walahh bagaimana tuh caranya
ntar adanya makannya berantakan meditasinya pun berantakan lagi
Untuk meditasi samatha (pengembangan konsentrasi), memang biasanya dilakukan saat meditasi duduk, lalu fokus ke satu objek misalnya nafas.
Tapi untuk meditasi vipassana (pengembangan perhatian) bisa dilakukan kapan saja, dalam posisi apapun juga. Apapun yang paling kentara, apakah itu pikiran, perasaan, atau sentuhan, itulah yang diperhatikan.
Untuk melatihnya, anda bisa mencoba melakukan satu hal di satu waktu. Kebanyakan kita melakukan banyak hal berbarengan. Misalnya, makan sambil baca buku. Makan sambil nonton. Kerja sambil chatting, dst. Saat itu pikiran terpencar, pikiran begitu reaktif, dan perhatian lemah. Jadi belajarlah melakukan satu hal di satu waktu, lama kelamaan perhatian semakin baik.
3. Kesadaran jernih
4. ‘Kemudian, seorang bhikkhu, ketika berjalan maju atau mundur, sadar jernih atas apa yang sedang ia lakukan,[23] dalam melihat ke depan atau ke belakang, ia sadar jernih atas apa yang sedang ia lakukan, dalam menunduk dan menegakkan badan, ia sadar jernih atas apa yang sedang ia lakukan, dalam membawa jubah dalam dan luarnya dan mangkuknya, ia sadar atas apa yang sedang ia lakukan, dalam makan, minum, mengunyah, dan menelan, ia sadar jernih atas apa yang sedang ia lakukan, dalam buang air besar atau buang air kecil, ia sadar jernih atas apa yang sedang ia lakukan, dalam berjalan, berdiri, duduk, tertidur, dan bangun dari tidur, dalam berbicara atau berdiam diri, ia sadar jernih atas apa yang sedang ia lakukan.’ [293]
‘Demikianlah ia berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani secara internal, secara eksternal, dan secara internal maupun eksternal .... Dan ia berdiam tanpa bergantung, tidak melekat pada apa pun di dunia ini. Dan itu, para bhikkhu, adalah bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani.’
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_22:_Mahasatipatthana_Sutta#3._Kesadaran_jernih
btw kk Asia,, boleh minta saran/pendapat gag?
wa hobi main musik, wa suka dengerin dhamma, wa suka menjadi buddhis.
gw takut klw kehidupan ini berakhir, dikehidupan berikutny nda bsa berjodoh am buddhis lg,, kita" bagusan kk suggest saya ngapain ? mksudny biar menghilangkan rasa takut gw gtu .. hmm
Menurut saya,
pertama, jalinlah jodoh yang baik dengan teman-teman yang baik. Saya percaya, kedekatan kita dengan orang-orang yang baik, memungkinkan kita untuk dekat dengan mereka lagi di kehidupan yang akan datang. Bertemanlah dengan:
1. teman yang berusaha menaati 5 sila. Ini universal ya, tidak harus seorang buddhis, dan
2. teman yang bijaksana dalam hal pemahamannya akan Dhamma. Diskusilah dengannya, lakukan hal-hal baik bersama-sama.
Kedua, praktikkanlah Jalan Mulia. Sang Buddha telah membabarkan Dhamma yang begitu indah. Pelajari, praktikkanlah, pahamilah. Bahkan jika di kehidupan yang akan datang nanti, mungkin ajaran Buddha sudah tidak terdengar lagi, tapi apa yang sudah anda praktikkan dan pahami tetap akan menjadi bagian dari dirimu.
Dulu waktu masih kecil, papa saya bertanya ke saya dan saudara saya: "Ini ada permen, tapi hanya satu. Siapa yang mau? atau, adakah yang ingin merelakan permen ini untuk saudaranya?" Waktu itu saya masih kecil, tapi entah bagaimana saat itu saya mampu memperhatikan pikiran saya. Saya tau, saya ingin permen itu. Saya tau, papa sedang menguji kami. Dan saya tau, saya lebih mementingkan permen itu daripada lolos ujian
Saat itu, saya sudah memperhatikan pikiran saya padahal saya sama sekali belum pernah membaca tentang meditasi vipassana. Dan ketika 2 tahun lalu, saya mulai mempelajari Mahasatipatthana Sutta, saya merasakan suatu kebahagiaan, seperti cocok dan pas, ini yang saya mau
Jadi, praktikkanlah Jalan Mulia, bahkan jika kelak anda tidak mendengar teori Dhamma, tapi kecenderunganmu selaras dengan Dhamma.