//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 645189 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #240 on: 28 March 2009, 11:18:32 PM »
Kenyataan atau kritik pedas buat seluruh umat (Buddhist)!
wah bro mod jangan dilock dulu yach. Saya mo jelaskan/kasih gambaran mengapa umat awam jalan umum (masih bersifat dangkal/jasmaniah, dimana pengajaran oleh guru Buddha diajarkan agar pembina umum/umat awam jalan umum untuk dapat mengenali/menanggalkan/memisahkan/melepaskan kelekatan ciri atta diri) sebelum dapat mengerti tentang pada akhirnya untuk mencapai keberhasilan para pembina yang bertekad, tulus dan murni  harus masuk melalui jalan mulia (mahayana) untuk dapat menembus pengetahuan sejati pencerahan (hati bodhi/hati sunya/keBuddhaan/pengalaman nibanna).
Gambaran umum umat (jalan awam) keadaannya seperti syairku pada poemofpathofwisdom.blogspot.com :
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara

tetapi bila semua masih diukur dari oleh karena masih tercekatnya (belum dapat menanggalkan) pada atta diri yang annica anatta, semua pengetahuan kebijaksanaan apapun yang ada hanyalah (hanya berasal dari sudut pandang pengetahuan kebijaksanaan pengalaman kenyataan keberadaan atta (yabg anicca anatta) diri) ilusi yaitu kekhayalan dan kebanggaan (kemelekatan) atta diri. (Seperti kisah Ananda tercerahkan.)

Apalagi atau lebih parah lagi melekat keluar (takhayul) seperti yang diajarkan dan dipraktekkan pada beberapa aliran Buddhisme, seperti melalui sex, melalui penyiksaan diri, melalui kemelekatan/pengandalan kepada seseorang (pengakuan) manifestasi Buddha/Bodhisatva hidup di dunia, benda-benda yang dibilang suci/jimat-jimat/mengandung kekuatan gaib  dsbnya.


semoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu) yang sebenarnya bukan rakit karena sebenarnya belum membebaskan diri/menanggalkan diri berpindah (menaiki) ke rakit Dharma yang sebenarnya atau masih (menginjak) di daratan di seberang sana hilir mudik dengan (menunggangi) pengetahuan palsu sejati attanya dengan kebanggaan pengetahuannya.
Semoga tidak marah/tersinggung (attanya).  ;D
good hope and love
coedabgf
« Last Edit: 28 March 2009, 11:39:18 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #241 on: 29 March 2009, 12:45:07 AM »
kalau berdiskusi dan di situ ada kebencian, lebih baik sudahi saja....
kalau berdiskusi dan di situ tidak ada pertemuan titik pikiran..lebih baik sudahi saja...

makanya dari awal saya tanyakan
"apakah kelahiran merupakan suatu penderitaan?"

ketika pertanyaan ini dijawab "tidak" maka tidak ada pembahasan.
tetapi dikatakan "ya"
maka saya hanya menujukkan dimana letak "YA" nya itu berlawanan dengan "tujuan".

saya membaca buku lama "what's wrong with us"
disitu ada kalimat berbunyi

25.para bijak berkata "pembicaraan apapun juga tidak berdasarkan aniccam bukanlah pembicaraan dari seorang yang bijaksana"
sifat ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang berkondisi adalah kenyataan, realita kebenaran.
bukan sekedar teori imajinasi, khayalan , impian , pendapat atau kepercayaan.
anda perlu bukti? tidak sulit.
cobalah temukan satu hal saja yang betul-betul anda tahu pasti bersifat kekal abadi, permanen, tidak berubah sepanjang masa...
pastikan hal tersebut nyata dalam kepercayaan atau khayalan anda saja. Dapatkah anda termukan? bila tidak maka mulai sekarang marilah kita berbicara berdasarkan apa yang nyata secara universal saja : bahwa segala sesuatu yang berkondisi itu memang tidak kekal adanya (anicca).

27. banyak orang tidak menyukai kebenaran. mereka lebih suka bentuk kepercayaan.
seindah apapun kedengarannya, suatu bentuk kepercayaan tetaplah hanyalah kepercayaan.
tidak lebih dari sekedar produk khayalan ilusi.
tetapi sayang-nya malahan kebanyakan orang lebih suka terbuai dan terikat dalam kepercayaan atau khayalan karena mereka khawatir kebenaran yang sesungguhnya mungkin tidak sesuai dengan harapan.
Sebenarnya sekejab saja menyadari dan mengalami kebenaran langsung jauh lebih berharga daripada hidup beribu-ribu tahun dalam "indah-nya" ilusi.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #242 on: 29 March 2009, 12:51:04 AM »
kalau berdiskusi dan di situ ada kebencian, lebih baik sudahi saja....
kalau berdiskusi dan di situ tidak ada pertemuan titik pikiran..lebih baik sudahi saja...

makanya dari awal saya tanyakan
"apakah kelahiran merupakan suatu penderitaan?"

ketika pertanyaan ini dijawab "tidak" maka tidak ada pembahasan.
tetapi dikatakan "ya"
maka saya hanya menujukkan dimana letak "YA" nya itu berlawanan dengan "tujuan".

saya membaca buku lama "what's wrong with us"
disitu ada kalimat berbunyi

25.para bijak berkata "pembicaraan apapun juga tidak berdasarkan aniccam bukanlah pembicaraan dari seorang yang bijaksana"
sifat ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang berkondisi adalah kenyataan, realita kebenaran.
bukan sekedar teori imajinasi, khayalan , impian , pendapat atau kepercayaan.
anda perlu bukti? tidak sulit.
cobalah temukan satu hal saja yang betul-betul anda tahu pasti bersifat kekal abadi, permanen, tidak berubah sepanjang masa...
pastikan hal tersebut nyata dalam kepercayaan atau khayalan anda saja. Dapatkah anda termukan? bila tidak maka mulai sekarang marilah kita berbicara berdasarkan apa yang nyata secara universal saja : bahwa segala sesuatu yang berkondisi itu memang tidak kekal adanya (anicca).


ada satu hal yang kekal / tidak berubah... dari dulu begitu begitu saja...

MAU TAHU ?... yang kekal dan tidak berubah-ubah dari dulu adalah KETIDAKKEKALAN itu sendiri. Tidak ada yang kekal, yang kekal hanyalah perubahan itu (ketidakkekalan)...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #243 on: 29 March 2009, 02:33:31 AM »
Karena itu, ditulis "yg berkondisi tidak kekal sifatnya."
Jika ada yg berkondisi, bearti ada pula yg tidak berkondisi.
Apakah itu?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #244 on: 29 March 2009, 09:44:07 AM »
energi

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #245 on: 29 March 2009, 10:25:36 AM »
kalau berdiskusi dan di situ ada kebencian, lebih baik sudahi saja....
kalau berdiskusi dan di situ tidak ada pertemuan titik pikiran..lebih baik sudahi saja...

makanya dari awal saya tanyakan
"apakah kelahiran merupakan suatu penderitaan?"

ketika pertanyaan ini dijawab "tidak" maka tidak ada pembahasan.
tetapi dikatakan "ya"
maka saya hanya menujukkan dimana letak "YA" nya itu berlawanan dengan "tujuan".

saya membaca buku lama "what's wrong with us"
disitu ada kalimat berbunyi

25.para bijak berkata "pembicaraan apapun juga tidak berdasarkan aniccam bukanlah pembicaraan dari seorang yang bijaksana"
sifat ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang berkondisi adalah kenyataan, realita kebenaran.
bukan sekedar teori imajinasi, khayalan , impian , pendapat atau kepercayaan.

anda perlu bukti? tidak sulit.
cobalah temukan satu hal saja yang betul-betul anda tahu pasti bersifat kekal abadi, permanen, tidak berubah sepanjang masa...
pastikan hal tersebut nyata dalam kepercayaan atau khayalan anda saja. Dapatkah anda termukan? bila tidak maka mulai sekarang marilah kita berbicara berdasarkan apa yang nyata secara universal saja : bahwa segala sesuatu yang berkondisi itu memang tidak kekal adanya (anicca).

27. banyak orang tidak menyukai kebenaran. mereka lebih suka bentuk kepercayaan.
seindah apapun kedengarannya, suatu bentuk kepercayaan tetaplah hanyalah kepercayaan.
tidak lebih dari sekedar produk khayalan ilusi.

tetapi sayang-nya malahan kebanyakan orang lebih suka terbuai dan terikat dalam kepercayaan atau khayalan karena mereka khawatir kebenaran yang sesungguhnya mungkin tidak sesuai dengan harapan.
Sebenarnya sekejab saja menyadari dan mengalami kebenaran langsung jauh lebih berharga daripada hidup beribu-ribu tahun dalam "indah-nya" ilusi.

salam metta.

ada satu hal yang kekal / tidak berubah... dari dulu begitu begitu saja...

MAU TAHU ?... yang kekal dan tidak berubah-ubah dari dulu adalah KETIDAKKEKALAN itu sendiri. Tidak ada yang kekal, yang kekal hanyalah perubahan itu (ketidakkekalan)...



mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha, padahal semua itu dinyatakan oleh guru Buddha bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai, seperti :
perkataan mercedes :
-para bijak berkata "pembicaraan apapun juga tidak berdasarkan aniccam bukanlah pembicaraan dari seorang yang bijaksana"
sifat ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang berkondisi adalah kenyataan, realita kebenaran.
bukan sekedar teori imajinasi, khayalan , impian , pendapat atau kepercayaan.
-apa yang nyata secara universal saja : bahwa segala sesuatu yang berkondisi itu memang tidak kekal adanya (anicca).
-banyak orang tidak menyukai kebenaran. mereka lebih suka bentuk kepercayaan.
seindah apapun kedengarannya, suatu bentuk kepercayaan tetaplah hanyalah kepercayaan.
tidak lebih dari sekedar produk khayalan ilusi.
-Sebenarnya sekejab saja menyadari dan mengalami kebenaran langsung jauh lebih berharga daripada hidup beribu-ribu tahun dalam "indah-nya" ilusi.

pernyataan dilbert :
-ada satu hal yang kekal / tidak berubah... dari dulu begitu begitu saja...
MAU TAHU ?... yang kekal dan tidak berubah-ubah dari dulu adalah KETIDAKKEKALAN itu sendiri. Tidak ada yang kekal, yang kekal hanyalah perubahan itu (ketidakkekalan)...

dimana pada setiap pembicaraan timbul pada hakekatnya suatu pernyataan yang bertentangan atau kekacauan dan kebingungan tentang kebenaran sejati yang dimaksudkan guru Buddha, tentang kenyataan kebenaran pemahaman 'ada dan tiada', 'anicca dan anatta', tentang keberadaan (kehidupan) makhluk/mereka yang telah tercerahkan. mengapa?
Seperti sering saya tulis tanyakan 'siapakah yang telah tercerahkan?', karena secara massal (umum) umat (buddhist) saya beri gambaran/ilustrasi sebagai berikut 'dalam kekhayalan berbicara kebenaran sejati'. apa artinya?
coba anda renungkan syair yang sudah saya tuliskan diatas :
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara

Apa maksudnya?, yaitu semua apa yang anda/umat/awam nyatakan, apa yang dibicarakan, sesungguhnya semua dalam lingkup (pandang) kesementaraan saja alias bersifat ilusi saja.
Seperti pembicaraan tentang blind faith? siapa umat/awam (buddhist) yang dapat membuktikan tentang sesuatu yang menjadi inti keyakinan/kepercayaan guru Buddha sehingga Ia dapat mencapai pengetahuan pandangan terang tentang kesejatian inti keberadaan kehidupan sehingga dapat terbebas dari cengkraman/ikatan/cekatan ketidak-kekalan kehidupan sementara yang palsu atau khayal pada sutta udanna VIII.3, sehingga timbul suatu yang diistilahkan umat/awam dengan yang tercerahkan atau Buddha?
Tentang prinsip ehipassiko yang biasa dinyatakan oleh umat/awam yang masih dalam kesementaraan (yang masih terikat pada yang terkondisi) dalam setiap diskusi, itu sebenarnya pada akhirnya tertuju/ditujukan untuk pemuasan (logika) apa?  tetapi guru Buddha menyatakan prinsip itu supaya murid/umat untuk menggali/melihat/membuktikan kebenaran, bukan malah pada posisi yang terbalik yaitu menutup mata atau menolak segala sesuatu yang tidak sesuai atau asing (belum diketahui) karena kemapanan (seolah-olah berpengetahuan) diri (atta) ini biasanya berkecenderungan terjadi pada Buddhist theravada atau menerima langsung percaya seperti pada praktek-praktek umat pada Buddhist tradisi tantra (mengarah takhayul).
Semoga kawan-kawan buddhist dapat menerima tulisan cinta dari seorang sahabat dan terbebaskan. Untuk lebih jelasnya silahkan renungi tulisan saya pada reply #241 diatas.


semoga bukan memandang dengan kemarahan dan kebanggaan kemapanan (pengetahuan) atta diri
good hope and love
coedabgf

NB : sabar bro gunawan, saya fokus pada tulisan-tulisan akhir, blom fokus baca tulisan-tulisan anda.
       Dan pada teman-teman yang lain, jawaban tentang pertanyaan yang berhubungan kekeristenan
       bagaimana yah, masih mau di ulas?
« Last Edit: 29 March 2009, 10:57:02 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #246 on: 29 March 2009, 10:32:10 AM »
jangan marah yeeh...., inikan lagi ngebahas topik 'Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...', tapi aye salah baca menjadi 'Pernyataan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...'
coba renungkan tulisan aye jangan langsung dikonter meluap-luap atau meledak-ledak. (apanya yang meluap-luap atau yang meledak-ledak yah...?), moga-moga menyadari, melihat mutiara dalam kata-kata, klo tidak..., apalagi yang bisa saya katakan.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #247 on: 29 March 2009, 01:16:53 PM »
mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha, padahal semua itu dinyatakan oleh guru Buddha bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai, seperti :
perkataan mercedes :
-para bijak berkata "pembicaraan apapun juga tidak berdasarkan aniccam bukanlah pembicaraan dari seorang yang bijaksana"
sifat ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang berkondisi adalah kenyataan, realita kebenaran.
bukan sekedar teori imajinasi, khayalan , impian , pendapat atau kepercayaan.
-apa yang nyata secara universal saja : bahwa segala sesuatu yang berkondisi itu memang tidak kekal adanya (anicca).
-banyak orang tidak menyukai kebenaran. mereka lebih suka bentuk kepercayaan.
seindah apapun kedengarannya, suatu bentuk kepercayaan tetaplah hanyalah kepercayaan.
tidak lebih dari sekedar produk khayalan ilusi.
-Sebenarnya sekejab saja menyadari dan mengalami kebenaran langsung jauh lebih berharga daripada hidup beribu-ribu tahun dalam "indah-nya" ilusi.

pernyataan dilbert :
-ada satu hal yang kekal / tidak berubah... dari dulu begitu begitu saja...
MAU TAHU ?... yang kekal dan tidak berubah-ubah dari dulu adalah KETIDAKKEKALAN itu sendiri. Tidak ada yang kekal, yang kekal hanyalah perubahan itu (ketidakkekalan)...

dimana pada setiap pembicaraan timbul pada hakekatnya suatu pernyataan yang bertentangan atau kekacauan dan kebingungan tentang kebenaran sejati yang dimaksudkan guru Buddha, tentang kenyataan kebenaran pemahaman 'ada dan tiada', 'anicca dan anatta', tentang keberadaan (kehidupan) makhluk/mereka yang telah tercerahkan. mengapa?
Seperti sering saya tulis tanyakan 'siapakah yang telah tercerahkan?', karena secara massal (umum) umat (buddhist) saya beri gambaran/ilustrasi sebagai berikut 'dalam kekhayalan berbicara kebenaran sejati'. apa artinya?
coba anda renungkan syair yang sudah saya tuliskan diatas :
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara

Apa maksudnya?, yaitu semua apa yang anda/umat/awam nyatakan, apa yang dibicarakan, sesungguhnya semua dalam lingkup (pandang) kesementaraan saja alias bersifat ilusi saja.
Seperti pembicaraan tentang blind faith? siapa umat/awam (buddhist) yang dapat membuktikan tentang sesuatu yang menjadi inti keyakinan/kepercayaan guru Buddha sehingga Ia dapat mencapai pengetahuan pandangan terang tentang kesejatian inti keberadaan kehidupan sehingga dapat terbebas dari cengkraman/ikatan/cekatan ketidak-kekalan kehidupan sementara yang palsu atau khayal pada sutta udanna VIII.3, sehingga timbul suatu yang diistilahkan umat/awam dengan yang tercerahkan atau Buddha?
Tentang prinsip ehipassiko yang biasa dinyatakan oleh umat/awam yang masih dalam kesementaraan (yang masih terikat pada yang terkondisi) dalam setiap diskusi, itu sebenarnya pada akhirnya tertuju/ditujukan untuk pemuasan (logika) apa?  tetapi guru Buddha menyatakan prinsip itu supaya murid/umat untuk menggali/melihat/membuktikan kebenaran, bukan malah pada posisi yang terbalik yaitu menutup mata atau menolak segala sesuatu yang tidak sesuai atau asing (belum diketahui) karena kemapanan (seolah-olah berpengetahuan) diri (atta) ini biasanya berkecenderungan terjadi pada Buddhist theravada atau menerima langsung percaya seperti pada praktek-praktek umat pada Buddhist tradisi tantra (mengarah takhayul).
Semoga kawan-kawan buddhist dapat menerima tulisan cinta dari seorang sahabat dan terbebaskan. Untuk lebih jelasnya silahkan renungi tulisan saya pada reply #241 diatas.


semoga bukan memandang dengan kemarahan dan kebanggaan kemapanan (pengetahuan) atta diri
good hope and love
coedabgf

NB : sabar bro gunawan, saya fokus pada tulisan-tulisan akhir, blom fokus baca tulisan-tulisan anda.
       Dan pada teman-teman yang lain, jawaban tentang pertanyaan yang berhubungan kekeristenan
       bagaimana yah, masih mau di ulas?
saudara coedabgf yang bijak,
kata-kata itu di ucapkan oleh ven. Ajahn Chah sendiri..

sudah saya katakan di postingan sebelumnya,
syair mengenai "keraguan" akan pencapaian adalah sebuah kebodohan.
ketika kita melihat "anicca" apakah dibutuhkan rekayasa atau semacam pembenaran?
anicca itu begitu "alamiah" sangat alamiah.

sama hal nya dengan kelahiran maka ada jara-marana... semua itu begitu alamiah, tanpa ada penghalang dalam melihat.
hanya ketika seseorang melihat hal ini, orang tersebut ragu akan kebenaran kenyataan.
maka biasanya muncul pada pandangan
"saya umat awam, masih belum tahu apa-apa"
saya umat awam, masih butuh belajar"
saya umat awam, masih harus berguru
saya umat awam, masih harus mengikis khayalan"

inilah beberapa pandangan jika seseorang tidak bisa mandiri membangkitkan kebijaksanaan untuk melihat "secara alamiah"
atau saya sebut "sebagaimana adanya"

1+1 = 2... di ubah bagaimana pun, kenyataannya tetap demikian...
ada kelahiran maka ada penderitaan, di ubah bagaimana pun, kenyataan tetap lah demikian....

demikian pencapaian "apakah harus ada keraguan ketika melihat hasil nya demikian"?
hanya kebodohan yang membuat nya demikian...

ketika seseorang sudah melihat anicca demikian, dan masih "ragu" akan kebenaran anicca. orang tersebut benar-benar bodoh.
=================================
nb:
 "masih butuh belajar" adalah dimana ketika seseorang menguasai 1+1=2 tetapi orang ini ragu akan kebenaran dari hasil 2.
atau ketika seseorang sudah menguasai 1+1=2 tetapi hanya pelajaran itu yang diulang-ulang....

salam metta _/\_
« Last Edit: 29 March 2009, 01:19:40 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #248 on: 29 March 2009, 02:02:56 PM »
1+1=2 anda yakin 1+1=2
soalnya sekarang katanya 4 = 5 loh ;D
dan kalau alam semesta colaps aye yakin energi tetap ada ;D

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #249 on: 29 March 2009, 06:19:04 PM »
saudara coedabgf yang bijak,
kata-kata itu di ucapkan oleh ven. Ajahn Chah sendiri..


ven Ajahn Chah attained kebenaran sejati atau tidak, awam siapa yang tahu.
Kalaupun ven Ajahn Chah mencapai kebenaran sejati, kata-katanya hanyalah kata-kata, realitas kebenarannya hanya dapat diraih oleh pengalaman pribadi. Diluar realitas pengalaman kebenaran sendiri, pengetahuan atau kata-kata kebenaran tetaplah hanyalah ilusi.

Seperti kutipan syair yang saya tulis pada reply #75 :
Di dalam rumahku ada sebuah gua
di dalam gua tidak ada apapun lagi

kekosongan murni benar-benar luar biasa
gemilang dan indah gemerlap bak surya
makanan vegetarian memelihara tubuh tua ini
katun  dan kulit menutupi bentuk ilusif-nya.
biarkan seribu orang suci muncul di hadapanku
aku memiliki Dharmakaya diriku sendiri

Meskipun banyak rintangan saya mengejar sang biarawan agung
pegunungan berkabut sejuta tingkatan tingginya
beliau menunjukkan jalan pulang ke rumah
bulan bundar tunggal lentera langit



sudah saya katakan di postingan sebelumnya,
syair mengenai "keraguan" akan pencapaian adalah sebuah kebodohan.
ketika kita melihat "anicca" apakah dibutuhkan rekayasa atau semacam pembenaran?
anicca itu begitu "alamiah" sangat alamiah.

sama hal nya dengan kelahiran maka ada jara-marana... semua itu begitu alamiah, tanpa ada penghalang dalam melihat.
hanya ketika seseorang melihat hal ini, orang tersebut ragu akan kebenaran kenyataan.
maka biasanya muncul pada pandangan
"saya umat awam, masih belum tahu apa-apa"
saya umat awam, masih butuh belajar"
saya umat awam, masih harus berguru
saya umat awam, masih harus mengikis khayalan"

inilah beberapa pandangan jika seseorang tidak bisa mandiri membangkitkan kebijaksanaan untuk melihat "secara alamiah"
atau saya sebut "sebagaimana adanya"

1+1 = 2... di ubah bagaimana pun, kenyataannya tetap demikian...
ada kelahiran maka ada penderitaan, di ubah bagaimana pun, kenyataan tetap lah demikian....

demikian pencapaian "apakah harus ada keraguan ketika melihat hasil nya demikian"?
hanya kebodohan yang membuat nya demikian...

ketika seseorang sudah melihat anicca demikian, dan masih "ragu" akan kebenaran anicca. orang tersebut benar-benar bodoh.
=================================
nb:
 "masih butuh belajar" adalah dimana ketika seseorang menguasai 1+1=2 tetapi orang ini ragu akan kebenaran dari hasil 2.
atau ketika seseorang sudah menguasai 1+1=2 tetapi hanya pelajaran itu yang diulang-ulang....


salam metta _/\_


tahukah anda mengapa saya malah mengutip syair guru zen diatas dan anda menulis pandangan anda dan kutipan kata-kata ven. Ajahn Chah seperti yang senantiasa anda tulis untuk menyatakan/meneguhkan tataran pengetahuan anda?.
Sebab keBuddhaan sudah diluar dari pengetahuan/kebenaran itu semua, seperti yang sudah saya jelaskan pada tulisan saya terdahulu  yaitu pengajaran itu diutarakan untuk dapat mengadakan pemisahan sebagai berikut : mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha, padahal semua itu dinyatakan oleh guru Buddha bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai’, awal untuk dapat masuk/mengenal dan menyelami kedalam pengetahuan kebenaran sejati (pengalaman udanna VIII.3), masih bersifat dangkal atau kulit luar bukan kebenaran inti yang sesungguhnya yang dimaksudkan guru Buddha tetapi umat/awam sangat tercekat, sukar untuk memisahkan diri.
Seperti (sebagaimana) anda menyatakan pada nb anda :
nb:
"masih butuh belajar" adalah dimana ketika seseorang menguasai 1+1=2 tetapi orang ini ragu akan kebenaran dari hasil 2.
atau ketika seseorang sudah menguasai 1+1=2 tetapi hanya pelajaran itu yang diulang-ulang....

seperti yang sudah saya nyatakan/utarakan pada kutipan kalimat penjelasan tulisan saya diatas ini ‘mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha, padahal semua itu dinyatakan oleh guru Buddha bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai’ dan kalimat yang sebagai berikut bahwa ‘Sebab keBuddhaan sudah diluar dari pengetahuan/kebenaran itu semuasiapakah yang masih berkutat melekat atau tercekat pada pengetahuan itu atau masih tercekat dalam pengalaman tataran keterbatasan keberadaan itu ketika seseorang sudah menguasai 1+1=2 tetapi hanya pelajaran itu yang diulang-ulang....’ hanya dalam kapasitas tataran yang saya bilang ‘masih bersifat dangkal atau kulit luar bukan kebenaran inti yang sesungguhnya yang dimaksudkan guru Buddha tetapi umat/awam sangat tercekat, sukar untuk memisahkan diri’, ‘bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai’, tetapi melainkan ‘sebagai pengetahuan awal untuk dapat masuk/mengenal kedalam pengetahuan kebenaran sejati’. Dan apalagi kalau dalam kapasitas kebenaran kata-kata saja seperti yang sudah saya tulis diatas sebagai berikut :
ven Ajahn Chah attained kebenaran sejati atau tidak, awam siapa yang tahu.
Kalaupun ven Ajahn Chah mencapai kebenaran sejati, kata-katanya hanyalah kata-kata, realitas kebenarannya hanya dapat diraih oleh pengalaman pribadi. Diluar realitas pengalaman kebenaran sendiri, pengetahuan atau kata-kata kebenaran tetaplah hanyalah ilusi.



semoga dengan jawaban dari kutipan-kutipan tulisan yang sudah ada, mau mencoba menyelami dan dapat melihat mutiara dalam tulisan dan mendapatkan jawaban kebenaran atas sanggahan-sanggahan dan pertanyaan-pertanyaan diri yang baru dan mau muncul.
good hope and love
coedabgf
« Last Edit: 29 March 2009, 06:35:05 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #250 on: 29 March 2009, 06:19:54 PM »
ada yang bisa mengerti gak, menangkap maksud tulisan sesungguhnya?
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #251 on: 29 March 2009, 09:04:43 PM »
saudara coedabgf yang bijak,
saya tidak tahu ven,Ajahn Chah itu sudah jagoan atau belum...^^
tetapi yang saya tahu pasti, beliau tidak menambahkan khayalan pada anicca.

anicca tetap anicca....demikian dikatakan itu begini-begitu...
tetaplah itu sifat nya yakni adalah dukkha...bahkan bisa di lihat sekarang pun.
lalu apa hubungannya dengan pencapaian beliau sudah tercerahkan atau belum?

andaikata beliau "belum/telah" tercerahkan... apa berarti kata beliau bahwa "anicca" itu indah lantas harus kita percaya? karena label mereknya.....
bahkan anak TK sekalipun,jika menyatakan kenyataan, dimana apa yang "dia lihat sebagai apa yang dilihat - nya" maka anak itu adalah anak yang lebih pintar dari Ajahn Chah sekalipun.

bagaimana pun "terkenal-nya" seseorang,apabila orang tersebut berkata bahwa segala sesuatu yang berlawanan dengan kenyataan.. maka orang itu tetap lah buta.

sama halnya dengan kutipan sutra...dikatakan telah mencapai sammasambuddha...tetapi kenyataan penderitaan terus menerus ada di situ...
lalu apa untung-nya mencapai sammasambuddha?
dimana letak kebahagiaan-nya?

jelaskan donk.. ^^

Quote
‘mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha, padahal semua itu dinyatakan oleh guru Buddha bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai’, awal untuk dapat masuk/mengenal dan menyelami kedalam pengetahuan kebenaran sejati (pengalaman udanna VIII.3), masih bersifat dangkal atau kulit luar bukan kebenaran inti yang sesungguhnya yang dimaksudkan guru Buddha tetapi umat/awam sangat tercekat, sukar untuk memisahkan diri.

sudah saya posting 2x dan ini ke-3x -nya..
hanya umat "awam" yang memang berpikir demikian.

Quote
‘mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha
apa hubungannya anicca dengan buddha gotama?

gotama hanya menyatakan anicca itu sebagai apa yang dilihat-nya dari kenyataan...
sama seperti penemu hukum gravitasi bumi.....
apa hubungannya penemu dengan konsep/rumus-nya?...
tanpa penemu sekalipun, konsep/rumus itu memang sudah ada sebelumnya...

Quote
‘Sebab keBuddhaan sudah diluar dari pengetahuan/kebenaran itu semua’
kebenaran apapun itu..semua hanya ada dalam pikiran... bukan di luar pikiran.

sama halnya ruang dan waktu....
apakah pikiran ada dalam ruang dan waktu atau
atau ruang dan waktu ada dalam pikiran?

tentu saja ruang dan waktu lah yang ada dalam pikiran.. bukan pikiran ada dalam ruang dan waktu.

matahari,bulan,gunung,anicca,bahkan kita... semua hanya ada didalam pikiran..bukan pikiran ada dalam itu semua.

Quote
‘masih bersifat dangkal atau kulit luar bukan kebenaran inti yang sesungguhnya yang dimaksudkan guru Buddha tetapi umat/awam sangat tercekat, sukar untuk memisahkan diri’, ‘bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai’, tetapi melainkan ‘sebagai pengetahuan awal untuk dapat masuk/mengenal kedalam pengetahuan kebenaran sejati’. Dan apalagi kalau dalam kapasitas kebenaran kata-kata saja seperti yang sudah saya tulis diatas sebagai berikut :
ven Ajahn Chah attained kebenaran sejati atau tidak, awam siapa yang tahu.
Kalaupun ven Ajahn Chah mencapai kebenaran sejati, kata-katanya hanyalah kata-kata, realitas kebenarannya hanya dapat diraih oleh pengalaman pribadi. Diluar realitas pengalaman kebenaran sendiri, pengetahuan atau kata-kata kebenaran tetaplah hanyalah ilusi.

saudara coedabgf yang bijak,
saya ulangi lagi... kalau pikiran seperti itu hanyalah dimiliki bagi seseorang yang "ragu" akan kenyataan yang dilihat-nya.

pikiran membentuk sesuatu yang kita harapkan, akan tetapi kenyataan berbeda..lalu manakah yang benar?
kenyataan lah yang benar...apapun itu.

jadi saya tanyakan kepada anda.....^^
apakah "kelahiran(bhava) = penderitaan(dukkha / jara-marana)" merupakan kebenaran sejati?"
dari tadi kan di bahas kebenaran sejati.....

silahkan anda jawab sendiri. ^^

salam metta.
« Last Edit: 29 March 2009, 09:17:12 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #252 on: 30 March 2009, 07:46:13 AM »
Tentang prinsip ehipassiko yang biasa dinyatakan oleh umat/awam yang masih dalam kesementaraan (yang masih terikat pada yang terkondisi) dalam setiap diskusi, itu sebenarnya pada akhirnya tertuju/ditujukan untuk pemuasan (logika) apa?  tetapi guru Buddha menyatakan prinsip itu supaya murid/umat untuk menggali/melihat/membuktikan kebenaran, bukan malah pada posisi yang terbalik yaitu menutup mata atau menolak segala sesuatu yang tidak sesuai atau asing (belum diketahui) karena kemapanan (seolah-olah berpengetahuan) diri (atta) ini biasanya berkecenderungan terjadi pada Buddhist theravada atau menerima langsung percaya seperti pada praktek-praktek umat pada Buddhist tradisi tantra (mengarah takhayul).


seperti yang sudah saya tulis, saya mo tanya adakah rekan-rekan theravadin lain yang mengerti maksud kebenaran (ultimate truth) tulisan saya?,
sabar bro mercedes, anda pasti dapat jawaban atas pertanyaan anda yang mudah sekali.
 _/\_

« Last Edit: 30 March 2009, 08:00:24 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #253 on: 30 March 2009, 07:54:19 AM »
bro and sis semua...,
lepaskan cangkang... segala (kelekatan) kewujudan. Contoh perumpamaan level tinggi adalah seperti syair guru Buddha tentang bahkan (pengetahuan tertinggi) Dhammapun seperti sebuah rakit yang harus ditinggalkan/ditanggalkan untuk menjejak di pantai seberang, apalagi yang (bersifat) fenomena atau bukan yang nyata/sejati, hanya (bersifat) sementara.

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)
« Last Edit: 30 March 2009, 08:04:30 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #254 on: 30 March 2009, 07:57:47 AM »
eh... aye berani mati yah... yang dibilang the foreigner sendirian masuk kesarang macan....!  ;D
tapi maksudnya baik loh dengan membawa 'good hope and love'.  _/\_
« Last Edit: 30 March 2009, 07:59:47 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

 

anything