kalau menurut saya, sesaji itu memang tradisi orang tionghoa, mungkin keturunan nya juga ya.
sebenarnya simple, memang tradisi itu dari ajaran nabi Khonghucu, karena kakao besar dilingkungan tridharma jd tahu sedikit.
pembakaran rumah2an, sesaji dll itu jaman dahulunya berasal dari pihak keluarga kerajaan, asal muasanya pun kakao ceritakan ya:
Dahulu kala, ada seorang raja yang yang sudah tua dan takut jika suatu hari akan mati... maka dipanggilnya satu persatu kabinetnya, mulai dari mentri dan para jendral, satu2 diberikan pertanyaan, bersediakah menemani sang Raja jika Raja Mangkat(meninggal) kelak? karena kesetiaanya terhadap sang Raja, hampir sebagian Mentri terutama pejabat2 setia menyatakan sanggup dan bersedia mati mendampingi sang Raja.
dan berita ini kemudian menyebar dari pihak Ibukota sampai kependuduk desa....
Suatu ketika seorang Biarawan Bijaksana mendengar Khabar tersebut, dan mengumpulkan informasi itu, dan ia berpikir jika semua pejabat setia ikut mati ketika sang Raja mangkat, maka Negri ini akan dipimpin oleh orang-orang yang tdk bertanggung jawab dan org2 licik, dan lambat laun ketentraman negripun akan hancur jika semua pejabat setia itu tiada.
akhirnya ia nekad menemui Sang Raja menuju Istana.
Raja menyambutnya, dan mulai bercerita akan ketakutannya ketika seseorang meninggal dunia.
Biarawan itu menjelaskan Proses kehidupan, dan menesehati Raja, jika semua pejabat ikut meninggal, maka negara akan hancur, dan rakyat akan sengsara.
Memikirkan perkataan Biarawan itu, akhirnya raja meminta petunjuk kepada Biarawan agar semua pejabat setia juga tdk menanggung malu mengingkari janjinya terhadap Raja dan negara, juga tdk ikut mati jika dirinya mati, bagaimana baiknya??
Biarawan itu punya usul memanggil kembali satu persatu pejabat setianya, lalu telah menyiapkan beberapa tukang pengrajin untuk membuat miniatur yang sama persis dengan pejabat itu(sehingga terciptalah orang2an kertas waktu itu). dan Raja menyambut baik ide itu, sehingga pejabatnya tdk perlu ikut meninggal bersamanya.dan setelah semua pejabat2 itu digambarkan dan dibentuk melalui bambu dan kertas, maka dibuat kan pula miniatur kerajaan dengan bahan bambu dan kertas juga mirip dengan kerajaan kala itu.
Para pejabat setiapun diberitahukan Raja bahwa jika dirinya mangkat, maka miniaturnyalah yang menemaninya kealam baka dengan cara dibakar, dan para pejabat merasa lega, karena bisa lepas dari kematian dan tdk melanggar sumpahnya.
Dan saat aja tersebut meninggal dunia, tampak diistana dengan menggenakan kain putih semua membawa rumah2an, orang2an, berjalan beriringan menuju areal pemakaman, (nah disini Rakyat melihat Bahwa jika orang meninggal harus membawa Rumah2an dan Orang-orangan, karena Rakyat enggan menanyakan nya dan menjadi tradisi sampai sekarang ).
lalu pihak kerajaan membakar semua org2an dan rumahan itu, Rakyatpun hanya melihat saja tampa bertanya apa maknanya, dan mulai mempelajarinya..
dari cerita diatas, maknanya adalah ketakutan raja kala itu, tapi rakyat melihat bahwa mungkin itu adalah tatacara mengurus orang meninggal,..sebenarnya tdk ada yang salah, sampai tradisi ini terbawa keindonesia.
sebenernya simple saja, kami org2 keturunan Tionghoa tradisi spt ini memang ada sejak dahulu dan kami hanya bisa mengikutinya saja, logikanya begini, jika orangtua meninggal, trus anak2nya tdk ada yang mengadakan ritual sesaji atau membeli rumah2an, dan tetangga yang datang akan menjugde, bahwa anak2nya tdk berbakti, anak2nya mungkin sdh pindah agama, atau anak2nya memang sengaja atau pelit mengeluarkan uang(itu pola pikir langsung tetangga, karena yg diketahui mereka kan itu tradisi turun temurun), trus anaknya beragama Buddha menjelaskan, bahwa kita nggak usah sembahyang pakai ini dan itu, cukup buah saja, dan tdk perlu pakai rumah2an,dan bilang tiada manfaat,(memang benar lbh bermanfaat uang itu didanakan) tapi pandangan tetangga kita selum tentu mereka itu Buddhis semua apalagi generasi yang tua-tua, kalau kakao pribadi, kakao lebih memilih akan keluar uang beli semua sesajen dan rumah2an sebagaimana layaknya org2 atau tetangga2 lakukan, demi apa, demi menjaga kehormatan keluarga.itu aja. seperti nabi khonghucu pernah berkata : " Bukan kambing, ayam dan ikan serta harta yang disayangkan, tetapi Tradisi dan ritualnya yang disayangkan" maksud Nabi disini adalah Tradisi akan menghilang, makna sebenarnya adakan upacara perkabungan adalah temu keluarga, sesibuk apapun, dimanapun, ketika org tua meninggal, hendaknya melihat dan memberikan penghormatan terakhirnya dan mengebumikannya layaknya mengebumikan manusia.inilah yang disayangkan oleh nabi, tradisi akan tergantikan dan nanti generasi berikutnya tdk akan mengingat dan tahu bagaimana caranya..