nah lo uda pada ngerti masa vassa kaga ?
saya ga ngerti ngarti nya cumen kalo masa vassa bhikhu menetap utk bermeditasi intensive .. begono duang ....
ayo2 di jelaskan
Pada zaman kehidupan Sang Buddha, para bhikkhu sangat bersemangat dalam membabarkan Dhamma. Para bhikkhu mengadakan perjalanan ke berbagai pelosok wilayah. Meski perubahan cuaca dan musim terjadi, para bhikkhu tetap giat melakukan perjalanannya. Hal ini ternyata menimbulkan kritikan dari umat awam. Karena dalam perjalanan para bhikkhu secara tidak sengaja menginjak tunas-tunas muda dan rumput-rumput, sehingga mengakibatkan hewan-hewan kecil mati.
Sang Buddha menanggapi kiritkan tersebut. Dengan kebijaksanaan-Nya, Sang Buddha mengambil keputusan untuk memberikan waktu istirahat di musim hujan (vassa) bagi para bhikkhu. Sang Buddha bersabda :
“Oh para bhikkhu, terdapat dua masa untuk memasuki masa vassa, yang awal dan yang berikutnya, yang awal dimulai sehari setelah purnama di Bulan Asalha dan yang berikutnya dimulai sebulan setelah purnama di Bulan Asalha. Itulah dua periode untuk memulai masa vassa.”
Para bhikkhu menjalani vassa selama tiga bulan. Selama masa vassa, para bhikkhu tinggal di pondok atau kediaman dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup. Para bhikkhu dilarang untuk tinggal di dalam peti mati. Selain itu selama masa vassa, bhikkhu yang berada di hutan dilarang berdiam di bawah payung atau di bawah tenda, di dalam pohon ataupun di atas pohon. Kemudian para bhikkhu mempersiapkan masa vassa dengan membagi tempat tinggal yang sesuai bagi semua bhikkhu.
Selama masa vassa, para bhikkhu tidak boleh meninggalkan tempat selama lebih dari tujuh hari (Sattaha Karaniya – tujuh hari untuk apa yang harus dikerjakan). Jika melanggar, maka vassa bhikkhu tersebut dinyatakan gagal. Sang Buddha memberikan pengecualian untuk hal ini, dengan mengizinkan bhikkhu untuk meninggalkan tempat vassa bila :
1) Mengunjungi orangtua atau bhikkhu lain yang sakit.
2) Mencegah bhikkhu lain yang ingin lepas jubah.
3) Mencari bahan-bahan untuk memperbaiki vihara atau kediaman vassa yang rusak.
4) Memberikan bantuan kepada orang lain yang ingin meningkatkan perbuatan baik.
Sang Buddha juga memaklumi bila ada sejumlah rintangan yang menghalangi para bhikkhu dalam menjalani masa vassa. Jika hal ini terjadi, maka bhikkhu yang bersangkutan tidak dinyatakan gagal, sehingga bhikkhu tersebut tidak jatuh dalam Apati. Adapun beberapa rintangan yang dapat menghalangi masa vassa seorang bhikkhu, seperti yang tertulis di Kitab Suci Tipitaka sebagai berikut :
1) Para bhikkhu diganggu oleh hewan yang berbahaya, orang jahat atau makhluk peta.
2) Vihara atau kediaman vassa para bhikkhu tersebut terbakar, hanyut atau runtuh.
3) Umat awam mengalami musibah sehingga para bhikkhu sulit atau tidak bisa berpindapata.
4) Para bhikkhu kurang mendapat makanan dan obat-obatan. Jika para bhikkhu masih bisa bertahan, maka mereka harus bertahan. Namun jika para bhikhhu sudah tidak lagi dapat bertahan, maka mereka boleh meninggalkan tempat kediaman vassa tersebut.
5) Para bhikkhu boleh pergi meninggalkan tempat vassa tersebut bila selama masa itu, beliau tergoda oleh hal-hal duniawi yang berada di dekat kediaman vassa. Untuk mencegah diri dari pikiran dan perbuatan yang tidak baik, bhikkhu yang bersangkutan boleh meninggalkan tempat tersebut.
6) Bila ada perpecahan dalam sangha, bhikkhu yang bersangkutan boleh pergi dari kediaman vassa tersebut, untuk menghindari konflik yang berkepanjangan.
[at] Bro Hendra
Sorry kalau OOT.