//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cerita Pohon Apel  (Read 3667 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Cerita Pohon Apel
« on: 17 March 2009, 04:26:01 PM »
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu . Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap hari nya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih . "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang.... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang . "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal . Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel.. "Aku sedih ," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang.. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat ," kata pohon apel. "Sekarang , aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
 

Pohon apel itu adalah orang tua kita .
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.


Semoga Semua Makhluk Berbahagia,
Elin

Offline Hendi Wijaya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 452
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya...
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #1 on: 17 March 2009, 04:35:59 PM »
 :| :( :'(

walopun udah pernah baca,tadi lupa lg bagian bwhnya...jadi baca ulang
betul" menyentuh perasaan...

 :'( :'( :'(

"Persiapan terbaik untuk hari esok adalah dengan menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik"

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #2 on: 18 March 2009, 08:09:03 AM »
ya... sis elin.
buat (budaya) orang timur kadang-kadang bahasa yang terbuka (verbal) susah untuk diungkapkan.
tetapi lebih baik klo bisa (saat ada moment yang tepat) dimulai untuk membiasakan menyatakan.
seperti juga tindakan teman-teman yang baksos (kapan yah aku bisa ikut?  ;D)

kutipan :
Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.
« Last Edit: 18 March 2009, 08:11:12 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #3 on: 18 March 2009, 01:38:14 PM »
nice ..

hrs lebih berbakti pd orang tua nih .. thanks  :)
thanks Buddha...

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #4 on: 18 March 2009, 03:03:08 PM »
Semoga kita semua bisa berbakti & membahagiakan orang tua kita..

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #5 on: 18 March 2009, 04:07:19 PM »
Waktu saya ikutan baksos ke salah satu panti verda (jompo/manula) di jakarta
Ada kisah yang mengharukan saya pribadi
Sebab salah seorang ibu yang sedang duduk di kursi roda menoleh ke arah saya dengan ekspresi wajah gembira tadinya, tapi kemudian dia terduduk lesu kembali
Saat aku menghampirinya, iapun baru mengatakan, bahwa sosok aku mirip sekali dengan anaknya
Seketika aku terkesiap tidak mampu berbuat banyak
Dia selalu berharap anaknya akan datang mengunjunginya
Ternyata memanglah benar demikian adanya
Bahwa setiap penghuni panti jompo itu setiap hari dalam keseharian mereka, selalu menatap ke arah pintu
Mengapa demikian ? Karena mereka berharap keluarga atau kerabatnya akan mengunjunginya..
Betapa hidup mereka seperti sendirian yang hanya di makan usia
Tampaknya mereka butuh sekali sosialisasi dengan siapa saja
Ingin diperhatikan, kadang kembali kemanjaan seperti anak kecilpun terlihat di sela2 pembicaraan kami
Kasihan ya ? Akupun jadi merenung, saat usia senjaku menanti esok
Ahh.. rasanya tak sanggup aku bayangkan
Saat berpisah terlihat sekali ia berberat hati melepasku, air mata mengalir dari pelupuk matanya sembari memegang pundakku
Diapun berkata, berkunjung lagi kesini yah selagi sempat
Akupun saat itu mengiyakan
Namun sampai saat ini, aku masih belum kembali lagi mengunjunginya
Nama pantinyapun kini aku sudah lupa
Waktu itu hanya ikutan acara teman2 vihara saja, tinggal naik mobil rame2 konvoi terus tinggak duduk dan enjoy baksos
Maafkan aku .. aku hanya bisa berharap, semoga anakmu yang sejati itu cepat datang mengunjungimu




Offline Hendi Wijaya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 452
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Namo Buddhaya...
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #6 on: 18 March 2009, 04:21:45 PM »
waduh...nangis balek gw karena postinganya bro lokkhi  :'(

untung saya sangat sayang my parents...  :)

 _/\_
"Persiapan terbaik untuk hari esok adalah dengan menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan baik"

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #7 on: 18 March 2009, 04:32:21 PM »
Sayangi mereka selagi ada, selama masih ada waktu dan sebelum terlambat..

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #8 on: 18 March 2009, 04:43:35 PM »
waduh...nangis balek gw karena postinganya bro lokkhi  :'(

samaa brooo... Elin juga.. krn lg di kantor, jadi nya harus ditahan2 nih gak enak ama temen kantor klo sampai terisak2...

Sayangi mereka selagi ada, selama masih ada waktu dan sebelum terlambat..

se7... nangis2 darah penyesalan tdk memperhatikan ortu stlh mereka 'tiada', gak ada guna nya!!!
mari kita sama2 rubah sikap kita kpd ortu mulai dari sekarang. Bukan besok, lusa, minggu dpn / bulan depan...


Semoga Semua Makhluk Berbahagia,
Elin

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Cerita Pohon Apel
« Reply #9 on: 18 March 2009, 05:45:51 PM »
tambahan....
ingat-ingat bahwa kita juga pada suatu saat akan rapuh/tua seperti mereka (orang tua kita juga).

begitulah umumnya sifat manusia daging (duniawi) memiliki kebanggaan (keangkuhan) diri dengan kelekatannya sehingga tidak ingat bahwasannya juga pada suatu saat akan rapuh/tua seperti mereka (orang tua kita juga), sehingga bahkan bisa lupa memperhatikan atau mengabaikan orang tua sendiri. (saya sebut melakukan tindakan kekonyolan)
« Last Edit: 18 March 2009, 05:49:16 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!