//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Akar perpecahan  (Read 101769 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #195 on: 21 December 2009, 10:25:59 PM »
Quote
Oh iya maaf saya lupa, Bodhisatwa hanya pura-pura terlahir jadi hewan. Entah apa maunya berpura-pura terlahir jadi hewan? Hewannya agak aneh.. singa dan harimau vegetarian.
Gayanya kok sinis amat hehe... ( [at] bro Indra , benar ga, kadang sulit menilai apa sikap orang di sini, haha)

Emanasi itu tentu ada sebab akibatnya. Dewa Sakka saja bisa berpura-pura datang ke alam manusia menguji manusia. Dan ini bukan hal yang aneh dan negatif. 

siapa bilang dewa sakka "berpura-pura" datang, yg betul dewa sakka, datang. dgn menyamar sebagai manusia..
perbedaannya.. klo berpura2 datang...artinya : sebenarnya ga datang...
klo datang dgn menyamar sebagai manusia.... artinya.. dia betul2 dtg, tp dgn wujub manusia

jd kurang cocok mengambil contoh dewa sakka untuk menjawab hal itu

kurasa jika boddhisatta berpura2 terlahir sebagai singa.. dan berpura2 lahir lari ayah dan ibu singa, dan berpura2 punya saudara singa, dan berpura2 punya istri singa , dan anak singa, dan berpura2 berburu, dan berpura2 makan daging.. mungkin ada benarnya kali, selama semua itu pura2... maka sebenarnya ga pernah terjadi...
tp yah..pemainya harus banyak, bukan 1 org, mulai dari ayah ibunya, sodara2nya, binatang dia dia buru, daging yg dipake buat berpura2 makan, dan istri serta anak2nya, nah klo gini.. cocok klo org bilang hidup adalah sandiwara :P

Memang bukan pura2, bro Truth yg sengaja melontarkan istilah pura2.  Maka saya coba menganalogikan saat dewa sakka menjelma jadi manusia itu berkesan seperti pura2. Jadi memang tidaklah pura2.
Padahal dengan segala atribut sifat kebajikan dari para bodhisatva , mana ada pakai pura2.
hehe..

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Akar perpecahan
« Reply #196 on: 21 December 2009, 11:17:58 PM »
[at] Jerry
Maaf, saya koreksi dikit, maksudnya ada 2 jenis noda batin/rintangan batin yang mana Arahat/Pratyeka-Buddha belum mengikis salah satunya.
2 itu adalah:
-Klesa-asrava--> Rintangan noda batin
-Jneya-asrava---> Rintangan Pengetahuan

Makhluk awam belum mengikis kedua2nya.
Arahat/pratyeka-Buddha sudah mengikis Klesa-asrava, blm mengikis Jneya-asrava
Bodhisatva sudah mengikis Klesa-asrava, sedangkan Jneya-asrava nya belum terkikis tuntas, semakin tinggi level bodhisatva semakin tipis Jneya-asrava.
Hingga mencapai Samyaksambuddha, kedua2nya telah terkikis habis.
Kalo demikian, masih ada yg perlu dikerjakan dong? Bukan "tidak ada lagi yg perlu dikerjakan". ;D
Thanks anyway. Bagaimana menurut Bro Chingik mengenai perjuangan Sang Bodhisatta - petapa Gotama - dalam mencari dan menemukan jalan yg benar yg sesungguhnya membawa pencerahan?


Quote
Sistem pembelajaran dalam Mahayana adalah tahapan dan ada klasifikasinya.
Ketika mempelajari ajaran tingkat Sravaka, kita harus memahami itu dalam kategori pemikiran Sravaka. Jadi smua yg tercakup dlaam Jataka Theravada dapat dianggap benar dengan asumsi itu dalam level batin Sravaka. Setelah selesai menguasai semua ini, dan memasuki level pemikiran Mahayana, kita menarik kesimpulan bahwa ajaran Sravaka memang benar sejauh itu dalam konteks ketika batin dalam level Sravaka. Lalu kita mendapat pemahaman baru lagi dalam level Mahayana.  Sama seperti anda merasa benar bahwa masih ada AKU/DIRI sejauh anda berada dalam level batin manusia awam dengan kemelekatan pd AKU, tapi ketika anda memasuki ke level pencapaian kesucian, anda akan mengalami sendiri bahwa AKU itu tidak ada,    dan itu bukan berarti anda inkosisten, melainkan anda menyadari perbedaan level batin anda. 
Jadi ketika JATAKA Theravada dianggap sebagai cakupan dalam Mahayana, itu bukan inkonsistensi. Itu dipelajari sebgai tahapan dalam pembelajaran.   
Hmm.. a compromising way.. It's ok. ;)

Quote
Mahavaipulya Upaya Kausalya Sutra (Taiso 0346)
Boleh tolong postkan isi Sutra tsb? Maklum saya tidak ada akses. Kasihanilah saya ini. ^:)^
Di board Sutra Mahayana saja, nda perlu di sini. Thanks.

Quote
Dalam Theravada bodhisatta masih membunuh tetapi dianggap pastilah karma buruk. Karena tidak bisa ditawar lagi, apapun kejadiannya dan bagaimanapun hasilnya, bunuh =karma buruk.  Saya katakan tidak konsisten karena membandingkannya dengan Abhinihara ,welas asih dan Parami bodhisatta yg katanya tidak akan terbelokkan dan akan terus maju, tetapi kok malah mundur dgn berbuat karma buruk.

Sedangkan Mahayana setuju dgn pernyataan tidak terbelokkan dan terus maju, sehingga kelahiran di alam rendah itu bukan kelahiran karena hasil karma buruk, melain adhitana, abhinihara, welas asih dan upaya kausalya.

Kesimpulan anda ttg perbedaan Jataka Theravada dan Mahayana itu ya lebih kurang begitu deh.
Tetapi saya memiliki satu penafsiran baru, bahwa JATAKA Theravada bisa saja mencampurkan kisah kelahiran bodhisatta dan sebelum menjadi bodhisatta (sebelum mendapat ramalan Buddha Dipankara) . Jadi kisah tentang bodhisatta yg membunuh (sebagai seekor singa) bisa saja adalah sosok yg belum diramal oleh Buddha Dipankara, dengan kata lain belum menjadi bodhisatta. 
I like your compromising way. Thanks _/\_
appamadena sampadetha

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #197 on: 22 December 2009, 12:05:28 AM »
Quote
Kalo demikian, masih ada yg perlu dikerjakan dong? Bukan "tidak ada lagi yg perlu dikerjakan".
Thanks anyway. Bagaimana menurut Bro Chingik mengenai perjuangan Sang Bodhisatta - petapa Gotama - dalam mencari dan menemukan jalan yg benar yg sesungguhnya membawa pencerahan?
"tidak ada lagi yg perlu dikerjakan" kalo diterjemahkan ke bahasa modern lebih kurang seperti "Lulus".  Jadi walaupun Lulus itu sama dengan seperti "selesai", tidak berarti di balik selesai itu sudah tidak ada sesuatu lagi. Seperti ada yang lulus SD, lulus SMP, lulus SMA, lulus Sarjana. Memang Lulus, selesai, tapi hanya selesai sebatas dalam lingkup akademisi yg dia geluti. Padahal Samudera pembelajaran tidak ada batasnya, makanya mengapa kalo mau benar-benar menguasai semuanya dibutuhkan waktu asankheya kalpa lamanya. Ya dak. hehe..dan setelah berhasil maka anda baru disebut Buddha dalam arti yang sesungguhnya. 

Jadi saya melihat perjuangan Sang Buddha itu benar2 luar biasa. Energi penggerak dari semua perjuangannya adalah welas asih, benar2 demi semua makhluk hidup, dan kemudian mengajarkan kepada kita bahwa kita pun memiliki potensi yg sama. hehe...itu sih udah pada tahu lah...

Quote
Boleh tolong postkan isi Sutra tsb? Maklum saya tidak ada akses. Kasihanilah saya ini.
Di board Sutra Mahayana saja, nda perlu di sini. Thanks.
ok bro, akan diusahakan... ;D



Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #198 on: 22 December 2009, 04:56:48 PM »
Quote
Oh iya maaf saya lupa, Bodhisatwa hanya pura-pura terlahir jadi hewan. Entah apa maunya berpura-pura terlahir jadi hewan? Hewannya agak aneh.. singa dan harimau vegetarian.
Gayanya kok sinis amat hehe... ( [at] bro Indra , benar ga, kadang sulit menilai apa sikap orang di sini, haha)

Emanasi itu tentu ada sebab akibatnya. Dewa Sakka saja bisa berpura-pura datang ke alam manusia menguji manusia. Dan ini bukan hal yang aneh dan negatif.  

Adakah ceritanya Bodhisatwa beremanasi jadi singa untuk menguji manusia? Dewa sakka ceritanya datang ke alam manusia dengan menyamar hanya beberapa saat ,berkenaan dengan peristiwa tertentu. Dan itu ada dalam kitab suci Theravada. Bagaimana dengan kitab suci Mahayana? ada referensinya? atau hanya rekaan mas Chingik?

« Last Edit: 22 December 2009, 05:02:08 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #199 on: 22 December 2009, 05:24:07 PM »
Quote
Oh iya maaf saya lupa, Bodhisatwa hanya pura-pura terlahir jadi hewan. Entah apa maunya berpura-pura terlahir jadi hewan? Hewannya agak aneh.. singa dan harimau vegetarian.
Gayanya kok sinis amat hehe... ( [at] bro Indra , benar ga, kadang sulit menilai apa sikap orang di sini, haha)

Emanasi itu tentu ada sebab akibatnya. Dewa Sakka saja bisa berpura-pura datang ke alam manusia menguji manusia. Dan ini bukan hal yang aneh dan negatif. 

Adakah ceritanya Bodhisatwa beremanasi jadi singa untuk menguji manusia? Dewa sakka ceritanya datang ke alam manusia dengan menyamar hanya beberapa saat ,berkenaan dengan peristiwa tertentu. Dan itu ada dalam kitab suci Theravada. Bagaimana dengan kitab suci Mahayana? ada referensinya? atau hanya rekaan mas Chingik?



Saya tidak bilang bodhisatva beremanasi utk menguji.  Kata menguji bukan subjek yang kita bicarakan di sini.
Inti yg ingin saya kemukakan adalah bahwa Dewa sakka pun menjelma dalam wujud lain karena memiliki tujuan tertentu. Dan dari prinsip ini bodhisatva juga demikian, lebih spesifik lagi adalah bodhisatva bertujuan mengarahkan para makhluk hidup agar mengembangkan kebajikan. Jadi Dewa Sakka saja sanggup melakukan hal-hal demikian, mengapa Bodhisatva tidak mungkin bisa melakukan itu?

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Akar perpecahan
« Reply #200 on: 22 December 2009, 05:29:23 PM »
uji menguji.. mirip dgn tetangga..

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Akar perpecahan
« Reply #201 on: 22 December 2009, 05:35:33 PM »
ber-emanasi apakah sama (=) proses-nya dengan "pemisahan" seperti di dalam film AVATAR ?? hehehehehehe...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #202 on: 22 December 2009, 05:51:30 PM »
ber-emanasi apakah sama (=) proses-nya dengan "pemisahan" seperti di dalam film AVATAR ?? hehehehehehe...

hehe...gak tau juga , apapun prosesnya, intinya ya mengarah ke hal2 seperti itu, yaah....seperti Buddha Gotama juga menggunakan cara ini (membuat wujudnya sama seperti orang atau dewa)  untuk mengajar dhamma kepada orang, kepada dewa.

 

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #203 on: 22 December 2009, 05:53:18 PM »
uji menguji.. mirip dgn tetangga..

Ssst... Dewa Sakka nanti tersinggung lho..hehe

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #204 on: 22 December 2009, 06:47:17 PM »
terus emanasi sendiri artinya apa dunk?
klo bukan pura2? klo berubah wujub, kok bisa punya anak , malah bisa lahir , dll, soalnya klo Sakka, selesai..langsung balik ke alamnya, ga sampe menikah dll
atau selama ini..Bodhisatta tuh tinggal di surga tusita setelah mendapat ramalan..dia bahkan beremansi sebagai manusia ,hewan dll ..gitu ya?
atu mirip..yesus? yg menjadi emansinya allah ?? (sry betul2 ga tau arti sebenarnya dari emanasi
...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #205 on: 22 December 2009, 07:50:59 PM »
terus emanasi sendiri artinya apa dunk?
klo bukan pura2? klo berubah wujub, kok bisa punya anak , malah bisa lahir , dll, soalnya klo Sakka, selesai..langsung balik ke alamnya, ga sampe menikah dll
atau selama ini..Bodhisatta tuh tinggal di surga tusita setelah mendapat ramalan..dia bahkan beremansi sebagai manusia ,hewan dll ..gitu ya?
atu mirip..yesus? yg menjadi emansinya allah ?? (sry betul2 ga tau arti sebenarnya dari emanasi

Emanasi mengandung arti pancaran. Jadi bisa diartikan wujud yg dipancarkan keluar dari wujud sebenarnya. Tidak tahu asal usul penggunaan term ini dalam menunjukkan perwujudan para Buddha/bodhisatva. Tetapi pengertian ini tidak bertolak belakang. Istilah lain yang digunakan adalah Tubuh Transformasi= Nirmanakaya. 化身, 變化身= tubuh yang dapat berubah [wujud]. Dalam Mahaparinibbana Sutta, Buddha Gotama membuat tubuhnya berubah wujud utk mengajarkan dhamma kepada delapan perhimpunan makhluk.
Dalam Mahayana, tubuh transformasi itu digunakan dlm waktu sementara. Anda mengatakan dewa sakka berubah wujud hanya sebentar, lalu balik ke alamnya. Bodhisatva juga demikian, namun perwujudannya menunjukkan dia lahir, tumbuh dewasa, semua ini merupakan bagian dari perwujudan transformasi. 
Dalam Sutra sudah menjelaskan bahwa apa yang kita lihat itu memang fenomenan dillahirkan, menikah dll, tapi semua ini bukanlah wujud substansi dari bodhisatva. Semua ini hanya kebijaksanaan terampil yang dipancarkannya.

Apa yang anda katakan pura2 itu sah2 saja tergantung persepsi anda. Tetapi perlu saya jelaskan bahwa walaupun pura2, semua ini memiliki tujuan yang bermanfaat.

Seperti Buddha Gotama membuat wujud dirinya seperti makhluk lain lalu membabarkan dhamma kepada mereka. Ya pada dasarnya juga adalah kepura2an, jika tidak , kenapa harus menggunakan wujud lain? Jadi tidak penting apa istilah yg digunakan, namun semua tindak tanduk Buddha atau bodhisatva adalah demi manfaat para makhluk. 

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #206 on: 22 December 2009, 09:31:08 PM »
terus emanasi sendiri artinya apa dunk?
klo bukan pura2? klo berubah wujub, kok bisa punya anak , malah bisa lahir , dll, soalnya klo Sakka, selesai..langsung balik ke alamnya, ga sampe menikah dll
atau selama ini..Bodhisatta tuh tinggal di surga tusita setelah mendapat ramalan..dia bahkan beremansi sebagai manusia ,hewan dll ..gitu ya?
atu mirip..yesus? yg menjadi emansinya allah ?? (sry betul2 ga tau arti sebenarnya dari emanasi

Emanasi mengandung arti pancaran. Jadi bisa diartikan wujud yg dipancarkan keluar dari wujud sebenarnya. Tidak tahu asal usul penggunaan term ini dalam menunjukkan perwujudan para Buddha/bodhisatva. Tetapi pengertian ini tidak bertolak belakang. Istilah lain yang digunakan adalah Tubuh Transformasi= Nirmanakaya. 化身, 變化身= tubuh yang dapat berubah [wujud]. Dalam Mahaparinibbana Sutta, Buddha Gotama membuat tubuhnya berubah wujud utk mengajarkan dhamma kepada delapan perhimpunan makhluk.
Dalam Mahayana, tubuh transformasi itu digunakan dlm waktu sementara. Anda mengatakan dewa sakka berubah wujud hanya sebentar, lalu balik ke alamnya. Bodhisatva juga demikian, namun perwujudannya menunjukkan dia lahir, tumbuh dewasa, semua ini merupakan bagian dari perwujudan transformasi. 
Dalam Sutra sudah menjelaskan bahwa apa yang kita lihat itu memang fenomenan dillahirkan, menikah dll, tapi semua ini bukanlah wujud substansi dari bodhisatva. Semua ini hanya kebijaksanaan terampil yang dipancarkannya.
Apa yang anda katakan pura2 itu sah2 saja tergantung persepsi anda. Tetapi perlu saya jelaskan bahwa walaupun pura2, semua ini memiliki tujuan yang bermanfaat.

Seperti Buddha Gotama membuat wujud dirinya seperti makhluk lain lalu membabarkan dhamma kepada mereka. Ya pada dasarnya juga adalah kepura2an, jika tidak , kenapa harus menggunakan wujud lain? Jadi tidak penting apa istilah yg digunakan, namun semua tindak tanduk Buddha atau bodhisatva adalah demi manfaat para makhluk. 

Yang saya tangkap, wujud emanasi adalah wujud bohong-bohongan?
Oh ya baca dimana Sang Buddha berpura-pura jadi mahluk lain mengajarkan Dhamma? Baca buku yang penuh kepura-puraan?
The truth, and nothing but the truth...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #207 on: 22 December 2009, 11:12:10 PM »
terus emanasi sendiri artinya apa dunk?
klo bukan pura2? klo berubah wujub, kok bisa punya anak , malah bisa lahir , dll, soalnya klo Sakka, selesai..langsung balik ke alamnya, ga sampe menikah dll
atau selama ini..Bodhisatta tuh tinggal di surga tusita setelah mendapat ramalan..dia bahkan beremansi sebagai manusia ,hewan dll ..gitu ya?
atu mirip..yesus? yg menjadi emansinya allah ?? (sry betul2 ga tau arti sebenarnya dari emanasi

Emanasi mengandung arti pancaran. Jadi bisa diartikan wujud yg dipancarkan keluar dari wujud sebenarnya. Tidak tahu asal usul penggunaan term ini dalam menunjukkan perwujudan para Buddha/bodhisatva. Tetapi pengertian ini tidak bertolak belakang. Istilah lain yang digunakan adalah Tubuh Transformasi= Nirmanakaya. 化身, 變化身= tubuh yang dapat berubah [wujud]. Dalam Mahaparinibbana Sutta, Buddha Gotama membuat tubuhnya berubah wujud utk mengajarkan dhamma kepada delapan perhimpunan makhluk.
Dalam Mahayana, tubuh transformasi itu digunakan dlm waktu sementara. Anda mengatakan dewa sakka berubah wujud hanya sebentar, lalu balik ke alamnya. Bodhisatva juga demikian, namun perwujudannya menunjukkan dia lahir, tumbuh dewasa, semua ini merupakan bagian dari perwujudan transformasi. 
Dalam Sutra sudah menjelaskan bahwa apa yang kita lihat itu memang fenomenan dillahirkan, menikah dll, tapi semua ini bukanlah wujud substansi dari bodhisatva. Semua ini hanya kebijaksanaan terampil yang dipancarkannya.
Apa yang anda katakan pura2 itu sah2 saja tergantung persepsi anda. Tetapi perlu saya jelaskan bahwa walaupun pura2, semua ini memiliki tujuan yang bermanfaat.

Seperti Buddha Gotama membuat wujud dirinya seperti makhluk lain lalu membabarkan dhamma kepada mereka. Ya pada dasarnya juga adalah kepura2an, jika tidak , kenapa harus menggunakan wujud lain? Jadi tidak penting apa istilah yg digunakan, namun semua tindak tanduk Buddha atau bodhisatva adalah demi manfaat para makhluk. 

Yang saya tangkap, wujud emanasi adalah wujud bohong-bohongan?
Oh ya baca dimana Sang Buddha berpura-pura jadi mahluk lain mengajarkan Dhamma? Baca buku yang penuh kepura-puraan?

Tanya saja pada teman2 yg banyak tahu tentang Sutta , lihat bagaimana mereka menceritakan Sang Buddha mengubah wujud untuk membabarkan dhamma. Ngomong2, untuk apa harus mengubah wujud ? mengapa kalo Sutta yg mengatakan begini berarti bukan pura2, sedangkan di luar Sutta berarti itu pura2. hehe... tidak logis dong kalo gitu.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Akar perpecahan
« Reply #208 on: 23 December 2009, 01:14:52 AM »
Quote
bisa tunjukkan ref sutra? atau ini ngasal opini pribadi...?
dan lagi...dalam mahayana kaya gotama salah satunya boddhisatva avalokistsvara bukan?...
jadi boddhisatva = buddha,blom lagi ada Amitabha nya....
ini mirip Trinitas saja dalam nasrani.
entah trinitas yg mencopy konsep mahayana, atau mahayana yg mencopy trinitas.
Bodhisatva= Buddha, apakah bro benar2 berpikir demikian? Jika benar, berarti ada kesalah pahaman.
Secara definisi saja sudah beda, ini tentu bro sudah tahu jelas. Tidak perlu dijabarkan lagi.
Tapi ketika ada pernyataan bahwa bodhisatva=buddha , ini tentu harus dilihat konteks pembicaraannya. Dalam memahami sesuatu tentu tidak boleh selalu terpaku pd satu sisi.
Begitu juga mengenai Amitabha, Avalokitesvara, yang tidak anda pahami, tidak seharusnya langsung menjudge itu nonsens. Setidaknya anda juga berpegang pada prinsip Kalama Sutta bukan? Bukannya lebih baik jika memperluas cakrawala pikiran dengan tidak menerima tapi juga tidak menolak, lalu selidiki secara komprehensif. Setidaknya kita juga dapat belajar bagaimana menghargai aliran lain. Bukankah Kaisar Asoka telah mengajarkan kita ttg ini? Di mana letak rasa respek kita terhadap maklumat yg ditulis di pilar Asoka?

Mengenai Trinitas, tidak seharusnya menyamakannya dgn konsep Trikaya secara asal. Secara fundamental saja tidak sama.
Jika cara perbandingan anda seperti itu, tentu sangat absurd. Jika anda membandingkan dgn cara demikian, maka semua orang juga bisa melakukannya terhadap ajaran yg anda pegang. Saya juga bisa mengatakan begini :
"Theravada mengakui hanya ada Satu Buddha (Buddha Gotama) di alam semesta sekarang ini, kok mirip konsep Monotheisme. "Tiada Buddha lain selain Buddha Gotama,  entah monotheisme yg mencopy Theravada atau Theravada yg mencopy monotheisme". 
Tapi karena cara perbandingan seperti ini adalah tidak mengikuti kaidah yg benar, tentu saya tidak akan mengjudge nya seperti itu seperti yang bro lakukan. hehe..
pertama saya minta anda jabarkan perbedaan konsep Trikaya dan Trinitas....kalau saya pribadi mirip saja...mungkin anda lebih tahu jadi saya minta perbedaan tersebut...

kemudian apabila anda sendiri jg kurang paham dan mengerti konsep trikaya...lebih lagi anda tinggal mengatakan bahwa buddha adalah Upayakausalya...
( tidak dapat dimengerti oleh akal sehat dan pikiran )

jadi sebenarnya konsep Trikaya itu muncul dari orang yg mengerti atau tidak mengerti?
apakah arahat yang menulis konsep trikaya adalah sammasambuddha? jelas bukan....jadi siapa yang berani menulis konsep trikaya serta menjabarkan konsep ini kalau diri sendiri tidak mengerti..
apakah bisa paham maksud saya?

kalau ada jawaban pertanyaan di atas...

sekalian sy tanyakan
jika anda katakan bahwa Trikaya itu berpusat 1, apakah ketika pikiran Buddha gotama itu pararel dengan Avalokitesvara? dan Amitabha...mengingat sebenarnya adalah satu...
apabila tidak pararel...apakah Buddha dengan gampang nya menciptakan Buddha baru?

Quote
Di kalangan Mahayana Asia Timur banyak. Anda yang blm pernah denger.....   

bro gandalf, saya search di google, belum menemukan kata tersebut....yg banyak saya temukan justru
"semua memiliki benih kebuddha-an" bukan "dulu semua adalah buddha"

Quote
Saya mengaitkannya untuk menjelaskan bahwa Buddha-pun gak selalu pakai Abhinna (Abhijna).

Oh jadi kalau negara mau saling berperang, kita membiarkan apa adanya ya? Perang toh ya perang biar sajalah.... itu kan karma mereka.... gitu?

Apakah ketika itu Sang Buddha berpikir "saya paling hanya menasehati ah, selebihnya urursan mereka sendiri". Tentu tidak.

Patut diketahui pula, Sang Buddha itu menasehati, itu demi melindungi suku Sakya dan mencegah suku Kosala berbuat akusala karma. Apalagi konon semua suku Sakya itu sudah Srotapanna!! (Ref: Pembebasan di Tangan kita oleh Pabongkha Rinpoche). Ini jelas-jelas Sang Buddha dengan welas asih-Nya MAU MASUK ke dalam urusan suku Sakya dan Kosala, sampai tiga kali lagi. Tapi karena karma buruk suku Sakya terlalu berat, maka akhirnya Sang Buddha undur diri dan kita bahkan tidak tahu kenapa Sang Buddha tidak menggunakan abhijna (tapi sangat mungkin Abhijna pun tidak dapat membantu, karena Sang Buddha selalu mempertimbangkan sesuatu dengan penuh kebijaksanaan dan ketepatan, maka ia mampu melihat cara-cara yang mesti Ia gunakan), yang pasti adalah karmanya terlalu berat dan Sang Buddha melihat dengan jelas bagaimana karma tersebut bekerja.

Demikian juga sebagai Pangeran Mahasattva, beliau melihat jelas bagaimana karma-karma tersebut akan bekerja, dan apa akibatnya, maka beliau memutuskan untuk membunuh penjahat tersebut tanpa menggunakan Abhijna. Karena beliau tahu Abhijna tidak ada gunanya dalam kondisi seperti itu, sama seperti ketika beliau sebagai Buddha tidak menggunakan Abhijna untuk menghentikan suku Sakya dan Kosala.

Jangan bilang kalau Sang Buddha tidak pernah menggunakan Abhijna untuk "mencampuri suatu permasalahan" lo!     Bahkan tidak semua bisa diselesaikan dengan nasehat.
loh, seperti nya kebalik ini,

SangBuddha tidaklah mungkin mencampuri urusan suku sakya dan suku kosala...
ingatkah kata-kata seorang buddha?

"Buddha adalah penunjuk jalan, dan yang jalan adalah kita sendiri"
SangBuddha sudah menasehati suku tersebut sehingga apabila suku tersebut tidak mau mendengar, itu tentu urusan suku tersebut.....loh memang kan kamma suku sakya...apa nya melihat kedepan?

Sang Buddha selalu mencampuri urusan seseorang hanya sebatas nasehat dan memberi petunjuk...selebih nya itu urusan orang...
berbeda cara pangeran Mahasatva, sampai memakai action dengan membunuh jelas aneh..
dan lagi
masalah pangeran mahastva, disitu Pangeran terlibat dengan perbuatan buruk...tetapi di tutup dengan upayakausalya...

kalau Buddha bisa Upayakausalya, mengapa Buddha tidak meratakan suku Kosala, walau membunuh 1000 orang kan Buddha katakan Upayakausalya...toh gpp...
pasti anda katakan "rencana buddha di luar logika dan akal sehat" gitu ya?   :)

kalau begitu saya minta refrensi
kapan seorang Buddha memakai Abhinna untuk perbuatan buruk...coba cari refrensi nya...
kalau bisa lagi kapan seorang Buddha melakukan perbuatan yang melanggar 5 SILA...

yg sy temukan rata-rata adalah semua di lakukan untuk "memberi pencerahan" bahkan ketika pertama kali mencapai pencerahan, beliau membuat jembatan emas untuk menghilangkan keraguan para dewa.

Quote
Mahayana = dalam kehidupan yang lalu Buddha tidak pernah salah (sempurna sekali)
Theravada = dalam kehidupan yang lalu Buddha pernah melakukan kesalahan (tidak sempurna)

Mahayana = dalam kehidupan yang lalu Buddha banyak akting nya (upaya kausalya)
Theravada = dalam kehidupan yang lalu Buddha tidak berakting

Ooh  gitu... gampang, ada jalan tengahnya....

Bisa dikatakan:
1. Ketika masih Bodhisattva Bhumi 1 - 5, beliau masih melakukan kesalahan dan tidak "berakting".
2. Ketika berada di Bodhisattva Bhumi 6, beliau tidak lagi melakukan kesalahan dan tidak "berakting"
3. Ketika sudah Bodhisattva Bhumi 7 - 10, maka beliau tidak lagi melakukan kesalahan dan kadangkala "berakting".

 _/\_
The Siddha Wanderer
apakah bodhisattva bhumi 7-10 telah memahami Upaya kausalya?
jika ya, saya ada pertanyaan sehubung di atas...

siapakah yg telah memahami konsep Trikaya, sehingga berani menulis konsep nya dalam sutra..
tidaklah mungkin seorang sammasambuddha yg membuat Tripitaka, yg pasti adalah muridnya..

apakah muridnya telah mengerti waktu Buddha berbicara/menyampaikan ttg Trikaya?
Buddha sebelum mengajar, tentu sudah tahu, apakah bisa audience mengerti atau tidak....begitu kan..

nah ketika Buddha mengajarkan pada Ananda, dan Ananda mengulang kotbah Trikaya....apakah Ananda mengerti konsep Trikaya? kalau tidak...buat apa Buddha mengajarkan sesuatu yang "tidak jelas" dan tidak dapat di mengerti oleh semua orang kecuali dirinya sendiri.....

upaya kausalya.....

Kalau tetangga bilang: mana kita tahu rencana Tuhan?

Tentu beda dong. Upaya kausalya jelas2 bisa diketahui, dan apa yg kita jelaskan tentang upaya kausalya selama ini kan juga sudah dijelaskan latar belakangnya dan hubungan sebab akibatnya.   Apa bro tidak membacanya.
Upaya Kausalya digunakan bodhisatva karena bodhisatva sanggup mengetahui hubungan sebab akibat yg terjadi di masa depan.
Upaya Kausalya (Upaya-kosalla nana): adalah kebijaksanaan yang terampil dalam melakukan jasa seperti dàna, sãla, dan lain-lain, sehingga dapat menjadi alat dan mendukung dalam mencapai Kebuddhaan. Seseorang dari keluarga yang baik yang ingin mencapai Kebuddhaan harus melakukan kebajikan-kebajikan seperti dàna, sãla, dan lain-lain dengan satu tujuan yaitu mencapai Kebuddhaan. (Ia tidak boleh mengharapkan keuntungan yang dapat mengarah pada penderitaan dalam samsara). Kebijaksanaan yang memungkinkannya untuk mencapai Kebuddhaan adalah satu-satunya Buah dari kebajikan yang dilakukannya yang disebut Upàya-kosalla nana.
disitu disebut Upayakausalya adalah kebijaksanaan yang terampil untuk melakukan jasa....
tetapi tidak disebutkan Upayakausalya di luar logika dan akal sehat baik oleh para arahat sekalipun...

Quote
Peridoe kedua adalah dari masa Buddha Ratnasikhin sampai Tathagata Dipankara. Pada periode kedua ini Sang Bodhisattva menyelesaikan Bhumi ke-1 sampai Bhumi ke-7 yang setara dengan Arhat. Maka dari itu dalam Buddhavamsa dikatakan bahwa Bodhisattva Sumedha dapat mencapai pencerahan Arhat pada saat itu juga, namun beliau memilih untuk menjadi Bodhisattva (Bhumi ke-7 mnrt Mahayana) menjadi Samyaksambuddha*.
apakah tidak kontradiksi dengan pernyataan dalam saddhamapundarika...
"jauh tak terhitung kalpa lamanya, saya telah mencapai pencerahan sempurna...."
karena sudah terlalu awalnya mencapai pencerahan, bahkan sudah tidak bisa di jabarkan oleh diri nya sendiri....
sedangkan periode ke periode masih dapat di hitung jumlah kalpa nya...

masalah RAPB kontradiksi, kalau bisa di tunjukkan bagian mana mengatakan boddhisatta telah sempurna dalam kebijaksanaan...
saya jujur saja, sy sendiri meragukan RAPB sebagai atas dasar acuan dalam Buddah dhamam, karena isinya kebanyakan copasan dari kitab komentar yang notabane nya bukan orisinil dari pemikiran seorang sammasambuddha, melainkan spekulasi dari para pemikir/filosifi entah itu arahat atau bukan.

 _/\_
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #209 on: 23 December 2009, 07:36:49 AM »
terus emanasi sendiri artinya apa dunk?
klo bukan pura2? klo berubah wujub, kok bisa punya anak , malah bisa lahir , dll, soalnya klo Sakka, selesai..langsung balik ke alamnya, ga sampe menikah dll
atau selama ini..Bodhisatta tuh tinggal di surga tusita setelah mendapat ramalan..dia bahkan beremansi sebagai manusia ,hewan dll ..gitu ya?
atu mirip..yesus? yg menjadi emansinya allah ?? (sry betul2 ga tau arti sebenarnya dari emanasi

Emanasi mengandung arti pancaran. Jadi bisa diartikan wujud yg dipancarkan keluar dari wujud sebenarnya. Tidak tahu asal usul penggunaan term ini dalam menunjukkan perwujudan para Buddha/bodhisatva. Tetapi pengertian ini tidak bertolak belakang. Istilah lain yang digunakan adalah Tubuh Transformasi= Nirmanakaya. 化身, 變化身= tubuh yang dapat berubah [wujud]. Dalam Mahaparinibbana Sutta, Buddha Gotama membuat tubuhnya berubah wujud utk mengajarkan dhamma kepada delapan perhimpunan makhluk.
Dalam Mahayana, tubuh transformasi itu digunakan dlm waktu sementara. Anda mengatakan dewa sakka berubah wujud hanya sebentar, lalu balik ke alamnya. Bodhisatva juga demikian, namun perwujudannya menunjukkan dia lahir, tumbuh dewasa, semua ini merupakan bagian dari perwujudan transformasi. 
Dalam Sutra sudah menjelaskan bahwa apa yang kita lihat itu memang fenomenan dillahirkan, menikah dll, tapi semua ini bukanlah wujud substansi dari bodhisatva. Semua ini hanya kebijaksanaan terampil yang dipancarkannya.
Apa yang anda katakan pura2 itu sah2 saja tergantung persepsi anda. Tetapi perlu saya jelaskan bahwa walaupun pura2, semua ini memiliki tujuan yang bermanfaat.

Seperti Buddha Gotama membuat wujud dirinya seperti makhluk lain lalu membabarkan dhamma kepada mereka. Ya pada dasarnya juga adalah kepura2an, jika tidak , kenapa harus menggunakan wujud lain? Jadi tidak penting apa istilah yg digunakan, namun semua tindak tanduk Buddha atau bodhisatva adalah demi manfaat para makhluk. 

Yang saya tangkap, wujud emanasi adalah wujud bohong-bohongan?
Oh ya baca dimana Sang Buddha berpura-pura jadi mahluk lain mengajarkan Dhamma? Baca buku yang penuh kepura-puraan?

Tanya saja pada teman2 yg banyak tahu tentang Sutta , lihat bagaimana mereka menceritakan Sang Buddha mengubah wujud untuk membabarkan dhamma. Ngomong2, untuk apa harus mengubah wujud ? mengapa kalo Sutta yg mengatakan begini berarti bukan pura2, sedangkan di luar Sutta berarti itu pura2. hehe... tidak logis dong kalo gitu.

Nah itulah yang mau saya tanyakan mas Chingik, maafkan kebodohan saya, saya tidak pernah membaca satu suttapun (entah kalau sutra) dimana Sang Buddha mengubah wujud menjadi mahluk lain, menurut pendapat saya tidak ada perlunya bagi seorang Sammasambuddha, mungkin saya salah ya? tolong dong tunjukkan suttanya, kalau mas Chingik kesulitan cari suttanya, mas Chingik dong yang minta tolong ke teman-teman.

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...