//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?  (Read 106292 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #150 on: 08 November 2009, 10:29:02 PM »
^batu itu memang tidak ada inti, tapi jangan samakan ama manusia, krna batu itu tidak bs brgerak, sdangkan manusia bs bergerak.

ah masa sih ? Inti yang anda maksud unsur kimia atau apa bro ?

Keknya, kalau di rumusin, batu bara ada rumus kimianya dah ... ;D

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #151 on: 08 November 2009, 10:31:08 PM »
 [at] Johsun, mending buat topik sendiri lar
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #152 on: 08 November 2009, 11:43:21 PM »
Air jg tiada inti, krna tak pnya akal, sdangkan manusia memiliki akal.
CMIIW.FMIIW.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #153 on: 08 November 2009, 11:47:19 PM »
 [at] gachapin, oke lar, tpi buat topik apaan? Masak topik batu dan aer?Ckck.Oke bck to topic. Tertarikkah mencpai nibbana??
Bgusnya singgah ke tusita dulu ya, atau alam mahabrahma,hehe.
CMIIW.FMIIW.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #154 on: 09 November 2009, 02:35:54 AM »
Logikanya memang demikian. Akan tetapi, logika terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Seseorang bisa mengatakan bahwa karena tiada DIRI yang menderita maka tiada penderitaan, tapi toh nyatanya ia masih merasa bahwa "IA" menderita. Kenapa? Karena ia masih memiliki kecenderungan akan adanya 'DIRI'.

Saya setuju karena adanya kecenderungan adanya "DIRI" maka seseorang merasa menderita. Namun, pandangan "adanya penderitaan" dan "tidak adanya penderitaan" sendiri adalah perangkap masuk dalam dualisme. Demikian juga pandangan "adanya DIRI" dan "tidak adanya DIRI". Karena kedua pandangan-pandangan di atas terperangkap dalam dualitas "ada" dan "tiada." Selama seseorang di dalam dirinya mengenal "ada" dan "tiada" maka muncul di dalam dirinya sebuah kondisi subyek dan obyek yang menghasilkan perspektif tertentu, sehingga berarti seseorang memiliki kedirian di dalam dirinya. :) cmiiw

Sesungguhnya, konsep anatta di atas diambil mengingat bahwa segala fenomena yang muncul hanya merupakan gejala sebab dan akibat. Sebuah fenomena muncul karena kondisi2 tertentu. Di sana tidak ada entitas atau diri tertentu yang mengatur fenomena bersangkutan untuk muncul dan lenyap. Pikiran yang seringkali dianggap sebagai entiti, diri atau atma bagi kebanyakan orang juga hanya sekedar fenomena. Pikiran muncul karena kondisi2 lain. Melihat bekerjanya hukum ini (Paticcasamuppāda), meskipun ada perbuatan dan hasil perbuatan, nibbāna dan Jalan untuk mencapainya, seseorang tidak bisa mengatakan akan adanya "DIRI' yang berbuat, merasa, mengalami dan menjalankan. Segalanya hanya merupakan fenomena2 yang saling bergantungan.

Sebab dan akibat atau fenomena yang saling bergantungan, menurut opiniku, tidak dilihat sebagai hakikat "sebenarnya". Karena bagaimanapun, jika kita menyakini hal tersebut sebagai "sebenarnya" demikian atau sebagai sebab maka kita akan terjebak dalam pandangan bahwa samsara itu obyektif ada. Padahal jika demikian, maka kembali kita masuk dalam dikotomi subyek dan obyek, dan sekali lagi pandangan adanya sebab dan akibat atau fenomena saling bergantungan juga berpotensi menjadi penghasil suatu "DIRI" terselubung, yaitu yang berangkat dari dualitas "yang sebenarnya" dan "yang palsu". Dualitas "yang sebenarnya" dan "yang palsu" tidak lain sama saja dengan dualitas "ada" dan "tiada." So bagaimana pendapat saudara peacemind mengenai ini?


Suatu kali ada seorang pertapa bertanya kepada Sang BUddha, "Apakah yang menjadi penyebab munculnya kebahagiaan dan penderitaan? Apakah mereka disebabkan oleh diri sendiri (sayaṃkataṃ), atau pihak lain (paraṃkataṃ) atau disebabkan oleh diri sendiri dan pihak lain (sayaṃkatañca paraṃkatañca) ataukah mereka muncul karena tanpa sebab (ahetuka)? Sang Buddha menolak empat argumentasi  di atas. Alasannya, jika beliau menerima tiga argumentasi  pertama, sama halnya beliau menerima keberadaan "DIRI" yang menjadi penyeban penderitaan dan kebahagiaan. Kemudian jika beliau menerima argumentasi yang terakhir, beliau akan dianggap sebagai guru nihilis yang mengajarkan segala sesuatu tanpa sebab. Untuk menghindari keduanya, beliau mengatakan bahwa kebahagiaan dan penderitaan muncul, secara sederhana, karena kontak (phassa). Jawaban ini sangat penting karena selain menghindari konsep nihilisme, juga menghindari konsep akan adanya "DIRI".

Jika demikian, mengapa phassa tidak disebut sebagai pihak lain (paraṃkataṃ) bagi kebahagiaan dan penderitan? Mohon pencerahannya. Terimakasih.

Anda benar bahwa pandangan adanya penderitaan dan tidak adanya penderitaan dan pandangan akan adanya diri dan tidak adanya diri bisa menjadi pandangan dualisme. Namun menurut hemat saya, yang menjadi masalah bukan  pandangan2 tersebut, melainkan kemelekatan terhadap pandangan2 tersebut. Jika pandangan tentang adanya penderitaan dan lenyapnya penderitaan akan menjebak pada pandangan dualisme, maka Sang Buddha juga sudah terjebak dengan pandangan dualisme karena beliau mengajarkan kedua pandangan ini. Namun  Sang Buddha tetap tidak terjebak dengan pandangan ini karena beliau tidak memiliki kemelekatan terhadap kedua pandangan ini. Ini juga mengapa Dhamma diibaratkan sebagai rakit. Pandangan adanya penderitaan dan lenyapnya penderitaan yang juga berasal dari Dhamma, ajaran Buddha, akan menjadi bumerang, menjadi pandangan dualisme, jika orang menggunakannya berbasis pada kemelekatan. Jika ia menggunakan semata-mata sebagai rakit yang dipergunakan untuk menyeberangi lautan samsara, ia tidak akan terjebak pada pandangan tersebut. Dan perlu diingat di sini, jika anda melekat pada pandangan yang anda ungkapkan di sini, anda pun telah terjebak pada pandangan "tidak ada dualisme". Kemelakatan pada pandangn ini juga sama bahayanya dengan pandangan dualisme.  ;) Kemelekatan pada pandangan 'tidak ada dualisme' sangat mirip dengan apa yng dikatakan oleh Nagarjuna dalam Mūlamadhayamikakārikā, "Segala sesuatu adalah kosong. Namun demikian, meskipun segala sesuatu kosong, seseorang yang melekat pandangan ini tidak akan disembuhkan. Tidak ada obat yg bisa menyembuhkan kemelekatan terhadap pandangn ini".

Mengenai argumen anda tentang hukum sebab musabab yang saling bergantungan (paticcasamuppāda), sebaiknya anda membaca kutipan saya di komen sebelumnya yang saya ambil dari Kaccānasutta dari Saṃyuttanikāya. Di sana akan ditemukan bahwa justru melalui pengertian khususnya dvadasangapaticcasamuppāda seseorang tidak akan terjebak pada pandangan dikotomi antara ada dan tidak ada yang mana pada umumnya makhluk2 memegangnya. Dan dalam sutta ini, seseorang tidak dituntut lagi untuk sekedar meyakini tetapi mengalaminya sendiri.

Dalam kitab Komentar, sayaṃkataṃ, paraṃkataṃ dan sayaṃkatañca paraṃkatañca mengacu pada "diri" atau "individu" atau "atma" baik keberadaan "diri" di dalam diri kita (sayaṃkatam), atau keberadaan "diri" di luar kita (paraṃkataṃ) atau keduanya (sayaṃkatañca paraṃkatañca). Jika Sang BUddha menerima salah satu dari mereka, maka beliau akan menerima keberadaan "diri". Sebaliknya, ketika Sang Buddha mengatakn bahwa phassa (kontak) merupakn penyebab kebahagiaan dan penderitaan, beliau tidak akan jatuh pada pandangan akan adanya "diri" ataupun pandangan "nihilis" pandangan yang menolak adanya hukum sebab akibat. Phassa tidak dianggap sebagai "diri" karena faktor ini hanya SEKEDAR FENOMENA. Phassa hanya sekedar fenomena yang muncul dan lenyap. Faktor ini muncul karena sebab, dan lenyap ketika sebabnya tidak ada. Jika seseorang menganggap "phassa" sebagai paraṃkataṃ atau sayaṃkataṃ, tentu ia akan kembali terjebak pandangan adanya "diri". Menganggap phassa sebagai "diri" tidak ada ubahnya seperti Bhikkhu Moliyaphagguna yang bertanya kepada Sang Buddha, "Bhante, siapa yang membuat kontak? - Siapa yang membuat kontak? - ‘‘Ko nu kho, bhante, phusatī’’ti". Sang Buddha dengan tegas menjawab bahwa pertanyaan tersebut tidak absah. Alasannya, dalam sutta tersebut (Moliyaphaggunasutta dari Samyuttanikāya) Sang Buddha tidak menggunakan kata phassa dengan adanya intervensi "diri". Semoga anda jelas.

Be happy.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #155 on: 09 November 2009, 03:09:35 AM »
mmmm.... gak bisa jelaskan, tp bagi saya ada bedanya ;D

contoh nya:
Siddhattha Gotama gak pernah mengatakan, saya telah mencapai nibbana(tolong koreksi kl salah).
Siddhattha Gotama pernah mengatakan, Aku lah yg tercerahkan(kl gak salah kata2nya gitu....., tolong koreksi kl salah)

;D

Banyak sutta yang menyebutkan bahwa Sang Buddha mengklaim dirinya telah mencapai nibbāna. Salah satunya terdapat dalam Ariyapariyesanasutta yang berbunyi sebagai berikut;

"So kho ahaṃ, bhikkhave, attanā jātidhammo samāno jātidhamme ādīnavaṃ viditvā ajātaṃ anuttaraṃ yogakkhemaṃ nibbānaṃ pariyesamāno ajātaṃ anuttaraṃ yogakkhemaṃ nibbānaṃ ajjhagamaṃ, attanā jarādhammo samāno jarādhamme ādīnavaṃ viditvā ajaraṃ anuttaraṃ yogakkhemaṃ nibbānaṃ pariyesamāno ajaraṃ anuttaraṃ yogakkhemaṃ nibbānaṃ ajjhagamaṃ, attanā byādhidhammo samāno byādhidhamme ādīnavaṃ viditvā abyādhiṃ anuttaraṃ yogakkhemaṃ nibbānaṃ pariyesamāno abyādhiṃ anuttaraṃ yogakkhemaṃ nibbānaṃ ajjhagamaṃ, attanā maraṇadhammo samāno maraṇadhamme ādīnavaṃ viditvā amataṃ anuttaraṃ yogakkhemaṃ nibbānaṃ ajjhagamaṃ...".

Yang bisa diterjemahkan sebagai berikut:

"O, para bhikkhu, sementara menjadi obyek kelahiran, saya mengetahui bahaya dari kelahiran. Sementara dalam pencarian nibbāna, tanpa kelahiran, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu, saya mencapai nibbāna, tanpa kelahiran, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu. Sementara menjadi obyek ketuaan, saya mengetahui bahaya dari ketuaan. Sementara dalam pencarian nibbāna, tanpa ketuaan, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu, saya mencapai nibbāna, tanpa ketuaan, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu. Sementara menjadi obyek kesakitan, saya mengetahui bahaya dari kesakitan. Sementara dalam pencarian nibbāna, tanpa kesakitan, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu, saya mencapai nibbāna, tanpa kesakitan, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu. Sementara menjadi obyek kematian, saya mengetahui bahaya dari kematian. Sementara dalam pencarian nibbāna, tanpa kematian, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu, saya mencapai nibbāna, tanpa kematian, kedamaian tak terbandingkan yang bebas dari belenggu itu.

Seperti yang saya jelaskan di atas, menurut hemat saya, nibbāna tidak berbeda dari pelenyapan kekotoran batin, terbebasnya seseorang dari penderitaan tumimbal lahir yang tiada henti. Di banyak Sutta, Sang Buddha telah sering mengklaim bahwa beliau telah bebas dari kelahiran kembali. Sebagai contoh, dalam Dhammacakkapavattanasutta, khotbah pertamanya, beliau mengatakan, "‘akuppā  me  vimutti, ayamantimājāti,   natthidani   punabbhavo’”ti - Tak tergoyahkan adalah kebebasanku, ini adalah kelahiranku terakhir, sekarang tidak ada kelahiran kembali". Ini pun juga indikasi bahwa beliau sudah terang2an mengklaim dirinya telah mencapai nibbāna.

Be happy.


Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #156 on: 09 November 2009, 06:53:41 AM »
 [at] peacemind,
jadi kesadaran murni itu inti atau bukan?
Hakekat pikiran sejati dri tradisi yogacara,cmiiw, itu mrupakan inti atau bukan?
CMIIW.FMIIW.

Offline nick

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 1
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #157 on: 09 November 2009, 07:31:44 AM »
Bagi saya... menjalani dan mengisi hidup pada "saat ini" dengan sebaik-baiknya,
lebih penting daripada mencari dan mengejar "Nibbana".

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #158 on: 09 November 2009, 08:35:06 AM »
[at] peacemind,
jadi kesadaran murni itu inti atau bukan?
Hakekat pikiran sejati dri tradisi yogacara,cmiiw, itu mrupakan inti atau bukan?

Jika segala sesuatu adalah tanpa inti (sabbe dhammā anatta), maka apakah kesadaran itu kesadarn murni atau bukan, apakah itu pikiran sejati atau bukan, semuanya tidak memiliki inti.

Be happy.

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #159 on: 09 November 2009, 09:49:20 AM »
1. Apakah anda benar-benar tertarik untuk mencapai nibbāna? iya...

krn capek hidup menderita didlm samsara... berproses & berproses, fiuhhh...
thanks Buddha...

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #160 on: 09 November 2009, 11:17:15 AM »
 [at] lophenk, apakah sdr sudah mengingat masa lampau anda, sampai mengatakan huh capek. Bgi pnganut lain, tidak ada kehdupan lampau, krna hdup ini bru kali ini, baru start, dan sbgai persinggahan smentara menuju kehdupan yg lebih kekal, maka mereka tidak pernah blang huh capek dalam samsara krna mrka pnya pikiran mgatakan hdup hanya skali dan bru mulai.
Jadi ksimpulannya, inipun mrupakan ciptaan pikiran semata.
CMIIW.
CMIIW.FMIIW.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #161 on: 09 November 2009, 11:21:28 AM »
 [at] pcmind, nibbana itu inti bukan??
Bila anatta (tanpa inti, tanpa diri), mgapa pula ada kebhagiaan tertinggi, aman, suci,dan luhur??
CMIIW.FMIIW.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #162 on: 09 November 2009, 11:26:02 AM »
Siapa ya yg mengalami kebhagiaan nibbana kalau aku ini tanpa jiwa, atau roh atau diri yg kekal??
IMO, kebahagiaan nibbana itu justru hilangnya subjektifitas akan sesuatu yg selama ini dianggap sebagai sebuah pusat (atau yg mengalami sesuatu).

jadi selama subjektifitas itu ada, pertanyaan siapa yg mengalami memang masih ada.
tapi ketika subjektifitas itu telah hilang, bahkan pertanyaan pun tidak ada lagi.
« Last Edit: 09 November 2009, 11:27:57 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #163 on: 09 November 2009, 11:34:28 AM »
[at] lophenk, apakah sdr sudah mengingat masa lampau anda, sampai mengatakan huh capek. Bgi pnganut lain, tidak ada kehdupan lampau, krna hdup ini bru kali ini, baru start, dan sbgai persinggahan smentara menuju kehdupan yg lebih kekal, maka mereka tidak pernah blang huh capek dalam samsara krna mrka pnya pikiran mgatakan hdup hanya skali dan bru mulai.
Jadi ksimpulannya, inipun mrupakan ciptaan pikiran semata.
CMIIW.
hahaha... benar juga :)
atau mungkin 1 kehidupan pun udah bikin capek.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?
« Reply #164 on: 09 November 2009, 11:37:54 AM »
Klo hilang ya nihil lah...Ibarat boneka rumput yg jaga ladang,wkwk.
CMIIW.FMIIW.