//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Gunanya mantra-mantra  (Read 23654 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #30 on: 20 November 2013, 03:19:57 PM »
Dan dalam hal mantra ini, bahkan tidak ada cara untuk membuktikannya, seperti saya singgung sebelumnya.

Orang sakit pake mantra, jika sembuh berarti mantra ampuh; jika tidak sembuh, berarti karma baik kurang.
Either way, mantra selalu terbukti benar. (Unfalsifiable.)
Ngam... Betol... Cocok...

Akan tetapi...
Why kita harus ngeluarkan omongan-omongan sarkastik yang sepertinya mencemooh bin melecehkan dan menertawakan keyakinan orang lain.

Yes,
mantra maybe effective, maybe no...
mantra maybe oso ridiculous...

But... masa iya sih... kita harus mengeluarkan kalimat yang seolah-olah... gimana geto...
« Last Edit: 20 November 2013, 03:27:58 PM by Kemenyan »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #31 on: 20 November 2013, 03:25:11 PM »
Ngam... Betol... Cocok...

Akan tetapi...
Why kita harus ngeluarkan omongan-omongan sarkastik yang sepertinya mencemooh bin melecehkan dan menertawakan keyakinan orang lain.

Yes,
Maybe effective, maybe no...
Maybe oso ridiculous...

But... masa iya sih... kita harus mengeluarkan kalimat yang seolah-olah... gimana geto...

kalau begitu, silakan disensor aja, gue gak keberatan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #32 on: 20 November 2013, 03:39:04 PM »
Ngam... Betol... Cocok...

Akan tetapi...
Why kita harus ngeluarkan omongan-omongan sarkastik yang sepertinya mencemooh bin melecehkan dan menertawakan keyakinan orang lain.

Yes,
Maybe effective, maybe no...
Maybe oso ridiculous...

But... masa iya sih... kita harus mengeluarkan kalimat yang seolah-olah... gimana geto...
IMO, yang utama sih ga ad hominem. Selebihnya kalau memang suatu pola pikir keliru ditunjukkan keliru, sah-sah saja. Masing-masing orang berhak percaya maupun menolak.


Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #33 on: 21 November 2013, 11:21:24 AM »
Ngam... Betol... Cocok...

Akan tetapi...
Why kita harus ngeluarkan omongan-omongan sarkastik yang sepertinya mencemooh bin melecehkan dan menertawakan keyakinan orang lain.

Yes,
mantra maybe effective, maybe no...
mantra maybe oso ridiculous...


But... masa iya sih... kita harus mengeluarkan kalimat yang seolah-olah... gimana geto...
its surely bro, especially in this forum, actually I knew it but I only tried to help the TS no more than that.  ;D
btw, +1 for Ur positive thinking my intention.
I'm an ordinary human only

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #34 on: 21 November 2013, 12:12:31 PM »
pada ngga doyan maen hal2 beginian ya? :))

imo, kata Ehipassiko semakin mengalami penyusutan makna dan intensitas ya? jadinya datang dan buktikan (pake pikiran logis saja sudah cukup)* :P

Spoiler: ShowHide
khusus case beginian ^-^


tapi it's oke lah... beda orang beda reality-tunnel :D

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #35 on: 21 November 2013, 12:36:20 PM »
pada ngga doyan maen hal2 beginian ya? :))

imo, kata Ehipassiko semakin mengalami penyusutan makna dan intensitas ya? jadinya datang dan buktikan (pake pikiran logis saja sudah cukup)* :P

Spoiler: ShowHide
khusus case beginian ^-^


tapi it's oke lah... beda orang beda reality-tunnel :D
doyan ? emank makanan ?  ;D
pengertian semacam ini memang tidak bisa untuk Theravada, sayapun udah JELASKAN diatas bahwa sang Buddha hanya membabarkan dalam bhs Pali, so pasti ini bukan hasil pembabaran sang Buddha.
saya hargai anda yang PAHAM maksud sy.
I'm an ordinary human only

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #36 on: 21 November 2013, 01:17:24 PM »
agak susah di jelaskan memang tapi mantra dibaca bukan hanya mantra saja contoh mantra penolak api yang berasal dari cerita jataka terhadap dewa api agni juga mantra hujan dari cerita jataka ada proses yang mesti di lalui hingga mantra tersebut menjadi mantra bukan sekedar ucapan dan kata kata yang berbunyi dan dikeluarkan oleh mulut manusia.

didalam buddhis ada namanya auman singa yang biasa nya berlandaskan kebenaran contoh seperti yang di lakukan sang Buddha ketika cinca memfitnah, akibat auman singa ini tahta dewa saka terasa panas, hingga saka melihat dunia dan melihat cinca sedang memfitnah Sang Buddha.


contoh lain nya adalah Angulimala paritta seperti kita ketahui Angulimala sudah banyak melakukan pembunuhan, apa yang tertera di sana sangat jelas dan harus di ingat Angulimala sudah bertanya dulu kepada sang Buddha (coba di baca cerita tentang asalmuasal angulimala paritta).


Jadi ada landasan kekuatan yang sesuai dhamma hingga dhamma niyama dapat tergerak, entah itu perbuatan sehari hari sesuai dhamma (sila dan jalan mulia berunsur delapan), konsentrasi dll.


« Last Edit: 21 November 2013, 01:38:40 PM by kullatiro »

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #37 on: 21 November 2013, 01:19:52 PM »
Bagi gua,
Secara scientificnya...
Mantra adalah sebuah metode untuk nge-tuning gelombang otak ke frequency tertentu.

Non scientific (read: klenik / supra) ?
Mengundang mahluk astral (yg di-niatkan didalam mantra)
untuk ini kaga bisa seenak'e nge-beo doank, require understanding of the mantra itself

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #38 on: 21 November 2013, 01:37:38 PM »
agak susah di jelaskan memang tapi mantra dibaca bukan hanya mantra saja contoh mantra penolak api yang berasal dari cerita jataka terhadap dewa api agni juga mantra hujan dari cerita jataka ada proses yang mesti di lalui hingga mantra tersebut menjadi mantra bukan sekedar ucapan dan kata kata yang berbunyi dan dikeluarkan oleh mulut manusia.
Kalo yg api ada di buku paritta, nah kalo yg hujan seperti apa bunyinya bro?
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #39 on: 21 November 2013, 02:34:54 PM »
Kalo yg api ada di buku paritta, nah kalo yg hujan seperti apa bunyinya bro?

sebaiknya di baca jataka athakata nya kan ada link nya ke jataka athakata di dc.

sebaiknya mantra hujan tidak sembarangan di lakukan, biarlah alam bekerja sebagaimana adanya ("biarkanlah musim datang sesuai waktu nya" dari kariniya metta sutta)

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #40 on: 21 November 2013, 04:39:52 PM »
sebaiknya di baca jataka athakata nya kan ada link nya ke jataka athakata di dc.
Justru itu gw nanya yg mana, jataka & athakathanya kan bejibun, dicari satu2 ya?  :(

Quote
sebaiknya mantra hujan tidak sembarangan di lakukan, biarlah alam bekerja sebagaimana adanya ("biarkanlah musim datang sesuai waktu nya" dari kariniya metta sutta)
Oh, kalo dibacakan di tengah gurun sahara pas musim kemarau, pasti bisa hujan ya?  :hammer:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #41 on: 21 November 2013, 05:26:25 PM »
Kevaddha sutta dari digha nikaya juga menyebutkan ada mantra untuk melakukan pertunjukan kekuatan batin dan membaca pikiran.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #42 on: 21 November 2013, 05:45:48 PM »
Bagaimana dengan ini...
--------------------------------

BOJJHANGA SUTTA

Bhojjhango satisankhato dhammanam vicayo..
Tatha vi.riyam piti. passaddhi. bojjhanga ca..
Tatha pare samadhupekkha. bojjhanga. satte..
Te sabbadassina. munina sammadakkhata. bhavita bahulikata..
Samvattanti abhinnaya. nibbanaya. ca. bodhiya..
Etena saccavajjena. sotthi te hotu. sabbada..

Kesadaran (Sati), Penyelidikan Dharma (Dharma Vicaya), Semangat (Viriya), Kegembiraan (Piti), Ketenangan (Passaddhi), Konsentrasi (Samadhi), Keseimbangan Batin (Upekkha) - ketujuh faktor dari kesempurnaan ini telah dibentangkan, dipelihara dan diperkembangkan oleh Sang Guru Yang Maha-tahu(Sang Buddha). Kesemuanya itu membimbing ke arah yang penuh keyakinan, penerangan dan Nirwana. Berdasarkan Kesunyataan ini semoga kamu senantiasa selamat.

Ekasmim samaye natho. Moggalanan. ca. Kassapam..
Gilane dukkhite disva. bojjhange satta. desayi..
Te ca tam abhinanditva. roga muccinsu. tankhane..
Etena saccavajjena. sotthi te hotu. sabbada..

Pada suatu hari Sang Buddha melihat Thera-thera Moggallana dan Kassapa menderita sakit parah, mengucapkan ketujuh faktor dari Penerangan ini. Dengan girang mereka menyambut ucapan itu dan pada waktu itu penyakit tersebut lenyap. Berdasarkan Kesunyataan ini semoga kamu senantiasa selamat.

Ekada dhammarajapi. gilannenadhipilito..
Cundattherena. tanneva. bhanapetvana. sadaram
Samoditva. ca. abadha. tamha vutthasi. thanaso..
Etena saccavajjena. sotthi te hotu. sabbada..

Pada suatu hari Sang Buddha, Raja Dharma, sendiri terserang penyakit parah. Cunda Thera lalu berkotbah. Sang Buddha bergembira pada waktu itu, dan penyakit beliau lenyap seketika. Dengan Kesunyataan ini semoga kamu senantiasa selamat.

Pahina. te. ca. abadha. tinnannampi. mahesinam..
Maggahata. kilesava. pattanupatti. dhammatam..
Etena saccavajjena. sotthi te hotu. sabbada..

Dengan demikian lenyaplah penyakitnya ketiga Guru besar itu, yang telah memusnahkan noda-noda (Kilesa) dengan Dharma dan memperoleh Kesunyataan. Berdasarkan Kesunyataan ini semoga kamu senantiasa selamat.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #43 on: 21 November 2013, 05:49:01 PM »
Bagaimana dengan ini...
------------------------------------

14. Suatu pagi, Y.M. Angulimala berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luarnya, lalu pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Ketika beliau berkelana untuk dana makanan dari rumah ke rumah di Savatthi, dia melihat seorang perempuan sedang melahirkan anak cacat. [103] Ketika melihat ini, dia berpikir: “Betapa menderitanya para makhluk! Sungguh, bepata menderitanya para makhluk!”

Setelah berkelana untuk mengumpulkan dana makanan di Savathi dan kembali, setelah makan Y.M. Angulimala menemui Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, dia duduk di satu sisi dan berkata: “Bhante, di pagi hari saya berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luar saya, dan pergi ke Savathi untuk mengumpulkan dana makanan. Ketika saya berkelana untuk mengumpulkan dana makanan dari rumah ke rumah di Savatthi, saya melihat seorang perempuan sedang melahirkan anak cacat. Ketika melihat ini, saya berpikir: “Betapa menderitanya para makhluk! Sungguh, betapa menderitanya para makhluk!”

15. “Kalau begitu, Angulimala, pergilah ke Savatthi dan katakan kepada perempuan itu: ‘Saudari, sejak saya terlahir di dalam kelahiran mulia, saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!’”

“Bhante, apakah saya tidak menceritakan kebohongan yang disengaja, karena toh dengan sengaja saya telah membunuh banyak makhluk hidup?”

“Kalau begitu, Agulimala, pergilah ke Savatthi dan katakan kepada perempuan itu: ‘Saudari, sejak saya terlahir dengan kelahiran mulia, saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!’”823

“Ya. Bhante,” Jawab Y.M. Angulimala, dan setelah pergi ke Savatthi dia berkata kepada perempuan itu: “Saudari, sejak saya terlahir dengan kelahiran mulia, Saya tidak ingat pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup. Dengan kebenaran ini, semoga Anda sejahtera dan bayi Anda sejahtera!” Kemudian perempuan dan bayinya itu menjadi sejahtera.

--------------

Yatoham bhagini ariyaya
Jatiya jato
Nabhijanami sancicca
Panam jivita voropeta
Tena saccena sotthi te
Hotu sotthi gabbhassa

"Sejak kelahiran kami sebagai seorang Ariya ( di dalam Persaudaraan Sangha ),
Seingat kami tidak pernah membunuh dengan sadar
suatu makhluk hidup apa pun
berdasarkan kesunyataan ini,
selamatlah engkau !
Selamatlah anak yang engkau lahirkan !"
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Gunanya mantra-mantra
« Reply #44 on: 21 November 2013, 05:51:09 PM »
Bagaimana dengan Atanatiya Sutta (Digha Nikaya 32) -- Paritta Perlindungan untuk Umat --
--------------------

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_32:_%C4%80%E1%B9%AD%C4%81n%C4%81%E1%B9%ADiya_Sutta

DN 32   PTS: D iii 194
Āṭānāṭiya Sutta
Syair-syair Perlindungan Āṭānāṭa
Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
©2009 • Terjemahan alternatif: Pāḷi
Abstrak: 'Syair-syair Perlindungan Āṭānāṭā.
[194] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.[1] Suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha, di Puncak Nasar. Dan Empat Raja Dewa,[2] bersama serombongan besar yakkha, gandhabba, kumbhaṇḍa, dan nāga,[3] setelah membuat pengawalan, barisan pertahanan, penjagaan di empat penjuru,[4] ketika malam hampir berlalu, pergi menjumpai Sang Bhagavā, menerangi seluruh Puncak Nasar dengan cahaya tubuh mereka, memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi. Dan beberapa yakkha memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi, beberapa saling bertukar sapa dengan Beliau sebelum duduk, beberapa memberi hormat dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan beberapa duduk berdiam diri.[5]
2. Kemudian setelah duduk di satu sisi, Raja Vessavaṇa[6] berkata kepada Sang Bhagavā: 'Bhagavā, ada beberapa yakkha yang menonjol, yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan; dan demikian pula [195] ada yakkha peringkat menengah dan rendah yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā, dan yang lainnya berkeyakinan. Tetapi, Bhagavā, sebagian besar yakkha tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā. Mengapakah? Bhagavā mengajarkan menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari pelanggaran seksual, menghindari berbohong, dan menghindari minuman keras dan obat-obat yang menyebabkan kelambanan. Tetapi sebagian besar yakkha tidak menghindari hal-hal ini, dan melakukan hal-hal ini adalah tidak enak dan tidak menyenangkan bagi mereka. Sekarang, Bhagavā, ada para siswa Sang Bhagavā yang menetap di tengah hutan belantara yang jauh, di mana hanya ada sedikit suara atau teriakan, cocok untuk melatih diri. Dan ada yakkha yang menonjol, yang menetap di sana yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavā. Untuk memberikan kepercayaan diri kepada orang-orang ini, sudilah Bhagavā mempelajari[7] syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman.' Dan Sang Bhagavā menyetujuinya dengan berdiam diri.
3. Kemudian Raja Vessavaṇa, memahami persetujuan Sang Bhagavā, segera membacakan syair-syair perlindungan Āṭānāṭā:
'Terpujilah Vipassī,[8]
Yang megah berpenglihatan tajam.
Terpujilah Sikhī juga,
Yang penuh belas kasihan terhadap semua makhluk.
Terpujilah Vessabhū,
Yang bermandikan pertapaan murni.[9] [196]
Terpujilah Kakusandha,
Penakluk bala tentara Māra,
Terpujilah juga Koṇāgamana,
Sang Brāhmaṇa sempurna.
Terpujilah Kassapa,
Terbebaskan dalam segala hal,
Terpujilah Angīrasa,
Putra Sakya yang bersinar,[10]
Sang Guru Dhamma
Yang mengatasi penderitaan.
Dan mereka yang terbebaskan dari dunia ini,[11]
Melihat jantung dari segala hal,
Mereka yang lembut bahasanya,
Kuat dan juga bijaksana,
Kepada-Nya yang membantu para dewa dan manusia,
Kepada Gotama mereka memuja:
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku,
Kuat dan juga cepat dalam bertindak.’
 
4. ‘Dari titik di mana matahari muncul,
Anak Aditya, dalam pancaran agung,
Yang kemunculannya menyebabkan malam yang menyelimuti
Disingkirkan dan lenyap,
Sehingga dengan terbitnya matahari
Muncullah apa yang mereka sebut Siang,
Juga air yang banyak dan bergerak ini,
Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang,
Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut
Samudra atau lautan bergelombang. [197]
Arah ini adalah timur, atau yang pertama:[12]
Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya.
Arah ini dijaga oleh seorang raja.
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para gandhabba,
Dhataraṭṭha adalah namanya,
Dihormati oleh para gandhabba.
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati.
Ia memiliki banyak putra kuat
Delapan puluh, sepuluh, dan satu, kata mereka
Dan semuanya memiliki satu nama,
Dipanggil Indra, Raja kekuatan,
Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka,
Buddha, kerabat Matahari,
Dari jauh, mereka bersujud
Kepada Raja Kebijaksanaan sejati:
“Salam, o, Manusia Mulia!
Salam kepada-Mu, yang pertama di antara manusia!
Dalam kebaikan, Engkau menatap kami,
Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau!
Sering ditanya, apakah kami menghormati
Gotama Sang Penakluk? –
Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung,
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Buddha Gotama, kami menghormat!’”’
 
5. ‘Tempat yang oleh manusia disebut tempat kediaman peta,[13]
Pembicara kasar dan pemfitnah,
Pembunuh dan makhluk-makhluk serakah,
Pencuri dan penipu licik semuanya, [198]
Arah ini adalah selatan, mereka berkata: Itulah orang-orang menyebutnya.
Arah ini dijaga oleh seorang raja,
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para kumbhaṇḍa,
Virūḷhaka adalah namanya,
Dihormati oleh para kumbhaṇḍa,
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati ....
(dilanjutkan seperti 4)’
 
6. ‘Dari titik di mana matahari terbenam,
Anak Aditya, dalam pancaran agung,
Yang dengannya siang berakhir
Dan malam, yang menyelubungi, seperti orang-orang mengatakan,
Muncul lagi menggantikan tempat Siang,
Juga air yang banyak dan bergerak ini,
Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang,
Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut
Samudra atau lautan bergelombang.
Arah ini adalah barat, atau yang Terakhir:[14]
Demikianlah orang-orang menyebutnya. [199]
Arah ini dijaga oleh seorang raja,
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para nāga
Virūpakkha adalah namanya,
Dihormati oleh nāga
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati ....
(dilanjutkan seperti 4)’
 
7.   ‘Di mana negeri Kuru yang indah di utara terletak,
Di bawah Neru perkasa yang menarik,
Di sana manusia berdiam, ras yang berbahagia,[15]
Tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki istri.[16]
Mereka tidak perlu menebar benih,
Mereka tidak perlu menarik bajak:
Dari hasil panen yang masak dengan sendirinya
Memberikan dirinya untuk dimakan manusia.
Bebas dari dedak dan dari sekam,
Beraroma harum, beras terbaik, [200]
Ditanak di atas tungku batu-panas,[17]
Makanan demikianlah yang mereka makan.
Sapi dengan satu sadel terpasang,[18]
Demikianlah mereka menunggang berkeliling,
Menggunakan perempuan sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;[19]
Menggunakan laki-laki sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Menggunakan gadis perawan sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Menggunakan anak-anak laki-laki sebagai tunggangan,
Demikianlah mereka menunggang berkeliling;
Dan demikianlah, dibawa oleh tunggangan demikian,
Semua wilayah mereka lintasi
Untuk melayani raja mereka.
Gajah-gajah mereka tunggangi, kuda-kuda juga,
Kereta-kereta untuk para dewa juga mereka miliki.
Tandu megah tersedia
Untuk para pengikut kerajaan.
Kota-kota juga mereka miliki, dibangun dengan sempurna,
Melambung tinggi ke angkasa:
Āṭānāṭā, Kusināṭā,
Parakusināṭā,
Nāṭapuriya adalah milik mereka,
Dan Parakusināṭā. [201]
Kapivanta di utara,
Janogha, kota-kota lainnya juga,
Navanavatiya, Ambara-
Ambaravatiya,[20] Āḷakamandā, kota kerajaan,
Tetapi di mana Kuvera berdiam, raja mereka
Disebut Visāṇā, dari mana raja
Mendapatkan nama Vessavaṇa.[21]
Mereka yang melakukan tugas-tugasnya adalah
Tatolā, Tattalā,
Tototalā, kemudian
Tejasi, Tatojasi,
Sūra, Rājā, Ariṭṭha, Nemi.
Terdapat Dharaṇī, air dalam jumlah sangat besar,
Sumber awan-hujan yang tumpah
Ketika musim hujan tiba.
Di sana ada Bhagalavati, sebuah aula
Tempat pertemuan para yakkha,
Dikelilingi pohon-pohon yang berbuah selamanya
Dipenuhi banyak jenis burung-burung,
Di mana merak m***kik dan bangau berkicau,
Dan burung tekukur dengan lembut memanggil.
Burung-jīva yang meneriakkan: “Hidup!”[22]
Dan ia yang menyanyikan: “Bergembiralah,”[23] [202]
Ayam hutan, kulīraka,[24]
Bangau hutan, burung-padi juga,
Dan burung-mynah yang menyerupai manusia,
Dan mereka yang bernama “manusia jangkungan”.
Dan di sana terletak yang selamanya indah
Danau-teratai Kuvera yang indah.
Arah ini adalah utara, mereka berkata:
Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya.
Arah ini dijaga oleh seorang raja.
Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,
Raja dari para yakkha,
Dan Kuvera adalah namanya,
Dihormati oleh para yakkha,
Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati.
Ia memiliki banyak putra kuat
Delapan puluh, sepuluh, dan satu, kata mereka
Dan semuanya memiliki satu nama,
Dipanggil Indra, Raja kekuatan,
Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka,
Buddha, kerabat Matahari,
Dari jauh, mereka bersujud
Kepada Raja Kebijaksanaan sejati:
“Salam, o, Manusia Mulia!
Salam kepada-Mu, yang pertama di antara manusia!
Dalam kebaikan, Engkau menatap kami,
Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau!
Sering ditanya, apakah kami menghormati
Gotama Sang Penakluk? –
Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung,
Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku,
Buddha Gotama, kami menghormat!’”’ [203]
8. ‘Ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman. Dan jika bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga, mempelajari syair-syair ini dengan baik dan menghafalkannya dalam hati, maka jika makhluk bukan manusia mana pun juga, yakkha laki-laki atau perempuan atau anak-anak yakkha, atau pemimpin pelayan atau pelayan yakkha, gandhabba laki-laki atau perempuan, ... kumbhaṇḍa, ... nāga, ... mendatangi orang itu dengan niat jahat ketika ia sedang berjalan atau hendak berjalan, berdiri atau hendak berdiri, duduk atau hendak duduk, berbaring atau hendak berbaring, maka makhluk bukan manusia itu tidak akan dihormati dan disembah di desa dan kota. Makhluk itu tidak akan mendapatkan tempat tinggal di ibu kotaku Āḷakamandā, ia tidak akan diizinkan menghadiri pertemuan para yakkha, juga tidak diterima dalam suatu pernikahan. Dan semua makhluk bukan manusia, dengan kemarahan, akan mengecamnya. Kemudian mereka akan merenggut kepalanya seperti mangkuk kosong, dan mereka akan memecahkan kepalanya menjadi tujuh keping.[25]’
9. ‘Ada, Yang Mulia, beberapa makhluk bukan manusia, yang ganas, liar, dan mengerikan. Mereka tidak mematuhi para Raja Dewa, juga tidak kepada para menterinya, juga tidak kepada para pelayannya. Mereka dikatakan [204] memberontak melawan Raja Dewa. Bagaikan pemimpin-penjahat yang ditaklukkan oleh Raja Magadha, tidak mematuhi Raja Magadha, atau menterinya atau pelayannya, demikian pula mereka bersikap. Sekarang jika ada yakkha atau anak-anak yakkha yang mana pun, ... gandhabba, ... mendatangi bhikkhu atau bhikkhunī, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga, dengan niat jahat, maka orang itu harus waspada, memanggil dan meneriakkan nama para yakkha, yakkha sakti, para pemimpin dan jenderal mereka, dengan mengatakan: “Yakkha ini telah menangkapku, menyakitiku, mencelakaiku, melukaiku, dan tidak membebaskanku!”’
10. ‘Yang manakah yakkha, yakkha sakti, para pemimpin dan jenderal yakkha itu? Mereka adalah:
Inda, Soma, Varuṇa,
Bhāradvāja, Pajāpati,
Candana, Kāmaseṭṭha,
Kinnughaṇḍu dan Nighaṇḍu,
Panāda, Opamañña,
Devasutta, Mātali,
Cittasena Sang Gandhabba,
Naḷa, Rājā, Janesabha,
Sātāgira, Hemavata,
Puṇṇaka, Karatiya, Gula, [205]
Sīvaka, juga Mucalinda,
Vessāmitta, Yugandhara,
Gopāla, Suppagedha juga,
Hirī, Netti, dan Mandiya,
Pañcālacaṇḍa, Āḷavaka,
Pajunna, Sumana, Sumukha,
Dadimukha, Maṇi juga,
Kemudian Mānicara, Dīgha,
Dan, yang terakhir, Serissaka.[26]
Ini adalah yakkha, yakkha sakti, para pemimpin, dan jenderal yakkha yang harus dipanggil jika terjadi serangan demikian.’
11. ‘Dan ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman. Dan sekarang, Yang Mulia, kami harus pergi: kami mempunyai banyak tugas, banyak hal yang harus dikerjakan.’ ‘Lakukanlah Raja, apa yang kalian anggap baik.’
Dan Empat Raja Dewa berdiri, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana. Dan para yakkha berdiri, dan beberapa memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavā, dan lenyap dari sana, dan beberapa saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavā, [206] beberapa memberi hormat kepada Beliau dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan mereka semuanya lenyap.
12. Dan ketika malam berlalu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, tadi malam Empat Raja Dewa ... mendatangi-Ku ... (ulangi seluruh paragraf 1-11).’
13. ‘Para bhikkhu, kalian harus mempelajari syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, menguasainya dan menghafalkannya. Itu adalah untuk keuntungan kalian, dan dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman.’ Demikianlah Sang Bhagavā berbicara dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan