//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!  (Read 76869 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #240 on: 22 June 2010, 12:05:58 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".


sama saja ini dengan pengembangan kebajikan dan penghancuran ketidakbajikan,so apa yang didapatkan?kelahiran yang lebih bagus?

Apabila di dalam mengembangkan kebajikan, ketidakbajikan hancur sepenuhnya, hasilnya adalah kebebasan
Apabila di dalam mengembangkan kebajikan, ketidakbajikan belum hancur sepenuhnya, hasilnya adalah kelahiran yang lebih bagus dari sebelumnya

yang di bold,apakah pengembangan kebajikan bisa menghancurkan/melenyapkan ketidakbajikan dan membawa pada padamnya nafsu keinginan?

serakah vs berdana = nibbana?

serakah mengecil mengecil mengecil,dana kembang kembang kembang ,menurut Anda bisa membawa pada lenyapnya "keserahkahan" dan menimbulkan pembebasan?

Setahu saya JM8 adalah Sila, Samadhi, Panna. Dana tidak termasuk di dalamnya.
Tetapi Dana adalah latihan awal yang sangat membantu dan mendukung Sila, Samadhi, dan Panna.
Dana sebagaimana Sila, Samadhi, dan Panna sama2 bersifat melepas.

Sila, Samadhi, dan Panna membawa pada pelepasan.
Apabila melepaskan dengan sempurna hasilnya adalah Nibbana.
yaa... gitu deh

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #241 on: 22 June 2010, 12:07:11 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".

bukan, pelaksanaan JM8 dikatakan masuk pada kategori karma ke 4 (bukan gelap, bukan terang, yg membawa pada berakhirnya karma)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #242 on: 22 June 2010, 12:07:34 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".


sama saja ini dengan pengembangan kebajikan dan penghancuran ketidakbajikan,so apa yang didapatkan?kelahiran yang lebih bagus?

Apabila di dalam mengembangkan kebajikan, ketidakbajikan hancur sepenuhnya, hasilnya adalah kebebasan
Apabila di dalam mengembangkan kebajikan, ketidakbajikan belum hancur sepenuhnya, hasilnya adalah kelahiran yang lebih bagus dari sebelumnya

yang di bold,apakah pengembangan kebajikan bisa menghancurkan/melenyapkan ketidakbajikan dan membawa pada padamnya nafsu keinginan?

serakah vs berdana = nibbana?

serakah mengecil mengecil mengecil,dana kembang kembang kembang ,menurut Anda bisa membawa pada lenyapnya "keserahkahan" dan menimbulkan pembebasan?

Setahu saya JM8 adalah Sila, Samadhi, Panna. Dana tidak termasuk di dalamnya.
Tetapi Dana adalah latihan awal yang sangat membantu dan mendukung Sila, Samadhi, dan Panna.
Dana sebagaimana Sila, Samadhi, dan Panna sama2 bersifat melepas.

Sila, Samadhi, dan Panna membawa pada pelepasan.
Apabila melepaskan dengan sempurna hasilnya adalah Nibbana.

Bagaimana ceritanya "sila" bisa membawa pada pelepasan,boleh dilampirkan sedikit penjelasan beserta contohnya? :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #243 on: 22 June 2010, 12:08:35 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".

bukan, pelaksanaan JM8 dikatakan masuk pada kategori karma ke 4 (bukan gelap, bukan terang, yg membawa pada berakhirnya karma)

bro Tesla,saya bingung...Apakah seorang Buddha masih memiliki 3 aspek akar positif?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #244 on: 22 June 2010, 12:14:55 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".

bukan, pelaksanaan JM8 dikatakan masuk pada kategori karma ke 4 (bukan gelap, bukan terang, yg membawa pada berakhirnya karma)

bro Tesla,saya bingung...Apakah seorang Buddha masih memiliki 3 aspek akar positif?

seorang Arahat/Buddha telah berhenti "memiliki" maupun "menjadi"
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #245 on: 22 June 2010, 12:16:05 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".

bukan, pelaksanaan JM8 dikatakan masuk pada kategori karma ke 4 (bukan gelap, bukan terang, yg membawa pada berakhirnya karma)

bro Tesla,saya bingung...Apakah seorang Buddha masih memiliki 3 aspek akar positif?

seorang Arahat/Buddha telah berhenti "memiliki" maupun "menjadi"

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

apa maksud dari bold tersebut?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #246 on: 22 June 2010, 12:16:27 PM »

Bagaimana ceritanya "sila" bisa membawa pada pelepasan,boleh dilampirkan sedikit penjelasan beserta contohnya? :)

Contohnya:
Pada saat anda melatih diri dari menghindari pembunuhan, anda melepaskan diri dari tindakan membunuh.
Sederhana sekali........
yaa... gitu deh

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #247 on: 22 June 2010, 12:20:02 PM »

Bagaimana ceritanya "sila" bisa membawa pada pelepasan,boleh dilampirkan sedikit penjelasan beserta contohnya? :)

Contohnya:
Pada saat anda melatih diri dari menghindari pembunuhan, anda melepaskan diri dari tindakan membunuh.
Sederhana sekali........


"melepaskan diri dari tindakan membunuh" = saya tidak membunuh,karena dulunya saya membunuh,apakah ini bisa disetarakan dengan konsep dualisme,antara membunuh vs tidak membunuh?


Orang melakukan ke-tidakserakah-an karena ada yang disebut dengan serakah kan? >> belum bebas
Apabila tidak ada serakah, tidak perlu lagi melakukan ke-tidakserakah-an. >> Bebas

Bagi orang yang bebas, karena bebas, tidak ada lagi serakah atau tidak serakah, yang ada adalah kebebasan.

Begitu juga dengan aku dan tanpa aku.
Tanpa aku ada karena ada aku
Kalau aku sudah tidak ada
bagaimana tanpa aku bisa ada?

Apabila sejak awal sudah tidak ada yang namanya "aku"
Maka apa yang disebut "tanpa aku" sejak awal juga tidak ada
Berhubung ada yang disebut dengan "aku"
Maka ada yang disebut dengan "tanpa aku"

Bagi orang yang bebas sudah tidak ada "aku" dan "tanpa aku"
Namun mengapa Buddha mengajarkan Anatta
Karena kita masih melekat pada "aku"
Anatta mengantar pada kebebasan dari aku

Setelah aku lenyap, tanpa aku pun lenyap
« Last Edit: 22 June 2010, 12:22:22 PM by Riky_dave »
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #248 on: 22 June 2010, 12:22:33 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".

bukan, pelaksanaan JM8 dikatakan masuk pada kategori karma ke 4 (bukan gelap, bukan terang, yg membawa pada berakhirnya karma)

bro Tesla,saya bingung...Apakah seorang Buddha masih memiliki 3 aspek akar positif?

seorang Arahat/Buddha telah berhenti "memiliki" maupun "menjadi"

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

apa maksud dari bold tersebut?
itu adalah komentar 'Niddana Sutta' (bukan komentar saya). saya sendiri tidak setuju dimana dikatakan pelaksanaan JM8 adalah tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #249 on: 22 June 2010, 12:23:48 PM »

Bagaimana ceritanya "sila" bisa membawa pada pelepasan,boleh dilampirkan sedikit penjelasan beserta contohnya? :)

Contohnya:
Pada saat anda melatih diri dari menghindari pembunuhan, anda melepaskan diri dari tindakan membunuh.
Sederhana sekali........


"melepaskan diri dari tindakan membunuh" = saya tidak membunuh,karena dulunya saya membunuh,apakah ini bisa disetarakan dengan konsep dualisme,antara membunuh vs tidak membunuh?


Orang melakukan ke-tidakserakah-an karena ada yang disebut dengan serakah kan? >> belum bebas
Apabila tidak ada serakah, tidak perlu lagi melakukan ke-tidakserakah-an. >> Bebas

Bagi orang yang bebas, karena bebas, tidak ada lagi serakah atau tidak serakah, yang ada adalah kebebasan.

Begitu juga dengan aku dan tanpa aku.
Tanpa aku ada karena ada aku
Kalau aku sudah tidak ada
bagaimana tanpa aku bisa ada?

Apabila sejak awal sudah tidak ada yang namanya "aku"
Maka apa yang disebut "tanpa aku" sejak awal juga tidak ada
Berhubung ada yang disebut dengan "aku"
Maka ada yang disebut dengan "tanpa aku"

Bagi orang yang bebas sudah tidak ada "aku" dan "tanpa aku"
Namun mengapa Buddha mengajarkan Anatta
Karena kita masih melekat pada "aku"
Anatta mengantar pada kebebasan dari aku

Setelah aku lenyap, tanpa aku pun lenyap


Masih dalam dualisme, so......??
yaa... gitu deh

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #250 on: 22 June 2010, 12:24:50 PM »

Bagaimana ceritanya "sila" bisa membawa pada pelepasan,boleh dilampirkan sedikit penjelasan beserta contohnya? :)

Contohnya:
Pada saat anda melatih diri dari menghindari pembunuhan, anda melepaskan diri dari tindakan membunuh.
Sederhana sekali........


"melepaskan diri dari tindakan membunuh" = saya tidak membunuh,karena dulunya saya membunuh,apakah ini bisa disetarakan dengan konsep dualisme,antara membunuh vs tidak membunuh?


Orang melakukan ke-tidakserakah-an karena ada yang disebut dengan serakah kan? >> belum bebas
Apabila tidak ada serakah, tidak perlu lagi melakukan ke-tidakserakah-an. >> Bebas

Bagi orang yang bebas, karena bebas, tidak ada lagi serakah atau tidak serakah, yang ada adalah kebebasan.

Begitu juga dengan aku dan tanpa aku.
Tanpa aku ada karena ada aku
Kalau aku sudah tidak ada
bagaimana tanpa aku bisa ada?

Apabila sejak awal sudah tidak ada yang namanya "aku"
Maka apa yang disebut "tanpa aku" sejak awal juga tidak ada
Berhubung ada yang disebut dengan "aku"
Maka ada yang disebut dengan "tanpa aku"

Bagi orang yang bebas sudah tidak ada "aku" dan "tanpa aku"
Namun mengapa Buddha mengajarkan Anatta
Karena kita masih melekat pada "aku"
Anatta mengantar pada kebebasan dari aku

Setelah aku lenyap, tanpa aku pun lenyap


Masih dalam dualisme, so......??

Karena masih dalam dualisme,bagaimana caranya bisa membebaskan diri dari dualisme sendiri?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #251 on: 22 June 2010, 12:25:24 PM »
JM8 adalah Sang Jalan, bukan hasilnya, dg demikian merupakan 'latihan' yg tidak terlepas dari hal duniawi (lokiya). mengenai jenis kamma ke 4, mungkin masih cocok. tapi dikatakan melaksanakan JM8 adalah tanpa LDM, saya kurang setuju. bagi saya, usaha merealisasikan pencerahan pun didasari oleh LDM. namun walau didasari LDM, hal ini bukan masalah dan memang diperlukan. seperti ilustrasi Ajahn Chah, bahwa bila kita ingin membeli air kelapa, kita harus membeli bersama cangkangnya terlebih dahulu, tidak masalah selagi kita menyadarinya dan tidak melekati (cangkangnya).
Sepertinya melaksanakan JMB8 tidak disinggung dari sisi LDM/A-LDM, tetapi hanya dari sudut pandang kamma terang-gelap itu. Ini yang saya kurang bisa setuju. JMB8 dimulai dari pandangan benar. Lupakan dulu yang lain. Selama orang memang benar memiliki pandangan benar, maka apapun yang dia lakukan adalah dengan niat mengakhiri kamma (=jenis kamma 4). Ini cocok. Sebelum memiliki pandangan benar, apa pun yang dilakukan tetap berputar pada jenis kamma 1,2,&3.

Yang jadi masalah, kalau kita menguraikan masing-masing unsur, lalu kita mengatakan semua moralitas dalam JMB8 adalah kamma jenis ke 4. Ini bermasalah karena jenis kamma ke 4 itu bukan ditentukan oleh objek moralitas, tetapi justru dari subjek yang menjalankannya.
Seseorang bisa jadi tidak berkata bohong, tidak berkata kasar, tidak begossip, dsb. Tetapi itu pun belum tentu ucapan benar, kalau tidak dilandasi pandangan benar.

Kalau mengenai jalan dan hasil, JMB8 tentu bukan hasil akhir. Tetapi JMB8 merupakan hasil dan jalan yang terus berproses. Pandangan melandasi perbuatan & konsentrasi. Perbuatan & konsentrasi juga memperbaharui pandangan. Terus begitu sampai benar seseorang memiliki pandangan benar yang benar (minimal sotapatti-magga).   



maksud saya komentar ini:

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.


Melaksanakan JM8 masih dalam kategori melakukan "kebajikan".

bukan, pelaksanaan JM8 dikatakan masuk pada kategori karma ke 4 (bukan gelap, bukan terang, yg membawa pada berakhirnya karma)

bro Tesla,saya bingung...Apakah seorang Buddha masih memiliki 3 aspek akar positif?

seorang Arahat/Buddha telah berhenti "memiliki" maupun "menjadi"

Aspek positif dari tiga akar yang baik adalah: tidak adanya nafsu (meninggalkan keduniawian, tidak melekat), cinta kasih, dan kebijaksanaan. Di sini, tindakan yang muncul dari tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin harus dipahami bukan sebagai tindakan bajik biasa melainkan sebagai  "kamma yang bukannya gelap dan juga bukannya terang, dengan akibat yang bukan gelap dan juga bukan terang, dengan hasil yang bukan gelap dan bukan terang, yang membawa menuju hancurnya kamma" (Teks 90), yaitu, niat untuk mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

apa maksud dari bold tersebut?
itu adalah komentar 'Niddana Sutta' (bukan komentar saya). saya sendiri tidak setuju dimana dikatakan pelaksanaan JM8 adalah tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin.

OK,saya pikir dari komentar yang Anda setujui.. Terima Kasih
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #252 on: 22 June 2010, 12:27:14 PM »
 [at] Hendrako

oleh karena itu sila /moralitas tidak bisa membawa pada pembebasan akhir,tetapi hanya mentok pada pengembangan dan penghancuran,yang membawa pada kelahiran yang lebih baik,setuju?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #253 on: 22 June 2010, 12:27:33 PM »
itu adalah komentar 'Niddana Sutta' (bukan komentar saya). saya sendiri tidak setuju dimana dikatakan pelaksanaan JM8 adalah tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin.
tapi jmb8 adalah neither dark nor bright with neither dark nor bright result lho menurut :
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.235.than.html
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #254 on: 22 June 2010, 12:28:44 PM »
itu adalah komentar 'Niddana Sutta' (bukan komentar saya). saya sendiri tidak setuju dimana dikatakan pelaksanaan JM8 adalah tanpa-keserakahan, tanpa-kebencian, dan tanpa-kebodohan-batin.
tapi jmb8 adalah neither dark nor bright with neither dark nor bright result lho menurut :
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.235.than.html

gampangnya saja,kenapa disebut neither dark nor bright with neither dark nor bright result?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything