//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: SUTRA INTAN (TERJEMAHAN LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA)  (Read 55775 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
SUTRA INTAN (TERJEMAHAN LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA)
« on: 21 July 2009, 12:43:20 PM »
Namo Buddhaya,

Sutra Intan

Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu Hyang Buddha sedang berdiam di Taman Jetavana di kota Sarasvati, dimana beliau berkumpul dengan 1.250 bhiksu agung.

Pada saat hampir tiba waktu makan, Yang Dijunjungi mengenakan jubah dan membawa mangkuk menuju ke kota Sarasvati untuk meminta makanan dari rumah ke rumah, kemudian kembalilah beliau ke tempat semula. Setelah selesai makan beliau merapikan kembali alat-alat makan dan jubahNya, membersihkan kaki, mengatur tempat duduk dan kemudian duduk di atasnya.

Pada saat itu, Yang Arya Subhuti bangkit dari tempat duduknya di tengah-tengah persamuan itu, membiarkan bahu sebelah kanannya terbuka, berlutut di atas kaki kanan sambil merangkapkan kedua tangan, dan bersujud dengan hormat sambil bertanya kepada Hyang Buddha :"Yang Dijunjungi! Sungguh jarang terdapat, Tathagatha yang selalu mengingat dan melindungi para Bodhisattva serta memberi petunjuk kepada mereka. Yang Dijunjungi, jika ada pria maupun wanita bajik yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi, bagaimana seharusnya dia bertumpu dan mengendalikan hatinya?"

Hyang Buddha menjawab: "Bagus sekali, bagus sekali, Subhuti, seperti apa yang Engkau katakan, Tathagatha selalu mengingat dan melindungi para Bodhisattva serta memberi petunjuk kepada mereka. Sekarang dengarkanlah dengan baik. Aku akan memberitahukan kepadamu bagaimana seharusnya pria maupun wanita bajik yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi bertumpu dan mengendalikan hatinya."

"Ya! Tentu, Yang Dijunjungi! Kami akan mendengarkan dengan gembira dan penuh perhatian."

Hyang Buddha kemudian menjelaskan kepada Subhuti: "Semua Bodhisattva Mahasattva harus demikian mengendalikan hatinya dengan ikrar: "Aku harus menyebabkan segala jenis makhluk hidup - apakah yang terlahir dari penetasan telur, dari rahim, dari cairan atau dari perubahan wujud seketika, yang memiliki wujud atau tanpa wujud, yang memiliki kesadaran atau tanpa kesadaran, kesemuanya itu tanpa kecuali - untuk memasuki Nirvana sempurna dan berhenti bertumimbal lahir selamanya." Akan tetapi, Subhuti, sekalipun ada tak terhitung dan tak terhingga makhluk hidup yang dibebaskan dari arus tumimbal lahir, sebenarnya tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan. Mengapa? Subhuti, jika seorang Bodhisattva mengidentifikasikan dirinya sebagai "aku", sebagai manusia, sebagai makhluk
hidup dan sebagai kehidupan, maka dia sesungguhnya bukanlah seorang Bodhisattva."

"Lagipula, Subhuti, berkenaan dengan pelaksanaan Dharma, seorang Bodhisattva tidak boleh terikat oleh apapun sewaktu dia memberi. Dia tidak boleh terikat oleh wujud sewaktu memberi, juga tidak boleh terikat oleh suara, bau, rasa, objek sentuhan, ataupun objek mental (dharma) sewaktu dia memberi. Subhuti, seorang Bodhisattva harus memberi dengan demikian : Dia tidak boleh terikat pada ciri atau nama-rupa. Mengapa begitu? Jika seorang Bodhisattva tidak tercemar oleh ciri sewaktu dia memberi, pahala dan kebajikannya adalah tidak terukur."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah ruang angkasa di sebelah timur dapat diukur?"

"Tidak dapat, Yang Dijunjungi."

"Subhuti, apakah ruang angkasa di sebelah selatan, barat, utara, atau ruang di antara di atas dan dibawah dapat diukur?"

"Tidak dapat, Yang Dijunjungi."

"Subhuti, pahala dan kebajikan dari seorang Bodhisattva yang tidak terikat pada segala ciri sewaktu dia memberi juga demikian tidak terukur. Subhuti, seorang Bodhisattva haruslah bersikap demikian sebagaimana yang diajarkan."

"Subhuti, bagaiman pendapatmu, dapatkah Tathagatha dilihat dari ciri fisik-Nya?"

"Tidak, Yang Dijunjungi, Tathagatha tidak dapat dilihat dari ciri fisik-Nya. Mengapa begitu? Sebab ciri fisik yang dikatakan oleh Tathagatha itu sebenarnya bukan ciri fisik sejati."

Hyang Buddha membenarkan dan berkata kepada Subhuti: "Segala sesuatu yang mempunyai ciri adalah kosong dan palsu. Apabila engkau dapat memandang semua ciri sebagai bukan ciri, barulah kamu mengenal Hyang Tathagatha sejati."

Subhuti berkata kepada Hyang Buddha: "Yang Dijunjungi, apakah di masa mendatang akan ada makhluk hidup yang setelah mendengarkan ajaran ini timbul kepercayaan yang murni?"
Hyang Buddha menjawab: "Subhuti, janganlah engkau berkata demikian: 500 tahun setelah Tathagatha meninggal kelak akan terdapat mereka yang dengan tekun menjalankan sila dan mengumpulkan pahala, yang akan mempercayai ajaran ini dan menerimanya dengan tulus. Ketahuilah bahwa orang seperti ini telah menanam akar kebajikan di masa lampau bukan hanya pada satu Buddha, dua
Buddha, tiga, empat, lima Buddha, melainkan telah menanam akar kebajikan pada jutaan Buddha yang tak terhitung. Mereka yang mendengar kalimat-kalimat dari Sutra ini dan membangkitkan sekejap pikiran dan keyakinan murni, semua ini akan diketahui dan dilihat oleh Tathagatha. Mereka akan memperoleh pahala dan kebajikan yang tak terukur. Apa sebabnya? Karena makhluk hidup seperti ini sudah tidak lagi terikat pada segala ciri keakuan, manusia, makhluk hidup dan kehidupan; juga tidak pada objek mental dan juga bukan objek mental. Jika hati makhluk hidup masih melekat pada ciri, maka mereka selalu terikat pada ciri yang membedakan keakuan, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Untuk alasan itulah, engkau tidak boleh terikat pada Dharma, juga pada bukan Dharma. Mengenai prinsip itu, Tathagatha sering berkata:"Kalian para bhiksu harus mengerti bahwa Dharma yang Kuuraikan adalah bagaikan rakit. Bahkan Dharma sekalipun harus dilepaskan, apalagi yang bukan Dharma."
"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah Tathagatha telah mencapai Anuttara-samyak-sambodhi? Apakaha Tathagatha telah mengajarkan Dharma?"

Subhuti menjawab: "Seperti apa yang kami pahami dari ajaran Hyang Buddha, sebenarnya tidak ada ajaran tertentu yang dinamakan Anuttara-samyak-sambodhi, dan juga tidak ada Dharma tertentu yang diajarkan oleh Tathagatha. Mengapa? Sebab Dharma yang diajarkan oleh Tathagatha semuanya tidak dapat dipegang atau dibicarakan dengan kata-kata. Itulah Dharma yang tidak berwujud, dan oleh karenanya para nabi dan orang suci semuanya sama-sama memperoleh Dharma tanpa gaya - asamkrta, walaupun berbeda atas kesadaran masing-masing untuk mencapainya. "

Subhuti, bagaimana pendapatmu, kalau seseorang memenuhi jutaan dunia dengan 7 macam permata mulia dan memberikannya sebagai dana-amal, apakah pahala dan kebajikan yang diperolehnya banyak?"

Subhuti menjawab: "Banyak sekali, Yang Dijunjungi! Mengapa begitu? Sebab pahala dan kebajikan itu bukanlah pahala dan kebajikan sejati sifatnya, oleh karenanya Tathagatha mengatakan pahala dan kebajikannya sangat banyak."

"Di lain pihak, jika ada seorang lainnya menerima Sutra ini dan menjalankannya dengan tekun sekalipun hanya pada 4 bait gathanya saja atau mengajarkannya kepada orang lain, pahala dan kebajikannya akan melebihi orang yang terdahulu. Apakah sebabnya? Subhuti, semua Buddha dan jalan yang ditempuh untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi berasal dari Sutra ini. Subhuti, apa yang disebut sebagai Buddha Dharma itu pada hakekatnya bukanlah Buddha Dharma."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah seorang yang telah mencapai tingkat Srotapanna boleh mempunyai pikiran "Aku telah memperoleh hasil Srotapana."

"Subhuti menjawab : "Tidak boleh, Yang Dijunjungi! Mengapa? Srotapanna berarti memasuki arus suci, tetapi sebenarnya dia tidak memasuki apapun. Dia tidak memasuki kesejatian suara, bau, rasa, sentuhan, dan objek mental : Oleh karenanya dia dinamakan Srotapanna."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah seorang yang telah mencapai Sakradagamin boleh mempunyai pikiran "Aku telah memperoleh hasil Sakradagamin?"

"Subhuti menjawab: "Tidak boleh, Yang Dijunjungi! Mengapa? Karena Sakradagamin berarti seorang yang kembali hanya 1 kali lagi, tetapi sebenarnya bagi dia sendiri sudah tidak ada kelangsungan pergi datang, maka dia dinamakan Sakradagamin."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah seorang yang telah mencapai tingkat Anagamin boleh mempunyai pikiran :"Aku telah memperoleh hasil Anagamin?"

Subhuti menjawab: "Tidak boleh, Yang Dijunjungi! Karena Anagamin berarti dia yang tidak kembali lagi, tetapi sebenarnya dia sendiri tidak mengandung pikiran datang atau kembali lagi, maka dia dinamakan Anagamin."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah seorang yang telah mencapai tingkat Arhat boleh mempunyai pikiran "Aku telah memperoleh Ke-arhat-an?"

Subhuti menjawab : "Tidak boleh, Yang Dijunjungi! Karena sebenarnya tidak ada Dharma yang dinamakan Arhat. Yang Dijunjungi, apabila seorang Arhat mempunyai pikiran bahwa "Aku telah mencapai Ke-arhat-an" itu berarti masih ada kemelekatan pada diri, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Yang Dijunjungi, dengan berhasilnya aku menjalankan Samadhi "Tanpa Pertentangan", Hyang Buddha mengatakan bahwa aku adalah yang terunggul di antara manusia, bahwa aku adalah Arhat yang terunggul dalam membebaskan diri dari segala nafsu keinginan. Yang Dijunjungi, aku tak pernah berpikir "Aku adalah seorang Arhat yang terbebas dari nafsu keinginan". Jika aku mempunyai pikiran "Aku telah mencapai Ke-arhat-an", Yang Dijunjungi tidak akan berkata bahwa Subhuti adalah orang yang paling berhasil menjalankan ketenangan. Karena Subhuti justru tidak merasa menjalankan kehidupan pertapaan, Ia telah diberi nama Subhuti, yang gemar menjalankan ketenangan."

Hyang Buddha berkata kepada Subhuti : "Bagaimana pendapatmu, apakah ada Dharma apapun yang diperoleh Tathagatha sewaktu berada bersama Buddha Dipankara?"

"Tidak, Yang Dijunjungi! Sebenarnya tidak ada Dharma apapun yang diperoleh Tathagatha sewaktu berada bersama Buddha Dipankara."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah para Bodhisattva memperindah tanah suci?"

"Tidak, Yang Dijunjungi, apakah sebabnya? Karena alam Buddha itu hakekatnya tidak perlu diperindah lagi, hanya dalam penjelasan digunakan kata memperindah."

"Oleh karena itu, Subhuti, para Bodhisattva, Mahasattva harus menumbuhkan pikiran suci dan jangan menumpukan hati pada segala wujud. Dia tidak boleh menumpukan hatinya pada suara, bau, rasa, objek sentuhan, dan objek mental. Dia tidak boleh menumpukan hatinya pada apapun dan dimanapun."


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: SUTRA INTAN (TERJEMAHAN LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA)
« Reply #1 on: 21 July 2009, 12:44:50 PM »
Subhuti, andaikata ada orang yang tubuhnya sebesar gunung Semeru, bagaimana pendapatmu, apakah tubuh itu besar?"

"Subhuti menjawab: "Sangat besar, Yang Dijunjungi, apakah sebabnya? Karena apa yang diuraikan oleh Hyang Buddha itu adalah tubuh yang tidak sejati, oleh sebab itu dikatakan tubuh itu sangat besar."

"Subhuti, jika terdapat sungai Gangga yang banyaknya bagai butir-butir pasir di sungai Gangga, bagaimana pendapatmu, apakah butir-butir pasir dari semua sungai Gangga tersebut dpaat dikatakan banyak?"

Subhuti menjawab: "Sangat banyak, Yang Dijunjungi jumlah dari sungai-sungai Gangga itu saja sudah tak terhitung banyaknya, apalagi isi butir-butir pasirnya."

"Subhuti, akan Kututurkan dengan sebenarnya, jika ada seorang pria atau wanita bajik, dengan menggunakan 7 macam permata mulia untuk memenuhi dunia yang banyaknya bagai butir-butir pasir di semua sungai Gangga tersebut, dan memberikannya sebagai dana amal, apakah dia akan memperoleh banyak pahala?"

Subhuti menjawab :"Sangat banyak, Yang Dijunjungi."

Kemudian Hyang Buddha memberitahukan Subhuti: "Jika ada seorang pria atau wanita bajik menerima dan mempertahankan Sutra ini sekalipun hanya pada 4 bait gatha-nya serta mengajarkan kepada orang lain, pahala dan kebajikannya akan jauh melampaui pahala dan kebajikan orang yang terdahulu."

Lagipula., Subhuti, perlu engkau ketahui bahwa semua dewa, manusia, maupun asura di dunia ini harus memberikan persembahan ke tempat dimana biar sekalipun hanya 4 bait gatha dari Sutra ini dibacakan, sebagaimana halnya pada tempat suci atau Vihara, apalagi kalau di tempat itu ada orang yang bisa menerima, mempertahankan, mempelajari, dan membacakan Sutra tersebut. Subhuti, perlu engkau ketahui bahwa orang yang demikian itu meyakinkan Dharma yang paling utama dan langka. Di tempat manapun Sutra ini berada, di sana terdapat Buddha atau siswa yang menghormatinya."

Kemudian Subhuti berkata kepada Hyang Buddha : "Yang Dijunjungi, nama apakah yang harus diberikan kepada Sutra ini, dan bagaimana kami harus menerima dan mempertahankannya?"

Hyang Buddha memberitahukan Subhuti : "Sutra ini disebut Vajracchedika Prjana Paramita, engkau harus menerima dan mempertahankannya dengan nama ini. Apa sebabnya? Subhuti, paramita kebijaksanaan yang dibicarakan Hyang
Buddha sebenarnya bukan paramita kebijaksanaan, tapi hanya untuk percakapan dinamakan paramita kebijaksanaan."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah ada Dharma yang diajarkan oleh Tathagatha?"

Subhuti menjawab :"Yang Dijunjungi, Tathagatha tidak mengajarkan sesuatu apa pun."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah jumlah butir-butir debu yang memenuhi jutaan dunia dapat dikatakan banyak?"

"Sangat banyak, Yang Dijunjungi."

"Subhuti, butir-butir debu yang dikatakan oleh Tathagatha itu bukanlah butir-butir debu, namun hanya untuk bahasa percakapan dinamakan butir-butir debu, begitu pula jutaan dunia yang dikatakan athagatha itu bukanlah dunia, itupun hanya diberi nama dunia."
"Subhuti, bagaimana pendapatmu, dapatkah Tathagatha dilihat dengan mengenali ke-32 ciri fisik-Nya?"

"Tidak dapat, Yang Dijunjungi, orang tidak dapat melihat Tathagatha dengan mengenali ke-32 ciri fisik-Nya. Apakah sebabnya? Karena apa yang dikatakan ke-32 ciri-ciri oleh Tathagatha itu hanyalah ciri lahiriah saja, maka dinamakan 32 ciri."

"Subhuti, jika di satu pihak ada seorang laki-laki atau wanita bajik yang mengorbankan jiwanya berkali-kali untuk tujuan amal bakti sebanyak butir-butir pasir di sungai Gangga, dan apabila di pihak lain ada seorang yang menerima dan mempertahankan hanya 4 bait gatha dari Sutra ini sekalipun, dan menjelaskannya kepada orang lain, pahala yang diperolehnya akan lebih besar daripada orang pertama."

Pada saat itu, Subhuti, setelah mendengarkan uraian yang dalam dari Sutra ini, diliputi pengertian dan rasa haru sehingga mencucurkan air mata, berkata kepada Hyang Buddha : "Sungguh menakjubkan, Yang Dijunjungi. Sungguh dalam dan luas arti kata yang dibabarkan oleh Hyang Buddha dalam Sutra ini. Sejak memperoleh mata-kebijaksanaan sampai sekarang belum pernah kami dengar Sutra yang demikian.

Yang Dijunjungi, jika seseorang dapat mendengar penjelasan Sutra ini dengan hati murni dan penuh keyakinan, maka dia akan menyadari konsepsi ciri sejati. Perlu diketahui bahwa orang demikian telah memperoleh pahala kebajikan unggul yang jarang terdapat."

"Yang Dijunjungi, ciri sejati bukanlah ciri lahiriah, oleh karenanya dikatakan oleh Tathagatha sebagai ciri sejati. Yang Dijunjungi, kini sewaktu mendengar ajaran suci demikian, kami dapat menerima dan mempertahankannya dengan keyakinan dan pengertian tanpa kesulitan. Di masa yang akan datang, pada 500 tahun terakhir, akan ada makhluk hidup yang sewaktu mendengar Sutra ini, timbul keyakinan dan pengertian serta akan menerima dan mempertahankannya, orang ini adalah yang telah mencapai pahala unggul dan luar biasa. Apakah sebabnya? Orang ini sudah tidak mempunyai konsepsi keakuan, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Mengapa begitu? Karena ciri keakuan pada hakekatnya bukanlah ciri sejati, begitu pula tentang manusia, makhluk hidup, dan kehidupan, itu semua bukan ciri sejati. Karena itu mereka yang melepaskan segala konsepsi ciri disebut Buddha.

Hyang Buddha berkata kepada Subhuti : "Demikianlah, seperti yang engkau katakan, jika ada seseorang yang setelah mendengarkan Sutra ini tidak terkejut, tidak gentar, dan tidak takut melaksanakannya, hendaknya diketahui bahwa orang ini benar-benar luar biasa. Mengapa begitu? Subhuti, apa yang Tathagatha katakan sebagai Paramita pertama yaitu berdana sebenarnya bukan paramita pertama, hanya dalam kata-kata dinamakan Paramita pertama."

"Subhuti, Paramita Kesabaran, dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan Paramita kesabaran, oleh sebab itu dinamakan Paramita kesabaran. Mengapa begitu? Subhuti, itu bagaikan di masa lampau sewaktu Raja Kalinga memotong anggota tubuh-Ku, pada saat itu Aku tidak terikat pada ciri keakuan, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Mengapa begitu? Sewaktu anggota tubuh-Ku dipotong satu persatu, jika Aku masih mempunyai ciri tersebut, tentunya akan timbul rasa marah dan benci."

"Subhuti, selanjutnya Aku teringat bahwa di masa lalu, selama 500 kehidupan yang terakhir, Aku adalah pertapa yang melatih kesabaran. Di dalam semua kehidupan tersebut Aku tidak mempunyai ciri keakuan, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Oleh sebab itulah, Subhuti, seorang Bodhisattva harus melepaskan semua ciri, menumbuhkan pikiran Anuttara-samyaksambodhi. Dia harus enumbuhkan hati yang tidak bertumpu pada suara, bau, rasa, objek sentuhan dan dharma. Dia harus menumbuhkan hati yang tidak bertumpu pada apapun dan di manapun. Setiap tumpuan hati adalah bukan tumpuan sejati. Oleh karena itu Hyang Buddha mengatakan : "Hati Sang Bodhisattva tidak boleh bertumpu pada wujud sewaktu dia memberi". Subhuti, untuk memberi manfaat kepada makhluk hidup seorang Bodhisattva harus memberi dengan demikian. Semua ciri dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan ciri, dan semua mahkluk hidup dikatakan sebagai bukan makhluk hidup."

"Subhuti, Tathagatha adalah satu-satunya yang membicarakan kebenaran, yang membicarakan kenyataan, yang membicarakan apa yang sebenarnya, yang tidak membicarakan yang palsu, yang tidak membicarakan apa yang tidak sebenarnya. Subhuti, kebenaran yang diperoleh Tathagatha itu bukanlah nyata atau tidak nyata."

"Subhuti, seorang Bodhisattva yang hatinya bertumpu pada dharma sewaktu dia memberi itu bagaikan seorang yang memasuki kegelapan, dia tidak bisa melihat apa-apa. Seorang Bodhisattva yang hatinya tidak bertumpu pada dharma seewaktu dia memberi itu bagaikan seorang yang matanya dapat melihat di bawah cahaya matahari sehingga dia bisa melihat segala wujud."

"Subhuti, di masa yang akan datang, jika seorang laki-laki atau wanita bajik dapat menerima, mempertahankan, mempelajari dan membacakan Sutra ini, maka Hyang Tathagatha dengan kebijaksanaan Buddha akan segera mengetahui dan melihat orang tersebut. Dia akan memperoleh pahala dan kebajikan yang tak-terukur dan tak-terbatas."

"Subhuti, seorang laki-laki atau wanita bajik, di waktu pagi boleh mengorbankan tubuhnya untuk perbuatan amal bakti berkali-kali sebanyak butir-butir pasir di sungai Gangga, dan kemudian di waktu siang maupun malam melakukan perbuatan yang sama sebanyak itu, mengorbankan tubuhnya dengan demikian selama jutaan kalpa yang tak terhitung. Tetapi jika seseorang lainnya mendengar Sutra ini dan mempercayainya dengan sepenuh hati, maka pahalanya akan melampaui orang yang pertama. Apalagi kalau ada yang bisa menerima, menyalin, mempertahankan, mempelajari, membacakan, dan menjelaskan isinya kepada orang lain. Subhuti, pahala dan kebajikan dari Sutra ini adalah tak terungkapkan, tak terbayangkan, tak terbatas dan di luar semua pujian. Sutra ini dibabarkan oleh Tathagatha bagi mereka yang telah menempuh Jalan Mahayana, mereka yang telah menempuh Jalan Utama. Jika seseorang bisa menerima, mempertahankan, mempelajari, membacakan dan menjelaskan kepada orang lain, mereka akan diketahui dan dilihat oleh Tathagatha. Orang yang demikian memperoleh pahala dan kebajikan yang tak terukur, tak terungkapkan, tak terbatas dan tak terbayangkan sehingga dengan
demikian mempertahankan Anuttara-samyak-sambodhinya Tathagatha."

"Mengapa begitu? Subhuti, seseorang yang menyukai Dharma yang lebih kecil terikat pada konsepsi keakuan, manusia, makhluk hidup, dan konsepsi kehidupan. Dia tidak dapat mendengar, menerima, mempertahankan, mempelajari, atau membacakan Sutra ini atau menjelaskannya kepada orang lain.

"Subhuti, para dewa, manusia dan asura di dunia memberikan persembahan ke tempat dimana Sutra ini ditemukan. Perlu engkau ketahui, bahwa tempat demikian adalah sebuah tempat suci bagaikan sebuah stupa dimana setiap orang harus bersujud dengan hormat, mengelilingi serta menyebarkan dupa dan bunga."

"Lagipula, Subhuti, jika seorang laki-laki atau wanita bajik yang menerima, mempertahankan, mempelajari dan membacakan Sutra ini diejek dan dicemoohkan orang lain, itu sebenarnya merupakan rintangan karma bawaan dari kehidupan sebelumnya yang akan menjerumuskannya ke kehidupan menyedihkan. Tetapi karena dalam kehidupan sekarang dia dicemoohkan orang lain, rintangan
karmanya itu terhapuskan dan dia akan mencapai Anuttara-samyak-sambodhi.

"Subhuti, Aku teringat pada asamkheya kalpa yang tak terhitung di masa lalu sebelum Buddha Dipankara, Aku bertemu dengan 84.000 nayuta juta Buddha, dan memberikan persembahan serta melayani mereka semua tanpa terkecuali. Tetapi jika ada seseorang di jaman berakhirnya Dharma yang dapat menerima, mempertahankan, mempelajari dan membacakan Sutra ini, pahala dan kebajikan
yang diperolehnya adalah 100 kali lebih, 1.000 kali lebih, sejuta ataupun suatu jumlah yang tak terbilang daripada pahala dan kebajikan yang Kuperoleh dari memberikan persembahan kepada semua Buddha tersebut."

"Subhuti, jika Aku harus menguraikan seluruh pahala dan kebajikan dari seorang laki-laki atau wanita bajik yang di jaman berakhirnya Dharma dapat menerima, mempertahankan, mempelajari dan membacakan Sutra ini, mereka yang mendengarkannya bisa menjadi gila dan tidak mempercayainya. Subhuti, perlu engkau ketahui bahwa arti dari Sutra ini adalah tak terbayangkan, dan buah
dari pahalanya juga tak terbayangkan."

Kemudian Subhuti berkata kepada Hyang Buddha, "Yang Dijunjungi, jika seorang laki-laki atau wanita bajik bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi, bagaimana seharusnya dia bertumpu, bagaimana seharusnya dia mengendalikan hatinya?"

Hyang Buddha memberitahu Subhuti, "Seorang laki-laki atau wanita bajik, yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi harus berpikiran demikian:"Aku harus membebaskan semua makhluk hidup dari arus tumimbal lahir, tetapi bila semua makhluk hidup sudah dibebaskan dari tumimbal lahir, sebenarnya sama sekali tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan. Mengapa begitu? Subhuti, jika seorang Bodhisattva masih mempunyai ciri keakuan, ciri manusia, ciri makhluk hidup dan ciri kehidupan, maka dia bukanlah seorang Bodhisattva. Apa sebabnya? Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma tentang tekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi.

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Sewaktu Tathagatha sedang berada bersama Buddha Dipankara, apakah ada Dharma untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi yang diperoleh?"

"Tidak, Yang Dijunjungi. Seperti apa yang kami pahami dari ajaran Hyang Buddha, sewaktu Hyang Buddha berada bersama Buddha Dipankara, tidak ada Dharma untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi yang diperoleh."

Hyang Buddha berkata, "Demikianlah, Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma tentang Anutara-samyak-sambodhi yang diperoleh Tathagatha. Subhuti, jika ada Dharma demikian yang diperoleh athagatha, maka Buddha Dipankara tidak akan memberikan pada-Ku ramalan, "Engkau akan mencapai ke-Buddha-an di masa yang akan datang dan bernama Sakyamuni." Karena sebenarnya tidak ada Dharma untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi, maka Buddha Dipankara memberikan ramalan itu pada-Ku."

"Mengapa begitu? Tathagatha berarti hakiki dari semua Dharma. Jika seseorang mengatakan Tathagatha memperoleh Anuttara-samyak-sambodhi, Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma demikian yang diperoleh Hyang Buddha. Subhuti, Anuttara-samyak-sambodhi yang dicapai Tathagatha, di dalamnya, bukanlah nyata atau tidak nyata. Oleh karena itu, Tathagatha mengatakan semua Dharma sebagai Buddhadharma. Subhuti, semua Dharma dikatakan sebagai bukan Dharma sejati. Oleh sebab itu disebut Dharma."

"Subhuti, itu bisa diandaikan sebagai tubuh seorang yang sangat besar."

Subhuti berkata: "Yang Dijunjungi, tubuh besar seseorang itu dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan tubuh besar, oleh sebab itu dinamakan tubuh besar."

"Subhuti, seorang Bodhisattva juga demikian, jika dia berkata, "Aku harus membebaskan makhluk hidup yang tak terhitung dari tumimbal lahir, maka dia tidak akan disebut seorang Bodhisattva. Apa sebabnya? Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma yang dinamakan Bodhisattva. Karena itu Hyang Buddha mengatakan semua Dharma tidak memiliki konsepsi diri, konsepsi manusia, konsepsi makhluk hidup, dan konsepsi kehidupan."

"Subhuti, jika seorang Bodhisattva mengatakan, "Aku akan menghiasi Tanah Buddha", dia tidak akan disebut Bodhisattva. Apa sebabnya? Memperindah tanah Buddha dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan memperindah. Oleh sebab itu dinamakan memperindah. Subhuti, jika seorang Bodhisattva memahami bahwa segala Dharma tidak memiliki konsepsi diri, Tathagatha menyebutnya sebagai
seorang Bodhisattva sejati."


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: SUTRA INTAN (TERJEMAHAN LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA)
« Reply #2 on: 21 July 2009, 12:45:34 PM »
"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Apakah Tathagatha mempunyai mata fisik?"

"Memang begitu, Yang Dijunjungi. Tathagatha mempunyai mata fisik."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Apakah Tathagatha mempunyai mata dewa?" "Memang begitu, Yang Dijunjungi. Tathagatha mempunyai mata dewa."

Subhuti, bagaimana pendapatmu? Apakah Tathagatha mempunyai mata
kebijaksaan?"

"Memang begitu, Yang Dijunjungi. Tathagatha mempunyai mata kebijaksanaan."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Apakah Tathagatha mempunyai mata Dharma?"

"Memang begitu, Yang Dijunjungi. Tathagatha mempunyai mata Dharma."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Apakah Tathagatha mempunyai mata Buddha?"

"Memang begitu, Yang Dijunjungi. Tathagatha mempunyai mata Buddha."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Apakah Tathagatha telah membicarakan butir-butir pasir di sungai Gangga?

"Memang begitu, Yang Dijunjungi. Tathagatha telah bicara perihal butir-butir pasir tersebut."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Jika semua butir pasir di sungai Gangga menjadi jumlah sungai Gangga yang sama, dan semua butir pasir di dalam semua sungai Gangga tersebut menjadi tanah Buddha yang sama. Apakah jumlahnya sangat banyak?"

"Sangat banyak, Yang Dijunjungi." Hyang Buddha memberitahu Subhuti: "Semua bentuk pikiran yang beraneka ragam dari para makhluk hidup di semua tanah Buddha tersebut diketahui seluruhnya
oleh Tathagatha. Apa sebabnya? Semua pikiran dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan pikiran, karena itu disebut pikiran. Apa sebabnya? Subhuti, pikiran yang telah lalu tidak dapat dipegang, pikiran sekarang tidak dapat dipegang, pikiran yang akan datang tidak dapat dipegang."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Jika seseorang memenuhi jutaan dunia dengan 7 macam permata mulia dan memberikannya sebagai dana amal, apakah orang itu akan memperoleh banyak pahala dari perbuatan tersebut?"

"Memang begitu, Yang Dijunjungi. Orang itu akan memperoleh sangat banyak pahala dari perbuatan tersebut."

"Subhuti, jika pahala dan kebajikan itu benar-benar nyata, Tathagatha tidak akan mengatakan memperoleh banyak pahala. Disebabkan oleh pahala dan kebajikan itu tidak nyata maka Tathagatha mengatakan memperoleh banyak pahala."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Dapatkah Tathagatha dilihat dari kesempurnaan wujud fisik-Nya?"

"Tidak, Yang Dijunjungi. Tathagatha tidak dapat dilihat dari kesempurnaan wujud fisik-Nya. Apa sebabnya? Kesempurnaan wujud fisik dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan kesempurnaan wujud fisik, oleh sebab itu disebut kesempurnaan wujud fisik."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Dapatkah Tathagatha dilihat dari kesempurnaan ciri-Nya?"

"Tidak, Yang Dijunjungi. Tathagatha tidak dapat dilihat dari kesempurnaan ciri-Nya. Apa sebabnya? Kesempurnaan ciri dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan kesempurnaan ciri, oleh sebab itu disebut kesempurnaan ciri."

"Subhuti, janganlah mengatakan Tathagatha punya pikiran "Aku telah membabarkan Dharma." Janganlah berpikir begitu. Apa sebabnya? Jika seseorang mengatakan bahwa Tathagatha telah membabarkan Dharma dia menghina Hyang Buddha disebabkan oleh ketidakmampuannya untuk mengerti apa yang kukatakan. Subhuti, di dalam Dharma yang dibabarkan sebenarnya tidak ada Dharma yang
bisa dibabarkan, oleh sebab itu disebut Dharma yang dibabarkan."

Kemudian Arya Subhuti berkata kepada Hyang Buddha, "Yang Dijunjungi, apakah ada makhluk hidup di masa yang akan datang yang akan mempercayai Sutra ini sewaktu mereka mendengarnya?"

Hyang Buddha berkata, "Subhuti, sebenarnya tidak ada makhluk hidup maupun bukan makhluk hidup. Apa sebabnya? Subhuti, makhluk hidup dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan makhluk hidup, oleh sebab itu disebut makhluk hidup."

Subhuti berkata kepada Hyang Buddha : "Yang Dijunjungi, apakah dengan memperoleh Anuttara-Samyak-Sambodhi, Hyang Tathagatha tidak memperoleh apapun?"

Hyang Buddha menjawab: "Demikianlah, Subhuti. Mengenai Anuttara-Samyak-Sambodhi, sebenarnya tidak ada sedikitpun Dharma yang bisa diperoleh. Oleh sebab itu disebut Anuttara-Samyak-Sambodhi."

"Lagipula Subhuti, Dharma ini sama rata dan setara, tanpa tinggi maupun rendah. Oleh sebab itu dinamakan Anuttara-samyak-sambodhi. Mempraktekkan semua Dharma yang baik dengan tanpa konsepsi diri, konsepsi manusia, konsepsi makhluk hidup, dan konsepsi kehidupan adalah memperoleh Anuttara-samyak-sambodhi. Subhuti, Dharma yang baik dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan Dharma yang baik. Oleh sebab itu dinamakan Dharma yang baik."

"Subhuti, jika ada timbunan 7 macam permata mulia yang jumlahnya sama dengan semua gunung Semeru di dalam jutaan dunia, dan seseorang memberikannya sebagai dana amal, dan seorang lainnya mengambil dari Prajna Paramita Sutra ini hanya 4 baris gatha saja, serta menerima, mempertahankan, mempelajari, membacakan, dan menerangkan kepada orang lain, pahala dan kebajikannya akan
melampaui orang pertama tadi berjuta-juta kali atau tak terhitung banyaknya."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Jika ada orang yang mengatakan bahwa Tathagatha mempunyai pikiran : "Aku akan membebaskan semua makhluk hidup". Subhuti, jangan mempunyai pikiran demikian. Mengapa? Karena sebenarnya tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan oleh Tathagatha. Jika ada makhluk hidup yang dibebaskan oleh Tathagatha, maka Tathagatha akan mempunyai konsepsi
keakuan, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Subhuti, keberadaan konsepsi keakuan dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan keberadaan konsepsi diri tetapi orang awam menganggapnya sebagai keberadaan konsepsi keakuan. Subhuti, orang awam dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan orang awam. Oleh sebab itu dinamakan orang awam."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu? Dapatkah seorang merenungkan athagatha dari ke 32 ciri fisik-Nya?"

Subhuti berkata, "Demikianlah, Yang Dijunjungi, seseorang dapat merenungkan Tathagatha dari ke-32 ciri fisikNya."

Hyang Buddha berkata, "Subhuti, jika Tathagatha dapat direnungkan dari ke-32 ciri fisik-Nya, maka seorang maharaja pemutar Dharma juga dapat menjadi seorang Tathagatha."

Subhuti berkata kepada Hyang Buddha, "Yang Dijunjungi, seperti apa yang kami pahami dari ucapan Hyang Buddha, seseorang tidak seharusnya merenungkan Tathagatha dari ke-32 ciri fisik-Nya."

Pada saat itu Yang Dijunjungi mengucapkan suatu gatha yang berbunyi : Barang siapa melihat-Ku dalam wujud, Barang siapa mencari-Ku dalam suara, Dia mempraktekkan jalan menyimpang, Dan tidak dapat melihat Hyang Tathagatha.

"Subhuti, engkau mungkin mempunyai pikiran bahwa Tahagatha tidak memperoleh Anuttara-samyak-sambodhi dengan cara penyempurnaan ciri. Subhuti, jangan berpikiran bahwa Tathagatha tidak emperoleh Anuttara-samyak-sambodhi dengan cara penyempurnaan ciri. Subhuti, engkau tidak boleh berpikiran bahwa mereka yang telah bertekad mencapai Anuttara-samyak-sambodhi berarti enghancuran semua Dharma. Jangan berpikir demikian! Mereka yang telah bertekad mencapai Anuttara-samyak-sambodhi bukan berarti penghancuran semua ciri pada akhirnya."

"Subhuti, seorang Bodhisattva boleh memenuhi sistem dunia yang banyaknya bagai butir-butir pasir di sungai Gangga dengan 7 macam permata mulia dan memberikannya sebagai dana amal. Tetapi jika seorang lainnya mengetahui bahwa semua Dharma tidak memiliki diri dan mencapai Anuttpatika-Dharma-ksanti, pahala dan kebajikan dari Bodhisattva tersebut akan melampaui Bodhisattva yang pertama. Mengapa begitu? Subhuti, itu disebabkan karena Bodhisattva tidak menerima pahala dan kebajikan."

Subhuti berkata kepada Hyang Buddha, "Yang Djunjungi, bagaimana bisa Bodhisattva tidak menerima pahala dan kebajikan?"

"Subhuti, karena Bodhisattva tidak boleh mengharapkan pahala dan kebajikan dari perbuatan baik yang dilakukannya, mereka dikatakan tidak menerima pahala dan kebajikan."

"Subhuti, jika ada orang mengatakan Tathagatha itu datang atau pergi, duduk atau berbaring, orang tersebut tidak mengerti maksud ajaran-Ku. Mengapa begitu? Karena Tathagatha tidak datang dari manapun juga tidak pergi ke manapun. Oleh sebab itu disebut Tathagatha."

"Subhuti, jika ada seorang laki-laki atau perempuan bajik meratakan jutaan dunia menjadi titik debu, bagaimana pendapatmu, apakah masa dari titik debu itu sangat besar?

Subhuti berkata, "Sangat besar, Yang Dijunjungi. Mengapa begitu? Jika masa dari titik debu itu benar-benar ada, Hyang Buddha tidak akan mengatakannya sebagai masa titik debu. Mengapa begitu? Masa titik debu dikatakan oleh Hyang Buddha sebagai bukan masa titik debu. Yang Dijunjungi, jutaan dunia dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan dunia, oleh sebab itu disebut dunia. Mengapa begitu? Jika dunia itu benar-benar ada, maka akan ada perpaduan ciri. Perpaduan ciri dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan perpaduan ciri. Oleh sebab itu disebut perpaduan ciri.

"Subhuti, perpaduan ciri tidak dapat dibicarakan, tetapi orang awam sangat terikat pada hal tersebut."

"Subhuti, jika seseorang mengatakan bahwa Hyang Buddha membicarakan konsepsi diri, konsepsi manusia, konsepsi makhluk hidup dan konsepsi kehidupan, bagaimana pendapatmu? Apakah orang itu mengerti makna ajaran-Ku?"
"Tidak, Yang Dijunjungi, orang itu tidak mengerti makna ajaran Tathagatha. Mengapa begitu? Konsepsi diri, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan konsepsi diri, bukan konsepsi manusia, bukan konsepsi makhluk hidup, dan bukan konsepsi kehidupan. Oleh sebab itu disebut demikian."

"Subhuti, mereka yang telah bertekad mencapai Anuttara-samyak-sambodhi harus mengetahui, memandang, percaya dan mengerti semua Dharma dengan demikian. Subhuti, ciri Dharma dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan ciri Dharma, oleh sebab itu disebut ciri Dharma."

"Subhuti, seseorang boleh memenuhi jutaan dunia tak terhitung dengan 7macam permata mulia dan memberikannya sebagai dana amal. Tetapi jika seorang laki-laki atau perempuan bajik yang telah bertekad mencapai Anuttara-samyak-sambodhi mengambil dari Sutra ini, sekalipun hanya 4 baris gatha saja dan menerima, mempertahankan, mempelajari, membacakan, dan menerangkannya dengan luas kepada orang lain, pahalanya akan melampaui orang pertama tadi." "Bagaimana caranya menerangkan kepada orang lain? Dengan tidak terikat pada ciri : tanpa tumpuan. Mengapa begitu? Semua Dharma yang terkondisi Adalah bagaikan mimpi, ilusi, gelembung, bayangan, Bagaikan titik embun dan kilatan petir, Renungkanlah dengan demikian.

Sesudah Hyang Buddha membabarkan Sutra ini, Arya Subhuti, semua bhiksu dan bhiksuni, upasaka dan upasika, serta para dewa, manusia, asura, mendengarkan apa yang dikatakan Hyang Buddha, bergembira, percaya, menerima, menghormati dan mempraktekkannya."

 _/\_



         
« Last Edit: 21 July 2009, 01:12:22 PM by Triyana2009 »

Offline Thomas Chew

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 2
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: SUTRA INTAN (TERJEMAHAN LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA)
« Reply #3 on: 27 August 2010, 09:40:33 AM »
Pada saat itu, Yang Arya Subhuti bangkit dari tempat duduknya di tengah-tengah persamuan itu, membiarkan bahu sebelah kanannya terbuka, berlutut di atas kaki kanan sambil merangkapkan kedua tangan, dan bersujud dengan hormat sambil bertanya kepada Hyang Buddha :"Yang Dijunjungi! Sungguh jarang terdapat, Tathagatha yang selalu mengingat dan melindungi para Bodhisattva serta memberi petunjuk kepada mereka. Yang Dijunjungi, jika ada pria maupun wanita bajik yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi, bagaimana seharusnya dia bertumpu dan mengendalikan hatinya?"

Hyang Buddha menjawab: "Bagus sekali, bagus sekali, Subhuti, seperti apa yang Engkau katakan, Tathagatha selalu mengingat dan melindungi para Bodhisattva serta memberi petunjuk kepada mereka. Sekarang dengarkanlah dengan baik. Aku akan memberitahukan kepadamu bagaimana seharusnya pria maupun wanita bajik yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi bertumpu dan mengendalikan hatinya

PERTANYAAN: APAKAH DI SINI HYANG BUDDHA TELAH MEMBERIKAN JAWABANNYA KEPADA SHUBUTI? SEPERTI ADA KERAGUAN DALAM TERJEMAHAN. KALO DALAM VERSI CHINESE HYANG BUDDHA SUDAH MEMBERIKAN JAWABANNYA KEPADA SHUBUTI PADA TITIK INI. (Aku akan memberitahukan kepadamu bagaimana seharusnya pria maupun wanita bajik yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi bertumpu dan mengendalikan hatinya) KALIMAT INI MERAGUKAN.


Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: SUTRA INTAN (TERJEMAHAN LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA)
« Reply #4 on: 27 August 2010, 11:03:33 AM »
maksudnya versi terjemahan yg di sini kurang lengkap/ kurang tepat gitu?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline angsiman

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 2
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: SUTRA INTAN (TERJEMAHAN LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA)
« Reply #5 on: 13 November 2018, 08:50:23 PM »
sangat indah. trm ksh byk sdh share...