Bro dewa 19 yang baik, perkenankan saya mengomentari tulisan bro yang panjaaang banget...
satu demi satu.
bagian satu:
Saya rasa tidak pada tempatnya bila saya menghakimi meditasi yang dilakukan oleh bro 19. Saya hanya berkomentar dengan membandingkan tehnik meditasi bro 19 dengan tehnik meditasi Buddhis Theravada.
Terus terang saya tak dapat mengatakan secara pasti pengalaman bro 19 adalah Jhana ke 4 atau bukan.
bagian dua:
yang dapat menentukan dengan lebih pasti pencapaian tersebut tentu Sang Buddha dan para Meditator yang memiliki kemampuan melihat batin mahluk lain. Masalahnya sulit menemui orang seperti itu, selain dari mereka guru pembimbing meditasi kita yang telah mengalami Jhana ke 4 juga bisa memastikan bila kita ceritakan pengalaman kita.
Kadang-kadang (hanya kadang-kadang) kita juga bisa menerka dengan tepat pencapaian kita berdasarkan literatur yang ada mengenai subjek tersebut.
bagian 3:
Saya juga setuju dengan apa yang bro 19 kemukakan, tidak objektif bila menilai seseorang berdasarkan perasaan "suka atau tidak suka" kepada orang itu. Sudah sepantasnya bila seseorang memberikan pendapat yang benar kita harus membenarkan, walaupun secara pribadi kita tidak menyukai orang tersebut, bahkan walau kebenaran itu tidak kita sukai.
jadi: benar katakan benar, salah katakan salah, terlepas dari hal-hal lainnya, beginilah seharusnya bila kita bicara selaras Dhamma.
Tapi saya rasa memang umumnya manusia yang masih memiliki kegelapan batin (kita) akan cenderung memberikan pendapat berdasarkan rasa "suka tidak suka", persamaan golongan, persamaan keyakinan dsbnya. Itu manusiawi sekali. Saya rasa kemanapun bro 19 pergi akan menemukan hal-hal seperti ini, bukan berarti mereka jahat, tetapi ini disebabkan oleh karena kadang-kadang pada waktu kita memberikan pendapat masih dipengaruhi konsep-konsep duniawi juga, mungkin kecuali Arahat yang telah terbebas sama sekali dari kekotoran batin.
bagian 4:
Saya setuju dengan bro 19, setahu saya seseorang yang telah mencapai Jhana ke 4 hanya memiliki kemampuan batin yang sangat terbatas, untuk memiliki kesaktian seperti yang kita baca dari buku-buku, seorang meditator Samatha masih memerlukan keahlian melatih keseluruhan Jhana pada kasina dan memiliki keahlian ( 14 vasi). Bila ia hanya memiliki Jhana ke-4 dalam Anapanasati mustahil ia bisa terbang, menyelam ke dalam bumi menutup sinar matahari membuat matahari gelap dlsbnya, karena menurut Visuddhi Magga, kesaktian seperti itu bisa dicapai bila sang meditator memiliki ke-8 Jhana dengan objek kasina dan memiliki 14 keahlian (14 vasi) berkenaan Jhana dan kasina.
Bila hanya Jhana ke 4 belum dapat membangkitkan Iddhividdha nana (kekuatan gaib).
Bagian 5:
Mungkin selama ini kerancuan timbul karena pertanyaan mengenai pencapaian Jhana berputar pada bagaimanakah pengalaman mencapai Jhana?
Sebenarnya bila dikaji tehnik meditasi yang dipraktikkan oleh bro 19 sudah berbeda, bagian ke 5 ini memberikan uraian yang jelas mengenai perbedaan tehnik meditasi yang dilakukan bro 19 dengan tehnik meditasi mazhab Theravada.
Sang Buddha memang ada mengajarkan 40 objek meditasi Samatha. ke 40 objek meditasi Samatha ini dijelaskan dan diuraikan dengan mendetil dan sistematis pada kitab Visuddhi Magga, tetapi tehnik meditasi bro 19 berbeda dengan 40 objek meditasi yang terdapat di Visuddhi Magga. Saya telah membaca semua yang terdapat di Visuddhi Magga dan saya tidak menemukan keterangan mengenai cara menembus cakra seperti yang dilakukan dalam meditasi bro 19. Demikian juga saya rasa dalam meditasi yang dilakukan bro 19 juga tidak ditemukan keterangan mengenai Jhana.
Saya tak tertarik untuk membuat kesimpulan mengatakan mana lebih baik atau mana yang lebih tinggi, saya hanya berpendapat bahwa kedua metode meditasi ini berbeda.
Perbedaannya demikian: Saya ada mengenal orang yang berlatih meditasi chikung/prana dan neikung. menurut aliran mereka bila mereka mengumpulkan energi dengan meditasi dan kemudian diarahkan untuk menembus/membuka cakra-cakra maka setiap kali penembusan salah satu diantara ke 72 cakra (termasuk cakra minor), maka energi mereka akan bertambah 2 kali lipat. Jadi diperlukan energi untuk menembus dan mengaktifkan cakra-cakra ini. (Kalau tidak salah pada Yoga adalah kundalini yang digerakkan untuk menembus/membuka).
Menurut saya tehnik-tehnik meditasi seperti ini masih berkaitan dengan fisik melibatkan pengaturan dan pengembangan energi.
Pada meditasi Samatha tak ada pengembangan atau pengaturan energi seperti yang ada pada Yoga, Chikung, Kundalini dsbnya. ke 40 objek meditasi Buddhis Theravada lebih berkaitan dengan batin, nimitta dsbnya.
Bagian 6:
Konsentrasi pada meditasi Samatha dapat diarahkan ke Vipassanna, demikian juga dengan Konsentrasi Vipassana dapat membantu kita berlatih meditasi Samatha.
menurut bro 19 konsentrasinya malah menurun setelah berlatih meditasi Vipassana, ini menarik, karena berbeda dengan semua guru-guru meditasi Vipassana yang mengatakan bahwa konsentrasi, perhatian dll mengalami peningkatan, konsentrasi mereka bertambah lama bertambah kuat.
Bila ingin berdiskusi lebih jauh mengenai hal ini bro 19 bisa buat thread baru.
Bagian 7:
Dalam sistem meditasi sebelumnya, saya tidak pernah mengerahkan energi untuk “melihat dhamma”. Semua usaha dan energi, dikerahkan untuk terus menerus mengembangkan kekuatan konsentrasi. Tetapi, dalam meditasi vipasanna, lebih banyak usaha dikerahkan untuk dapat “melihat dhamma”, dan konsentrasi dikembangkan cukup sampai pada batas “dhamma yang terlihat”.
Saya rasa pengertian bro 19 sudah hampir tepat mengenai Vipassana,
Dalam meditasi Vipassana kita tidak dianjurkan untuk mengerahkan energi untuk dapat melihat Dhamma, kita hanya dianjurkan untuk melihat proses yang terjadi pada batin dan jasmani dengan semangat, penuh perhatian, teliti, seksama, cermat dan sebagaimana apa adanya.Dhamma akan nampak dengan sendirinya bila bro 19 berlatih dengan cara demikian.Saya percaya ada cakra-cakra walaupun saya tak berlatih menembus atau membuka cakra, (kurang sejalan dengan Kalama Sutta ya?
)
Bagian 8:
Saya tidak bisa berkomentar mengenai persamaan antara membuka cakra dengan Jhana, saya tak bisa mengatakan sama atau tidak sama karena minimnya pengetahuan saya mengenai cakra-cakra ini.
Adapun pengalaman bro 19 mengenai Jhana ke 4, sejauh ini saya melihat tak nampak yang tidak sejalan dengan Tipitaka karena pengetahuan saya mengenai Jhana ke 4 hanya didapat dari buku juga, jadi saya tak dapat menyelidiki lebih jauh mengenai pengalaman Jhana ke 4 bro 19.
Cuma saya bisa bertanya sedikit mengenai pengalaman Jhana ke 1 (pertama) bro 19:
"Bisakah diceritakan sedikit bagaimanakah ketenangan yang dialami bro jhana 19 pada Jhana pertama?" Saya yakin sebelum bisa mencapai Jhana ke 4 kita harus melalui Jhana ke 1 dulu kan?
apa yang dirasakan pada waktu memasuki Jhana pertama?Bagian 9:
Dikatakan di Visuddhi Magga bahwa untuk mengembangkan Iddhividdha nana kita harus memiliki 8 Jhana terhadap kasina dan juga menguasai 14 vasi (keahlian), kemungkinan pengalaman yang dialami oleh bro 19 disebabkan latihan membuka Chakra yang dilakukan sebelumnya, pengalaman gaib bro 19 sangat menarik, walaupun ada juga perbedaan dengan pengalaman praktisi Samatha Bhavana
Terutama pengalaman mendengar pembicaraan tumbuhan yang terasa aneh bagi saya karena menurut kitab Abhidhamma tumbuhan tak memiliki jiwa, jadi tak dapat berbicara seperti manusia.
Bagian akhir:
Pengalaman bro 19 sangat menarik, saya juga masih belajar, saya juga tak tahu pasti benar atau tidaknya pengalaman bro 19, tetapi usaha bro 19 menguraikan pengalaman yang telah dialami saya rasa harus dihargai oleh teman-teman Dhammacitta, karena akan menambah pengetahuan bagi pengunjung Dhammacitta.
Mungkin suatu ketika jika bro 19 telah berlatih metode Samatha Bhavana seperti yang diajarkan di Tipitaka, bro 19 tak perlu lagi pengakuan dari orang lain mengenai pengalaman itu, dan tak seorangpun yang dapat menggoyahkan pengalaman yang telah dialami oleh bro 19.
Karena kita sendiri yang mengalami. Semoga bro 19 bertambah maju secara spiritual.