//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Riwayat Agung Para Buddha  (Read 228412 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #135 on: 17 July 2008, 09:03:49 PM »
Penyerahan diri ini tentu tidak bisa disamakan dengan konsep penyerahan diri di agama lain.
Penyerahan diri disini memiliki makna berkorban demi ...
baca 8 faktor yang diperlukan untuk menerima ramalan hal 47-48.
 _/\_


Kata-kata Dalam Ramalan

Sumedhà telah memiliki semua persyaratan yang diperlukan untuk mencapai Kebuddhaan. Sebenarnya, ia memang akan menjadi seorang Buddha, ia memiliki delapan faktor yang diperlukan untuk menerima ramalan. Delapan faktor ini adalah:
(1) Ia seorang manusia,
(2) Ia seorang laki-laki,
(3) Telah memenuhi semua persyaratan untuk menjadi Arahanta,
(4) Bertemu dengan Buddha hidup,
(5) Ia adalah petapa yang percaya akan hukum karma,
(6) Telah mencapai Jhàna dan kemampuan batin tinggi,
(7) Mengorbankan dirinya untuk melayani makhluk agung Buddha Dipankarà: jika Buddha dan empat ratus ribu Arahanta berjalan di atas punggung Sumedhà yang sedang bertiarap, seolah-olah mereka berjalan di atas jembatan, ia tidak mungkin dapat bertahan hidup; memahami hal ini sepenuhnya, ia tanpa ragu-ragu dan bersemangat mempersiapkan dirinya melayani Buddha, tindakan ini disebut kebajikan yang sangat mendasar (adhikàrakusala) menurut kitab,
8 Keinginan yang kuat untuk mencapai Kebuddhaan; meskipun seluruh alam semesta ditutupi dengan bara api yang panas menyala dan mata tombak yang tajam, ia tidak akan ragu-ragu menginjaknya demi mencapai Kebuddhaan.

 :)
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Asava..
« Reply #136 on: 17 July 2008, 09:17:40 PM »
[RAPB I, p. 227]

Dalam masa pengajaran Buddha Kondanna, bumi ini dipenuhi dengan para Arahanta, yang sudah tidak mempunyai lagi àsava dan yang sudah bersih dari segala kotoran, terlihat sangat indah bagaikan angkasa raya dengan bintang dan planetnya. (Sebagai perumpamaan dari warna jubah para Arahanta yang menutupi seluruh permukaan bumi).

Para Arahanta tidak ada bandingnya dalam hal kemuliaan. Mereka tidak terpengaruh oleh delapan kondisi kehidupan; adalah sulit bagi seseorang yang bersifat pemarah dan tidak terkendali untuk mendekatinya. Ketika para Arahanta ini yang memiliki kemasyhuran ingin Parinibbàna, mereka terbang ke angkasa, kira-kira setinggi tujuh pohon kelapa, (seperti kilat di dalam awan gelap), mereka masuk dalam Tejo Kasina Jhàna (yang dicapai melalui unsur api sebagai objek kasina). Memancarkan cahaya terang dan terbakar di angkasa, kemudian mencapai Parinibbàna.


I say that the eradication of asavas is for one who knows and sees,
not for one who does not know asavas.
Who knows and sees what?
Wise attention and Unwise attention.
When one attends unwisely, unarisen asavas arise and arisen asavas increase.
When one attends wisely, unarisen asavas do not arise and arisen asavas are abandoned.

-The Buddha-


 :lotus:
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #137 on: 18 July 2008, 07:22:45 PM »
Bahkan para Bodhisatta dalam melakukan dana juga dengan tujuan kepentingan pribadi, yaitu demi kepentingan pemenuhan Parami agar tercapai cita-citanya menjadi Samma Sambuddha. jadi sepertinya yang membedakan Kusala/Akusala adalah motifnya. untuk hal ini mungkin para Abhidhammaist bisa membantu menjelaskan lebih lanjut.

Tapi pada kutipan itu, yang dimaksudkan jelas adalah kepentingan yang tidak baik (Akusala), misalnya untuk pamer, supaya jadi terkenal, dlsb.

Mr.Wei, anda tidak perlu menjadikan thread ini sebagai beban, silahkan posting kalau memang perlu, khusus untuk anda saya sudah mempersiapkan piala tanpa perlu menunggu sampai 10 point, bisa diambil pada acara Kopdar, dan akan diserahkan langsung oleh Sang Maha DC Sumedho.
 _/\_

:)

Tidak terbebani sebenarnya, tapi saya kadang jadi tidak enak sama Anda :)) sudah bilang mau tapi tidak muncul2 juga
Kopdar saya gak datang...
Titip boleh?

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Dana Parami Buddha Mangala sewaktu masih seorang Bodhisatta
« Reply #138 on: 20 July 2008, 06:42:30 PM »
… pada salah satu kehidupan-Nya yang lalu yang mirip dengan kisah Vessantara, ia hidup bersama istri dan anak-anak-Nya di suatu tempat yang menyerupai Vanka-pabbata.

Mengetahui bahwa Bodhisatta adalah seorang yang sangat murah hati, raksasa bernama Kharadàthika yang menyamar sebagai seorang brahmana mendekatinya untuk meminta putra dan putrinya.

Kemudian Bodhisatta menyerahkan putra dan putrinya kepada brahmana dengan penuh sukacita, yang menyebabkan gempa bumi dahsyat sampai sejauh dua ratus empat puluh ribu league (panjang 1 league = 3 mil), ke bawah mencapai dasar lautan. Dengan bersandar pada pagar di jalan setapak, si raksasa melahap kedua anak itu, seolah-olah ia memakan seikat bunga teratai  :lotus: disaksikan oleh Bodhisatta.  ^-^

Sewaktu menyaksikan kejadian itu, Bodhisatta melihat darah berwarna merah cerah seperti api yang menyala keluar dari mulut si raksasa, namun hal itu tidak sedikit pun menyusahkannya. Sebaliknya, ia merasa sangat berbahagia dan berpikir, “Ini adalah dàna besar yang telah kulakukan.”    :o :no:

Kemudian ia mengungkapkan tekadnya, “Sebagai akibat dari kedermawanan yang kulakukan ini, semoga pada masa depan tubuhku memancarkan sinar yang terang seperti darah (di dalam mulut raksasa).” Karena itulah untuk melengkapi tekadnya itu, pada saat mencapai Kebuddhaan, cahaya yang gilang gemilang memancar dari tubuh Buddha Mangala menembus sepuluh ribu alam semesta.

~RAPB 1, pp. 231-232~


My goodness  :-&
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Tanpa-diri dan sia-sialah segala sesuatu yang berkondisi.
« Reply #139 on: 20 July 2008, 06:46:20 PM »
Buddha Mangala yang memiliki banyak pengikut dan kemasyhuran, menyalakan pelita Dhamma dan menyelamatkan sejumlah besar manusia dari sungai samsara menuju ke pantai Nibbàna. Seperti api yang berkobar-kobar menjadi padam dan seperti matahari yang terbenam, Buddha mencapai Parinibbàna untuk menunjukkan bahwa demikianlah sifat ketidakkekalan, penderitaan, dan tanpa-diri dari semua benda berkondisi bagi manusia, dewa, dan brahmà.

Segera setelah Buddha Mangala meninggal dunia, cahaya tubuh-Nya memudar dan sirna, dan seluruh sepuluh ribu alam semesta berada dalam kegelapan total. Terjadi kesedihan luar biasa bagi semua manusia di seluruh alam semesta.

Samvega
Kemuliaan Buddha Mangala yang tiada bandingnya dan konsentrasi pikiran-Nya yang diliputi kemahatahuan telah musnah. Tanpa-diri dan sia-sialah segala sesuatu yang berkondisi.

RAPB I, pp. 241-242

 :(  :|
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Pangeran Sobhita Melepaskan Keduniawian
« Reply #140 on: 20 July 2008, 06:52:39 PM »
Selagi Beliau menikmati kehidupannya itu, sang putri melahirkan seorang putra yang diberi nama Siha. Setelah melihat empat pertanda, Bodhisatta diliputi oleh perasaan religius. Bahkan di dalam istana Beliau menjalani praktik pertapaan dan berlatih meditasi pernapasan (ànàpànabhàvanà) hingga Ia berhasil mencapai Jhàna Keempat; masih di dalam istana Beliau menjalani praktik dukkaracariya selama tujuh hari.

Kemudian, pada hari purnama di bulan Vesàkha—hari Beliau akan mencapai Kebuddhaan—Beliau menerima nasi susu yang dipersembahkan oleh Anula, istrinya sendiri. kemudian Beliau bertekad:

“Semoga istana-Ku ini, dengan segala dekorasinya, melayang ke angkasa dengan disaksikan oleh banyak orang, kemudian turun ke tanah dan membuat sebatang pohon Bodhi tepat di tengah-tengahnya. Sewaktu Aku tinggal di dekat pohon Bodhi nanti, semoga semua perempuan penghuni istana meninggalkan istana ini tanpa perlu Kuminta.”

Segera setelah Beliau berkehendak demikian, istana Bodhisatta naik dari halaman istana ayahnya, Raja Sudhamma, ke langit yang berwarna biru gelap kehijauan. Istana itu dilengkapi dengan hiasan dan wangi-wangian yang bersinar terang memperindah langit seperti matahari dengan cahayanya yang indah bak hujan emas cair, dan juga seperti bulan yang terang di bulan Kattikà di musim gugur. Istana terbang itu melayang ke alam-alam surga dan menarik perhatian banyak orang karena warna-warni cerah dari ranting-ranting pohon dan berbagai permata.

……………………………………………………………………………………………………....................................................

Setelah terbang, istana tersebut turun ke tanah dan kemudian muncullah pohon Bodhi nàga tepat di tengah-tengah. Pohon itu setinggi delapan puluh lengan, batangnya lurus, besar, dan bundar, indah dengan bunga-bunga, daun-daun, tunas, dan pucuknya. Kemudian para penari perempuan keluar dari istana tersebut dan pergi atas kemauan sendiri.

~RAPB 1, pp. 258-259~

Sobhita Buddhavamsa unik gitu lo..  ^-^
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Padumuttara Buddhavamsa
« Reply #141 on: 20 July 2008, 07:01:31 PM »
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, Buddha Padumuttara tetap berdiam dalam Phala Samàpatti selama tujuh hari di bawah pohon Bodhi (dalam minggu pertama); pada hari ke delapan, Beliau berpikir untuk berdiri di atas tanah, dan sewaktu Beliau menginjakkan kaki kanan-Nya di atas tanah, bunga teratai  :lotus: yang biasa tumbuh di air secara gaib menerobos keluar dari tanah tepat di bawah telapak kaki-Nya.

Tiap-tiap bunga teratai tersebut berukuran sembilan lengan [+/- 4.5 m], dan tiap kuntumnya memiliki madu yang cukup untuk mengisi sembilan kendi air.

Tinggi Buddha Padumuttara adalah lima puluh delapan lengan [+/- 29 m], panjang antara kedua lengan-Nya adalah delapan belas lengan [+/- 9 m], kening-Nya lima lengan [+/- 2.5 m], tangan dan kaki-Nya sebelas lengan [+/- 5.5 m]. Ketika kaki-Nya yang sebelas lengan itu menginjak benang sari setinggi dua belas lengan  [+/- 6 m], lebih kurang sembilan kendi serbuk sari tumbuh dan menyebar ke seluruh tubuh-Nya yang lima puluh delapan lengan tingginya seperti bedak merah dan kuning serta putih ditaburkan ke tubuh-Nya.

Karena peristiwa ajaib inilah Ia dinamakan Buddha Padumuttara.  ;D

(Penjelasan ini diuraikan oleh pembaca Samyutta Nikàya).

~RAPB 1, p. 287~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Sujàta Buddhavamsa
« Reply #142 on: 21 July 2008, 06:20:17 PM »
Setelah Buddha Sumedhà Parinibbàna, usia kehidupan manusia perlahan-lahan turun dari sembilan puluh ribu tahun menjadi sepuluh tahun, kemudian naik lagi sampai asankhyeyya. Ketika usia manusia turun lagi sampai pada sembilan puluh tahun, Bodhisatta Sujàta terlahir di Surga Tusita setelah memenuhi Sepuluh Kesempurnaan. Memenuhi permohonan para dewa dan brahmà untuk menjadi Buddha, Beliau turun ke alam manusia dan masuk ke rahim Ratu Pabhavati, permaisuri dari Raja Uggaha di Kota Sumangala. Sepuluh bulan kemudian, Bodhisatta lahir.
 

Kehidupan Istana
Saat menginjak dewasa, ia tinggal di tiga istana, yaitu: Siri, Upasiri, dan Nanda, dengan dilayani oleh istri-Nya, Putri Sirinanda dan dua puluh tiga ribu pelayan-Nya selama sembilan ribu tahun.

~RAPB 1, pp. 298-299~

Ada kesamaan dgn lama tahun yg tdp pd hal. 276 [Narada Buddhavamsa]. Yg turun lagi sampai 90 thn itu kayaknya 90.000 thn. Kalo ga jadi ga nyambung, kehidupan pangeran di istana aja uda selama 9.000 thn..  :)
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Klasifikasi Dàna Menurut Suttanta Dalam Sepuluh Kelompok
« Reply #143 on: 21 July 2008, 06:49:45 PM »
Saat seorang Bodhisatta memberikan dàna materi, Beliau memberikan dàna makanan dengan harapan, “Melalui dàna makanan ini, semoga semua makhluk memiliki umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan, kecerdasan, dan mencapai buah Kearahattaan.”

Dengan cara yang sama, Beliau mendanakan minuman untuk menghilangkan rasa haus akan kotoran terhadap objek indria makhluk-makhluk.

Beliau memberi dàna pakaian untuk memperoleh kulit yang indah penuh hiasan dalam bentuk rasa malu dan rasa takut;

dàna kendaraan untuk mencapai kekuatan batin dan memperoleh kebahagiaan Nibbàna;

dàna wewangian untuk memberi keharuman pada moralitas yang tiada bandingnya;

dàna bunga dan obat-obatan agar memiliki kualitas-kualitas mulia dari seorang Buddha;

dàna tempat duduk untuk mendapatkan tempat duduk kemenangan di bawah pohon Bodhi;

dàna tempat tidur untuk memperoleh ‘tidur Buddha’ yaitu berdiam dalam Jhàna ke empat, sesuai dengan kalimat, “berbaring ke sebelah kiri adalah tidur indria, berbaring ke sebelah kanan adalah tidur singa, berbaring telentang adalah tidur peta, memasuki Jhàna ke empat adalah tidur Buddha;”

dàna tempat tinggal misalnya rumah peristirahatan, dan lain-lain, agar menjadi tempat berlindung makhluk-makhluk lain;

dan dàna pelita untuk memperoleh lima mata.


~RAPB 1~


Sekedar sharing.. Bhante Khemanando seusai Beliau melakukan pindapatta tgl 17 kemarin di Medan ada menjelaskan makna dari berdana bunga. Kira2 begini..

Peristiwa itu diambil ketika Buddha mau memasuki masa vassa ke 7 beliau di surga Tavatimsa. Jadi pada waktu itu ada seorang Brahma yang meragukan keberadaan seorang Arahat. Dia berpikir bahwa saat itu tidak ada seorang Arahat, maka dia lalu mengadakan sayembara dengan menaruh patta emas di atas tiang.

Pada waktu itu Buddha dan Y.M Mogallana mengetahui hal itu. Lalu dengan mengeluarkan patihariya (kekuatan abhinna Beliau), Buddha mengambil patta tersebut sebagai tanda bahwa di dunia ini ada seorang Arahat yang masih hidup.

Setelah melakukan hal itu, Buddha menghabiskan musim hujannya di surga Tavatimsa untuk mengajar Abhidhamma kepada ibunda-Nya.

Di saat kepergian Beliau itulah, para umat dan murid2 brahma tersebut memberi persembahan bunga, dupa dan lilin kpd Beliau.


 :lotus: _/\_
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #144 on: 21 July 2008, 09:19:38 PM »


Ada kesamaan dgn lama tahun yg tdp pd hal. 276 [Narada Buddhavamsa]. Yg turun lagi sampai 90 thn itu kayaknya 90.000 thn. Kalo ga jadi ga nyambung, kehidupan pangeran di istana aja uda selama 9.000 thn..  :)


Yumi benar, memang ada kesalahan disitu.

Luar biasa, sangat mengesankan, padhal RAPB ini diedit oleh editor terbaik saat ini, tapi juga masih terlewatkan. saya dungguh terkesan dengan ketelitian Yumi, menunjukkan bahwa Yumi tidak asal baca tapi membaca dengan penuh perhatian.

Maaf Boss Sumedho, minta ijin untuk mengatasnamakan DC.

mempertimbangkan kualifikasi Yumi, saya atas nama DC memohon kesediaan Yumi untuk menjadi editor DC. kita bakal mengerjakan banyak sekali proyek-proyek di masa-masa mendatang. kompensasinya lumayan loh
 _/\_

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #145 on: 21 July 2008, 09:26:26 PM »
;D kompensasi di Tavatimsa maksudnya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #146 on: 21 July 2008, 09:34:02 PM »
saya tidak berani menawarkan kompensasi begitu, tapi ini masih rahasia, takut Yumi gak tertarik ;D

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #147 on: 22 July 2008, 06:19:10 AM »
kalau sis yumi bersedia, tentu kita dapat bantuan yang luar biasa bermanfaat. :>-
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #148 on: 22 July 2008, 08:01:09 AM »
Sekedar sharing.. Bhante Khemanando seusai Beliau melakukan pindapatta tgl 17 kemarin di Medan ada menjelaskan makna dari berdana bunga. Kira2 begini..

Peristiwa itu diambil ketika Buddha mau memasuki masa vassa ke 7 beliau di surga Tavatimsa. Jadi pada waktu itu ada seorang Brahma yang meragukan keberadaan seorang Arahat. Dia berpikir bahwa saat itu tidak ada seorang Arahat, maka dia lalu mengadakan sayembara dengan menaruh patta emas di atas tiang.

Pada waktu itu Buddha dan Y.M Mogallana mengetahui hal itu. Lalu dengan mengeluarkan patihariya (kekuatan abhinna Beliau), Buddha mengambil patta tersebut sebagai tanda bahwa di dunia ini ada seorang Arahat yang masih hidup.

Setelah melakukan hal itu, Buddha menghabiskan musim hujannya di surga Tavatimsa untuk mengajar Abhidhamma kepada ibunda-Nya.

Di saat kepergian Beliau itulah, para umat dan murid2 brahma tersebut memberi persembahan bunga, dupa dan lilin kpd Beliau.


 :lotus: _/\_

Cerita ini kurang tepat Yumi, cerita ini mengandung kesalahan tempat, waktu, dan tokoh. baca RAPB 1, hal. 1175

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #149 on: 23 July 2008, 12:38:33 PM »
Cerita ini kurang tepat Yumi, cerita ini mengandung kesalahan tempat, waktu, dan tokoh. baca RAPB 1, hal. 1175

Wah..wah.. ternyata orang kaya Rajagaha yg menaruh patta emas itu di tiang (hal. 1175), dan yg mengambilnya ternyata bukan Buddha toh.. melainkan YM. Pindola yang menyebabkan Buddha menetapkan larangan bagi para siswa-Nya utk memperlihatkan kesaktian (hal. 1182-1183). Buddha menunjukkan kesaktian-Nya di dekat pohon mangga Kandamba (hal. 1189). Beliau juga menciptakan jalan, mendemonstrasikan Keajaiban Ganda, sinar 6 warna dll.

Kemudian..

Sejumlah besar brahmà dan dewa mengucapkan puji-pujian atas keagungan, kebesaran dan kemuliaan Buddha. Seluruh angkasa hiruk pikuk oleh nyanyian para makhluk surgawi. Mereka menyiramkan bunga-bungaan surgawi, musik dari ribuan alat musik surgawi bergabung dengan alat musik umat manusia membelah angkasa; suasana itu seperti perayaan festival besar yang dihadiri oleh semua makhluk.
Lalu.. Buddha naik ke alam Tavatimsa (hal. 1204-1205).

Banyak Orang Menangis Sedih Sewaktu Buddha Hilang dari Pandangan (hal. 1206-1208)
YM. Anuruddha memberitahukan pada orang2 yg bertanya mengenai keberadaan Buddha bahwa Beliau sedang berada di Tavatimsa membabarkan Abhidhamma Pitaka pada para dewa yg dipimpin ibu-Nya pada kehidupan sebelumnya.

Semua orang-orang di sana memutuskan, “Kami tidak akan pergi tanpa memberi hormat pada Tathàgata” dan mereka membangun gubuk-gubuk darurat yang terbuat dari daun-daunan dan semak belukar di tempat itu; beratap langit dan tanah menyerap semua kotoran dan sampah mereka, dan seluruh kawasan itu dalam kondisi bersih dan sehat.

Tathàgata sebelumnya telah memberikan instruksi kepada Yang Mulia Moggallàna untuk membabarkan Dhamma kepada orang-orang ini, dan siswa awam Culà Anàthapindika bertanggung jawab dalam menyediakan makanan, ia menyediakan kuah daging, makanan, daging, tembakau, daun teh, dupa, bunga, pakaian, dan semua barang-barang yang diperlukan oleh manusia. Dan seperti yang direncanakan, Moggallàna membabarkan Dhamma kepada mereka sepanjang vassa itu.

Hmm.. Mank beda yach.. ga sesuai.. tar akan coba yumi tanyakan lagi ke Bhante.. Thx ya.. untung ko indra ksh tau..  Yumi uda koreksi sesuai RAPB tuh.. ;D

Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

 

anything