Dharma Penting Tanah Murni
Dharma Pelafalan Buddha bertujuan untuk mencapai kelahiran kembali dalam Tanah Murni, sehingga dengan demikian mengakhiri lingkaran Kelahiran dan Kematian. Ini merupakan persoal paling krusial. Oleh sebab itu, makhluk hidup disarankan untuk mempraktikkan Pelafalan Buddha. Malangnya, orang-orang sekarang hanya memahami bahwa Pelafalan Buddha dapat menuntun pada berakhirnya Kelahiran dan Kematian, tanpa pemahaman di mana akar dari Kelahiran dan Kematian terletak. Bagaimana seharusnya kamu mempraktikkan Pelafalan Buddha sehingga dapat mengakhiri lingkaran Kelahiran dan Kematian? Jika kamu tidak memotong akar Kelahiran dan Kematian, bagaimana kamu berharap dapat mengakhiri lingkaran tersebut?
Apakah akar dari Kelahiran dan Kematian itu? Seorang master dari masa kuno berkata:
Jika karma jahat-mu tidak lah berat, kau tidak akan terlahirkan di dunia Saha. Jika pikiran cinta-kemelekatan (love-attachment) tidak dipotong, kau tidak akan bisa dilahirkan kembali dalam Tanah Murni.
Oleh sebab itu, kita tahu bahwa cinta-kemelekatan merupakan akar dari Kelahiran dan Kematian. Semua makhluk hidup menjadi korban penderitaan Kehidupan dan Kematian karena beban cinta-kemelekatan. Akar dari kemelekatan ini tidak berasal dari kehidupan ini saja, tidak juga dari dua, tiga atau empat kehidupan sebelumnya. Jauh dari itu ia berakar dari masa tanpa permulaan, kehidupan demi kehidupan, kematian demi kematian. Meninggalkan kehidupan yang satu hanya untuk muncul kembali dalam kehidupan lainnya, kita selalu diombang-ambing oleh cinta-kemelekatan, tergantung pada kehidupan kita yang sekarang. Pikirkan kembali, kapan saat kamu memiliki satu saja pikiran yang tidak terikat oleh akar cinta-kemelekatan ini?
Benih dari cinta-kemelekatan ini terkumpul lebih dari masa kalpa yang panjang dan tertanam sangat dalam. Oleh sebab itu, kelahiran demi kelahiran, kematian demi kematian, lingkaran tersebut tidak pernah berhenti. Sekarang, kamu seharusnya mengendalikan pikiranmu untuk Pelafalan Buddha, hanya mencari untuk dilahirkan kembali dalam Tanah Murni. Jika sebagian pikiranmu dilengkapi dengan Pelafalan Buddha sementara yang lain terikat pada Kelahiran dan Kematian, bahkan jika kamu terus menerus melafal hingga saat-saat terakhir, kamu akan hanya melihat bahwa kamu tetap terikat pada cinta-kemelekatan, tetap dalam lingkaran Kelahiran dan Kematian. Pada waktu itu, kamu akan melihat Pelafalan Buddha demikian tidak berguna. Kamu munkin akan mengeluh bahwa Pelafalan Buddha tidak membawa hasil, namun telah terlampau terlambat untuk menyesalinya.
Saya menyarakan pada mereka yang mempraktikkan Pelafalan Buddha untuk memahami pertama-tama bahwa cinta-kemelekatan merupakan akar dari Kelahiran dan Kematian. Pelafalan Buddha mensyaratkan kamu memotong cinta-kemelakatan dari pikiran demi pikiran. Selama melafalkannya di rumah, ketika kamu melihat anak-anak atau cucu-cucumu atau benda kepemilikanmu, kamu terikat pada mereka semua. Namun ini adalah akar dari Kelahiran dan Kematian. Kamu mungkin melafalkan nama Buddha dengan mulutmu, namun jika akar cinta-kemelekatan di dalam pikiranmu dan kamu tidak pernah kehilangannya untuk sesaat pun, kamu tidak perlu heran mengapa kamu tidak bisa berkonsentrasi dalam Pelafalan Buddha!
Ketika pikiran dipenuhi dengan kemelekatan pada dunia Saha, Pelafalan Buddha tetaplah dangkal. Sebagian dari pikiran mempraktikkan Pelafalan Buddha sementara bagian yang lain terus menerus dipenuhi dengan cinta-kemelekatan. Jika pikiran tentang anak dan cucu di garis terdepan pikiranmu, pikiran tersebut kemudian mencoba melafalkan nama Buddha tidak bisa bertahan dari pikiran cinta, dan kemudian kau tidak bisa memotong cinta-kemelekatan. Jika demikian, bagaimana kamu bisa berharap mengakhiri lingkaran Kelahiran dan Kematian?
Karena kondisi melekat ini berakar dari banyak kehidupan lampau, untuk berhasil dalam Pelafalan Buddha, mulailah dari sekarang juga, meskipun kamu belum akrab dengan metode ini dan belum memiliki pikiran yang tulus. Jika kamu sekarang tidak memiliki kuasa dan tidak memiliki kendali atas dirimu, kamu juga tidak memiliki kendali hingga momen terakhir hidupmu.
Oleh sebab itu, saya menyarankan kalian semua: jika kamu ingin benar-benar melafalkan nama Buddha dan mengakhiri lingkaran Kelahiran dan Kematian, potonglah akar Kelahiran dan Kematian dalam pikiran demi pikiran. Tidak disarankan menunggu hingga akhir dari hidupmu untuk melakukannya. Saya menyarankan kamu untuk melakukan yang terbaik. Bawa dalam pikiran bahwa segala sesuatu adalah soal Kelahiran dan Kematian. Untuk mengakhiri lingkaran Kehidupan dan Kematian dalam masa hidupmu yang sekarang, berkonsentrasilah melafalkan nama Buddha dalam pikiran demi pikiran. Jika kamu berpraktik dengan cara demikian dalam setiap momen dan masih tidak bisa mengakhiri lngkaran Kelahiran dan Kematian, maka Para Buddha berbohong. Jadi apakah kamu seorang bhiksu atau umat awam, jagalah Kelahiran dan Kematian di baris depan pikiranmu. Ini merupakan metode untuk bebas dari Kelahiran dan Kematian dan tiada Dharma yang lebih luar biasa daripadanya.
Praktikkan Pelafalan Buddha dengan pikiranmu sendiri. Melafalkan nama Buddha adalah melafalkan pikiranmu sendiri, pikiran demi pikiran, tanpa terganggu. Buddha dan Pikiran adalah sama. Tanpa ada subyek ataupun obyek, pikiran menjadi kosong; baik subyek ataupun obyek menetap. Ini disebut melafalkan pikiran diri sendiri, melafalkan Kebuddhaan dirinya sendiri. Jika kamu kehilangan satu pikiran, kamu akan jatuh ke dalam karma dan iblis.
Banyak orang yang mengikuti Zen gaya masa kini mengiranya sebagai Dharma tertinggi. Mereka memandang rendah Tanah Murni dan tidak mempraktikkannya. Dikarenakan kesukaan mereka akan pengakuan, mereka mempelajari beberapa kata dan kalimat dari orang bijak kuno sehingga mereka bisa berbicara dengan cerdas dan saling memuji satu sama lain. Ini bukan praktik yang sebenarnya. Saran untuk memasuki pintu Dharma sedang merosot. Orang-orang ini juga merendahkan sutra-sutra Mahayana, mengakui bahwa mereka hanya kata-kata dan tidak perlu dibaca. Meskipun orang-orang demikian mungkin bisa menumbuhkan beberapa kebajikan, mereka tidak bisa menyelamatkan diri mereka sendiri. Ini benar-benar mengerikan. Kebanyakan dari mereka tidak memahami sutra-sutra Mahayana, tidak memahami bahwa terdapat banyak metode yang berguna untuk mengajar makhluk hidup, tidak mengetahui makna dari pernyataan: “Segala sesuatu kembali ke kesatuan, namun terdapat banyak metode berguna yang menuntun kita pada pemahaman Kebenaran.” Mereka hanya mengetahui ajaran Para Sesepuh bahwa jalan tertinggi adalah Pencerahan. Dikarenakan makna sebenarnya dari Pencerahan adalah mengakhiri lingkaran Kelahiran dan Kematian. Bukankah ini adalah tujuan utama Pelafalan Buddha?
Kebanyakan praktisi Zen gagal lolos dari lingkaran Kelahiran dan Kematian, sementara pengikut Tanah Murni lebih mudah untuk lepas dari lingkaran tersebut. Apa nalar untuk hal ini? Ini dikarenakan untuk mempraktikkan Zen, kamu haru menghentikan proses berpikir, sementara untuk melafal nama Buddha, kamu harus berkonsentrasi pada pikiran. Dikarenakan makhluk hidup telah terperangkap dalam pikiran salah untuk berkalpa-kalpa yang tak terkatakan panjanganya, sangat sulit untuk melepaskan mereka darinya. Pelafalan Buddha merubah pikiran tercemar menjadi pikiran murni, melawan racun dengan racun untuk memurnikan pikiran seseorang sendiri [ 5]. Oleh karena itu, praktik Zen sulit mencapai Pencerahan, sementara Pelafalan Buddha membuatnya mudah mencapai tujuan. Jika kamu benar-benar ingin mengakhiri lingkaran Kelahiran dan Kematian dan kamu berkonsentrasi dalam Pelafalan Buddha, tak butuh lagi terlebih merasa khawatir akan mengakhiri lingkaran tersebut.
Orang masa kini berpikir bahwa Dharma Tanah Murni sebagai metode yang berguna. Sedikit yang mereka sadari bahwa ini juga adalah Dharma yang luar biasa. Ambil contoh Samantabhadra, yang tubuh Dharma-nya meliputi seluruh Alam Dharma. Beliau membuat sepuluh Ikrar Agung mengarah pada Tanah Murni. Sesepuh Asvaghosa bergantung pada seratus bagian sutra-sutra Mahayana untuk menulis Sastra tentang Kebangkitan Keyakinan, menunjukkan pada makhluk hidup jalan menuju Tanah Murni. Semua sesepuh di Timur (yakni Asia Timur) terlibat dalam transmisi Pikiran-ke-Pikiran. Meski mereka tidak selalu merujuk pada Tanah Murni, jika setelah tercerahkan dan mengakhir lingkaran Kehidupan dan Kematian, mereka tidak beralih pada Tanah Murni, Akankah itu tidak menjadi nihilisme?
Master Zen Yung-Ming mengumpulkan semua bagian dari keseluruhan Tripitaka menunjukkan bahwa mengarahkan pikiran adalah kembali ke Tanah Murni. Selama Masa Akhir-Dharma, banyak Master Zen yang mengagungkan Tanah Murni Barat. Terlebih, Dharma Tanah Murni dikotbahkan oleh Buddha Sakyamuni sendiri tanpa dimohon dan dipuja oleh semua Buddha di seluruh sepuluh penjuru. Bukankah Para Buddha, Boddhisattva dan Sesepuh jauh lebih berharga dibandingkan segelintir orang yang tidak peduli, makhluk hidup yang tercemar?
Siapa yang bersungguh-sungguh ingin mempraktikkan Tanah Murni seharusnya tidak meminta bantuan yang lain. Ia seharusnya bergantung semata-mata pada pikirannya sendiri jika ia bersungguh-sungguh ingin mengakhiri lingkaran Kehidupan dan Kematian. Seperti jika terdapat api di kepalanya, ia tidak bisa menunda lebih lama lagi.
Sebagai contoh, jika seseorang menjadi sakit tak berdaya, sangat menderita, dan seseorang seharusnya mencari obat mujarab yang akan mengobati penyakitnya, dan jika orang ini memiliki cara pandang yang benar, yakin akan obat ini dan meminumnya dengan benar, membiarkan tubuh mengeluarkan penyakitnya, ia akan sembuh dengan cepat. Ia akan kemudian secara alamiah akan meyakini bahwa ini merupakan obat yang luar biasa. Serupa dengan ini, siapapun yang yakin akan Dharma Tanah Murni dan mempraktikkan Pelafalan Buddha hingga saat-saat terakhirnya akan menemukan bahwa metode ini benar dan luar biasa adanya. Tidak dibutuhkan memohon pada yang lain.
Saya menyarankan kamu semua berusaha sekeras-kerasnya.