//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Arya Karniawan

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 [9] 10 11 12 13 14 15 16 ... 20
121
Buddhisme Awal / Apakah Sutta AN 5.166 adalah EBT?
« on: 21 December 2017, 10:15:56 PM »
Namo Buddhaya...  _/\_

Lagi nyari-nyari bahan nemu Sutta ini. https://suttacentral.net/id/an5.166 isinya kurang lebih bercerita ketika seseorang telah mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan, orang itu belum tentu arahant dan masih bisa terlahir kembali. Sutta ini punya pararel dengan Sutra agama https://suttacentral.net/id/ma22. Agak aneh aja sih... Yang sering gw baca, lenyapnya persepsi dan perasaan digambarkan sebagai keamanan bukan sementara https://suttacentral.net/id/an9.52 , Nibbana bukan sementara https://suttacentral.net/id/an9.47 , membutakan mata mara https://suttacentral.net/id/an9.39 dll masih banyak ( cari sendiri  ;D )

Di Sutta2 yang mendukung pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan sebagai Arahant selalu tertulis hal yang sama:

... Dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam lenyapnya persepsi dan perasaan, dan setelah melihat dengan kebijaksanaan, noda-nodanya sepenuhnya dihancurkan. ...

Namun di Sutta itu disebutkan:

... “Di sini, teman-teman, seorang bhikkhu yang sempurna dalam perilaku bermoral, konsentrasi, dan kebijaksanaan mungkin masuk dan keluar dari lenyapnya persepsi dan perasaan. Ada kemungkinan ini. Tetapi jika ia tidak mencapai pengetahuan akhir dalam kehidupan ini, setelah terlahir kembali di antara kelompok [para dewata] ciptaan-pikiran tertentu yang melampaui kumpulan para deva yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan, ia dapat masuk dan keluar [lagi] dari lenyapnya persepsi dan perasaan.]Tetapi jika ia tidak mencapai pengetahuan akhir dalam kehidupan ini, setelah terlahir kembali di antara kelompok [para dewata] ciptaan-pikiran tertentu yang melampaui kumpulan para deva yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan, ia dapat masuk dan keluar [lagi] dari lenyapnya persepsi dan perasaan. Ada kemungkinan ini.” ...

Apakah ada kemungkinan seseorang yang masuk ke pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan tidak melihat sebagaimana adanya, dengan persepsi dan perasaan yang lenyap, maka lenyap pula landasan penyebab ketagihan dan kelahiran kembali...  :-\

122
Theravada / Re: Adakah peluang mencapai Nibbana di zaman sekarang?
« on: 21 December 2017, 09:44:12 PM »
Sang Buddha lahir pada tahun 623 Sebelum Era Umum dan ada versi ke dua yang menyatakan 563 SEU
Sang Buddha hidup hingga 80 tahun, Parinibbana pada tahun 543 SEU atau versi ke dua = 483 SEU

Di Sutta dikatakan jika bhikkhuni tidak masuk Sangha maka kemurnian Dhamma Vinaya adalah 1.000 namun karena bhikkhuni ada di zaman Sang Buddha maka kemurnian Ajaran Buddha adalah 500 tahun. (Sang Buddha tidak mengatakan Dhamma akan lenyap; buktinya Empat Kesunyatan Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan masih utuh dengan sempurna hingga sekarang.)

Di Mahaparinibbana Sutta dikatakan selama Jalan Mulia Berunsur Delapan masih ada dan dipraktikkan, dunia ini tidak akan kosong dari Arahat (tidak mungkin tidak ada yang mencapai Arahat).

Kitab Komentar Ceylon menyatakan setelah Sang Buddha Parinibbana maka ada 1.000 tahun (456 Era Umum) untuk dapat mencapai Arahat 6 abhinna, 1.000 tahun (tahun 1456) arahat yang terbebaskan melalui kebijaksanaan, 1.000 tahun (tahun 2456) Anagami (tidak ada lagi Arahat); 1.000 tahun (tahun 3456) Sakadagami; 1.000 tahun (tahun 4456) Sotapanna.

Jika dihitung dari versi ke dua maka tinggal tambahkan 60 tahun, tetap saja di zaman sekarang tidak ada lagi Arahat, namun Anagami masih bisa dicapai dengan sisa 400 tahun lebih.

Namun versi Komentar Burma mengatakan bahwa setiap 500 tahun setelah Sang Buddha Parinibbana maka ada 500 tahun (45 SEU) untuk menjadi Arahat yang lengkap abhinna, 500 tahun  (456 Era Umum) untuk Arahat yang terbebaskan dengan kebijaksanaan, 500 tahun (tahun 956) Anagami (tidak ada lagi Arahat); 500 tahun (tahun 1456) Sakadagami; 500 tahun (tahun 1956) Sotapanna. Kemudian kembali lagi 500 tahun (tahun 2456) untuk menjadi Arahat yang lengkap abhinna, 500 tahun  (tahun 2956) untuk Arahat yang terbebaskan dengan kebijaksanaan, 500 tahun (tahun 3456) Anagami (tidak ada lagi Arahat); 500 tahun (tahun 3956) Sakadagami; 500 tahun (tahun 4456) Sotapanna.

Jika dilihat dari pernyataan kitab Komentar Burma, maka seharusnya tahun 1957 sudah ada Arahat. Namun, jika kita gunakan versi ke dua dari kelahiran Sang Buddha hingga Parinibbana maka kita akan mendapatkan tahun 2016 (ditambah 60).

Artinya kemunculan Arahat seharusnya sudah ada pada tahun 2016.

Kemungkinan yang bisa terjadi adalah:
1. Berdasarkan versi Sri Lanka maka yang pencapaian paling tinggi adalah Anagami
2. Berdarakan versi Burma maka Arahat masih memungkinkan hingga tahun 2956 (sekarang tahun 2017)
3. Versi Burma jika menggunakan tahun Sang Buddha Parinibbana adalalah 543 SEU maka seharusnya ada Arahat di tahun 1957 (60 tahun telah berlalu, tidak ada jejak kemunculan Arahat).
4. Namun jika kita gunakan versi Sang Buddha Parinibbana di tahun 483 SEU maka Arahat memungkinkan muncul di tahun 2016.

Jika kita lihat, kemungkinan nomor 4 cukup meyakinkan karena kita lihat di zaman ini banyak sekali yang meragukan pencapaian sotapanna karena tahun 2016 itu akhir pencapaian sotapanna atau mungkin beberapa tahun sebelum memang sudah agak kosong, atau dengan kata lain, 500 tahun sebelumnya dari tahun sekarang sebenarnya tidak ada sakadagami hingga anagami dan arahat, yang ada sotapanna dan setelah lewat lebih dari 250 tahun, sotapanna sudah mulai berkurang. Dan lagi, kita lihat perkembangan Buddhisme di tahun sekarang mulai maju, jadi kemungkinan nomor 4 cukup meyakinkan. Orang sekarang gencar mengahapal sutta banyak-banyak saking gencarnya mereka mengabaikan 4 Kesunyatan Mulia, lebih mementingkan di luar itu padahal, Ajaran Buddha cukup singkat, hanya Empat Kesunyatan Mulia. Inilah yang seharunya dikejar, dijadikan prioritas utama. Bukan berarti yang lainnya tidak penting, yang lainnya seharunya dijadikan sekunder. Empat Kesunyatan Mulia harus dijadikan prioritas untuk dipelajari, kemudian dipraktekkan.
Jika nomor 4 sesuai fakta maka seharusnya sudah ada Arahat yang memiliki 6 abhinna, 8 pencapaian atau mungkin bisa menunggu beberapa tahun lagi karena baru mulai masuk ERA ARAHAT!_/\_

Mo share salah satu Theragāthā favorit gw... :3

###

Thag 16.10 Pārāpariyattheragāthā

    Sewaktu sang petapa mempraktikkan jhāna,
    Duduk dalam keterasingan, terpusat,
    Di hutan yang penuh dengan bunga,
    Pemikiran ini muncul padanya:

    “Perilaku para bhikkhu
    Masa kini tampaknya berbeda
    Dengan ketika Sang Raja Dunia,
    Yang terbaik di antara manusia, masih ada.

    Jubah mereka hanya untuk menutupi bagian pribadi,
    Dan untuk melindungi dari dingin dan angin;
    Mereka makan secukupnya,
    Puas dengan apapun yang diberikan.

    Apakah halus atau kasar,
    Sedikit atau banyak,
    Mereka makan hanya sekedar untuk bertahan hidup,
    Tanpa serakah atau rakus.

    Mereka tidak sangat menginginkan
    Benda-benda kebutuhan hidup,
    Seperti tonik dan kebutuhan lainnya,
    Seperti mereka menginginkan akhir kekotoran.

    Di dalam hutan, di bawah pepohonan,
    Di dalam gua kecil dan besar,
    Berkomitmen pada keterasingan,
    Mereka hidup dengan itu sebagai tujuan akhir.

    Mereka terbiasa dengan hal-hal sederhana,
    Dan mudah dilayani,
    Lembut, batin mereka tidak membandel,
    Tak tercela, tak banyak bicara,
    Batin mereka terarah pada tujuan.

    Dengan cara inilah mereka menginspirasi keyakinan,
    Dalam gerakan, cara makan, dan praktik mereka;
    Tata-laku mereka halus
    Bagaikan aliran minyak.

    Dengan berakhirnya segala kekotoran,
    Para bhikkhu senior itu sekarang telah merealisasikan nibbāna;
    Mereka adalah para meditator besar dan penolong besar—
    Sedikit yang seperti mereka pada masa kini.

    Dengan berakhirnya
    Prinsip-prinsip kebaikan dan pemahaman yang baik,
    Ajaran Sang Penakluk,
    Yang penuh dengan kualitas-kuliatas baik, telah hancur berantakan.

    Sekarang adalah musim
    Bagi Prinsip-prinip buruk dan kekotoran.
    Mereka yang siap untuk keterasingan
    Adalah apa yang tersisa dari Dhamma sejati.

    Ketika mereka tumbuh, kekotoran-kekotoran
    Menguasai banyak orang;
    Mereka bermain-main dengan orang-orang dungu, aku percaya,
    Bagaikan setan bermain-main dengan orang-orang gila.

    Dikuasai oleh kekotoran-kekotoran,
    Mereka berlarian kesana-kemari
    Di antara penyebab-penyebab kekotoran,
    Seolah-olah mereka menyatakan perang dengan diri mereka sendiri.

    Setelah meninggalkan Dhamma sejati,
    Mereka saling berdebat;
    Mengikuti pandangan-pandangan salah
    Mereka berpikir, ‘Ini lebih baik.’

    Mereka meninggalkan harta kekayaan,
    Anak-anak, dan istri untuk meninggalkan keduniawian;
    Tetapi kemudian mereka melakukan apa yang seharusnya tidak mereka lakukan,
    Demi sesendok kecil dana makanan.

    Mereka makan hingga perut mereka penuh,
    Dan kemudian mereka berbaring telentang untuk tidur.
    Ketika mereka terjaga kembali, mereka terus berbicara,
    Jenis pembicaraan yang dicela Sang Guru.

    Menghargai segala seni dan keterampilan,
    Mereka berlatih di dalamnya;
    Tidak tenang dalam batin,
    Mereka berpikir, ‘Ini adalah tujuan dari kehidupan pertapaan’.

    Mereka memberikan tanah, minyak, dan bedak,
    Air, tempat tinggal, dan makanan
    Untuk para perumah tangga,
    Mengharapkan lebih dari itu sebagai imbalan.

    Serta tusuk-gigi, buah kawista,
    Bunga-bunga, makanan,
    Dana makanan yang telah dimasak,
    Buah mangga dan kemloko.

    Dalam hal pengobatan mereka seperti dokter,
    Dalam hal bisnis seperti perumah tangga,
    Dalam hal riasan seperti pelacur,
    Dalam hal kekuasaan seperti raja

    Kecurangan, tipuan,
    Saksi palsu, kelicikan:
    Mengunakan banyak rencana,
    Mereka menikmati benda-benda materi.

    Berpura-pura, memikirkan cara, dan merencanakan,
    Dengan cara ini
    Mereka menimbun banyak harta kekayaan
    Demi penghidupan mereka.

    Mereka mengumpulkan komunitas
    Demi bisnis daripada demi Dhamma.
    Mereka mengajarkan Dhamma kepada orang lain
    Demi perolehan, bukan demi tujuan.

    Mereka yang di luar Saṅgha
    Bertengkar demi harta Saṅgha.
    Mereka tidak tahu malu, dan tidak peduli
    Bahwa mereka hidup dari harta orang lain.

    Beberapa orang yang mencukur rambut
    Dan mengenakan jubah luar,
    Tidak menekuni praktik,
    Melainkan hanya ingin dihormati,
    Tergila-gila dengan harta dan penghormatan.

    Ketika sudah terjadi seperti ini,
    Tidaklah mudah pada masa kini
    Untuk merealisasikan apa yang belum direalisasikan,
    Atau mempertahankan apa yang telah direalisasikan.

    Seseorang yang dengan perhatian ditegakkan
    Dapat berjalan tanpa sepatu
    Bahkan di tanah berduri;
    Itu adalah bagaimana seorang bijaksana berjalan di desa.

    Dengan mengingat para meditator masa lalu,
    Dan mengingat perilaku mereka;
    Bahkan di kemudian hari,
    Adalah masih mungkin untuk merealisasikan tanpa-kematian.”

    Itu adalah apa yang Sang Petapa, yang indria-indriaNya
    Terkembang sempurna, katakan di hutan pepohonan sāla.
    Orang suci itu, Sang Bijaksana, telah merealisasikan nibbāna:
    Mengakhiri kelahiran kembali ke dalam kehidupan apapun juga.



https://suttacentral.net/id/thag16.10

 _/\_ _/\_ _/\_

123
Theravada / Re: Game dan sila
« on: 19 December 2017, 07:52:04 PM »
Abis danda kamma terbitlah bhaya kamma 😂😂

Bhaya kamma sekarang dah tenggelam, gak tau nanti muncul istilah apa lagi... =))

124
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 19 December 2017, 07:49:52 PM »
Ya... tapi jika kita ngiler akan daging itu bukankah disitu ada bentuk2 keserakahan? Keserakahan = karma buruk?

Itu penderitaan yang tampak jelas... Tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Kasian sampe ngiler2 gitu...  :))

125
Theravada / Re: Olahraga dan Buddhisme
« on: 19 December 2017, 07:48:19 PM »
Alo temen2,

Di dalam agama Buddha kita diajarkan untuk makan secukupnya demi menjaga kelangsungan hidup, bukan untuk kesenangan, kecantikan, dll.

Lalu bagaimana dengan orang yg suka olahraga /olahragawan. Dalam hal ini contohnya binaragawan. Mereka tentu makan bukan untuk kelangsungan hidup tapi untuk membesarkan ototnya atau mempertahankan bentuk tubuhnya. Banyak lagi hal2 lain yg bukan untuk menjaga kelangsungan hidup(hidup para bhikkhu),  lalu apakah ini melanggar /Karma buruk?  Terima kasih.

Itu kalo Uposatha kan?  :-?

126
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 19 December 2017, 09:33:34 AM »
maaf mengecewakan, dia sudah menyeberang
Sabbe Sankhara Anicca... Semoga sekarang dia berada di temppat yg lebih baik...  _/\_

127
Theravada / Re: Game dan sila
« on: 18 December 2017, 09:39:36 PM »
Alo temen2,

Apakah misalkan bermain video game yg mengandung kekerasan seperti memukul, membunuh itu melanggar sila pertama? Terima kasih.
Gak melanggar...

128
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 18 December 2017, 09:36:39 PM »
Alo temen2,

Mau nanya nih. Makan daging itu Karma buruk tidak ya?  Apakah makan daging itu melanggar sila pertama?  Terima kasih.

Gak melanggar, tapi kalo ke restoran yang menyediakan hewan segar, pas lu pesen sama aja lu membunuh tuh hewan. Lain cerita kalo emang dah dibunuh duluan. Secara kehendak, pelanggaran Sila gak terpenuhi karena niatnya cuman mau makan daging dari hewan yang telah mati, bukan yg masih hidup. Kamma buruk? Tentu karma buruk Kaloooo: makan gak bayar, kalo ambil jatah orang, dll. sesuai kehendak buruk...  ;D

129
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 18 December 2017, 09:30:07 PM »
sekedar mengingatkan waktu anda hanya sampai jam 22:55 malam ini
Waiting...  :-w

130
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 18 December 2017, 09:28:31 PM »
itu kenyataan saat ini, bahwa apa yg ditulis hitam atas putih dgn label sutta itu bukan hal mutlak.lihat sendiri kasus di thai.cerutu banyak jadi dana favorit u bhikkhu.tidak ada satupun di sutta yg membahas bhikkhu dan cerutu.jelas khan sutta bisa salah dan bisa ada kekurangan.evam me suttam mesti ditulis ulang u menghindari bhaya kamma.
Mau bahas sotapanna, ya silakan tapi copas sutta atau link sutta diisi pembuka dgn kalimat pengaman evam me suttam.

Jika tidak nanti kena bhaya kamma.

hati hati dgn tipitaka.2500 tahun sepanjang sejarah.jika ada lalai, maka generasi berikutnya akan memperoleh sumber yg lalai juga.
Jadi bhaya kamma juga.
Jika kalimat pengaman saat read diucapkan, maka arti sutta itu berubah maknanya. Seperti bumi dan langit.begitu caranya membaca sutta, copas sutta atau pun membaca link sutta.tambahkan kalimat evam me suttam jika tidak ditulis.

Namanya juga sutta, isinya sudahpasti yg didengar dan ditulis ulang.bukan doktrin mutlak.

Apa hubungannya dengan Sotapanna??? Wkakaka gak nyambung... =)) =)) =))

131
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 18 December 2017, 12:10:50 PM »
contoh.kenapa ada bhikkhu duduk kaya gitu.
Kenapa mengisap.cerutu.senior pula.bukankah di sutta tdk ada tulisan cerutu.vinaya juga tdk ada membahas cerutu.saya sudah periksa tipitaka pemberian indra.tidak ada satupun bagian tipitaka membahas cerutu. Bukti hitam atas putih tidak ada, dan di thai itu biasa bagian dari kehidupan sehari hari umat dana cerutu.mana ing ngarso sung tulada budaya indonesia.   Nol besar.masa bhikkhu seperti itu.

benar khan sutta adalah yg didengar kemudian ditulis ulang.bukan doktrin mutlak.bisa ada kesalahan dan kekurangan.karena itu tulisan evam me suttam harus ada shg tidak kena  haya kamma.jika tida ada, berarti nara sumber itu bukan sutta.sudah dirubah orang tidak bertanggung jawab atau lalai saat menerjemahkan.

Makin kesini makin gak jelas pembahasannya... Berkali2 lu ngomong wajib tulis Evamme Suttam tapi kenapa lu gak mau melek kalo gak semua Sutta pake kata2 itu? :P Sekarang malah bahas cerutu. Terus apa hubungannya dengan Sotapanna?  :P

132
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 18 December 2017, 12:09:43 AM »
Setali tiga uang.sama saja.namanya sutta.tapi tidak ada evamme suttam.lha terus apa namanya.
buku buku itujika ada kata pengantarnya, jepret. Attach di forum.lama sy tidak ngobrol dgn b wongsin.sangha thai memang tidak sesuai dengan budaya indonesia.baik dhammayutha ataupun dhammanikay.itu sudah bercampur dgn budaya thai.tidak sesuai dengan budaya ing ngarso sung tulodo.

Sorry, gak kenal sama Dhammayutha dan Dhammanikay. Dan gak ada hubungannya dengan "khas budaya" karena emang ada beberapa Sutta yg gak pake kata itu. :3

133
Kafe Jongkok / Re: Bagi2 GRP Gratis
« on: 17 December 2017, 04:16:21 PM »
Aku lagi donk...  ;D

134
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 17 December 2017, 04:14:54 PM »
buku biru paritta tidak mencantumkan evam me suttam itu keliru. sti bhikkhu banyak.boleh ditulis disini atau di jepret kamera kata pengantar dari sti.kita baca sama sama.
sekalian kata pengantar dqri penerbit.

jelas mereka salah,  karena menghilangkan evam me suttam itu berarti tulisan di buku paritta itu bukan sutta, sesuatu yg didengar dan ditulis ulang. Sti ceroboh dan mungkin jika leader melihat hal ini pasti ada koreksi dan penerbitnya pasti didjewer.

Bila tidak ada kata evamme suttam, kemudian setelah membaca tulisan itu, timbul pandangan salah maka sangha bertanggung jawab secara kolektif.sangha dalam hal ini sti.
Tentu jika buku itu terbitan sti, yg memberi pengantar adalah leader, bukan bhikkhu biasa.

Bhaya kamma tetap ada pada sti secara kolektif, jika benar leader sti memberikan pengantar buku itu.

Yaudah buku lain... Paritta coklat Vipassana Graha (STT) , buku paritta BMA, dll. Mau semua dibilang salah? =))

135
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 16 December 2017, 08:55:15 PM »
1.bhaya kamma indra .menghalangi orang lain menunjukkan sesuatu yg benar, kmd spread yg salah. tulisan evam me suttam sudah jelas.apa yg didengar itu menunjukkan tulisan itu bisa salah.
Masalah sepele aja diperdebatin... Gak semua Sutta pakek kata Evamme Suttam. Contoh yg sederhana buka paritta biru terbitan STI. Liat ada berapa Sutta yg gak pakek kata itu. ;D

Nih orang antara udah gak ada urat malunya atau emang udah dongkol banget sama forum nih cz dulu junjungannya diperlakukan dengan tidak hormat... =))

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 [9] 10 11 12 13 14 15 16 ... 20