justru konsep Tuhan itu saya sudah tahu, tetapi dharmakaya itu sepertinya kabur....
jadi saya tanyakan anda dharmakaya itu apa.....misalkan hukum kamma? lantas hukum kamma punya dharmakaya?
bukankah hukum kamma adalah kesunyataan dan lambang hakekat nyata?
Dharmakaya merupakan suatu istilah yang merepresentasilkan realitas sejati dari pencerahan tertinggi (Sammasambuddha).
Dalam Sutra FoShuoDaCengTongXingJing (Buddha membabarkan Kesamaan Hakikat dalam Mahayana) , Buddha berkata, "Pria yang bajik, yang dimaksud dengan Dharmakaya sejati dari Tathagata adalah Tiada rupa, tiada kemunculan, tiada melekat, tiada dapat dilihat, tidak terkatakan, tiada tempat berdiam, tiada wujud, tiada akibat. Tiada lahir, tiada lenyap, tiada yg bisa dianalogikan"
Mengapa dikatakan realita sejati? Karena apa yang bisa dilihat dan bisa dipersepsikan bukanlah realitas sejati, karena apa yang bisa dilihat dan dipersepsikan tidak terhindar dari subjek penderitaan, ketidakkekalan.
Oleh karena itu ketika melihat Sang Buddha anda hanya melihat sesosok fisik manusia. Bukan Dharmakaya. Karena fisik mewakili sifat ketidakkekalan, karena tidak kekal dia akan hancur. Karena hancur maka dia tidak merepresentasikan realita sejati. Realita sejati itulah maka saya mengatakannya Sunyata.
Apakah definisi di atas dapat disamakan dengan konsep Tuhan?
begini loh mas chingik.
saat buddha membicarakan nibbana, saat itu tidak ada pendengar yg mungkin mengerti...tetapi buddha bisa mengajari mereka sehingga mereka merealisasikan sendiri Nibbana itu melalui jalanmulia berunsur 8 dan itu bisa di capai kehidupan sekarang
buktinya para Arahat mengetahui dengan pasti nibbana itu seperti apa......> theravada kan demikian.
bagaimana dengan konsep upayakausalya dan Trikaya..
bukankah dikatakan para savaka-arahat saja tidak bisa mengerti apa itu upayakausalya dan trikaya...
jadi apa gunanya buddha membabarkan sesuatu yang tidak mungkin di capai oleh para manusia saat ini.
bukankah ajaran ini disebut useless karena tidak mungkin di mengerti,dipahami apalagi direalisasikan....
sekali lagi saya ulangi, nibbana bisa dicapai oleh arahat...tapi Upayakausalya dan Trikaya itu bagaimana..
tentu beda yg anda contohkan dengan apa yg saya tanyakan.
analogi sederhana nya..
dalam contoh nibbana.....Buddha ibarat guru profesor dan mengajarkan mahasiswa mengenai hukum fisika, professor ini(buddha) telah mengetahui bahwa mahasiswa pasti bisa menangkap apa sy ajarkan.....
buktinya banyak relik dari murid-murid buddha......
tapi dalam contoh trikaya/upayakausalya
buddha mengajarkan para murid TK mengenai hukum fisika, apakah buddha tidak bisa mengetahui bahwa para audience bisa mengerti atau tidak....
siapa yg bisa mencapai sammasambuddha?
Memang yang dibabarkannya itu bukan utk tujuan kehidupan ini saja. Tapi utk tujuan kehidupan mendatang yakni jalur bodhisatva yang harus ditempuh dalam banyak kehidupan, itulah yang dibabarkan. Kata siapa useless, dan tidak bisa direalisasikan? Itukan menurut pandangan anda. Pandangan Mahayana merasa bisa direalisasikan dengan kekuatan tekad. Jika tidak bisa direalisasikan, mengapa Sumedha rela melepas keinginan mencapai Arahat dan memilih mencapai Sammasambuddha. Karena dia yakin dari apa yang direnungkan itu bisa direalisasikan. Dan Semua ini kini dibabarkan kembali kepada semua siswa yg memlih jalur ini. Apa yg bisa dicapai seorang Sammasambuddha , maka tidak ada alasan bagi orang lain tidak bisa mencapainya. Apa yg tidak dimengerti pd saat sekarang, tidak mungkin akan selamanya tidak mengerti bila ia berusaha.
Soal useles atau tidak, tidak perlu jauh2, memang benar Nibbana bisa dicapai pd kehidupan sekarang, tapi apakah anda bisa mencapai pd khidupan skrg? adik anda, papa dan ibu anda, apakah mereka mengerti? Jika tidak maka sama saja menjadi useles . Tapi tidak berarti ajaran itu tidak berguna, begitu juga.
Anda mengatakan "nibbana bisa dicapai oleh Arahat, bagaimana dengan Upaya Kausalya dan Trikaya? Ya, tentu saja bisa dilakukan apabila mengambil jalur Bodhisatva.
Analogi anda dalam contoh:
"
nibbana.....Buddha ibarat guru profesor dan mengajarkan mahasiswa mengenai hukum fisika, professor ini(buddha) telah mengetahui bahwa mahasiswa pasti bisa menangkap apa sy ajarkan.....
buktinya banyak relik dari murid-murid buddha......
tapi dalam contoh trikaya/upayakausalya
buddha mengajarkan para murid TK mengenai hukum fisika, apakah buddha tidak bisa mengetahui bahwa para audience bisa mengerti atau tidak....
siapa yg bisa mencapai sammasambuddha?"
Penjelasan saya: Buddha mengetahuinya,makanya dia tidak mengajar ke Arahat, tapi ke Bodhisatva. Dan itulah mengapa ajaran2 jalan bodhisatva tidak dimasukkan ke kategori Agama Sutra. Melainkan Vaipulya Sutra.
kalau dikatakan pikiran Buddha dan bodhisatta adalah paramatha dhamma....berarti mereka sama
jadi yg saya tanyakan apakah pikiran Buddha dan boddhisatta adalah pararel?
Saya tidak mengerti apa maksud paralel anda.
Kalo dikatakan Dharmakaya itu sebagai paramatha dhamma, memang demikian adanya.
sebenarnya hal ini agak aneh kalau menjelaskan bagaimana rumusan bisa diganti atau tidak...karena anda hanya memakai opini pribadi anda....maka kalau ada kutipan sutra baru lebih cocok....
lagian anda bukan seorang sammasambuddha,dan bukan savaka-buddha atau boddhisatva....
Saya tidak pernah lihat ada ketentuan di Sutra terdapat seperti rumusan yang anda baca. Mohon anda kasi tau anda dapat dari kutipan Sutra apa.
Tapi dari rumusan itu saya dapat menangkap orang yang menulis ini hanya menjabarkan secara praktis. Dan itu bisa dibenarkan juga, tergantung konteks penjelasannya.
Mengapa? Karena Trikaya memang dimiliki oleh setiap Buddha. Secara hakikatpun dimiliki oleh setiap makhluk hidup, hanya bedanya para makhluk hidup belum "menyadari" nya. Dharmakaya kadang disebut juga Hakikat Buddha. Jadi dalam Sutra Avatamsaka memang menyatakan "semua makhluk memiliki hakikat kebajikan Tathagata, hanya saja mereka tersesat sehingga tidak dapat merealisasinya".
Salah satu kamus Buddha dharma Mahayana karya Chen Yixiao menyatakan "Realitas Sejati" = Disebut juga Hakikat Buddha, Hakikat Dharma,Buthata (Kedemikianan), Dharmakaya, Paramartha.
Jadi Dharmakaya itu adalah sama dengan Paramartha (Kebenaran mutlak) yg merupakan aspek dari realita sejati.
Sampai sejauh ini, anda baru menolak opini saya dengan alasan saya bukan arahat, savakabuddha, atau sammasambuddha.
Lalu apakah saya harus percaya dengan opini anda lantaran anda hanya putthujana seperti saya? hehe...
kalau anda katakan menjalin ikatan hubungan kamma, saya tidak bisa comment deh.....mungkin bisa benar ,,bisa tidak.
soalnya anda katakan boddhisatva sengaja bermenasipasi agar terjalin hubungan satu sama lain sebagai ikatan.....
alangkah baik kalau ada kutipan sutra mengenai itu.
hm...ada di Sutra : 佛說大乘菩薩藏正法經 (Sutra Buddha membabarkan tentang Dharma sejati gudang bodhisatva mahayana), bagian ke 8, Ksanti Paramita Varga. :
"Sariputra, pada saat itu (sebagai bodhisatva), setelah Aku mengajarkan dharma kepada para pengikut Mara, agar para makhluk hidup mematangkan akar kebajikan mereka, hingga [pada masa mendatang] dapat mencapai Anuttara Samyaksambuddha. Juga kepada para makhluk yang [wataknya] munafik, melanggar sila, menyenangi hal-hal yang tidak bajik, sulit dibimbing, juga kepada para makhluk yang penuh dengan keserakahan, penuh dengan kebencian dan penuh dengan kegelapan batin,
maka [Aku akan] menjalin jodoh karma baik [dengan mereka], agar mereka dapat mematangkan Anuttara Samyaksambodhi. Dengan tekad setelah Aku mencapai Pencerahan Sempurna, maka para makhluk tersebut dapat Aku bimbing hingga mencapai Nirvana.
Jadi yang bisa dibimbing, bodhisatva akan membimbing, sedangkan bagi yang tidak bisa dibimbing , bodhisatva akan tetap menjalin jodoh karma baik dengan mereka.
Contoh jika ada yg tertarik dgn dhamma, anda bisa mengajarkannya tentang ajaran dhamma. Bila mereka tidak tertarik, atau memusuhi anda , anda juga harus bertekad suatu saat dapat membuat mereka tertarik. Caranya adalah anda tetap harus berbaikan dengan mereka ,membantu mereka dalam bentuk apapun, bahkan, bahkan dengan tersenyum pd orang yg tidak dikenal, itu sudah termasuk menjalin jodoh karma baik. Esensinya di situ. Tujuannya agar pd masa kapan pun juga, bila kondisi karma sudah matang, orang bersangkutan akan lebih mudah berinteraksi dgn kita. Begitulah kira2. hehe...maklum pnjelasannya tidak berbobot. Mohon dimaklumi.
kalau begitu opsi yg dikatakan om Indra... menerima kamma buruk dari kehidupan lampau..
iya udah tahu , hehe..
sejauh itu ya memang saya tahu versi Theravada demikian , cuma walaupun menerima kamma buruk, tapi tidak seharusnya masih menciptakan karma buruk baru. Maksud saya dalam Theravada masih menerima pandangan bahwa Bodhisatta masih berbuat karma buruk yang baru, sedangkan Mahayana tidak lagi sebagai seorang Bodhisatva yg telah divyakarana.
Demikian perbedaan pandangan antara dua aliran. Mau terima mana ya silakan..mau tolak yg mana sialakn terserah, bebas. Yang penting dengan bersandarkan Kalama Sutta, kita tidak pernah berhenti belajar...hehe..