//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Dhammapada  (Read 4561 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Dhammapada
« on: 30 July 2009, 09:39:07 AM »
Sebagian kutipan cerita Dhammapada Attakhata syair 2

Brahmana Adinnapubbaka mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makanan. Selesai makan, ia bertanya, "Bhante, apakah seseorang dapat, atau tidak dapat, terlahir di alam surga; hanya karena berkeyakinan terhadap Buddha tanpa berdana dan tanpa melaksanakan moral (sila)?"

Sang Buddha tersenyum mendengar pertanyaan itu. Kemudian Beliau memanggil dewa Matthakundali agar menampakkan dirinya. Matthakundali segera menampakkan diri, tubuhnya dihiasi dengan perhiasan surgawi, dan menceritakan kepada orang tua dan sanak keluarganya yang hadir, bagaimana ia dapat terlahir di alam surga Tavatimsa. Orang-orang yang memperhatikan dewa tersebut menjadi kagum, bahwa anak brahmana Adinnapubbaka mendapatkan kemuliaan hanya dengan keyakinan terhadap Sang Buddha.

Bro Kainyn, apakah arti yang saya bold merah ini menjelaskan bahwa hanya percaya saja dapat terlahir di alam berbahagia, atau ada penjelasan yang lainnya, karena menurut pribadi agak ganjil jika hanya percaya tanpa berbuat.

 _/\_



Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Dhammapada
« Reply #1 on: 30 July 2009, 09:49:00 AM »
ada beberapa point yg perlu kita pertimbangkan.
1. berkeyakinan itu merupakan perbuatan juga melalui pikiran.
2. konon katanya yg menentukan terbesar adalah disaat sebelum meninggal, kondisi pikirannya seperti apa.
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dhammapada
« Reply #2 on: 30 July 2009, 09:59:25 AM »
Menurut dhamma, kelahiran orang berikutnya ditentukan prioritas berikut:
-garuka kamma atau kamma berat yang pasti berbuah pada kehidupan berikut
-kamma kedekatan/menjelang ajal, yaitu pikiran yang muncul menjelang kematian
-kamma kebiasaan
-kamma "cadangan"

Dari kisah tersebut, sepertinya yang menentukan kelahiran di alam bahagia adalah kamma menjelang ajal, yang tentu saja didukung oleh kamma baik lainnya (walaupun orang bisa bahagia menjelang kematian, kalau tidak punya kamma baik yang mendukung terlahirnya di alam bahagia, maka tidak mungkin terjadi).

Begitu pula orang yang memiliki kamma baik yang banyak, namun jika menjelang kematian, pikiran buruk yang timbul (dan juga ada kamma buruk pendukung), bisa saja ia terlahir di alam menderita. Seperti misalnya Bhikkhu yang melekat pada jubahnya menjelang kematian dalam kisah Dhammapada 240.


Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Dhammapada
« Reply #3 on: 30 July 2009, 12:21:18 PM »
Sebagian kutipan cerita Dhammapada Attakhata syair 2

Brahmana Adinnapubbaka mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makanan. Selesai makan, ia bertanya, "Bhante, apakah seseorang dapat, atau tidak dapat, terlahir di alam surga; hanya karena berkeyakinan terhadap Buddha tanpa berdana dan tanpa melaksanakan moral (sila)?"

Sang Buddha tersenyum mendengar pertanyaan itu. Kemudian Beliau memanggil dewa Matthakundali agar menampakkan dirinya. Matthakundali segera menampakkan diri, tubuhnya dihiasi dengan perhiasan surgawi, dan menceritakan kepada orang tua dan sanak keluarganya yang hadir, bagaimana ia dapat terlahir di alam surga Tavatimsa. Orang-orang yang memperhatikan dewa tersebut menjadi kagum, bahwa anak brahmana Adinnapubbaka mendapatkan kemuliaan hanya dengan keyakinan terhadap Sang Buddha.

Bro Kainyn, apakah arti yang saya bold merah ini menjelaskan bahwa hanya percaya saja dapat terlahir di alam berbahagia, atau ada penjelasan yang lainnya, karena menurut pribadi agak ganjil jika hanya percaya tanpa berbuat.

 _/\_



kalau tidak salah, sesaat sebelum meninggal melihat cahaya yang di pancarkan Sangbuddha kan..
dari sinilah saddha-nya. melihat ke-agungan dari SangBuddha...

beda kalau tidak pernah ketemu buddha,ataupun mendengar ajaran-nya...
tiba-tiba disuruh ber-saddha pada buddha....yang ada pasti kebingungan.

sama saja kasusnya apabila ke Papua sana, dan suruh penduduk sana sesaat sebelum meninggal ber-saddha pada Buddha ^.^
kira-kira jadi nya kebingunan atau terjadi saddha?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Xcript

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 137
  • Reputasi: 8
Re: Dhammapada
« Reply #4 on: 24 August 2009, 01:49:01 PM »
Bukankah kepercayaan itu didapat setelah penyelidikan?
Sadha setelah Ehipassiko....
Jika tidak ada Ehipassiko, maka tidak akan muncul Sadha.
Saya melihat bahwa dewa tersebut telah berEhipassiko
baru kemudian berSadha.

Sering diceritakan bahwa Sang Buddha sering
mengajar di alam deva pada jam2 tertentu....
Dewa2 terlahir dengan cemerlang (tidak bodoh)
karena kamma baiknya, sehingga ia juga akan
mencerna dan membuktikan sendiri perkataan
dari Sang Buddha...

Coba diperhatikan... coba kita cerna lagi...
Karena semua yang diajarkan oleh guru Buddha
perlu dicerna baik-baik.
Kesembuhan itu datang dari obat yang sangat pahit