Tulisan hanyalah tulisan, teori hanyalah teori. Siapapun membahas teori, dari Bhikkhu paling senior sampai umat agama lain sekalipun, tidak masalah. Jika benar, adalah benar, salah adalah salah, terlepas omongnya pakai halus atau kasar. Bahaslah materinya, tidak perlu dibiaskan dengan 'siapa yang mengatakannya' atau 'bagaimana cara mengatakannya.'
Sementara, praktik dhamma itu selalu kembali ke diri sendiri, bukan untuk menghakimi orang lain. Jika seseorang belajar dan praktik dhamma dengan benar, maka ketika melihat 'posting itu tidak menyenangkan', maka seharusnya ia peka dan mengarahkan perhatian pada 'mengapa ketidak-senangan itu mencul dalam diri saya?' Sebaliknya orang yang tidak praktik, cenderung untuk tidak perhatian dan menghakimi, 'orang tersebut seharusnya [begini-begitu-yang sesuai dengan keinginan saya, yang menyenangkan untuk saya lihat].'
Dhamma selalu kembali pada bathin masing-masing untuk dipahami. Silahkan menilai sendiri apa yang muncul dalam bathin kita, bukan menebak bathin orang lain berdasarkan perasaan kita.