//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Akar perpecahan  (Read 101790 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #270 on: 25 December 2009, 10:43:11 AM »

Bila anda mengatakan tidak demikian dgn alasan karena Buddha juga menuai karma semasa hidupnya, dan hanya akan terpupus saat mencapai Anupadisesa nibbana. Silahkan, tapi saya cuma beri info saja bahwa Mahayana tidak demikian karena semasa hidup Buddha sudah tidak menerima karma buruk karena sudah mencabut akar yg bisa membuatnya berbuah.  Semua itu adalah upaya kausalya,


Dalam Riwayat Sang Buddha menurut Theravada, terjadi beberapa kali Sang Buddha mengalami peristiwa buruk, seperti, kakinya terluka hingga berdarah, difitnah oleh Cinca, tidak memperoleh dana makanan dan terpaksa harus memakan makanan kuda  karena bencana kelaparan, dll. dan sehubungan dengan peristiwa ini biasanya Sang Buddha menceritakan penyebabnya yg berasal dari kehidupan lampau.

Bagaimanakah pendapat Mahayana mengenai hal ini?
Benar, Ko, ada dijelaskan di Sutra. Silakan baca Upaya Kausalya Sutra yg sudah saya posting. Hehe..sorry blm punya softcopy bhs.Indo.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Akar perpecahan
« Reply #271 on: 25 December 2009, 10:56:54 AM »
Quote
Seharusnya bro kaji dulu apakah Dharmakaya itu sama dengan Tuhan?  
justru konsep Tuhan itu saya sudah tahu, tetapi dharmakaya itu sepertinya kabur....
jadi saya tanyakan anda dharmakaya itu apa.....misalkan hukum kamma? lantas hukum kamma punya dharmakaya?

bukankah hukum kamma adalah kesunyataan dan lambang hakekat nyata?

Quote
Lho, bukannya saat Buddha membicarakan Nibbana , tidak semua orang mengerti kan? Kecuali telah merealisasinya
Yang merasa tidak berguna kan bro sendiri.
Buddha menjelaskan Trikaya itu kan menyatakan realitas apa adanya dari aspek kondisi seorang Buddha.
Ada hal-hal yang kedengaran tidak berguna pd dirinya, tapi blm tentu pada orang lain. Kalo anda merasa tidak berguna, itu urusan anda. Toh bagi saya berguna.
Ketika Buddha menyatakan diri adalah orang yang telah mencapai Sammasambuddha, ada juga orang lain yg merasa tidak berguna dan tidak percaya. Lalu apakah semua orang mengerti? apakah Ananda mengerti Sammasambuddha itu? Apakah Arahat juga mengerti keadaan seorang Sammasambuddha secara absolut?
begini loh mas chingik.
saat buddha membicarakan nibbana, saat itu tidak ada pendengar yg mungkin mengerti...tetapi buddha bisa mengajari mereka sehingga mereka merealisasikan sendiri Nibbana itu melalui jalanmulia berunsur 8 dan itu bisa di capai kehidupan sekarang
buktinya para Arahat mengetahui dengan pasti nibbana itu seperti apa......> theravada kan demikian.

bagaimana dengan konsep upayakausalya dan Trikaya..
bukankah dikatakan para savaka-arahat saja tidak bisa mengerti apa itu upayakausalya dan trikaya...
jadi apa gunanya buddha membabarkan sesuatu yang tidak mungkin di capai oleh para manusia saat ini.
bukankah ajaran ini disebut useless karena tidak mungkin di mengerti,dipahami apalagi direalisasikan....
sekali lagi saya ulangi, nibbana bisa dicapai oleh arahat...tapi Upayakausalya dan Trikaya itu bagaimana..

tentu beda yg anda contohkan dengan apa yg saya tanyakan.
analogi sederhana nya..
dalam contoh nibbana.....Buddha ibarat guru profesor dan mengajarkan mahasiswa mengenai hukum fisika, professor ini(buddha) telah mengetahui bahwa mahasiswa pasti bisa menangkap apa sy ajarkan.....
buktinya banyak relik dari murid-murid buddha......

tapi dalam contoh trikaya/upayakausalya
buddha mengajarkan para murid TK mengenai hukum fisika, apakah buddha tidak bisa mengetahui bahwa para audience bisa mengerti atau tidak....
siapa yg bisa mencapai sammasambuddha?

Quote
rumusan anda itu juga tidak salah kok.
Pikiran Buddha dan para bodhisatva bahkan para makhluk hidup itu menurut mahayana adalah Sunyata.
Jika anda bilang paralel maupun tidak paralel, maka kedua2nya akan terjebak pada konsep ada suatu DIRI.
anda sekali lagi menghindar dari pertanyaan saya....
sunyata biasa dipakai menjadi kesunyataan yang artinya tidak lain adalah hukum alam yg pasti bersifat ada dan mutlak.......kalau dalam bahasa dhamma kita kenal "paramatha-dhamma"


kalau dikatakan pikiran Buddha dan bodhisatta adalah paramatha dhamma....berarti mereka sama
jadi yg saya tanyakan apakah pikiran Buddha dan boddhisatta adalah pararel?

sebenarnya hal ini agak aneh kalau menjelaskan bagaimana rumusan bisa diganti atau tidak...karena anda hanya memakai opini pribadi anda....maka kalau ada kutipan sutra baru lebih cocok....
lagian anda bukan seorang sammasambuddha,dan bukan savaka-buddha atau boddhisatva....

--------------------------------------------
kalau anda katakan menjalin ikatan hubungan kamma, saya tidak bisa comment deh.....mungkin bisa benar ,,bisa tidak.
soalnya anda katakan boddhisatva sengaja bermenasipasi agar terjalin hubungan satu sama lain sebagai ikatan..... ^:)^
alangkah baik kalau ada kutipan sutra mengenai itu.

Quote
Oke saya mengerti analogi anda.
Tapi menurut pandangan Mahayana, seorang yang sampai divyakarana oleh seorang Sammasambuddha, dia tidak akan merosot dan juga tidak terbelokkan ,memang beda, tapi keduan2nya tidak akan terjadi. Mengapa? Indikasi ini dapat diukur dari saat Buddha meramalkan Sumedha, dunia ini berguncang, para dewa merayakannya, Buddha memujinya. Yang artinya, Sumedha sudah menjadi siswa jenius dan teladan. Siswa teladan tidak mungkin menyontek lagi, karena dia tahu itu sikap yang berlawanan dengan keteladanannya itu sendiri.
Kalo semua orang masih menyontek, maka semua orang pada saat itu juga bisa saja diramalkan akan menjadi dokter. Tapi tidak. Mengapa, karena hanya calon dokter yg pasti tidak nyontek, pasti tidak dapat nilai dibawah 6 yg pantas membuat semesta ini berguncang dan diramalkan oleh Buddha.
Demikian pandangan saya.
Dan saya juga menghormati pandangan anda. Terima kasih
kalau begitu opsi yg dikatakan om Indra... ;D menerima kamma buruk dari kehidupan lampau..
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #272 on: 25 December 2009, 06:47:57 PM »
Quote
justru konsep Tuhan itu saya sudah tahu, tetapi dharmakaya itu sepertinya kabur....
jadi saya tanyakan anda dharmakaya itu apa.....misalkan hukum kamma? lantas hukum kamma punya dharmakaya?

bukankah hukum kamma adalah kesunyataan dan lambang hakekat nyata?
Dharmakaya merupakan suatu istilah yang merepresentasilkan realitas sejati dari pencerahan tertinggi (Sammasambuddha).
Dalam Sutra FoShuoDaCengTongXingJing (Buddha membabarkan Kesamaan Hakikat dalam Mahayana) , Buddha berkata, "Pria yang bajik, yang dimaksud dengan Dharmakaya sejati dari Tathagata adalah Tiada rupa, tiada kemunculan, tiada melekat, tiada dapat dilihat, tidak terkatakan, tiada tempat berdiam, tiada wujud, tiada akibat. Tiada lahir, tiada lenyap, tiada yg bisa dianalogikan"

Mengapa dikatakan realita sejati? Karena apa yang bisa dilihat dan bisa dipersepsikan bukanlah realitas sejati, karena apa yang bisa dilihat dan dipersepsikan tidak terhindar dari subjek penderitaan, ketidakkekalan.
Oleh karena itu ketika melihat Sang Buddha anda hanya melihat sesosok fisik manusia. Bukan Dharmakaya. Karena fisik mewakili sifat ketidakkekalan, karena tidak kekal dia akan hancur. Karena hancur maka dia tidak merepresentasikan realita sejati. Realita sejati itulah maka saya mengatakannya Sunyata.

 
Apakah definisi di atas dapat disamakan dengan konsep Tuhan?
 
 
Quote
begini loh mas chingik.
saat buddha membicarakan nibbana, saat itu tidak ada pendengar yg mungkin mengerti...tetapi buddha bisa mengajari mereka sehingga mereka merealisasikan sendiri Nibbana itu melalui jalanmulia berunsur 8 dan itu bisa di capai kehidupan sekarang
buktinya para Arahat mengetahui dengan pasti nibbana itu seperti apa......> theravada kan demikian.

bagaimana dengan konsep upayakausalya dan Trikaya..
bukankah dikatakan para savaka-arahat saja tidak bisa mengerti apa itu upayakausalya dan trikaya...
jadi apa gunanya buddha membabarkan sesuatu yang tidak mungkin di capai oleh para manusia saat ini.
bukankah ajaran ini disebut useless karena tidak mungkin di mengerti,dipahami apalagi direalisasikan....
sekali lagi saya ulangi, nibbana bisa dicapai oleh arahat...tapi Upayakausalya dan Trikaya itu bagaimana..

tentu beda yg anda contohkan dengan apa yg saya tanyakan.
analogi sederhana nya..
dalam contoh nibbana.....Buddha ibarat guru profesor dan mengajarkan mahasiswa mengenai hukum fisika, professor ini(buddha) telah mengetahui bahwa mahasiswa pasti bisa menangkap apa sy ajarkan.....
buktinya banyak relik dari murid-murid buddha......

tapi dalam contoh trikaya/upayakausalya
buddha mengajarkan para murid TK mengenai hukum fisika, apakah buddha tidak bisa mengetahui bahwa para audience bisa mengerti atau tidak....
siapa yg bisa mencapai sammasambuddha?
Memang yang dibabarkannya itu bukan utk tujuan kehidupan ini saja. Tapi utk tujuan kehidupan mendatang yakni jalur bodhisatva yang harus ditempuh dalam banyak kehidupan, itulah yang dibabarkan. Kata siapa useless, dan tidak bisa direalisasikan? Itukan menurut pandangan anda. Pandangan Mahayana merasa bisa direalisasikan dengan kekuatan tekad. Jika tidak bisa direalisasikan, mengapa Sumedha rela melepas keinginan mencapai Arahat dan memilih mencapai Sammasambuddha. Karena dia yakin dari apa yang direnungkan itu bisa direalisasikan. Dan Semua ini kini dibabarkan kembali kepada semua siswa yg memlih jalur ini. Apa yg bisa dicapai seorang Sammasambuddha , maka tidak ada alasan bagi orang lain tidak bisa mencapainya. Apa yg tidak dimengerti pd saat sekarang, tidak mungkin akan selamanya tidak mengerti bila ia berusaha.
Soal useles atau tidak, tidak perlu jauh2, memang benar Nibbana bisa dicapai pd kehidupan sekarang, tapi apakah anda bisa mencapai pd khidupan skrg? adik anda, papa dan ibu anda, apakah mereka mengerti?  Jika tidak maka sama saja menjadi useles . Tapi tidak berarti ajaran itu tidak berguna, begitu juga.

Anda mengatakan "nibbana bisa dicapai oleh Arahat, bagaimana dengan Upaya Kausalya dan Trikaya? Ya, tentu saja bisa dilakukan apabila mengambil jalur Bodhisatva.

Analogi anda dalam contoh:
 "nibbana.....Buddha ibarat guru profesor dan mengajarkan mahasiswa mengenai hukum fisika, professor ini(buddha) telah mengetahui bahwa mahasiswa pasti bisa menangkap apa sy ajarkan.....
buktinya banyak relik dari murid-murid buddha......

tapi dalam contoh trikaya/upayakausalya
buddha mengajarkan para murid TK mengenai hukum fisika, apakah buddha tidak bisa mengetahui bahwa para audience bisa mengerti atau tidak....
siapa yg bisa mencapai sammasambuddha?"

Penjelasan saya: Buddha mengetahuinya,makanya dia tidak mengajar ke Arahat, tapi ke Bodhisatva. Dan itulah mengapa ajaran2 jalan bodhisatva tidak dimasukkan ke kategori Agama Sutra. Melainkan Vaipulya Sutra. 

Quote
kalau dikatakan pikiran Buddha dan bodhisatta adalah paramatha dhamma....berarti mereka sama
jadi yg saya tanyakan apakah pikiran Buddha dan boddhisatta adalah pararel?
Saya tidak mengerti apa maksud paralel anda.
Kalo dikatakan Dharmakaya itu sebagai paramatha dhamma, memang demikian adanya. 


Quote
sebenarnya hal ini agak aneh kalau menjelaskan bagaimana rumusan bisa diganti atau tidak...karena anda hanya memakai opini pribadi anda....maka kalau ada kutipan sutra baru lebih cocok....
lagian anda bukan seorang sammasambuddha,dan bukan savaka-buddha atau boddhisatva....

Saya tidak pernah lihat ada ketentuan di Sutra terdapat seperti rumusan yang anda baca. Mohon anda kasi tau anda dapat dari kutipan Sutra apa.
 Tapi dari rumusan itu saya dapat menangkap orang yang menulis ini hanya menjabarkan secara praktis. Dan itu bisa dibenarkan juga, tergantung konteks penjelasannya. 
Mengapa? Karena Trikaya memang dimiliki oleh setiap Buddha. Secara hakikatpun dimiliki oleh setiap makhluk hidup, hanya bedanya para makhluk hidup belum "menyadari" nya. Dharmakaya kadang disebut juga Hakikat Buddha. Jadi dalam Sutra Avatamsaka memang menyatakan "semua makhluk memiliki hakikat kebajikan Tathagata, hanya saja mereka tersesat sehingga tidak dapat merealisasinya". 

Salah satu kamus Buddha dharma Mahayana karya Chen Yixiao menyatakan "Realitas Sejati" = Disebut juga Hakikat Buddha, Hakikat Dharma,Buthata (Kedemikianan), Dharmakaya, Paramartha.
 
Jadi Dharmakaya itu adalah sama dengan Paramartha (Kebenaran mutlak) yg merupakan aspek dari realita sejati. 

Sampai sejauh ini, anda baru menolak opini saya dengan alasan saya bukan arahat, savakabuddha, atau sammasambuddha.
Lalu apakah saya harus percaya dengan opini anda lantaran anda hanya putthujana seperti saya? hehe...

Quote
kalau anda katakan menjalin ikatan hubungan kamma, saya tidak bisa comment deh.....mungkin bisa benar ,,bisa tidak.
soalnya anda katakan boddhisatva sengaja bermenasipasi agar terjalin hubungan satu sama lain sebagai ikatan.....
alangkah baik kalau ada kutipan sutra mengenai itu.
hm...ada di Sutra : 佛說大乘菩薩藏正法經 (Sutra Buddha membabarkan tentang Dharma sejati gudang bodhisatva mahayana), bagian ke 8, Ksanti Paramita Varga. :
"Sariputra, pada saat itu (sebagai bodhisatva),  setelah Aku mengajarkan dharma kepada para pengikut Mara, agar para makhluk hidup mematangkan akar kebajikan mereka, hingga [pada masa mendatang] dapat mencapai Anuttara Samyaksambuddha. Juga kepada para makhluk yang [wataknya] munafik, melanggar sila, menyenangi hal-hal yang tidak bajik, sulit dibimbing, juga kepada para makhluk yang penuh dengan keserakahan, penuh dengan kebencian dan penuh dengan kegelapan batin,  maka [Aku akan] menjalin jodoh karma baik [dengan mereka], agar mereka dapat mematangkan Anuttara Samyaksambodhi. Dengan tekad setelah Aku mencapai Pencerahan Sempurna, maka para makhluk tersebut dapat Aku bimbing hingga mencapai Nirvana.     

Jadi yang bisa dibimbing, bodhisatva akan membimbing, sedangkan bagi yang tidak bisa dibimbing , bodhisatva akan tetap menjalin jodoh karma baik dengan mereka.
Contoh jika ada yg tertarik dgn dhamma, anda bisa mengajarkannya tentang ajaran dhamma. Bila mereka tidak tertarik, atau memusuhi anda , anda juga harus bertekad suatu saat dapat membuat mereka tertarik. Caranya adalah anda tetap harus berbaikan dengan mereka ,membantu mereka dalam bentuk apapun, bahkan, bahkan dengan tersenyum pd orang yg tidak dikenal, itu sudah termasuk menjalin jodoh karma baik. Esensinya di situ. Tujuannya agar pd masa kapan pun juga, bila kondisi karma sudah matang, orang bersangkutan akan lebih mudah berinteraksi dgn kita. Begitulah kira2. hehe...maklum pnjelasannya tidak berbobot. Mohon dimaklumi. 

Quote
kalau begitu opsi yg dikatakan om Indra...  menerima kamma buruk dari kehidupan lampau..
iya udah tahu , hehe..
sejauh itu ya memang saya tahu versi Theravada demikian , cuma walaupun menerima kamma buruk, tapi tidak seharusnya masih menciptakan karma buruk baru. Maksud saya dalam Theravada masih menerima pandangan bahwa Bodhisatta masih berbuat karma buruk yang baru, sedangkan Mahayana tidak lagi sebagai seorang Bodhisatva yg telah divyakarana.
Demikian perbedaan pandangan antara dua aliran. Mau terima mana ya silakan..mau tolak yg mana sialakn terserah, bebas. Yang penting dengan bersandarkan Kalama Sutta, kita tidak pernah berhenti belajar...hehe..
   

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #273 on: 26 December 2009, 10:11:53 AM »
Quote
Quote
Loh kenapa? bukankah sejalan dengan kata-kata mas Chingik sendiri?
"Intinya tujuannya memberi manfaat, apa manfaatnya tentu ada kronologi sebab akibat . Kadang memperlihatkan sikap sepele juga ada manfaatnya. Silakan cermati sikap yg terlihat sepele, kadang bisa memberi inspirasi. "

Menjadi nyamuk lebih mudah lagi memberi manfaat pada penghuni rawa kan? oh ya saya mendadak ingin kasih GRP untuk mas Chingik atas ketabahannya.

By the way, kalau Bodhisatva jadi nyamuk menghisap darah termasuk melanggar vegetarian nggak ya?

Kalo yang bro maksudkan sejalan itu, ya okelah. clear.
Thanks atas GRP , akhirnya saya berketik mati-matian tidak sia sia wkwkwk...just kidding. saya jg ga tau apa gunanya grp itu hehehe..
Semua pertanyaan dari rekan2 di sini cukup membuat saya senang dan hargai , karena bisa dorong saya lebih rajin menggali nilai2 ajaran Buddha.

oya , saya sih percaya bodhisatva ga isep darahlah, kan bukan drakula. :))

Mas Chingik belum menjawab pertanyaan saya, tambah satu pertanyaan lagi, menurut Mahayana memungkinkan Bodhisatva beremanasi menjadi nyamuk kan? Upaya Kausalya: walau nampak sepele wkwkwkwk....

 _/\_

misalnya dan seandainya kalau pernah juga knapa bro? lalu apakah nyamuk jg menghisap darah? bisa saja tidak.
mungkin anda akan bilang bukankah itu sifat alami binatang
bodhisatva kan tidak benar2 menjadi binatang. sama prinsip saat Buddha menjelma jadi makhluk dewa, mara. apakah Buddha lalu dilihat sebagai dewa, mara?
hehe..begitulah kira2.

Jadi maksud mas Chingik Bodhisatva tak pernah bereinkarnasi atau bertumimbal lahir ya? yang ada hanya emanasi?
Sang Buddha bisa bersalin-rupa sebagai mahluk apapun, tetapi Beliau tetap di alam manusia, dipengaruhi hukum karma dan hukum alam, Bodhisatwa di alam mana? apakah Bodhisatva dipengaruhi hukum alam atau tidak?
The truth, and nothing but the truth...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #274 on: 26 December 2009, 10:29:44 AM »
Mahayana = cenderung ke jalur Bodhisatva (menuju Sammasambuddha, pertapa Sumedha contohnya)
Theravada = cenderung ke jalur Arahat (menuju Savaka Buddha, para siswa Buddha Gotama contohnya)

Secara simplistik..... tinggal pilih aja.....dengan kata lain.....gitu aja kok repot  ;D
yaa... gitu deh

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #275 on: 26 December 2009, 10:35:16 AM »
Eh kelupaan pertanyaannya belum dijawab mas chingik, kalau Bodhisatva sebagai nyamuk menghisap darah (andaikan menghisap darah seperti Padmasambhava yang juga menghisap darah untuk mengobati orang) merupakan pelanggaran sumpah vegetarian atau tidak?
The truth, and nothing but the truth...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Akar perpecahan
« Reply #276 on: 29 December 2009, 11:16:31 PM »
Quote
justru konsep Tuhan itu saya sudah tahu, tetapi dharmakaya itu sepertinya kabur....
jadi saya tanyakan anda dharmakaya itu apa.....misalkan hukum kamma? lantas hukum kamma punya dharmakaya?

bukankah hukum kamma adalah kesunyataan dan lambang hakekat nyata?
Dharmakaya merupakan suatu istilah yang merepresentasilkan realitas sejati dari pencerahan tertinggi (Sammasambuddha).
Dalam Sutra FoShuoDaCengTongXingJing (Buddha membabarkan Kesamaan Hakikat dalam Mahayana) , Buddha berkata, "Pria yang bajik, yang dimaksud dengan Dharmakaya sejati dari Tathagata adalah Tiada rupa, tiada kemunculan, tiada melekat, tiada dapat dilihat, tidak terkatakan, tiada tempat berdiam, tiada wujud, tiada akibat. Tiada lahir, tiada lenyap, tiada yg bisa dianalogikan"

Mengapa dikatakan realita sejati? Karena apa yang bisa dilihat dan bisa dipersepsikan bukanlah realitas sejati, karena apa yang bisa dilihat dan dipersepsikan tidak terhindar dari subjek penderitaan, ketidakkekalan.
Oleh karena itu ketika melihat Sang Buddha anda hanya melihat sesosok fisik manusia. Bukan Dharmakaya. Karena fisik mewakili sifat ketidakkekalan, karena tidak kekal dia akan hancur. Karena hancur maka dia tidak merepresentasikan realita sejati. Realita sejati itulah maka saya mengatakannya Sunyata.

 
Apakah definisi di atas dapat disamakan dengan konsep Tuhan?
  
 
Quote
begini loh mas chingik.
saat buddha membicarakan nibbana, saat itu tidak ada pendengar yg mungkin mengerti...tetapi buddha bisa mengajari mereka sehingga mereka merealisasikan sendiri Nibbana itu melalui jalanmulia berunsur 8 dan itu bisa di capai kehidupan sekarang
buktinya para Arahat mengetahui dengan pasti nibbana itu seperti apa......> theravada kan demikian.

bagaimana dengan konsep upayakausalya dan Trikaya..
bukankah dikatakan para savaka-arahat saja tidak bisa mengerti apa itu upayakausalya dan trikaya...
jadi apa gunanya buddha membabarkan sesuatu yang tidak mungkin di capai oleh para manusia saat ini.
bukankah ajaran ini disebut useless karena tidak mungkin di mengerti,dipahami apalagi direalisasikan....
sekali lagi saya ulangi, nibbana bisa dicapai oleh arahat...tapi Upayakausalya dan Trikaya itu bagaimana..

tentu beda yg anda contohkan dengan apa yg saya tanyakan.
analogi sederhana nya..
dalam contoh nibbana.....Buddha ibarat guru profesor dan mengajarkan mahasiswa mengenai hukum fisika, professor ini(buddha) telah mengetahui bahwa mahasiswa pasti bisa menangkap apa sy ajarkan.....
buktinya banyak relik dari murid-murid buddha......

tapi dalam contoh trikaya/upayakausalya
buddha mengajarkan para murid TK mengenai hukum fisika, apakah buddha tidak bisa mengetahui bahwa para audience bisa mengerti atau tidak....
siapa yg bisa mencapai sammasambuddha?
Memang yang dibabarkannya itu bukan utk tujuan kehidupan ini saja. Tapi utk tujuan kehidupan mendatang yakni jalur bodhisatva yang harus ditempuh dalam banyak kehidupan, itulah yang dibabarkan. Kata siapa useless, dan tidak bisa direalisasikan? Itukan menurut pandangan anda. Pandangan Mahayana merasa bisa direalisasikan dengan kekuatan tekad. Jika tidak bisa direalisasikan, mengapa Sumedha rela melepas keinginan mencapai Arahat dan memilih mencapai Sammasambuddha. Karena dia yakin dari apa yang direnungkan itu bisa direalisasikan. Dan Semua ini kini dibabarkan kembali kepada semua siswa yg memlih jalur ini. Apa yg bisa dicapai seorang Sammasambuddha , maka tidak ada alasan bagi orang lain tidak bisa mencapainya. Apa yg tidak dimengerti pd saat sekarang, tidak mungkin akan selamanya tidak mengerti bila ia berusaha.
Soal useles atau tidak, tidak perlu jauh2, memang benar Nibbana bisa dicapai pd kehidupan sekarang, tapi apakah anda bisa mencapai pd khidupan skrg? adik anda, papa dan ibu anda, apakah mereka mengerti?  Jika tidak maka sama saja menjadi useles . Tapi tidak berarti ajaran itu tidak berguna, begitu juga.

Anda mengatakan "nibbana bisa dicapai oleh Arahat, bagaimana dengan Upaya Kausalya dan Trikaya? Ya, tentu saja bisa dilakukan apabila mengambil jalur Bodhisatva.

Analogi anda dalam contoh:
 "nibbana.....Buddha ibarat guru profesor dan mengajarkan mahasiswa mengenai hukum fisika, professor ini(buddha) telah mengetahui bahwa mahasiswa pasti bisa menangkap apa sy ajarkan.....
buktinya banyak relik dari murid-murid buddha......

tapi dalam contoh trikaya/upayakausalya
buddha mengajarkan para murid TK mengenai hukum fisika, apakah buddha tidak bisa mengetahui bahwa para audience bisa mengerti atau tidak....
siapa yg bisa mencapai sammasambuddha?"

Penjelasan saya: Buddha mengetahuinya,makanya dia tidak mengajar ke Arahat, tapi ke Bodhisatva. Dan itulah mengapa ajaran2 jalan bodhisatva tidak dimasukkan ke kategori Agama Sutra. Melainkan Vaipulya Sutra.  

Quote
kalau dikatakan pikiran Buddha dan bodhisatta adalah paramatha dhamma....berarti mereka sama
jadi yg saya tanyakan apakah pikiran Buddha dan boddhisatta adalah pararel?
Saya tidak mengerti apa maksud paralel anda.
Kalo dikatakan Dharmakaya itu sebagai paramatha dhamma, memang demikian adanya.  


Quote
sebenarnya hal ini agak aneh kalau menjelaskan bagaimana rumusan bisa diganti atau tidak...karena anda hanya memakai opini pribadi anda....maka kalau ada kutipan sutra baru lebih cocok....
lagian anda bukan seorang sammasambuddha,dan bukan savaka-buddha atau boddhisatva....

Saya tidak pernah lihat ada ketentuan di Sutra terdapat seperti rumusan yang anda baca. Mohon anda kasi tau anda dapat dari kutipan Sutra apa.
 Tapi dari rumusan itu saya dapat menangkap orang yang menulis ini hanya menjabarkan secara praktis. Dan itu bisa dibenarkan juga, tergantung konteks penjelasannya.  
Mengapa? Karena Trikaya memang dimiliki oleh setiap Buddha. Secara hakikatpun dimiliki oleh setiap makhluk hidup, hanya bedanya para makhluk hidup belum "menyadari" nya. Dharmakaya kadang disebut juga Hakikat Buddha. Jadi dalam Sutra Avatamsaka memang menyatakan "semua makhluk memiliki hakikat kebajikan Tathagata, hanya saja mereka tersesat sehingga tidak dapat merealisasinya".  

Salah satu kamus Buddha dharma Mahayana karya Chen Yixiao menyatakan "Realitas Sejati" = Disebut juga Hakikat Buddha, Hakikat Dharma,Buthata (Kedemikianan), Dharmakaya, Paramartha.
 
Jadi Dharmakaya itu adalah sama dengan Paramartha (Kebenaran mutlak) yg merupakan aspek dari realita sejati.  

Sampai sejauh ini, anda baru menolak opini saya dengan alasan saya bukan arahat, savakabuddha, atau sammasambuddha.
Lalu apakah saya harus percaya dengan opini anda lantaran anda hanya putthujana seperti saya? hehe...

Quote
kalau anda katakan menjalin ikatan hubungan kamma, saya tidak bisa comment deh.....mungkin bisa benar ,,bisa tidak.
soalnya anda katakan boddhisatva sengaja bermenasipasi agar terjalin hubungan satu sama lain sebagai ikatan.....
alangkah baik kalau ada kutipan sutra mengenai itu.
hm...ada di Sutra : 佛說大乘菩薩藏正法經 (Sutra Buddha membabarkan tentang Dharma sejati gudang bodhisatva mahayana), bagian ke 8, Ksanti Paramita Varga. :
"Sariputra, pada saat itu (sebagai bodhisatva),  setelah Aku mengajarkan dharma kepada para pengikut Mara, agar para makhluk hidup mematangkan akar kebajikan mereka, hingga [pada masa mendatang] dapat mencapai Anuttara Samyaksambuddha. Juga kepada para makhluk yang [wataknya] munafik, melanggar sila, menyenangi hal-hal yang tidak bajik, sulit dibimbing, juga kepada para makhluk yang penuh dengan keserakahan, penuh dengan kebencian dan penuh dengan kegelapan batin,  maka [Aku akan] menjalin jodoh karma baik [dengan mereka], agar mereka dapat mematangkan Anuttara Samyaksambodhi. Dengan tekad setelah Aku mencapai Pencerahan Sempurna, maka para makhluk tersebut dapat Aku bimbing hingga mencapai Nirvana.      

Jadi yang bisa dibimbing, bodhisatva akan membimbing, sedangkan bagi yang tidak bisa dibimbing , bodhisatva akan tetap menjalin jodoh karma baik dengan mereka.
Contoh jika ada yg tertarik dgn dhamma, anda bisa mengajarkannya tentang ajaran dhamma. Bila mereka tidak tertarik, atau memusuhi anda , anda juga harus bertekad suatu saat dapat membuat mereka tertarik. Caranya adalah anda tetap harus berbaikan dengan mereka ,membantu mereka dalam bentuk apapun, bahkan, bahkan dengan tersenyum pd orang yg tidak dikenal, itu sudah termasuk menjalin jodoh karma baik. Esensinya di situ. Tujuannya agar pd masa kapan pun juga, bila kondisi karma sudah matang, orang bersangkutan akan lebih mudah berinteraksi dgn kita. Begitulah kira2. hehe...maklum pnjelasannya tidak berbobot. Mohon dimaklumi.  

Quote
kalau begitu opsi yg dikatakan om Indra...  menerima kamma buruk dari kehidupan lampau..
iya udah tahu , hehe..
sejauh itu ya memang saya tahu versi Theravada demikian , cuma walaupun menerima kamma buruk, tapi tidak seharusnya masih menciptakan karma buruk baru. Maksud saya dalam Theravada masih menerima pandangan bahwa Bodhisatta masih berbuat karma buruk yang baru, sedangkan Mahayana tidak lagi sebagai seorang Bodhisatva yg telah divyakarana.
Demikian perbedaan pandangan antara dua aliran. Mau terima mana ya silakan..mau tolak yg mana sialakn terserah, bebas. Yang penting dengan bersandarkan Kalama Sutta, kita tidak pernah berhenti belajar...hehe..
  
bro chingik, masalah relasi dengan makhluk hidup sy kira sudah clear...jadi saya tidak bahas lagi..
karena analogi anda masih masuk akal...^^

hanya.....
masalah boddhisattva dan trikaya serta upaya kausalya..

Trikaya dikatakan hanya "sammasambuddha" yang mampu memiliki tubuh itu..berarti sammasambuddha lah yg mengerti dengan baik....mengapa bisa boddhisatva juga punya? apakah para savaka juga punya?

terus....jika ajaran itu di tujukan pada Boddhisatva...mengapa Nagarjuna mengambil dan membawa ke alam manusia?
apakah nagarjuna juga asal ngambil kitab tanpa melihat isi?

kemudian apabila di ambil di Alam DEWA, kitab itu dalam bentuk tulisan bahasa apa? apakah sangkrit?
jadi anda mau mengatakan bahwa para dewa memakai bahasa sangkrit?
sederhana saja,

jika Sammasambuddha sengaja membabarkan ajaran ini pada boddhisatva, mengapa pada savaka mengutip yg tidak dimengerti?
kemudian jika sammasambuddha secara privat mengajarkan pada boddhisatva, mengapa nagarjuna mengambil apa yg diri-nya tidak tahu.....

kemudian, apakah bisa saya katakan apabila anda mati lalu lahir di alam surga barat amitabha....sebutan untuk buddha disitu apa? apakah status nya dharmakaya atau nirmana kaya?

apakah buddha amitabha disitu termasuk alam manusia atau alam dewa? apabila alam dewa....berarti rupa amitabha juga termasuk nirmana kaya donk.....

jadi status dharma kaya dan nirmana kaya itu yg bagaimana?

kemudian mengapa ada boddhisatva avalokitesvara?

Quote
Sambhoga-Kaya merupakan Sinar Agung yang terpancar dari tubuh Sang Buddha dan merupakan manifestasi sifat dasar Buddha yang dimiliki oleh Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna [Samyaksambodhi/Sammasambodhi] atau Bodhisattva yang telah mencapai bhumi tingkat ke-10. Sambogha-Kaya berwujud sebagai kekuatan atau cahaya yang hanya dapat dirasakan secara rohani, diwujudkan dalam bentuk simbol dari kelahiran dan kematian.

Dalam Suvarnaprabhasa dan Abhisamayalankara-karika dijelaskan bahwa Sambhoga-Kaya adalah suatu tubuh yang sangat halus dari Buddha, diberkahi dengan semua tanda dari mahapurusa dan umumnya dianggap oleh Buddha untuk memberikan kebenaran yang lebih tinggi termasuk kebenaran metafisika kepada para Bodhisattva yang telah sangat maju.

jadi kalau dikatakan avalokitesvara adalah "seorang sammasambuddha" yang menyamar atau berubah bentuk........
berarti Gotama adalah avalokitesvara dan avalokitesvara adalah gotama...

dan mereka Pararel donk tentu nya.....

apakah tidak disebut aneh apabila Gotama mengajarkan kepada diri - nya sendiri?

dan apabila Dharmakaya dikatakan "hukum kesunyataan" saya ganti saja dengan hukum kamma...
apabisa hukum kamma ber emansipasi menjadi sebuah gambar? atau beremansipasi jadi seorang buddha bernama buddha kamma?
« Last Edit: 29 December 2009, 11:18:31 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Akar perpecahan
« Reply #277 on: 31 December 2009, 01:33:08 PM »
Quote
Trikaya dikatakan hanya "sammasambuddha" yang mampu memiliki tubuh itu..berarti sammasambuddha lah yg mengerti dengan baik....mengapa bisa boddhisatva juga punya? apakah para savaka juga punya?

Yang memiliki Trikaya sekaligus itu hanya Samyaksambuddha dan Bodhisattva Bhumi 10 YANG sudah diabhiseka Samyaksambuddha.

Quote
terus....jika ajaran itu di tujukan pada Boddhisatva...mengapa Nagarjuna mengambil dan membawa ke alam manusia?
apakah nagarjuna juga asal ngambil kitab tanpa melihat isi?

kemudian apabila di ambil di Alam DEWA, kitab itu dalam bentuk tulisan bahasa apa? apakah sangkrit?
jadi anda mau mengatakan bahwa para dewa memakai bahasa sangkrit?
sederhana saja,

jika Sammasambuddha sengaja membabarkan ajaran ini pada boddhisatva, mengapa pada savaka mengutip yg tidak dimengerti?

Saya hanya coba bantu menjawab beberapa ya, krn pertanyaan ditujukan ke bro. chingik.

Pertanyaan ini sudah saya jawab dulu-dulu, entah anda baca atau tidak, tapi ada baiknya kalau anda mau nyari, sehingga tidak diulang2 terus.

Jujur saya agak bingung dengan pertanyaan anda.

Memang kalau ditujukan kepada para Bodhisattva, maka tidak boleh dibawa ke alam manusia? Statement macam ini sungguh aneh dan agak lucu.

Para Sravaka Arhat terkadang tidak mengerti ajaran Mahayana adalah karena memiliki kemelekatan akan kedamaian ekstrim, sedangkan manusia biasa [prthagjana] yang berjodoh dengan Buddha Dharma dan memiliki tekad menjadi Samyaksambuddha tidak memiliki halangan semacam itu.

Maka dari itu prthagjana yang baru masuk ke jalur Bodhisattva saja kemungkinan bisa lebih paham daripada para Arhat karena mereka tidak memiliki kemelekatan akan kedamaian ekstrim.

Apabila seseorang menempuh terlebih dahulu jalur Sravaka baru kemudian Samyaksambuddha, maka ini akan membutuhkan waktu lebih lama daripada orang yang sedari awal sudah masuk ke jalur Bodhisattva dan berusaha menjadi Samyaksambuddha.

Maka dari itu Nagarjuna membawa Sutra-sutra Mahayana dari alam Naga untuk disebarkan ke manusia biasa yang berjodoh dengan jalan Bodhisattva dalam Buddha Dharma.

Diambil di alam tertentu, bukan berarti harus ditulis juga di sana kan?

Lagipula alam dewa atau naga di sini tidak berarti harus diambil harafiahnya, karena dulu di India memang ada suku Naga dan suku Deva yang tinggal di pedalaman. Berdasarkan hipotesa dari satu sejarawan, tradisi Mahayana ini berasal dari bhiksu-bhiksu hutan. Ini sangat cocok mengingat Pedalaman - Hutan - tempat yang "tersembunyi" - cocok untuk menyimpan Sutra-sutra Mahayana.

Apalagi di Gunung Vimalasvabhava Ananda mengulang kembali sabda Mahayana dari Sang Buddha dengan bantuan para Bodhisattva. Gunung Vimalasvabhava ini ya adanya di dunia manusia dan kemudian diteruskan secara oral dan tertulis oleh Tripitakadhara dalam kelompok-kelompok Bodhisattva Bhiksu [para bhiksu yang mengambil jalur Mahayana].

Lagipula......sederhana saja..... anda yakin para deva tidak mampu menulis / menggunakan Sanskrit? Kalau gitu dewa di negara Thai tidak mengerti apabila ada orang yang memohon menggunakan bahasa Indonesia? Lucu banget.

Tidak semua Sravaka Arhat tidak paham Mahayana. Para Sravaka Arhat yang merupakan siswa-siswa utama Sang Buddha mampu memahami Mahayana, namun yang bukan Siswa Utama hanya sedikit yang memahami.

Quote
kemudian jika sammasambuddha secara privat mengajarkan pada boddhisatva, mengapa nagarjuna mengambil apa yg diri-nya tidak tahu.....

Pertanyaan lucu. Memangnya Nagarjuna mengambil jalan Sravaka sehingga nggak bisa paham / tahu?

Quote
apakah buddha amitabha disitu termasuk alam manusia atau alam dewa? apabila alam dewa....berarti rupa amitabha juga termasuk nirmana kaya donk.....

Tidak bisa digolongkan manusia maupun dewa, krn sistem alam di Tanah Suci udah beda lagi, tidak ada neraka, tidak ada alam hewan atau setan asura manusia atau dewa.

Quote
jadi kalau dikatakan avalokitesvara adalah "seorang sammasambuddha" yang menyamar atau berubah bentuk........
berarti Gotama adalah avalokitesvara dan avalokitesvara adalah gotama...

dan mereka Pararel donk tentu nya.....

apakah tidak disebut aneh apabila Gotama mengajarkan kepada diri - nya sendiri?

Dalai Lama dan Karmapa dikenal sebagai emanasi Avalokitesvara, dua-duanya bisa saling berkomunikasi dan saling memberikan ajaran tuh..  :whistle:

Yang benar Sakyamuni = Amitabha = Vairocana = Avalokitesvara = Manjusri = Aksobhya etc....

Seperti yang dikatakan bro. Chingik, yang SAMA itu adalah HAKEKATNYA yaitu pencerahan atau Dharmakaya, maka dari itu 1 Buddha = Semua Buddha, Semua Buddha = 1 Buddha

Apabila ada Buddha yang disebut sebagai emanasi Avalokitesvara, bukan berarti beliau bukan emanasi Vairocana. Beliau juga emanasi Vairocana.

Lantas kenapa disebut emanasi Avalokitesvara, ini karena Buddha tersebut aktivitas dominannya adalah cinta kasih, karena cinta kasih ini merupakan aspek dari Dharmakaya yang kemudian disimbolkan sebagai Sambhogakaya Avalokitesvara.

Jadi tentu mohon bedakan antara Sambhogakaya Avalokitesvara dan Nirmanakaya Avalokitesvara.

Apabila Avalokitesvara Bodhisattva dikatakan berkomunikasi dengan Sang Buddha - ini adalah aspek Nirmanakaya-nya.

Seperti halnya sekarang Nirmanakaya Maitreya berada di Surga Tusita sedangkan Sambhogakaya Maitreya ada di Akanishta Ghandavyuha.

Selain mewujudkan Nirmanakaya di Surga Tusita, Sambhopgakaya Maitreya juga diyakini mewujudkan dirinya sebagai Nirmanakaya Tai Situ Rinpoche, dll.

Dikatakan dalam aliran Nichiren bahwa Amitabha, Bhaisajyaguru, Vairocana dll itu adalah manifestasi dari "Buddha Sakyamuni Abadi". "Buddha Sakyamuni Abadi" ini berbeda dengan Nirmanakaya Buddha Sakyamuni. Nirmanakaya Buddha Sakyamuni adalah bagian dari "Buddha Sakyamuni Abadi" yang tak lain adalah Dharmakaya.

Jadi ketika seseorang berbicara "Sakyamuni Buddha" atau "Amitabha" itu tidak mesti dalam konteks Nirmanakaya, namun bisa saja mewakili Dharmakaya. Maka dari itu ada bbrp aliran yang menganggap Amitabha itu Nirmanakaya, ada yang menganggap Sambhogakaya dan ada yang menganggap Amitabha adalah Dharmakaya.

Semuanya tidak salah, toh hanya sebutan saja dan memang antar aliran memiliki konteksnya sendiri-sendiri. Lagipula seorang Buddha memang memiliki Trikaya.

Jadi kalau ada yang mengatakan Amitabha berwujud sebagai Shakyamuni, yang dimaksud Amitabha di sini bukan aspek Nirmanakaya-nya, namun Dharmakaya. Sambhogakaya adalah pancaran / pantulan dari Dharmakaya yang tidak seharusnya dilihat sebagai entitas tunggal, karena tiada tubuh kasar pada Sambhogakaya, bagaikan bayangan bulan di atas permukaan air.

Dan apabila dikatakan Buddha Shakyamuni memiliki Sambhogakaya Avalokitesvara, maka yang dimaksud di sini adalah aktivitas Buddha Shakyamuni yang dominan dilihat adalah cinta kasih, yang merupakan aspek dari Dharmakaya. Nah aspek cinta kasih dari Dharmakaya ini memancar dalam wujud Sambhogakaya Avalokitesvara yang kemudian memancar lagi menjadi berbagai macam Nirmanakaya.

Satu dominan = bukan berarti yang lain tidak sempurna. Misalnya cinta kasih yang dominan, bukan berarti prajnanya tidak sempurna.

Apbila ada yang mengatakan Sambhogakaya Sakyamuni itu Amitabha, etc itu juga tidak salah, karena setiap praktisi bisa saja melihat aspek Dharmakaya yang berbeda2 dalam "diri" Sakyamuni.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 02:10:55 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Akar perpecahan
« Reply #278 on: 31 December 2009, 03:39:14 PM »
 [at] gandalf...

puthujana yang berjodoh lebih cepat menempuh jalur sammasambuddha dibandingkan dengan savaka buddha ? Ada referensi-nya di sutra mahayana atau opini pribadi ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Akar perpecahan
« Reply #279 on: 01 January 2010, 03:00:24 AM »
Quote
Para Sravaka Arhat terkadang tidak mengerti ajaran Mahayana adalah karena memiliki kemelekatan akan kedamaian ekstrim, sedangkan manusia biasa [prthagjana] yang berjodoh dengan Buddha Dharma dan memiliki tekad menjadi Samyaksambuddha tidak memiliki halangan semacam itu.
ini statment dari anda atau dari sutra...minta kutipan nya....

Quote
Maka dari itu prthagjana yang baru masuk ke jalur Bodhisattva saja kemungkinan bisa lebih paham daripada para Arhat karena mereka tidak memiliki kemelekatan akan kedamaian ekstrim.

Quote
Tidak semua Sravaka Arhat tidak paham Mahayana. Para Sravaka Arhat yang merupakan siswa-siswa utama Sang Buddha mampu memahami Mahayana, namun yang bukan Siswa Utama hanya sedikit yang memahami.
maksud nya apa ini, bukankah savaka-arahat itu hanya bhumi 7...lantas mengapa yg bhumi 7 bisa memahami trikaya dan upayakausalya?





Quote
Semuanya tidak salah, toh hanya sebutan saja dan memang antar aliran memiliki konteksnya sendiri-sendiri. Lagipula seorang Buddha memang memiliki Trikaya.

Jadi kalau ada yang mengatakan Amitabha berwujud sebagai Shakyamuni, yang dimaksud Amitabha di sini bukan aspek Nirmanakaya-nya, namun Dharmakaya. Sambhogakaya adalah pancaran / pantulan dari Dharmakaya yang tidak seharusnya dilihat sebagai entitas tunggal, karena tiada tubuh kasar pada Sambhogakaya, bagaikan bayangan bulan di atas permukaan air.

Dan apabila dikatakan Buddha Shakyamuni memiliki Sambhogakaya Avalokitesvara, maka yang dimaksud di sini adalah aktivitas Buddha Shakyamuni yang dominan dilihat adalah cinta kasih, yang merupakan aspek dari Dharmakaya. Nah aspek cinta kasih dari Dharmakaya ini memancar dalam wujud Sambhogakaya Avalokitesvara yang kemudian memancar lagi menjadi berbagai macam Nirmanakaya.

Satu dominan = bukan berarti yang lain tidak sempurna. Misalnya cinta kasih yang dominan, bukan berarti prajnanya tidak sempurna.

Apbila ada yang mengatakan Sambhogakaya Sakyamuni itu Amitabha, etc itu juga tidak salah, karena setiap praktisi bisa saja melihat aspek Dharmakaya yang berbeda2 dalam "diri" Sakyamuni.
dari kata anda, anda berbicara PERSEPSI.....

misalkan saya melihat buddha sakyamuni lalu saya katakan "oh Buddha Amitabha" ini adalah persepsi saya...
sedangkan pertanyaan saya adalah  apakah Sakyamuni dan Amitabha atau Avalokitsvara adalah individu yang sama?

apakah pikiran Gotama itu pararel dengan avalokitesvara? atau pararel dengan Amitabha?
misalkan
si Naruto...dengan jurus kloning-nya menempatkan kloning nya berada di Tanah suci, kemudian menempatkan Kloning nya di Bumi...
bukankah Naruto nya tetap dikatakan 1 saja,karena yang berada di Tanah Suci dan Di Bumi adalah 1 individu yg sama.
jadi maksud pertanyaan saya adalah demikian.


kalau kita lihat dari segi pengertian DHARMA KAYA...yakni sebuah lambang hakekat Kesunyataan...
mana mungkin hukum kesunyataan berubah menjadi sebuah wujud? ini lebih lucu lagi....
pernah lihat hukum kamma berubah jadi wujud?
atau pernah melihat hukum kamma berubah wujud menjadi buddha atau orang apa saja dan mengajarkan kita kotbah ajaran?

jadi mengapa Buddha Amitabha dikatakan Dharma-kaya...apanya hakekat kesunyataan dari buddha amitabha?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Akar perpecahan
« Reply #280 on: 01 January 2010, 05:54:12 AM »
Quote
ini statment dari anda atau dari sutra...minta kutipan nya....

Ya sutra lah.....

Ada di Manjusri-vihara Sutra sabda Sang Buddha. Kutipannya cari sendiri, jgn apa2 minta.... hehe.... ^-^ ^-^

Di buku Pembebasan di tangan Kita karya Pabongkha Rinpoche juga ada, kalau mau lihat di sini aja, ada kok.

YA Kalyanadeva dalam komentarnya terhadap Bodhisattvacaryavatara mengatakan bahwa seorang Arhat membutuhkan 40 periode kalpa yang lebih lama daripada para Bodhisattva untuk mencapai Samyaksambuddha.

Dalam Munimatalamkara, YA Abhayakaragupta mengatakan bahwa para Sravaka dan Pratyekabuddha membutuhkan 1 asankhyeyya lebih lama dibanding Bodhisattva untuk mencapai Samyaksambuddha.

Geshe Potowa juga mengatakan jalur Hinayana sebagai jalur yang lebih panjang ketimbang Mahayana.

Quote
maksud nya apa ini, bukankah savaka-arahat itu hanya bhumi 7...lantas mengapa yg bhumi 7 bisa memahami trikaya dan upayakausalya?

Maksudnya ya memahami secara konseptual, seperti kita yg prthagjana ini juga mampu memahami Trikaya dan Upayakausalya secara konseptual saja, realisasi belum. Tapi siapa yang tahu juga, kalau2 para Siswa Utama ternyata sudah masuk Bhumi Ke-delapan?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Akar perpecahan
« Reply #281 on: 01 January 2010, 06:08:09 AM »
Quote
dari kata anda, anda berbicara PERSEPSI.....

misalkan saya melihat buddha sakyamuni lalu saya katakan "oh Buddha Amitabha" ini adalah persepsi saya...
sedangkan pertanyaan saya adalah apakah Sakyamuni dan Amitabha atau Avalokitsvara adalah individu yang sama?

Ini bukan persepsi sembarangan orang, tapi persepsi dari seseorang yang sudah masuk bhumi-bhumi Bodhisattva, jd bukan persepsi seorang prthagjana.

Sudah saya katakan bahwa Sambhogakaya itu tidak sepantasnya dipandang sebagai entitas tunggal (individu), sudah barang tentu bukan individu [pudgala] atau atman [aku], jadi jangan memahami Sambhogakaya sebagai kesinambungan batin tertentu, namun harus dipahami sebagai sebuah "wujud murni" yang "terpancar" dari Keshunyataan yg Non-Dual yg mewakili satu atau beberapa atau semua aspek dari Ke-Shunyataan itu sendiri.

Sakyamuni dan Amitabha adalah individu yang beda. Ini sudah jelas. Karmapa dan Dalai Lama adalah individu yang berbeda, tapi mereka berdua adalah emanasi Avalokitesvara.

Quote
apakah pikiran Gotama itu pararel dengan avalokitesvara? atau pararel dengan Amitabha?
misalkan
si Naruto...dengan jurus kloning-nya menempatkan kloning nya berada di Tanah suci, kemudian menempatkan Kloning nya di Bumi...
bukankah Naruto nya tetap dikatakan 1 saja,karena yang berada di Tanah Suci dan Di Bumi adalah 1 individu yg sama.
jadi maksud pertanyaan saya adalah demikian.

Kesinambungan batinnya [mano vijnana] itu ya tentu beda, bagaimana bisa Gotama dan Avalokitesvara kesinambungan batinnya sama? Ya beda lah.

Tapi hakekat pencerahannya sama.

Quote
kalau kita lihat dari segi pengertian DHARMA KAYA...yakni sebuah lambang hakekat Kesunyataan...
mana mungkin hukum kesunyataan berubah menjadi sebuah wujud? ini lebih lucu lagi....
pernah lihat hukum kamma berubah jadi wujud?
atau pernah melihat hukum kamma berubah wujud menjadi buddha atau orang apa saja dan mengajarkan kita kotbah ajaran?

Karena Shunyata juga berarti Non Dualisme, maka wujud dan non-wujud bukanlah persoalan di sini.

Kalau karma ya beda deh.... Karma itu hanya bagian dari Dharmakaya, maka jangan disepadankan. Dharmakaya jauh lebih luas drpd sekedar hukum karma.

Quote
jadi mengapa Buddha Amitabha dikatakan Dharma-kaya...apanya hakekat kesunyataan dari buddha amitabha?

Batinnya telah sempurna merealisasikan Hakekat Keshunyataan / Dharmakaya.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 01 January 2010, 06:13:42 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #282 on: 01 January 2010, 07:46:40 AM »
Sakyamuni amitabha adalah individu berbeda, atau identiti berbda, lho bukannya identiti aku itu adlah anatta,tanpa diri,kok jdi ada individu?Emanasi apalg tuh?

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #283 on: 01 January 2010, 09:11:11 AM »
Quote
Quote
ini statment dari anda atau dari sutra...minta kutipan nya....

Ya sutra lah.....

Ada di Manjusri-vihara Sutra sabda Sang Buddha. Kutipannya cari sendiri, jgn apa2 minta.... hehe.... ^-^ ^-^

Di buku Pembebasan di tangan Kita karya Pabongkha Rinpoche juga ada, kalau mau lihat di sini aja, ada kok.

YA Kalyanadeva dalam komentarnya terhadap Bodhisattvacaryavatara mengatakan bahwa seorang Arhat membutuhkan 40 periode kalpa yang lebih lama daripada para Bodhisattva untuk mencapai Samyaksambuddha.

Dalam Munimatalamkara, YA Abhayakaragupta mengatakan bahwa para Sravaka dan Pratyekabuddha membutuhkan 1 asankhyeyya lebih lama dibanding Bodhisattva untuk mencapai Samyaksambuddha.

Geshe Potowa juga mengatakan jalur Hinayana sebagai jalur yang lebih panjang ketimbang Mahayana.

Mana yang lebih panjang jalurnya untuk memasuki Nirvana? Seseorang yang harus menunggu hingga semua mahluk hidup masuk Nirvana atau jalan Theravada yang mengajarkan jalan memasuki Nirvana "HERE AND NOW" sekarang dalam kehidupan ini juga. Siapa bilang lebih panjang?  

Quote
Quote
maksud nya apa ini, bukankah savaka-arahat itu hanya bhumi 7...lantas mengapa yg bhumi 7 bisa memahami trikaya dan upayakausalya?

Maksudnya ya memahami secara konseptual, seperti kita yg prthagjana ini juga mampu memahami Trikaya dan Upayakausalya secara konseptual saja, realisasi belum. Tapi siapa yang tahu juga, kalau2 para Siswa Utama ternyata sudah masuk Bhumi Ke-delapan?
 _/\_
The Siddha Wanderer

Kalau bicara siapa tahu? Siapa tahu kalau Trikaya hanya dongeng dan  Upayakausalya hanya pembenaran belaka? Ini kan bicara siapa tahu?

« Last Edit: 01 January 2010, 09:15:01 AM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Akar perpecahan
« Reply #284 on: 01 January 2010, 09:39:15 AM »
Quote
Mana yang lebih panjang jalurnya untuk memasuki Nirvana? Seseorang yang harus menunggu hingga semua mahluk hidup masuk Nirvana atau jalan Theravada yang mengajarkan jalan memasuki Nirvana "HERE AND NOW" sekarang dalam kehidupan ini juga. Siapa bilang lebih panjang?  

Wkwkwkw.... pertanyaan ini buat saya geli, entah anda pura2 tidak mengerti atau nggak.

Jelas-jelas menurut Mahayana, Nirvana Theravada yang Sravaka Arhat itu belum finish dan masih harus lanjut lagi. Jelas-jelas sudah saya jelaskan bahwa Arhat masih memiliki kemelekatan akan kedamaian ekstrim.

Jadi konteks pembahasan di sini adalah perjuangan menuju Nirvana Samyaksambuddha, bukan Nirvana Sravaka Arhat.

Lagipula ungkapan Mahayanis tenang "hingga semua makhluk hidup masuk Nirvana" itu perlu interpretasi lagi lo...... maka dari itu kadang guru2 Buddhis menyatakan kurang lebih begini:

1. "Pada hakekatnya makhluk hidup itu tidak ada namun Bodhisattva terus menyelamatkan makhluk hidup."
2. "Karena Samsara tidak akan pernah berakhir, maka Bodhisattva bertekad baru akan masuk Nirvana setelah Samsara berakhir."

Quote
Kalau bicara siapa tahu? Siapa tahu kalau Trikaya hanya dongeng dan  Upayakausalya hanya pembenaran belaka? Ini kan bicara siapa tahu?

  (:$ (:$ Tampaknya anda nggak nyambung dengan maksud saya ya....

Quote
Sakyamuni amitabha adalah individu berbeda, atau identiti berbda, lho bukannya identiti aku itu adlah anatta,tanpa diri,kok jdi ada individu?Emanasi apalg tuh?

Dalam kebenaran relatif, individu itu ada kan? Anatman adalah kebenaran ultimit.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 01 January 2010, 09:42:33 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.