Setahu saya di Shurangama Sutra, Brahma Sutra, dan Lankavatara Sutra (Mahyana) tidak ada larangan, tapi cuma disarankan. Di Tipitaka juga tidak ada larangan, tapi juga tidak ada anjuran.
Biasanya argumentasi yang muncul :
Buddha makan daging (terjemahan Pali), Buddha tidak makan daging (terjemahan Pali salah), Vegetarian lebih berwelasasih daripada pemakan daging (belum tentu), Pemakan bebas lebih seimbang batinnya dari vegetarian (belum tentu), vegetarian mengurangi pembunuhan tidak langsung (belum tentu), makan daging sama dengan membunuh (salah tidak sama), di Sutra anu ada larangan (di mana? setahu saya cuma saran), di Tipitaka bagi umat awam tidak larangan (memang, tapi tidak ada anjuran juga), vegetarian lebih sehat dari pemakan daging (belum tentu), Bhikkhu tidak boleh makan daging (diajukan oleh Devadatta, ditolak Buddha, kalau Bhikkhu memang tidak boleh makan daging tertentu yaitu daging manusia, kuda, gajah, anjing/serigala dll, dan tidak boleh makan daging yang dilihat, didengar, dan diketahui sengaja dibunuh untuk dimakan Bhikkhu tersebut). Terus ujung-ujungnya bawa-bawa vinaya masing-masing dan akhirnya ribut aliran ini lebih benar dari yang lain.
Kalau saya sih biasanya makan yang ada aja, kalau adanya cuma sayur, makan, kalau adanya daging juga makan. Tapi jeleknya sih kalau ditawarin sayur di Vihara lebih senang beli nasi campur di luar
, ngga tau kenapa ga bisa makan di Vihara, kalau di rumah biasa makan seadanya.