Hm ternyata seru juga yah antara pengkotakan MMD dan pengkotakan agama Buddha disini.
Well sedikit sharing, coba belajar dari seorang bhikkhu yang menjalani Dhutanga Vinaya atau kita sebut bhikkhu hutan. mereka tidak pernah mengikatkan diri pada pengkotakan Pitaka. setelah mereka belajar teoritis dari Wat maka mereka memutuskan untuk masuk ke hutan dan menjalankan apa yang persis dijalankan Gotama Buddha di masa lampau.
Di hutan , tidak ada Pitaka,tidak ada juga ayat ayat Sutta,tidak ada juga dupa,tidak ada juga rupang Buddha, tidak ada juga ritual segala macam, hanya ada seorang bhikkhu itu sendiri dan alam. bagaimana mereka mempraktekan Ajaran Buddha ? apakah terus2an membuka Pitaka Sutta, terus2an mengkotakan diri dengan adanya 1,2,3,4,5,6,7,8?
Mereka mengalami langsung, meditasi yang membawa pemahaman Samadhi. Kebenaran di luar dari konsep yang telah dibukukan. kalau anda bertemu seorang Ajahn,katakanlah dari buku Ajahn Chah,maka anda akan menemukan bahwa Ajahn Chah sangat jarang membahas kotak2,apa yang dia terima langsung adalah ekspresi langsung tanpa konsep.
Konsep digunakan untuk pemula dalam belajar namun ketika turun ke lapangan, konsep hanyalah sebatas panduan yang bisa dipegang namun ketika mahir tidak lagi dipegang.
Kita terkotak2, belalang yang ditaruh dalam kotak hanya akan loncat setinggi kotak itu,bedakan dengan belalang yang tumbuh di luar.
Saya tidak membela siapapun,hanya ingin kalian melihat kembali ke dalam praktik kalian, banyak pemahaman yang kalian tahu kecil tapi dianggap sangat besar. belum tentu...recheck kembali kata2 sebelum anda memuntahkan segalanya dalam tulisan.