bicara pemahaman terhadap sutta, pemahaman yg bagaimana, pemahaman yg benar atau sekedar pemahaman.

Masalah mencoba, nanti kalau saya ngomong, apa nanti bisa diterima ? yg ada nanti pada berpikiran yg aneh2  :D
Saya rasa cukup sampai disini saja tulisan saya mengenai Vipasanna lainnya dan MMD. Karena thread ini memang untuk MMD. Penjelasannya juga sudah ada yg lebih berbobot dari tulisan saya.

Salam Damai selalu

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #672 on: 20 August 2008, 09:44:11 PM »
yup, "vipasanna" sendiri hanyalah sebuah nama :)

Quote
Coba teliti dengan baik pondasi dasar dari Sayadaw U Tejaniya, Sunlun Sayadaw dll. Semua dalam pondasi yg sama, kalau dasarnya sudah lain apakah MMD bisa disebut Vipasanna? ya..tapi kalo tetep mo pake trademark vipasanna itu tidak masalah he..he.
pondasi yg sama tsb maksudnya panca-balani (dan JM8) kan?

Quote
Saya rasa  JMB 8, panca balani adalah merupakan teori yg dapat diterima oleh umum dan realita yg tidak dapat dipungkiri jika tujuannya adalah terealisasinya nibbana, jika kita melepaskan dari label buddhist sekalipun.
hehehe... fanatik lho bro :)

Quote
Memahami sutta itu bukanlah sepotong-sepotong, ragu pun boleh2 saja terhadap sutta2 yg ada, tapi apakah kita bisa membuktikan atas keraguan kita. Jika kita sekedar mengatakan ragu tanpa bisa membuktikan sama saja menyimpulkan tanpa fakta dan data/asumsi sebagai keraguan lebih baik mengatakan "saya tidak tau"(tapi terserah masing2 saja).
"bisa membuktikan" itu relatif lho bro...
saya bilang "saya dapat membuktikan Tuhan itu ada, karena saya merasakan kuasaNya dalam diri saya", sementara kebanyakan Buddhist di sini pasti bilang itu bukan pembuktian :))

Quote
Jika bicara pemahaman terhadap sutta, pemahaman yg bagaimana, pemahaman yg benar atau sekedar pemahaman.
kalau pemahaman tsb bisa disampaikan dalam rangkaian kata demi kata, maka Sang Buddha tidak akan mengajar dg cara yg berbeda2 ke setiap individu ;)
jadi agak susah jg mo sampaikan ke sdr. bond soal "pemahaman yg bagaimana"... :)
misalnya, saya bilang, "ketika semua kecemasan kita berhenti", apakah sdr. bond bisa memahami kalimat tsb? bisa iya, bisa tidak... ;D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #673 on: 21 August 2008, 08:52:26 AM »
Satu pikiran berisi berjuta pemikiran halus,ketika pemikiran halus muncul dan menguat maka akan timbul pemikiran pemikiran lain.....yah ginilah kejadiannya....milih "diam" aja deh
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #674 on: 21 August 2008, 09:25:17 AM »
yup, "vipasanna" sendiri hanyalah sebuah nama :)

Quote
Coba teliti dengan baik pondasi dasar dari Sayadaw U Tejaniya, Sunlun Sayadaw dll. Semua dalam pondasi yg sama, kalau dasarnya sudah lain apakah MMD bisa disebut Vipasanna? ya..tapi kalo tetep mo pake trademark vipasanna itu tidak masalah he..he.
pondasi yg sama tsb maksudnya panca-balani (dan JM8) kan? Ya

Quote
Saya rasa  JMB 8, panca balani adalah merupakan teori yg dapat diterima oleh umum dan realita yg tidak dapat dipungkiri jika tujuannya adalah terealisasinya nibbana, jika kita melepaskan dari label buddhist sekalipun.
hehehe... fanatik lho bro :) Fanatisme sempit tentu tidak baik tapi fanatisme luas tidak masalah(bisa mengembangkan saddha)

Quote
Memahami sutta itu bukanlah sepotong-sepotong, ragu pun boleh2 saja terhadap sutta2 yg ada, tapi apakah kita bisa membuktikan atas keraguan kita. Jika kita sekedar mengatakan ragu tanpa bisa membuktikan sama saja menyimpulkan tanpa fakta dan data/asumsi sebagai keraguan lebih baik mengatakan "saya tidak tau"(tapi terserah masing2 saja).
"bisa membuktikan" itu relatif lho bro...
saya bilang "saya dapat membuktikan Tuhan itu ada, karena saya merasakan kuasaNya dalam diri saya", sementara kebanyakan Buddhist di sini pasti bilang itu bukan pembuktian :))

Quote
Jika bicara pemahaman terhadap sutta, pemahaman yg bagaimana, pemahaman yg benar atau sekedar pemahaman.
kalau pemahaman tsb bisa disampaikan dalam rangkaian kata demi kata, maka Sang Buddha tidak akan mengajar dg cara yg berbeda2 ke setiap individu ;)
jadi agak susah jg mo sampaikan ke sdr. bond soal "pemahaman yg bagaimana"... :)
misalnya, saya bilang, "ketika semua kecemasan kita berhenti", apakah sdr. bond bisa memahami kalimat tsb? bisa iya, bisa tidak... ;D


Begini, ada sutta2 yg bisa dipahami dengan mudah yg bisa diterima secara langsung kepada khalayak umum, ada yg harus melalui perenungan mendalam, dan ada yg harus melalui pengalaman langsung dan ada yg melalui kekuatan abinna. Contoh : Kalau Brahma Sahampati memohon kepada Sang Buddha untuk membabarkan dhamma itu dongeng atau bukan, kosmologi ttg tentang semesta , 31 alam kehidupan termasuk Abhidhamma diceritakan Sang Buddha kepada para dewa--bagaimana membuktikan secara ilmiah tanpa abinna? Seringkali kita menjadikan keterbatasan kita sebagai alasan suatu keraguan yg tidak berdasar.
Dalam hal ini saya tidak berbicara mengenai yg relatif tetapi realita(tapi ya terserah kalo ditanggapi relatif juga tidak masalah  ;D ). Apakah JMB 8 benar dari kata2 Sang Buddha langsung? jika tidak, apa dasarnya(apakah dasarnya hanya intelektual belaka)?  Saya paham apa yg bro tesla katakan "ketika semua kecemasan berhenti".

Mungkin bro Tesla bisa menjawab atau MMD'ers  dan saya rasa pertanyaan ini telah diulang dinyatakan berulang kali, apakah dalam  MMD diperlukan Viriya dan konsentrasi? apakah didalam perhatian tidak terdapat konsentrasi?(hal sederhana bisa menjadi rancu :)) ). Dan kepada bro tesla mungkin kalau ingin diperbandingkan atau dibahas lebih lanjut , bisa kita bahas di topik baru. Jadi Pak Hudoyo bisa menjelaskan MMD disini lebih leluasa dan tidak OOT.

 _/\_


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

 

anything