//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Etika Diskusi  (Read 61919 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Etika Diskusi
« Reply #60 on: 16 February 2010, 04:20:04 PM »
hmm....
saya setubuh dengan anda2 semua.., eitss setujuh..  (apakah hal demikian termasuk pelanggaran)
ada baiknya di buatkan peraturan yg cukup simple
[Anda memasuki kawasan tibetan silahkan pergunakan "kacamata" tibetan]

mengenai memindahkan thread, saya pikir hal tersebut tidak terlalu bermasalah. karena hanya beda penempatan.
Namun dalam hal penghapusan thread/isi thread/penguncian thread, hal tersebut cukup menjadi masalh yg pelik.
harus dibuat aturan baku,
-sudah muncul benih2 api (diawasi)
-sudah muncul asap (di nasehati)
-sudah muncul api (di tutup/lock)
Jadi, jangan hanya baru buka thread (baru mau main api), sudah di lock.
kan member yg lain pun harus tahu... apa isi,dan tujuan

Okelahkalaubegituh
Samma Vayama

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #61 on: 16 February 2010, 04:20:16 PM »
Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?

Apakah ini berarti gaya bahasa sinisme dan sarkasme tidak boleh digunakan?

Mencela juga patokannya bagaimana? Dari satu perkataan, ada yang "cincai" ga merasa itu sebagai celaan, ada juga yang "sensi" merasa itu adalah "pencelaan-penghinaan".

Saya mau ikut berpendapat. Untuk kesekian kalinya, saya pikir tata-cara melontarkan argumen (komentar) yang perlu dilarang adalah komentar yang masuk dalam kategori abusive ad hominem.

Argumentum ad hominem => melontarkan argumen, komentar, pendapat, pernyataan, maupun pertanyaan yang sifatnya adalah meyinggung, mendesak, dan dalam skala lebih berat adalah menyerang pribadi lawan diskusi.

Ada 3 jenis argumentum ad hominem, yaitu:
1) Abusive ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi secara frontal, dan kandungan argumen itu tidak berhubungan dengan pembahasan diskusi.
Misalnya => "Dasar kau orang tolol dan jelek!"
            => "Lucu sekali. Rupanya dia hanya tahu soal hal mesum."

2) Circumstantial ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi dengan cara menunjukkan kontradiksi yang tidak berhubungan antara lawan diskusi dengan argumennya.
Misalnya => "Komentar dan referensi Anda tidak valid, karena Anda sendiri bukan dari Aliran X"
            => "Postingan dia tidak berbobot, sebab dari kemarin dia hanya berusaha menjatuhkan kami"

3) Tu quoque ad hominem
Adalah argumen yang dilontarkan untuk menyerang lawan diskusi dengan cara menunjukkan kontradiksi yang berhubungan antara lawan diskusi dengan argumennya.
Misalnya => "Penjelasan Anda kontradiktif, sebab tempo hari Anda tidak menyatakan hal itu"
            => "Memang demikian. Tapi kemarin ada teman kita yang menyatakan kalau dia sudah menjadi 'buddha' di DC"


Menurut saya, yang perlu dilarang penggunaannya di Forum DhammaCitta adalah abusive ad hominem. Jika ada penggunaan argumen ini, maka pihak Moderator berhak untuk mengubah penggunaan kata-kata, mensensor, menghapus, atau melempar topik ke Karantina.

Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha. Sehingga suatu kebijakan jika hanya mengacu pada abusive add hominem maka tindakan kita para dewan mod dan glomod sudah tidak konsisten. Tidak ada bedanya menyerang agama Buddha dan menyerang aliran yg ada didalam agama Buddha, keduanya adalah agama.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.
« Last Edit: 16 February 2010, 04:24:22 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Etika Diskusi
« Reply #62 on: 16 February 2010, 04:30:38 PM »
Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.

Argumentum ad hominem adalah melontarkan argumen yang sifatnya menyinggung atau menyerang pribadi lawan diskusi. Pribadi lawan diskusi ini adalah personal maupun kelompok.

Saya kasih perbedaan contoh penggunaan abusive ad hominem supaya lebih jelas.
Contoh abusive ad hominem => "Dasar kau orang tolol dan jelek!"
Contoh circumstantial ad hominem=> "Menurut saya Anda itu tolol dan jelek. Apakah Anda setuju?"

Coba cermati perbedaan penggunaan kedua argumen di atas. Kalau masih belum paham, saya akan coba jelaskan lagi.

coedabgf tidak mengina Agama Buddha pada awalnya. Dia hanya melontarkan intepretasinya sendiri. Kalau candra_mukti19 dulu memang sering melakukan abusive ad hominem. :)

Dalam berdiskusi formil maupun non-formil, sebenarnya kita sering melontarkan banyak argumentum ad hominem. Argumentum ad hominem perlu diketahui dengan jelas, untuk membedakan mana argumen yang kondusif dalam pembahasan diskusi; mana yang tidak. Kalau mau dipelajari, sebenarnya ada banyak sekali jenis-jenis argumen dalam berdiskusi; contoh jenis argumen lainnya adalah argumentum ad populum, argumentum ad baculum, argumentum ad absurdum, argumentum ad ignorantium, dan sebagainya.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #63 on: 16 February 2010, 04:32:42 PM »
Quote
Banyak-sedikitnya mod yang menilai juga tidak menjamin objektifitas. Sebaiknya memang mod yang bersangkutan yang mengambil tindakan yang dianggap perlu. Bukankah memang seseorang dipilih jadi moderator karena dipercaya penilaiannya?
Nanti baru mod/member lain memberikan masukan karena memang semua orang juga pasti masih bisa keliru mengambil keputusan. Kalau hanya edit-hapus perlu persetujuan ramai-ramai, terlalu berbelit-belit.

Pada point ini saya setuju..
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #64 on: 16 February 2010, 04:34:32 PM »
kalau kasus candramukti, coedabgf lain dengan bang Truth
cand & coe memanglah bukan orang Buddhis dan mereka mencampur aduk ajaran tetangga dengan ajaran Buddhis sehingga 'keluar dari jalur semestinya'.

Bang Truth, karena dia tidak setuju dengan postingan2 yang tidak berkenan dengan pengetahuan yang dia kuasai makanya bertanya dan mengkritisi tulisan/postingan tersebut

Bang Truth tidak keluar jalur dari Buddha Dhamma & tidak pernah memakai kata2 kasar dan jorok, jadi saya anggap sah sah saja, kalau tanggapan Mod lain ndak tahu deh ! masing2 penilaian.
kam sia ya. ^:)^

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #65 on: 16 February 2010, 04:36:33 PM »
Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha. Sehingga suatu kebijakan jika hanya mengacu pada abusive add hominem maka tindakan kita para dewan mod dan glomod sudah tidak konsisten. Tidak ada bedanya menyerang agama Buddha dan menyerang aliran yg ada didalam agama Buddha, keduanya adalah agama.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.

Mengenai kemunculan "Samma Sambuddha" itu saya pikir memang harus ditentukan apakah mau "banned" atau dibiarkan saja selama dalam board tertentu, misalnya thread pribadi. Jadi di situ dibiarkan "Samma Sambuddha" itu menentukan "dhamma-vinaya-nya" sendiri, asal jangan bawa-bawa di board lain.
Sebagai contoh, dulu candra_mukti19 mengatakan Buddha melarang pembunuhan, namun tidak mengatakan semua jenis pembunuhan. Lalu saya tanya referensi dari sutta mana pembunuhan itu ada type-type-nya dan tidak dijawab.
Mungkin sebaiknya jika menolak atau tidak mampu menjawab hal-hal tersebut, maka tidak boleh menggunakan "dhamma-vinaya" tersebut untuk diskusi yang berkenaan dengan Buddhisme. Jika tetap membandel, maka baru di-banned.



Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #66 on: 16 February 2010, 04:40:50 PM »
kalau kasus candramukti, coedabgf lain dengan bang Truth
cand & coe memanglah bukan orang Buddhis dan mereka mencampur aduk ajaran tetangga dengan ajaran Buddhis sehingga 'keluar dari jalur semestinya'.

Bang Truth, karena dia tidak setuju dengan postingan2 yang tidak berkenan dengan pengetahuan yang dia kuasai makanya bertanya dan mengkritisi tulisan/postingan tersebut

Bang Truth tidak keluar jalur dari Buddha Dhamma & tidak pernah memakai kata2 kasar dan jorok, jadi saya anggap sah sah saja, kalau tanggapan Mod lain ndak tahu deh ! masing2 penilaian.
kam sia ya. ^:)^

 :)) dibela mati-matian nih yee...
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #67 on: 16 February 2010, 04:45:30 PM »
Ini ada kelemahannya juga. Dimana orang tidak akan abusive ad hominem tetapi ia menyerang aliran tertentu....dan ini melekat pada keyakinan org tersebut yg berimplikasi ad hominem jenis lainnya yg tidak bisa dihindari. Maka jika ada member seperti Candramukti , deva19 dan coedabgf maka tidak perlu dibanned karena seperti coedabgf tidak melakukan abusive add hominem, tetapi melecehkan agama Buddha.
Jika demikian lebih baik forum DC dibuat thread flame war saja di relokasi sebagai tempat penampungan. Sehingga tidak menimbulkan conflict2 of interest pada thread2 seharusnya. Kasian pada yg pemula2. Jadi kalau ada topik muncul dan mulai pada pertikaian aliran bisa dimove ke thread itu. Nah terserah deh mo ngapain, dan point abusive add hominem hanya satu2nya pasal yg digunakan.

Argumentum ad hominem adalah melontarkan argumen yang sifatnya menyinggung atau menyerang pribadi lawan diskusi. Pribadi lawan diskusi ini adalah personal maupun kelompok.

Saya kasih perbedaan contoh penggunaan abusive ad hominem supaya lebih jelas.
Contoh abusive ad hominem => "Dasar kau orang tolol dan jelek!"
Contoh circumstantial ad hominem=> "Menurut saya Anda itu tolol dan jelek. Apakah Anda setuju?"

Coba cermati perbedaan penggunaan kedua argumen di atas. Kalau masih belum paham, saya akan coba jelaskan lagi.

coedabgf tidak mengina Agama Buddha pada awalnya. Dia hanya melontarkan intepretasinya sendiri. Kalau candra_mukti19 dulu memang sering melakukan abusive ad hominem. :)

Dalam berdiskusi formil maupun non-formil, sebenarnya kita sering melontarkan banyak argumentum ad hominem. Argumentum ad hominem perlu diketahui dengan jelas, untuk membedakan mana argumen yang kondusif dalam pembahasan diskusi; mana yang tidak. Kalau mau dipelajari, sebenarnya ada banyak sekali jenis-jenis argumen dalam berdiskusi; contoh jenis argumen lainnya adalah argumentum ad populum, argumentum ad baculum, argumentum ad absurdum, argumentum ad ignorantium, dan sebagainya.

Bagaimana dengan pernyataan yg telah diberikan penjelasan lalu tetap mengatakan Tibetan buddhism or mahayana bukanlah agama Buddha yang sesuai ajaran Buddha  Atau ada yg mengatakan Theravada sesat.....Anda harus melihat apa pemicu add hominem tadi. Saya tidak tau teori add hoominem yg njelimet . Yg diperlukan sekarang ini aturan agar suasana kondusif antar aliran. Jangan melihat pernyataan sepotong2 tapi lihatlah apa penyebab add hominem. Keyakinan agama seseorang bagi kebanyakan orang adalah bagian dari dirinya kecuali ia seorang Arahat/Buddha. Be realistis man. Kasus Candramukti memang melakukan abusive add hominem dan abusive add hominemnya adalah pemicu bukan akibat dan menyebar dimana-mana. Saya tidak akan berlarut-larut masalah add hominem. itu jelas tidak boleh. Tapi ada aturan keetisan dalam nilai ajaran Sang Buddha untuk tidak mencerca agama atau aliran lain. Saya tidak akan membahas point hominem, bagi saya sudah jelas. Tapi jika dijadikan satu2nya pasal saya keberatan. Karena DC akan jadi ajang flame war, kecuali disediakan board khusus flame war. Maka ide Anda bisa tertampung disana dengan segala implikasinya maka saya setuju.

Saya tidak mau berdebat panjang lebar pada masalah. Yang terpenting solusi yg adil bagi kedua belah pihak. Karena dan mungkin banyak tidak tahu keluhan moderator mahayanis tentang tugas mereka juga. Dan tidak hanya itu bahkan ada member mahayanis yg mengeluh. Jadi tampunglah kedua aspirasi member secara proposional dan netral. Saya berharap mod mahayana jangan ragu atas tindakan pengacau , kode etik yg barusan bro Chingik tulis, jalankan dengan tegas dan konsisten. Jika ada yg tidak setuju paling tidak Anda para moderator mahayana telah menjalankan Keetisan apa yg diajarkan Sang Buddha.

« Last Edit: 16 February 2010, 05:03:04 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Etika Diskusi
« Reply #68 on: 16 February 2010, 04:51:51 PM »
 [at] BOND: saia setujuh,
dengan demikian thread2 yg mengindikasikan adanya pertikaian di dalamnye, lsg di masukan ke suatu board khusus "ajang tinju"
1.tidak akan menggangu kelangsungan DC
2.tidak menutup HAM member
Samma Vayama

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #69 on: 16 February 2010, 04:58:36 PM »
setelah dimasukin, trus dicuekin aja... kayak org ngelantur gitu loh..ga ada yg jawab postingan dia soalne udah cape, diam sendiri kan...?? anjing bergonggong kapila berlalu ;D

apa begini???
apa dengan begini bisa menyelesaikan?

setau gw agama buddha bisa memberikan jawaban dari segala pertanyaan... kenapa tidak dicoba  jawab aja.. pake kesaktian keg... 

ajang tinju apa ga bisa terbaca pemula? jadi apa fungsi dipidahkan...

bukankah tujuan di blok itu supaya tidak terjadi penyindiran, penghinaan, keributan, dsb.
kalo setelah dipindahin masih ribut yah percuma saja.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Etika Diskusi
« Reply #70 on: 16 February 2010, 05:01:27 PM »
Bagaimana dengan pernyataan yg telah diberikan penjelasan lalu tetap mengatakan Tibetan buddhism or mahayana bukanlah agama Buddha yang sesuai ajaran Buddha  Atau ada yg mengatakan Theravada sesat.....Anda harus melihat apa pemicu add hominem tadi. Saya tidak tau teori add hoominem yg njelimet . Yg diperlukan sekarang ini aturan agar suasana kondusif antar aliran. Jangan melihat pernyataan sepotong2 tapi lihatlah apa penyebab add hominem. Keyakinan agama seseorang bagi kebanyakan orang adalah bagian dari dirinya kecuali ia seorang Arahat/Buddha. Be realistis man. Kasus Candramukti memang melakukan abusive add hominem dan abusive add hominemnya adalah pemicu bukan akibat dan menyebar dimana-mana. Saya tidak akan berlarut-larut masalah add hominem. itu jelas tidak boleh. Tapi ada aturan keetisan dalam nilai ajaran Sang Buddha untuk tidak mencerca agama atau aliran lain. Saya tidak akan membahas point hominem, bagi saya sudah jelas. Tapi jika dijadikan satu2nya pasal saya keberatan. Karena DC akan jadi ajang flame war, kecuali disediakan board khusus flame war. Maka ide Anda bisa tertampung disana dengan segala implikasinya.

Memangnya menurut Anda, kesepakatan argumentum ad hominem secara internasional ini tidak mempertimbangkan apa penyebab maupun pemicu munculnya argumen abusive ad hominem?

Argumentum ad hominem hanya berbicara dalam muatan argumen. Argumen ini tidak membahas dalam koridor etis atau tidak etis. Etis atau tidak etis adalah perihal kesepakatan yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lain. Yang perlu diperhatikan adalah kandungan argumen itu, apakah masuk dalam kategori abusive atau tidak.

Jika ada yang menyatakan Thervada aliran Buddhis palsu, Mahayana dan Tantrayana sesat; kita perlu melihat bagaimana komentar yang dilontarkan.

Contoh abusive ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat."
Contoh circumstantial ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat. Apakah menurut Anda seperti itu?"

Di luar abusive ad hominem, saya pikir tidak bertentangan dengan etika Buddhisme kok. Sang Buddha sendiri sering melontarkan komentar yang termasuk dalam kategori argumentum circumstantial ad hominem dan argumentum tu quoque ad hominem.

Kalau Anda keberatan, silakan saja. Saya sangat menghargai kebebasan berpendapat setiap orang.
« Last Edit: 16 February 2010, 05:12:15 PM by upasaka »

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Etika Diskusi
« Reply #71 on: 16 February 2010, 05:04:29 PM »
Mencela dan menyindir masuk dalam ranah apa dalam aspek kamma?
akusala kamma atau kusala kamma? jika terjawab, maka saya rasa masalahnya bisa clear.


 thanks



Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #72 on: 16 February 2010, 05:12:26 PM »
Bagaimana dengan pernyataan yg telah diberikan penjelasan lalu tetap mengatakan Tibetan buddhism or mahayana bukanlah agama Buddha yang sesuai ajaran Buddha  Atau ada yg mengatakan Theravada sesat.....Anda harus melihat apa pemicu add hominem tadi. Saya tidak tau teori add hoominem yg njelimet . Yg diperlukan sekarang ini aturan agar suasana kondusif antar aliran. Jangan melihat pernyataan sepotong2 tapi lihatlah apa penyebab add hominem. Keyakinan agama seseorang bagi kebanyakan orang adalah bagian dari dirinya kecuali ia seorang Arahat/Buddha. Be realistis man. Kasus Candramukti memang melakukan abusive add hominem dan abusive add hominemnya adalah pemicu bukan akibat dan menyebar dimana-mana. Saya tidak akan berlarut-larut masalah add hominem. itu jelas tidak boleh. Tapi ada aturan keetisan dalam nilai ajaran Sang Buddha untuk tidak mencerca agama atau aliran lain. Saya tidak akan membahas point hominem, bagi saya sudah jelas. Tapi jika dijadikan satu2nya pasal saya keberatan. Karena DC akan jadi ajang flame war, kecuali disediakan board khusus flame war. Maka ide Anda bisa tertampung disana dengan segala implikasinya.

Memangnya menurut Anda, kesepakatan argumentum ad hominem secara internasional ini tidak mempertimbangkan apa penyebab maupun pemicu munculnya argumen abusive ad hominem?

Argumentum ad hominem hanya berbicara dalam muatan argumen. Argumen ini tidak membahas dalam koridor etis atau tidak etis. Etis atau tidak etis adalah perihal kesepakatan yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lain. Namun kandungan argumen itu yang perlu dianalisa, apakah masuk dalam kategori abusivr atau tidak.

Jika ada yang menyatakan Thervada aliran Buddhis palsu, Mahayana dan Tantrayana sesat; kita perlu melihat bagaimana komentar yang dilontarkan.

Contoh abusive ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat."
Contoh circumstantial ad hominem => "Theravada palsu. Mahayana dan Tantrayana aliran sesat. Apakah menurut Anda seperti itu?"

Di luar abusive ad hominem, saya pikir tidak bertentangan dengan etika Buddhisme kok. Sang Buddha sendiri sering melontarkan komentar yang termasuk dalam kategori argumentum circumstantial ad hominem dan argumentum tu quoque ad hominem.

Kalau Anda keberatan, silakan saja. Saya sangat menghargai kebebasan berpendapat setiap orang.

Ya itu pendapat anda juga silakan saja. Paling tidak ada informasi berimbang agar member bisa menimbang suatu pertimbangan apa2 saja yg terjadi dan implikasinya. Seperti hukum dan apa2 celah2 hukumnya.  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Etika Diskusi
« Reply #73 on: 16 February 2010, 05:16:56 PM »
Mencela dan menyindir masuk dalam ranah apa dalam aspek kamma?
akusala kamma atau kusala kamma? jika terjawab, maka saya rasa masalahnya bisa clear.


 thanks



berarti mencela orang yang berbuat jahat tidak boleh ya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #74 on: 16 February 2010, 05:17:24 PM »
Mencela dan menyindir masuk dalam ranah apa dalam aspek kamma?
akusala kamma atau kusala kamma? jika terjawab, maka saya rasa masalahnya bisa clear.


 thanks

Menurut saya, tidak ada jawaban langsung untuk hal ini. Yang pasti, mencela sesuatu yang tidak pantas dicela atau memuji sesuatu yang tercela adalah akusala kamma. Sisanya terlalu luas untuk disama-ratakan.