//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Hukuman Mati menurut Buddhisme  (Read 3431 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Hukuman Mati menurut Buddhisme
« on: 10 November 2008, 02:51:47 PM »
Alow2...

Akhir2 ni kan lagi hot tuh eksekusi trio bom bali...
So, gimana pandangan Buddhisme tentang hal ini? Adakah dibahas dalam sutta?
Gw kasian ma tukang eksekusinya, jadinya terpaksa ngebunuh. Karmanya gemana tuh... Yah, memang mungkin tidak dilandasi dengan pikiran benci ketika melakukan, tapi yah tetep aja karmanya jalan...

Thanks...
 _/\_

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #1 on: 10 November 2008, 02:55:50 PM »
Ibarat tukang jagal babi...
Apakah hal tersebut merupakan pilihan,
atau hal tersebut merupakan vipaka...

Ibarat seekor harimau...
Apakah hal tersebut merupakan pilihan,
atau hal tersebut merupakan vipaka...

Offline Gunawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 374
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
  • Siswa Berbaju Putih
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #2 on: 10 November 2008, 03:06:48 PM »
Namo Buddhaya,

Kehendaklah atau Cetana yang di Namakan Kamma.
Si Pengeksekusi hanya menjalankan perintah dari atasan.
Si Atasan hanya mengikuti Hukum Negara Yang Berlaku.

Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Gunawan S S
Yo kho Vakkali dhamma? passati so ma? passati; yo ma? passati so dhamma? passati.
Dhammañhi, vakkali, passanto ma? passati; ma? passanto dhamma? passati"

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #3 on: 10 November 2008, 03:15:51 PM »
Tambadathika
(Seorang penjagal istana)

Tambadathika mengabdi kepada raja sebagai penjagal para pencuri selama lima puluh tahun dan ia baru saja pensiun dari pekerjaannya. Suatu hari, setelag mempersiapkan bubur nasi dirumahnya, ia pergi ke sungai untuk mandi. Ia mempersiapkan bubur nasi itu untuk dimakannya setelah kembali dari sungai.

Pada waktu tambadathika mengambil bubur nasi, Sariputta Thera yang baru saja bangun dari meditasi Jhanna Samapatti, berada di muka pintu rumahnya. Pada saat tambadathika melihat Sariputta Thera, tambadathika berpikir, “Meskipun salah hidupku saya telah menghukum mati para pencuri. Sekarang saya harus mempersembahkan makanan ini kepada bhikkhu itu.” Kemudian ia mengundang Sariputta Thera untuk datang ke rumahnya dan dengan hormat mempersembahkan bubur nasi tersebut.

Setelah bersantap Sariputta Thera mengajarkan Dhamma kepadanya, tetapi tambadathika tidak dapat memperhatikan, sebab ia begitu gelias mengingat masa lalunya sebagai seorang penjagal. Ketika Sariputta Thera mengetahuihal ini, ia memutuskan untuk menanyakan dengan bijaksana apakah ia membunuh pencuri ats kehendaknya atau ia  diperintahkan untuk melakukan hal itu. Tambadathika menjawb bahwa ia duperintahkan raja untuk membunuh mereka dan ia tidak berniat untuk membunuh. Kemudian Sariputta Thera bertanya, “Jika demikian, apakah kamu bersalah atau tidak?” Tambaddathika menyimpulkan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas perbuatan jahat tersebut, ia tidak bersalah.

Oleh karena itu ia menjadi tenang dan meminta kepada Sariputta Thera untuk meneruskan penjelasannya. Dengan mendengarkan Dhamma penuh perhatian, ia hampir mencapai tingkat kesucian sotapatti, ia hanya mencapai anulomaññana. Setelah kotbah Dhamma berakhir. Tabadathika menyertai perjalanan Sariputta Thera sampai  jarak tertentu, dan kemudian ia pulang kembali ke rumahnya.

Pada perjalanan pulang seekor sapi (sebenarnya setan yang menyamar sebagai sapi)
menyeruduknya sehingga ia meninggal dunia. Ketika Sang Buddha berada dalam pertemuan bhikkhu pada sore hari, para bhikhhu memberitahu beliau perihal kematian tambadathika. Ketika ditanya kemana tambadathika dilahirkan kembali. Sang Buddha berkata kepada mereka bahwa meskipun tambadathika telah melakukan perbuatan jahat sepanjang hidupnya, karena memahami Dhamma setelah mendengarkannya dari Sariputta Thera, ia telah mencapai anulomaññana sebelum meninggal dunia. Ia dilahirkan kembali di alam sorga Tusita.

Para bhikkhu sangat heran bagaimana mungkin sesorang yang melakukan perbuatan jahat sepeti itu dapat memperoleh pahala demikian besar setelah mendengarkan Dhamma hanya sekali. Kepada mereka, Sang Buddha berkata, “Daripada suatu penjelasan panjang yang tanpa makna, lebih baik satu kata yang mengandung pengertian dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar.”

“Daripada seribu kata yang tak berari, adalah lebih baik sepatah kata yang
bermanfaat, yang dapat membeerikan kedamaian kepada pendengarnya”

Dhammapada 100

Catatan : saya pernah baca anulomannana dikatakan pasti menjadi sotapanna dalam kehidupan berikutnya.
« Last Edit: 10 November 2008, 03:18:54 PM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #4 on: 10 November 2008, 03:38:28 PM »
Setau saya di Buddhis itu sangat menghargai setiap kehidupan sampai ke yang sekecil2nya bisa dilihat oleh mata telanjang
Jadi rasanya hukuman mati pantang kali buat Buddhism
entah deh kalo di negara yang mayoritas Buddhis
apakah juga memang tak ada hukuman mati yang di berlakukan ?

Lahh.. wong ga dimatiin aja, lama-lama kalo baterainya abis juga makhluk hidup yah pasti akan mengalami kematian koq..

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #5 on: 10 November 2008, 03:49:33 PM »
Dari Milinda Panha (Theravada) :

35. 'Venerable Nâgasena, the Blessed One said:

"Doing no injury to any one
Dwell full of love and kindness in the world 1."

And on the other hand he said: "Punish him who deserves punishment 2, favour him who is worthy of favour." [185] Now punishment, Nâgasena, means the cutting off of hands or feet, flogging 3, casting into bonds, torture 4, execution, degradation in rank 5.

p. 255

[paragraph continues] Such a saying is therefore not worthy of the Blessed One, and he ought not to have made use of it. For if the first injunction be right then this must be wrong, and if this be right then the injunction to do no injury to any one, but to dwell full of love and kindness in the world, must be wrong. This too is a double-edged problem now put to you, and you have to solve it.'

36. 'The Blessed One, great king, gave both the commands you quote. As to the first, to do no injury to any one, but to live full of love and kindness in the world--that is a doctrine approved by all the Buddhas. And that verse is an injunction, an unfolding of the Dhamma, for the Dhamma has as its characteristic that it works no ill. And the saying is thus in thorough accord with it. But as to the second command you quote that is a special use of terms [which you have misunderstood. The real meaning of them is: "Subdue that which ought to be subdued, strive after, cultivate, favour what is worthy of effort, cultivation, and approval"]. The proud heart, great king, is to be subdued, and the lowly heart cultivated--the wicked heart to be subdued, and the good heart to be cultivated--carelessness of thought is to. be subdued, and exactness of thought to be cultivated--[186] he who is given over to wrong views is to be subdued, and he who has attained to right views is to be cultivated--he who is not noble 1 is to be subdued, and the noble one is

p. 256

to be cultivated--the robber 1 is to be subdued, and the honest brother is to be cultivated.'

37. 'Let that be so, Nâgasena. But now, in that last word of yours, you have put yourself into my power, you have come round to the sense in which I put my question. For how, venerable Nâgasena, is the robber to be subdued by him who sets to work to subdue him?'

'Thus, great king--if deserving of rebuke let him be rebuked, if of a fine let him be fined, if of banishment let him be banished, if of death let him be put to death.'

'Is then, Nâgasena, the execution of robbers part of the doctrine laid down by the Tathâgatas?'

'Certainly not, O king.'

'Then why have the Tathâgatas laid down that the robber is to be taught better?'

'Whosoever, great king, may be put to death, he does not suffer execution by reason of the opinion put forth by the Tathâgatas. He suffers by reason of what he himself has done. But notwithstanding that the doctrine of the Dhamma has been taught (by the Buddhas) 2, would it be possible, great king, for a man who had done nothing wrong, and was walking innocently along the streets, to be seized and put to death by any wise person?'

'Certainly not.'

http://www.sacred-texts.com/bud/sbe35/sbe3514.htm
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #6 on: 10 November 2008, 05:54:58 PM »
Well, kayanya penjelasan dari bro Karuna cukup menjawab...
Thanks very much....

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #7 on: 10 November 2008, 06:09:43 PM »
Nagasena SAIKOU~!

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Hukuman Mati menurut Buddhisme
« Reply #8 on: 10 November 2008, 10:39:15 PM »
Anumodana.. Ebat euy om karuna  ^:)^
Satu hal yg rada menggelikan, di cerita2 buddhisme selalu oknumnya yg sering disalahin itu bukan 'kambing hitam' tapi 'sapi hitam' ya hueheuhe..  ^-^

mettacitena
_/\_
appamadena sampadetha

 

anything