Dari milis semedi [at] yahoogroups.com
RE: Renungan Harian - 15 April '08 - Mengejar ahimsa ...
From: Ngurah Agung [mailto:ngestoerahardjo [at] yahoo.com]
--- In seamed [at] yahoogroups.com, "Hudoyo Hupudio" <hudoyo [at] ...> wrote:
>
> Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?
>
>
>
> Kita mengira ideal itu perlu. Tetapi apakah ideal membantu mendatangkan
> perubahan radikal dalam batin kita? Ataukah ideal hanya membuat kita bisa
> menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian
> menghindari perubahan yang radikal, segera? Jelas, selama kita mempunyai
> ideal, kita tidak pernah sungguh-sungguh berubah, melainkan berpegang pada
> ideal kita sebagai cara penundaan, menghindari perubahan segera yang begitu
> penting. Saya tahu, kebanyakan di antara kita menganggap bahwa ideal harus
> ada, oleh karena tanpa itu kita mengira tidak akan ada dorongan untuk
> berubah, dan kita akan membusuk, mampet. Tetapi saya mempertanyakan, apakah
> ideal mana pun pernah mentransformasikan cara berpikir kita. Mengapa kita
> memiliki ideal? Jika saya keras, apakah saya membutuhkan ideal
> tanpa-kekerasan? Saya tidak tahu apakah Anda pernah memikirkan hal ini. Jika
> saya keras--seperti kebanyakan dari kita dalam berbagai derajat--perlukah
> bagi saya untuk memiliki ideal tanpa-kekerasan? Apakah mengejar
> tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan? Ataukah mengejar
> tanpa-kekerasan itu sendiri sesungguhnya menghalangi pemahaman akan
> kekerasan? Bagaimana pun juga, saya hanya bisa memahami kekerasan bila,
> dengan seluruh batin saya, saya memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada
> masalah itu. Dan pada saat saya sepenuhnya memperhatikan dan memahami
> kekerasan, apa perlunya ideal tanpa-kekerasan? Saya rasa, mengejar ideal itu
> merupakan penghindaran, penundaan. Jika saya mau memahami kekerasan, saya
> harus memberikan seluruh batin saya kepadanya dan tidak membiarkan perhatian
> saya teralihkan oleh ideal tanpa-kekerasan.
>
>
>
> J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
> [Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]
===============================
> Semar:
>
>
>
> Kalau saya memikirkan ideal tanpa-kekerasan--sebagaimana diajarkan oleh
> agama-agama--maka saya tidak memperhatikan kekerasan dalam berbagi
> bentuknya --tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb--yang ada di dalam hati saya sendiri.
>
> Analoginya, kalau saya selalu memikirkan & mendengungkan cinta kasih, saya
> tidak memperhatikan & memahami ketidaksenangan & kebencian yang ada dalam hati saya.
===============
Kakang Semar ...
Saya kira apa yang Kakang sebut sebagai 'kekerasan' itu --
tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb-- bukanlah kekerasan. Itu bentuk-bentuk perasan, bentuk-bentuk emosi.
Dan ...pada sisi lain ahimsa
bukanlah hanya tanpa-kekerasan [yang diterjemahkan dari non-violent] itu melainkan tanpa-menyakiti yang dilandasi oleh kasih kepada sesama makhluk ---karena éling kalau pada hakekatnya kita sama. Makna aktif dari ahimsa justru adalah kasih.
Kalau pertanyaan yang ada adalah:
Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan? Jawabnya jelas TIDAK,terlepas dari apa yang dimaksud oleh mendiang JK dengan 'mengejar' itu --sebab ahimsa lebih merupakan sikap mental, pasif, bukan tindakan aktif yang bisa dikejar-kejar. Bagaimana mungkin siapapun akan mengejar yang tidak lari,yang bukan untuk dikejar:-)
Shanti,
NA.
=================================
HUDOYO:Pak Ngurah yg baik,
Bentuk-bentuk perasaan/emosi seperti tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb ADALAH
kekerasan;
kekerasan di dalam batin, yang menjadi
sumber kekerasan dalam dunia. Bahkan
cinta kasih, selama
bersumber dari si aku, adalah sebentuk
kekerasan yang amat halus, karena
cinta kasih si aku selalu
memilah-milah antara
“yang dikasihi” dan
“yang tidak dikasihi”, seperti:
“Saya mengasihi anakku, tapi tidak mengasihi anak orang lain.” –
Pada dasarnya, si aku itulah sumber kekerasan yang paling dalam.
Terima kasih atas
pendapat Anda bahwa landasan Ahimsa adalah Kasih.
Menurut hemat saya, baik
“ahimsa” maupun
“kasih” adalah
IDEALISME—suatu keadaan yang dicita-citakan, yang harus dicapai.
Justru itulah yang dipertanyakan oleh Krishnamurti. K mempertanyakan,
apakah idealisme akan mengadakan perubahan radikal dalam batin? K berpendapat bahwa idealisme hanya
“… membuat kita bisa menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian menghindari perubahan yang radikal, segera.” –
Ahimsa tidak lebih dari sekadar
idealisme—seperti ajaran-ajaran lain dari
agama—kalau orang
mau mengakui bahwa
dalam batinnya sekarang ini
tidak ada ahimsa.
Tanpa mempermasalahkan secara
harfiah kata
“mengejar”—yang berasal dari kata
“pursue”—kata itu bisa berarti
“mengupayakan”,
“mengusahakan”. (Terima kasih Anda telah mengangkat masalah ini; dalam edisi selanjutnya penerbitan
The Book of Life, kata “mengejar” akan saya ganti dalam:
“Apakah mengupayakan tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan?”)
Jelas yang dimaksudkan K dengan
“pursue non-violence” adalah
“mengupayakan tanpa-kekerasan”, suatu
idealisme. Justru inilah yang
dipersoalkan K,
idealisme dalam
bentuk apa pun, termasuk idealisme tentang
Cinta Kasih, sebagaimana diajarkan dalam
semua agama, termasuk
agama Buddha sendiri.
K berpendapat bahwa
selama orang tidak mencurahkan perhatian sepenuhnya pada kebencian & kekerasan dalam batinnya sendiri—dengan kata lain,
selama ia tidak mengamati dengan cermat gerak-gerik akunya sendiri—maka
tidak mungkin ia bebas dari
kebencian & kekerasan dalam batinnya—yang tidak tercetus dalam perbuatan—sekalipun ia memiliki
idealisme tentang
tanpa-kekerasan dan
cinta kasih setinggi apa pun.
Idealisme hanya menunda tindakan radikal yang diperlukan dalam
menghadapi kebencian & kekerasan dalam batin sendiri, karena
idealisme menghalangi kita untuk
melihat batin kita sendiri seperti apa adanya, yang masih
memiliki kekerasan, sehalus apa pun.
Begitu pendapat saya. Silakan Pak Ngurah menyimak kembali seluruh kata-kata K di atas dengan polos. Terima kasih.
Salam,
Hudoyo
PS: seperti biasa mohon tanggapan ini dimuat dalam milis-milis yang tidak saya langgani yang Anda kirimi posting Anda. Terima kasih.