//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Riwayat Agung Para Buddha  (Read 226275 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #60 on: 21 June 2008, 11:59:19 PM »
Terima kasih Yumi,
Kutipan di atas, adalah pesan paling penting yang ingin disampaikan melalui buku Riwayat Agung Para Buddha. ^:)^

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #61 on: 22 June 2008, 02:56:55 PM »
Mohon jelaskan tentang Upaya kosalla nana dan 8 akkhana,
 --->khususnya istilah "akkhana" secara etimologi artinya apa? kalo disebut "kehidupan yg tidak menguntungkan, kalimat ini mungkin adalah penjelasannya. Saya membutuhkan definisi terminologinya. 
Begitu juga dgn Upaya kosalla nana, ada yg bisa jelaskan secara lebih detail ? Thks




 

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #62 on: 23 June 2008, 04:27:30 PM »
Mohon jelaskan tentang Upaya kosalla nana dan 8 akkhana,
 --->khususnya istilah "akkhana" secara etimologi artinya apa? kalo disebut "kehidupan yg tidak menguntungkan, kalimat ini mungkin adalah penjelasannya. Saya membutuhkan definisi terminologinya. 
Begitu juga dgn Upaya kosalla nana, ada yg bisa jelaskan secara lebih detail ? Thks




 


   _/\_ Berikut ini penjelasan ttg akkhana, yg saya kutip dari RAPB1. Semoga bermanfaat..

RAPB 1, p. 25-27, Sulitnya Menjadi Seorang Bakal Buddha
 
Karena Kebuddhaan begitu sulit dicapai, saat-saat di mana seorang Buddha muncul juga sangat jarang terjadi. Sehubungan dengan hal ini, Atthaka Nipàta dari Angutara Nikàya menjelaskan delapan waktu atau kehidupan dalam samsàra yang disebut sebagai ‘waktu’ yang salah (waktu yang tidak menguntungkan)’ atau ‘kehidupan yang tidak beruntung.’ Di pihak lain, saat-saat munculnya Buddha disebut sebagai saat yang menguntungkan dari kehidupan yang beruntung.

Delapan kehidupan yang tidak beruntung adalah:

(1) Kehidupan di alam yang terus-menerus mengalami penderitaan (Niraya); ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di alam ini tidak dapat melakukan kebajikan karena mengalami penderitaan dan siksaan terus-menerus.
(2) Kehidupan di alam binatang; ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di alam ini selalu ketakutan sehingga tidak dapat melakukan kebajikan dan tidak dalam posisi yang dapat mengenali kebajikan dan kejahatan.
(3) Kehidupan di alam peta; ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di alam ini tidak dapat melakukan kebajikan karena selalu merasakan kepanasan dan kekeringan, dan menderita kelaparan dan kehausan terus-menerus.
(4) Kehidupan di alam brahmà yang tidak memiliki kesadaran (asannàsatta-bhumi): ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di alam ini tidak dapat mendengarkan Dhamma karena tidak memiliki indra pendengaran.
(5) Kehidupan di wilayah seberang dunia: ini tidak menguntungkan karena makhluk-makhluk di wilayah tersebut tidak dapat dikunjungi oleh para bhikkhu, bhikkhuni, dan siswa-siswa Buddha lainnya; ini adalah tempat bagi mereka yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah; makhluk-makhluk di sana tidak dapat mendengarkan Dhamma meskipun mereka memiliki indra pendengaran
(6) Kehidupan di mana seseorang menganut pandangan salah: ini tidak menguntungkan karena seseorang yang menganut pandangan salah tidak dapat mendengar dan mempraktikkan Dhamma meskipun ia hidup di Wilayah Tengah tempat munculnya Buddha dan gema Dhamma Buddha berkumandang di seluruh negeri tersebut.
(7) Terlahir dengan indra yang cacat: ini tidak menguntungkan karena sebagai akibat perbuatan buruk yang dilakukan di kehidupan lampaunya, kesadaran kelahirannya tidak memiliki tiga akar yang baik, yaitu: ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan (ahetuka-patisandhika); oleh karena itu ia memiliki indra yang cacat seperti penglihatan, pendengaran, dan lain-lain. Dan dengan demikian tidak dapat melihat seorang Buddha dan mendengarkan ajarannya atau mempraktikkan Dhamma yang diajarkan meskipun ia terlahir di Wilayah Tengah dan tidak menganut pendangan salah.
8 Kehidupan di mana tidak ada kemunculan Buddha: ini tidak menguntungkan karena pada saat itu seseorang tidak dapat berusaha mempraktikkan Tiga Latihan moralitas (sila), konsentrasi pikiran (samàdhi), dan kebijaksanaan (pannà) meskipun ia terlahir di Wilayah Tengah, memiliki indra yang baik dan menganut pandangan benar yaitu percaya akan hukum kamma.

Tidak seperti delapan kehidupan yang tidak menguntungkan ini (akkhana), ada kehidupan ke sembilan yang menguntungkan yang disebut Buddh’uppàda-navamakkhana karena dalam kehidupan ini, muncul seorang Buddha. Terlahir dalam waktu demikian dengan indra yang baik dan menganut pandangan benar memungkinkan seseorang untuk berusaha mempraktikkan Dhamma yang diajarkan Buddha. Kehidupan ke sembilan ini, di mana muncul seorang Buddha (Buddh’uppàda-navamakkhana) meliputi seumur hidup Buddha sejak ia mengajarkan Dhamma dan selama ajarannya tumbuh berkembang dengan subur.

Utk lbh detailnya, bisa langsung baca aja pada Bab 1. Jarangnya Kemunculan Seorang Buddha..  :)
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #63 on: 23 June 2008, 04:48:05 PM »
[at] Chingik..  _/\_ Berikut kutipan dari RAPB

Upàya-kosalla Nàna: adalah kebijaksanaan yang terampil dalam melakukan jasa seperti dàna, sila, dan lain-lain, sehingga dapat menjadi alat dan mendukung dalam mencapai Kebuddhaan. Seseorang dari keluarga yang baik yang ingin mencapai Kebuddhaan harus melakukan kebajikan-kebajikan seperti dàna, sila, dan lain-lain dengan satu tujuan yaitu mencapai Kebuddhaan. (Ia tidak boleh mengharapkan keuntungan yang dapat mengarah pada penderitaan dalam samsàra). Kebijaksanaan yang memungkinkannya untuk mencapai Kebuddhaan adalah satu-satunya Buah dari kebajikan yang dilakukannya yang disebut Upàya-kosalla Nàna.

Mahàkarunà dan Upàya-kosalla Nàna yang telah dijelaskan di atas adalah dasar untuk mencapai Kebuddhaan dan untuk melatih Kesempurnaan. Seseorang yang ingin mencapai Kebuddhaan pertama-tama harus berusaha untuk memiliki dua dasar ini.

Hanya kebajikan-kebajikan seperti dàna, sila, dan lain-lain yang dikembangkan di atas dasar dua prinsip ini yang dapat menjadi Kesempurnaan sejati.


Utk lebih jelasnya bisa coba baca di RAPB 1, Bab 3 Parami. Di Sutra Upaya Kausalya juga ada penjelasannya.  :)
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #64 on: 24 June 2008, 03:31:27 AM »
kalau etimologi dari kata yg ditanyakan, mungkin akan sangat sulit untuk mengetahuinya, mengingat sulit sekali ditemui seorang ahli bahasa pali, bahkan mereka yang diakui telah menguasai bahasa pali mungkin juga tidak sampai menguasai secara etimologis, namun berikut ini adalah definisi kata tsb yg saya kutip dari

(1) Pali-English Dictionary dari PTS
3. Akkhaṇa : (page 2)

Akkhaka

Akkhaka [akkha1 + ka] the collar-- bone Vin iv.213 (adhak- khakaŋ); y.216.
Akkhaṇa

Akkhaṇa [a + khaṇa, BSk. akṣaṇa AvŚ i.291 = 332] wrong time, bad luck, misadventure, misfortune. There are 9 enumd at D iii.263; the usual set consists of 8; thus D iii.287; VvA 193; Sdhp 4 sq.


(2) dari sumber Concise Pali-English Dictionary (A.P. Buddhadatta Mahathera)

akkhaṇa : [m.] inappropriate time. || akkhaṇā (f.), a lightning.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #65 on: 24 June 2008, 06:21:08 PM »
Thanks all  atas penjelasannya
baru ingat ada di RAPB, hehe..baru didownload juga sih..
Btw, ttg  8 Akkhana, dalam term Mahayana diterjemahkan ke mandarin sebagai 8 nan (rintangan). Penjabarannya sama, cuma tidak dinamakan sebagai "waktu yg tidak beruntung" melainkan 'rintangan, atau ada yg mengartikannya kesulitan".

 Kalo Upaya kosallan nana, dlm term sanskrit sama dengan Upaya Kausalya ga ya?
10 parami dlm mahayana menyebutkan Upaya Kausalya adalah salah satu parami juga.
Walau terjadi perbedaan minor, tapi nilai2 yang dikembangkannya ternyata sama . :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #66 on: 25 June 2008, 08:59:52 AM »
RAPB ini sama atau tidak dengan Buddhavamsa? Bukannya isinya seharusnya para Buddha di masa lampau yah (dari Dipankara, Kondanna, Mangala, ... , Kakusandha, Konagamana, Kassapa)?

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #67 on: 25 June 2008, 09:30:09 AM »
Quote
Kalo Upaya kosallan nana, dlm term sanskrit sama dengan Upaya Kausalya ga ya?

Dari pertama anda bilang, saya sudah curiga begitu.

 [at] Kainyn_Kutho: RAPB ini disusun mengambil dari Tipitaka dan komentar, Sebagian mengambil dari Buddhavamsa. Sebenarnya kisah perjuangan Siddharta sebelum menjadi Bodhisatta ada yang lebih lama lagi, 16 asankheyyakappa sebelum menjadi pertapa Sumedha, cuma hal ini tidak masuk dalam RAPB ini.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #68 on: 25 June 2008, 10:32:51 AM »
karuna_murti,

Oh, jadi bukan terjemahan langsung dari Buddhavamsa yah?  :)
OK deh, thanx buat infonya.

Ya, kalo untuk sebelum terima niyata vivaranam, kalo ga salah 16 Asankheyya itu terbagi jadi 7 Asankheyya tekad dalam pikiran, dan 9 Asankheyya tekad yang diucapkan. Kemudian baru jadi pertapa Sumedha dan menyempurnakan paramitha selama 4 Asankheyya.


Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #69 on: 26 June 2008, 12:36:48 PM »
RAPB 1, p. 104, 2. Penjelasan Mengenai Cara Merenungkan Kesempurnaan Moralitas
 
Bagaikan wewangian alami yang keharumannya menyebar ke seluruh penjuru dan cocok untuk digunakan dalam segala acara; bagaikan kekuatan mantra (vasikarana mantam) yang ampuh yang memerintahkan untuk menghormati dan memuliakan manusia-manusia mulia seperti raja, brahmana, dan dewa serta brahmà; bertindak sebagai tangga menuju alam dewa dan brahmà. Bertindak sebagai alat untuk mencapai Jhàna dan Abhinnà, jalan besar menuju Kota Nibbàna, landasan bagi tiga bentuk Pencerahan Sempurna.” Demikianlah seseorang harus merenungkan ciri-ciri dari Sila.
 

Q8: Apakah tiga bentuk Pencerahan Sempurna tsb? Ada yg bisa jelaskan?
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #70 on: 26 June 2008, 12:41:11 PM »
RAPB 1, p. 110, 3. Penjelasan Mengenai Cara Merenungkan Kesempurnaan Melepaskan Keduniawian

Seperti yang dijelaskan pada Dukkhakkhandha Sutta (dari Majjhima Nikàya), seseorang harus menyadari fakta bahwa objek-objek indria lebih mengkhawatirkan dan menyedihkan daripada kenikmatan dan lain-lain; menderita karena panas, dingin, pengganggu, nyamuk, lalat, angin, matahari, binatang melata, kutu, serangga, dan lain-lain sewaktu mencari objek-objek indria yang didorong oleh nafsu-nafsu indria; sakit dan tertekan karena berusaha mencari objek-objek indria tanpa hasil; khawatir dan gelisah akan keamanan terhadap lima musuh setelah mendapatkan objek-objek indria tersebut; menderita hebat akibat berperang karena nafsu terhadap objek-objek indria tersebut; karena tiga puluh dua jenis hukuman berat (kamma-karana) yang diterima selama kehidupan ini bagi siapa saja yang telah melakukan kejahatan melalui objek-objek indria; karena penderitaan hebat dalam kehidupan di empat alam kehidupan yang penuh penderitaan.

Q9: Ada yg tau ga yaa.. 32 jenis hukuman berat (kamma-karana) itu apa2 aja..?  :-?

---------------------------------------------------------------------

RAPB 1, p. 125, Lima Belas Tindakan (Carana) dan Lima Kemampuan Batin Tinggi (Abhinna) dan Komponen-komponennya.

Komponen dari keyakinan adalah:

(i) Perenungan terhadap Buddha (Buddhanussati);
(ii) Perenungan terhadap Dhamma (Dhammanussati);
(iii) Perenungan terhadap Sangha (Sanghanussati);
(iv) Perenungan terhadap Sila (Silanussati);
(v) Perenungan terhadap kedermawanan (Càganussati);
(vi) Perenungan terhadap keyakinan, moralitas, belajar, pengorbanan dan kebijaksanaan dengan dewa sebagai saksi (Devatànussati);
(vii) Perenungan terhadap sifat-sifat Nibbàna (Upasamànussati);
(viii)Tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak berkeyakinan (Lukkhapuggala Parivajjana);
(ix) Bergaul dengan orang-orang yang ramah dan berkeyakinan (Siniddha-puggala);
(x) Perenungan terhadap Dhamma yang dapat membangkitkan keyakinan (Pasadaniya Dhamma Pacavekkhanà);
(xi) Kecenderungan dalam membangkitkan keyakinan dalam segala postur (Tadadhimuttatà);
 

Q10: Perenungan dengan dewa sebagai saksi (Devatanussati).. Ada yang bisa menjelaskan?

---------------------------------------------------------------------------------------

RAPB 1, p. 127, Lima Belas Tindakan (Carana) dan Lima Kemampuan Batin Tinggi (Abhinna) dan Komponen-komponennya.

Komponen dari kebijaksanaan adalah:
(i) terus-menerus menyelidiki kelompok kehidupan (khandha), landasan (ayatana), dan unsur-unsur (dhatu), dan sebagainya, dari tubuh seseorang;
(ii) menyucikan objek-objek di dalam dan di luar tubuh;
(iii) menjaga keseimbangan dua pasang, keyakinan dan kebijaksanaan, usaha dan konsentrasi, sesuai pernyataan berikut,
“Keyakinan yang berlebihan akan mengarah pada antusiasme yang berlebihan; Kebijaksanaan yang berlebihan akan mengarah pada kepura-puraan;
Usaha yang berlebihan akan mengarah pada kegelisahan;
Konsentrasi yang berlebihan akan mengarah kepada kebosanan (keletihan batin);
Namun tidak ada yang namanya perhatian yang berlebihan;”
(iv) tidak bergaul dengan orang-orang bodoh;
(v) bergaul dengan orang-orang bijaksana;
(vi) perenungan terhadap pengetahuan yang mendalam yang berhubungan dengan subjek-subjek yang halus namun jelas seperti indria, dan sebagainya;
(vii) kecenderungan untuk mengembangkan kebijaksanaan dalam segala postur.

Q11: Kebijaksanaan yang berlebihan akan mengarah pada kepura-puraan..  ???

----------------------------------------------------------------------------------------------

RAPB 1, p. 127, Lima Belas Tindakan (Carana) dan Lima Kemampuan Batin Tinggi (Abhinna) dan Komponen-komponennya.

Komponen dari empat Jhàna adalah:
(i) Empat pertama carana Dhamma yang dimulai dari menjalani sila;
(ii) Bagian awal dari meditasi Samatha; dan
(iii) Lima keterampilan (vasàbhava)

Q12: Lima keterampilan (vasàbhava) itu terdiri dari apa-apa aja sih?  :-?
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Merenungkan Kesempurnaan Moralitas
« Reply #71 on: 26 June 2008, 12:48:35 PM »
(Komentar merekomendasikan Aggikkhandhopama Sutta, dan lainnya untuk merenungkan kerugian dari tidak memiliki moralitas, berikut ini adalah ringkasan dari Aggikkhandhopama Sutta seperti yang tertulis dalam Sattaka Nipàta, Anguttara Nikàya).

Pada suatu hari Buddha sedang berjalan-jalan di Negara Kosala disertai oleh banyak bhikkhu. Saat melihat kobaran api di suatu tempat, Beliau meninggalkan jalan raya dan duduk di atas tempat duduk yang dibuat dari jubah yang dilipat empat yang dipersiapkan oleh ânanda di bawah sebatang pohon.

Kemudian Buddha menasihati para bhikkhu:

(a) Para bhikkhu, mana yang lebih baik, duduk dan berbaring dalam pelukan kobaran api yang mengamuk, atau duduk dan berbaring dalam pelukan gadis ‘kelahiran’ yang memiliki tubuh yang halus, dan menyenangkan untuk disentuh. Para bhikkhu menjawab (dengan tidak bijaksana) bahwa tentu lebih baik duduk dan berbaring dalam pelukan gadis.

Buddha menjelaskan bahwa untuk seorang tidak bermoral, adalah lebih baik duduk dan berbaring dalam pelukan kobaran api yang mengamuk karena hanya akan menderita selama satu kehidupan sedangkan berbaring dalam pelukan gadis dapat membawa kepada kelahiran di alam-alam rendah.

Kemudian Buddha bertanya lagi kepada para bhikkhu:

(b) Mana yang lebih baik, disiksa oleh orang kuat yang menarik sebelah kaki ke atas dengan tali kulit hingga kulit, daging, otot, dan tulang semuanya hancur, atau merasa gembira karena dihormati orang yang berkeyakinan?
(c) Mana yang lebih naik, seseorang yang dadanya ditusuk oleh dengan tombak yang tajam atau karena dihormati orang yang berkeyakinan?
(d) Mana yang lebih baik, tubuhmu dibungkus dengan lempengan besi panas membara atau mengenakan jubah yang didanakan oleh orang yang berkeyakinan?
(e) Mana yang lebih baik, membuka mulutmu dan diganjal dengan tiang besi panas membara dan melemparkan sebongkah besi panas membara ke dalam mulutmu, sehingga membakar seluruh organ dalam tubuhmu (bibir, langit-langit mulut, lidah, tenggorokan, dada, perut, dan usus) sepanjang perjalanannya menuju anus atau memakan makanan yang dipersembahkan oleh orang yang berkeyakinan?
(f) Mana yang lebih baik, kepalamu atau bahumu ditangkap dengan erat dan dipaksa duduk atau berbaring di atas dipan besi yang panas membara atau menggunakan dipan yang dipersembahkan oleh orang yang berkeyakinan?
(g) Mana yang lebih baik, digantung terbalik dan dicelupkan ke dalam panci berisi besi yang mendidih atau tinggal di dalam vihàra yang dipersembahkan oleh orang yang berkeyakinan?

Terhadap keenam pertanyaan ini pun para bhikkhu menjawab (dengan tidak bijaksana) seperti jawaban pertama. Buddha menjawab dengan cara yang sama dengan yang pertama, yaitu, untuk seorang yang tidak bermoral, lebih baik sebelah kakinya dirobek dan hancur, lebih baik ditusuk dengan tombak tajam, dan seterusnya, karena akan menimbulkan penderitaan dalam satu kehidupan saja; sedangkan merasa gembira karena dihormati oleh orang yang berkeyakinan, dan seterusnya, akan membawa kepada kelahiran di alam sengsara yang penuh penderitaan terus-menerus dalam waktu yang sangat lama.

Buddha mengakhiri khotbah-Nya dengan kata-kata berikut:

Untuk memberikan manfaat tertinggi kepada para dermawan yang berkeyakinan, yang mempersembahkan kebutuhan dan membuat kehidupan yang berguna dalam Sangha, seorang bhikkhu harus menjalani Tiga Latihan (sikkha*), seorang bhikkhu yang menginginkan kesejahteraannya sendiri dan kesejahteraan makhluk lain harus selalu penuh perhatian dan tekun.

(*Catatan: sikkhà adalah latihan yang harus dijalankan oleh para siswa Buddha yang terdiri dari tiga jenis: latihan moralitas tinggi (adhisila sikkhà), semadi tinggi (adhicitta sikkhà), dan kebijaksanaan tinggi (adhipannà sikkhà). Tiga latihan ini membentuk tiga bagian dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan, yaitu, Sila, Samàdhi, Panna.)

Pada akhir khotbah tersebut, enam puluh bhikkhu yang tidak bermoral memuntahkan darah panas; enam puluh bhikhhu yang melakukan pelanggaran ringan meninggalkan Sangha dan menjalani kehidupan berumah tangga; enam puluh bhikkhu yang menjalani kehidupan suci mencapai tingkat kesucian Arahatta.

(Ini adalah ringkasan dari Aggikkhandopama Sutta).


RAPB 1, pp. 104-107
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Merenungkan Kesempurnaan Kesabaran
« Reply #72 on: 26 June 2008, 12:53:31 PM »
……………………………………………………………………………………………............................................................
 
“Semua makhluk-makhluk ini bagaikan anakku sendiri, bagaimana mungkin seorang bijaksana bisa menjadi marah karena kejahatan yang dilakukan oleh anaknya sendiri?”

“Ia jahat kepadaku karena ia dikuasai oleh siluman kemarahan; aku harus memusnahkan siluman yang menguasainya tersebut.”

“Aku sendiri juga merupakan penyebab kejahatan yang menyebabkan penderitaan ini, (karena jika aku tidak dilahirkan, tidak mungkin ada perbuatan jahat ini).”

“Fenomena batin dan jasmani (nàma-rupa) yang melakukan perbuatan buruk, dan fenomena batin dan jasmani (nàma-rupa) yang menderita akibat dari perbuatan buruk tersebut, kedua kumpulan fenomena ini saat ini telah dihentikan. Siapa yang akan marah kepada siapa? Seharusnya tidak perlu ada kemarahan.”

Dan, “Jika semua fenomena adalah mutlak tanpa-diri, tidak ada yang namanya pelaku kejahatan dan tidak ada yang menerima perbuatan jahat.”

Dengan merenungkan seperti ini, ia harus terus-menerus melatih kesabaran. Jika kemarahan yang timbul dari kejahatan yang dilakukan makhluk lain terus-menerus menguasai pikiran seseorang karena kebiasaan dan sifatnya, ia yang bercita-cita mencapai Kebuddhaan harus merenungkan sebagai berikut:

“Kesabaran adalah pelengkap bagi latihan untuk melawan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh makhluk lain.”

“Kejahatan-kejahatan makhluk lain, yang menyebabkan penderitaanku, menjadi faktor untuk memunculkan keyakinan dalam diriku; (karena penderitaan adalah penyebab keyakinan) dan juga sebagai faktor persepsi dari ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan akan dunia (anabhirati sannà).”

“Adalah sifat dari indria, mata, dan lain-lain, untuk bertemu dengan berbagai objek, baik atau buruk; tidaklah mungkin menginginkan tidak bertemu dengan objek-objek yang tidak diinginkan.”

“Mengikuti kemarahan, seseorang menjadi gila karena marah, apa gunanya membalas dendam kepada orang seperti itu?”

“Seorang Buddha menjaga semua makhluk seolah-olah mereka adalah anaknya sendiri. Dengan demikian, aku yang bercita-cita mencapai Kebuddhaan, tidak boleh putus asa karena kemarahan terhadap mereka.”

“Jika seorang pelaku kejahatan adalah seorang yang memiliki tanda-tanda mulia seperti moralitas, seseorang harus berpikir, ‘aku tidak boleh marah kepada orang mulia ini.’”

“Jika seorang pelaku kejahatan adalah seorang yang tidak memiliki tanda-tanda mulia seperti moralitas, seseorang harus berpikir, ‘ia adalah orang yang harus diperlakukan dengan penuh welas asih.’”

……………………………………………………………………………………………….........................................................

“Tidaklah tepat bagiku untuk melepaskan kualitas mulia dari kesabaran hanya karena marah.”

“Bagaimana aku dapat memiliki kualitas mulia seperti moralitas, dan lain-lain, jika kemarahan, lawan dari semua kualitas mulia muncul dalam diriku? Dan dengan tidak adaanya kualitas mulia tersebut, bagaimana aku dapat memberikan bantuan kepada makhluk-makhluk lain dan mencapai cita-citaku untuk mencapai Kebuddhaan.”

“Hanya dengan kesabaran, seseorang dapat teguh terhadap pengaruh objek-objek eksternal dan memiliki konsentrasi pikiran; dan hanya dengan konsentrasi pikiran, seseorang dapat melihat semua bentuk-bentuk berkondisi (sankhara) yang tidak kekal dan tidak memuaskan dan semua Dhamma adalah tanpa-diri, Nibbàna adalah tidak berkondisi, abadi, dan sebagainya, dan ciri-ciri seorang Buddha yang tidak dapat dipahami, dengan kekuatan yang tidak terukur.

”Karena dengan perenungan demikian seseorang dapat menembus Pandangan Cerah Vipassanà (anulomika khanti) melalui pengetahun bahwa “Semua Dhamma ini adalah fenomena alami tanpa adanya inti atau apa pun yang disebut diri; mereka muncul dan lenyap sesuai kondisinya masing-masing; mereka tidak datang dari mana pun dan tidak pergi ke mana pun; mereka tidak terbentuk kekal sebagai suatu individu di mana pun; tidak ada yang mengatur fenomena alami ini” (karena tidak ada yang namanya diri). Melihat sebagaimana mereka adanya, seseorang dapat memahami bahwa mereka bukanlah ‘kesombongan—Aku.’ Dengan merenungkan demikian, Bodhisatta teguh dan tak tergoyahkan dalam cita-citanya, mencapai Kebuddhaan.

(Ini adalah tindakan atas perenungan Bodhisatta sehubungan dengan Kesempurnaan Kesabaran).

RAPB 1, pp. 116-119


 :'(  :)  >:)<  :x :x :x :-*
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #73 on: 26 June 2008, 01:00:02 PM »


Q10: Perenungan dengan dewa sebagai saksi (Devatanussati).. Ada yang bisa menjelaskan?



Dengan mempertimbangkan manfaat dari terlahir di alam surga, seseorang merenungkan jasa-jasanya. Ingatan ini adalah perenungan dan ingatan benar. Ini disebut perenungan dewata. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu adalah praktiknya. Menyadari jasa-jasa diri sendiri dan jasa-jasa para dewa adalah karakteristik utamanya. Memuji jasa adalah fungsinya. Keyakinan dalam buah jasa adalah penyebab langsungnya.

Seseorang yang mempraktikkan perenungan dewata memperoleh delapan manfaat: ia meningkatkan lima kualitas, yaitu, keyakinan, moralitas, pembelajaran, kedermawanan dan kebijaksanaan; ia dapat memperoleh apa yang diinginkan oleh makhluk-makhluk surgawi dan apa yang mereka gemari; ia berbahagia dalam menikmati buah jasa; ia menghargai tubuhnya; ia dihormati oleh makhluk-makhluk surgawi. Melalui ini, ia juga mampu mempraktikkan moralitas dan perenungan kedermawanan. Ia memperoleh kemakmuran dan mendekati surga.

Sumber: Vimuttimagga,

Yumi, sekedar nasehat: teruskan membaca, sebagian pertanyaan anda sebenarnya ada dalam RAPB, hanya mungkin anda belum membaca sampai sana, gak seru dong kalau dikasih bocoran ;D

Offline xing

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 43
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #74 on: 26 June 2008, 01:05:33 PM »
Buku yang luar biasa, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang Buddha dan perjalanan hidupnya.
"MAY ALL OF U BE HAPPY"

 

anything