Seseorang berbuat baik apakah karmanya yang lampau yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan itu?
Seperti berdana, membantu orang yang sedang membutuhkan, dll sebagai contohnya. Bila Ia apakah berlaku juga dengan sebaliknya orang berbuat buruk didorong oleh karma lampaunya?
saya tidak tahu, tapi lebih konstruktif apabila anda menganggap semuanya ditentukan oleh niat yg dimiliki saat ini dan tidak perlu menebak2 karma yg lampau. output (kue / perbuatan) tidak sepenuhnya tergantung input (peralatan masak / karma).
The law of karma
Dari buku "Opening the Door of Your Heart"
Ajahn Brahm
Kebanyakan orang Barat salah mengerti tentang hukum karma.
Secara keliru mereka beranggapan bahwa hukum karma adalah
fatalisme (doktrin yang beranggapan bahwa semua sudah
ditentukan oleh takdir dan tak bisa dirubah), dimana
seseorang ditakdirkan untuk menderita atas kejahatan yang
tak diketahui pada kehidupan lampau yang telah terlupakan.
Itu tidaklah benar, seperti yang akan diceritakan berikut ini.
Dua orang wanita membuat kue.
Wanita pertama memiliki bahan-bahan yang menyedihkan. Tepung
putih tua yang sudah berlumut, sehingga gumpalan-gumpalan
hijaunya harus dibuangi terlebih dahulu. Mentega yang
diperkaya kolesterol yang sudah agak masam. Dia harus
menyisihkan bongkahan-bongkahan berwarna coklat dari gula
pasirnya (karena seseorang memakai sendok bekas mengaduk
kopi) dan satu-satunya buah yang dipakainya adalah kismis
purba, sekeras uranium bekas. Dan dapurnya bergaya
"pra-perang dunia". Adapun mengenai perang dunia yang mana
masih perlu diselidiki lebih lanjut.
Wanita kedua memiliki bahan-bahan terbaik. Tepung
whole-wheat hasil cocok tanam organik, dijamin bukan hasil
rekayasa genetik. Dia mempunyai margarine bebas kolesterol,
gula pasir dan buah-buahan segar langsung dari kebun
sendiri. Dan dapurnya adalah dapur paling mutakhir, dengan
segala peralatan super modern.
Wanita yang manakah yang membuat kue yang paling enak?
Seringkali bukan orang yang memiliki bahan-bahan terbaik
yang bisa membuat kue terbaik, namun ini merupakan masalah
ketrampilan membikin kue daripada sekadar bahan-bahannya.
Kadang-kadang orang dengan bahan-bahan yang menyedihkan
mengerahkan segala usaha, perhatian dan cintanya untuk
memanggang kuenya sehingga menghasilkan kue yang lezat.
Itulah yang kita lakukan dengan bahan-bahan yang ada.
Saya mempunyai beberapa teman yang memiliki "bahan-bahan"
yang menyedihkan dalam hidupnya: mereka lahir dalam
kemiskinan, korban kekerasan terhadap anak, tidak pintar di
sekolah, mungkin cacat dan tidak atletis. Tapi beberapa
karakteristik yang dimilikinya "dipanggang" dengan begitu
baik, sehingga menghasilkan kue yang begitu mengagumkan.
Saya sangat mengagumi mereka. Dapatkah anda mengenali
orang-orang seperti itu?
Saya juga mempunyai beberapa teman yang memiliki bahan-bahan
terbaik untuk mengisi hidup mereka. Keluarga yang
berkecukupan dan saling mencinta, mereka cerdas di
sekolahan, berbakat dalam olahraga, berpenampilan menarik
dan populer, namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan
obat-obatan terlarang atau alkohol. Dapatkah anda mengenali
orang-orang seperti itu?
Setengah dari karma adalah bahan-bahan yang kita miliki.
Setengah sisanya, bagian yang paling menentukan, adalah apa
yang kita lakukan dengan bahan-bahan tersebut dalam hidup ini.