//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - GandalfTheElder

Pages: 1 ... 7 8 9 10 11 12 13 [14] 15 16 17 18 19 20 21 ... 95
196
Diskusi Umum / Re: paritta atau doa makan dlm agama Buddah apa sih??
« on: 26 August 2011, 01:55:12 AM »
Kalau mau pakai metode Thich Nhat Hanh:

Quote
Serving Food
In this food I see clearly the presence of the entire universe supporting my existence.

Looking at the Filled Plate
All living beings are struggling for life. May they all have enough food to eat today.

Just Before Eating
The plate is filled with food. I am aware that each morsel is the fruit of much hard work by those who produced it.

Beginning to Eat
With the first taste, I promise to practice loving kindness. With the second, I promise to relieve the suffering of others. With the third, I promise to see others’ joy as my own. With the fourth, I promise to learn the way of non-attachment and equanimity.

Finishing the Meal
The plate is empty. My hunger is satisfied. I vow to live for the benefit of all beings.

Metode Sukhavati Jepang:

Quote
This food is the gift of the whole universe,
Each morsel is a sacrifice of life,
May I be worthy to receive it.
May the energy in this food,
Give me the strength,
To transform my unwholesome qualities
into wholesome ones.
I am grateful for this food,
May I realize the Path of Awakening,
For the sake of all beings.
Namo Amida Buddha.

Dan kalau secara Mahayanis, kita juga tidak boleh lupa mendoakan para makhluk yang tersaji di piring kita apabila kita memakan daging. Mantranya bisa mantra Bhaisajyaguru atau mantra khusus "Om Abhirakacara Hum". Nianfo dan daimoku pun bisa.

 _/\_
The Siddha Wanderer

197
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 24 August 2011, 08:29:56 AM »
Quote
menurut teman yang saya islam juga begitu, sangat konsisten dan bisa diaplikasi dalam kehidupan sehari2, begitu juga teman yang agama Hindu tidak masalah bisa diaplikasikan, bahkan teman2 saya yang tidak beragama juga hidupnya makmur dan kehidupan sehari2 mereka tenang2 aja :whistle:

Bagus! Sikap yang harus dimiliki oleh semua umat beragama.

Quote
IMO, ajaran Buddha Gotama bukan kepercayaan agama kok  ^-^

Orang-orang Kristiani juga sering bilang kalau ajaran mereka bukan agama  :whistle:

Quote
Tentu yang konsisten, berdasar, dan memiliki pesan moral yang bisa diaplikasikan dalam kenyataan sehari-hari.

Tepat sekali bro... selidikilah dengan scholarship, keyakinan dan meditasi yang benar! Sip! :)

 _/\_
The Siddha Wanderer

198
Quote
mau tanya, kalau posisi rupang kwan im diatas buda apa yang akan terjadi?

apa ada efek samping atau hanya sebatas tidak pantas dilihat?

mau tanya, kalau di sekolah-sekolah dan berbagai aula kenapa foto pak presiden diletakkan berdampingan dengan foto pak wapres? kenapa nggak foto wapres diletakkan di atas foto presiden?

mau tanya kalau foto married, kok org yang married berdirinya di tengah" di antara keluarga?

klo anda tahu alasannya, maka anda tahu alasan knp altar pun perlu ditata sebagaimana mestinya.

 _/\_
The Siddha Wanderer

199
Pada dasarnya terserah keyakinan masing-masing, namun kalau berdasar keyakinan yang benar pada Triratna, maka dapat disusun rupang Buddha dan Bodhisattva sesuai dengan kualitas pencerahannya.

Ada dewa-dewa juga gak masalah asal anda tahu benar apakah dewa tersebut berlindung pada Triratna atau tidak, kalau mislanya anda naruh rupang Caishen Ye atau Taishang Laojun yang agama Tao tentu ini tidak disarankan.

Kalau mau naruh rupang Buddha dan Avalokitesvara (Guan Yin) sebaiknya rupang Sakyamuni Buddha di tengah dan diapit rupang Avalokitesvara dan satu lagi Bodhisattva.

Kalau misalnya anda cuma punya 2 rupang saja, Buddha dan Guan Yin, maka tempatkan sama-sama di tengah dengan Sakyamuni Buddha di belakangnya dan posisinya lebih tinggi dari Guan Yin.

Yang pasti letakkan posisi Sakyamuni Buddha di posisi yang teragung, berikutnya para Bodhisattva dan berikutnya lagi baru para dewa Pelindung Dharma.

 _/\_
The Siddha Wanderer

200
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 20 August 2011, 11:07:24 AM »
Quote
ini sama dengan pertanyaan "apakah Ananda/Sariputra/Moggallana/dll benar2 ada? atau hanya simbol?" apakah anda juga akan menjawab dengan "both of them"?

Ya. Kualitas dari para Arhat itulah yang dijadikan simbolisasi. Dalam objek pemujaan Mahayana salah satunya Mandala Gohonzon Nichiren, Namu Shariputra mewakili kebijaksanaan dan Namu Mahakasyapa mewakili praktik, karena mereka berdua unggul dalam kedua bidang tersebut.

Manjusri dan para Bodhisattva agung benar-benar ada dalam sejarah versi sutra Buddhis. Beberapa merupakan "Bodhisattva bhiksu" dan beberapa lainnya adalah "Bodhisattva grhapati" (perumah tangga).

Contoh pemimpin "Bodhisattva grhapati" adalah Bodhisattva Bhadrapala yang memimpin 16 bodhisattva perumah tangga, hidup pada masa Buddha Shakyamuni.

Contoh "Bodhisattva bhiksu" adalah Sadaparibhuta Bodhisattva dalam Saddharmapundarika Sutra

Dalam Buddhabasite Simhacandra Sutra dan Vasumitra Sangiti Sastra disebutkan seorang "bodhisattva bhiksu" bernama Vasumitra Bodhisattva, putra dari seorang brahmana bernama Uttara, yang hidup menjadi murid Buddha Shakyamuni.

Dalam Manjusri Parinirvana Sutra dikatakan bahwa pada masa Buddha Shakyamuni, Manjusri terlahir dalam sebuah keluarga brahmana di Sravasti, India. Ketika lahir tanda-tanda agung pun muncul. Setelah itu beliau mengambil sila ke-bhiksuan dan berlatih di bawah bimbingan Buddha Shakyamuni. Setelah Buddha Parinirvana, beliau membabarkan ajaran di Gunung Pancasirsa. Dengan demikian berarti beliau adalah "bodhisattva bhiksu".

Avalokitesvara pada masa Sang Buddha Shakyamuni terlahir di keluarga brahmana di Kapilavastu. Beliau bernama brahmana Nan-ba.

Tendai Master Dengyo (Daishi) di Jepang menggunakan sila-sila bhiksu Mahayana dari sutra-sutra Mahayana dan mendirikan altar pentahbisam "bodhisattva bhiksu".

Dalam pemujaannya, Manjusri dan Avalokitesvara serta para Maha Bodhisattvanya sering digambarkan dalam wujud Sambhogakaya, bukan Nirmanakaya mereka ketika menjadi murid Sakyamuni. Sambhogakaya adalah tubuh kualitas kebajikan dari Bodhisattva dan Buddha, seperti yang digambarkan dalam thangka-thangka Tibetan. Karena merupakan tubuh kualitas Buddha maka setiap elemen tubuh dan ornamen yang menghiasinya adalah simbolisasi-simbolisasi kualitas-kualitas pencerahan dalam diri sendiri.

Inilah mengapa saya bilang "both of them". Benar2 ada meninjau dari aspek Nirmanakaya, simbolisasi welas asih adalah aspek Sambhogakaya yang bersifat shunyata.

 _/\_
The Siddha Wanderer

201
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 18 August 2011, 10:42:30 PM »
Quote
arhat termasuk alam dalam batin manusia?

Potensi Dunia Arhat. YA ADA. Demikian menurut Mahayana. Hanya saja potensi tersebut tertutup oleh debu klesha, tidak dapat memancarkan 'sinar'nya secara sempurna.

 _/\_
The Siddha Wanderer

202
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 18 August 2011, 10:40:41 PM »
Quote
dari jawaban anda, saya menangkap bahwa avalokitesvara hanyalah simbol, tidak ada benda real-nya, tapi saya agak heran kenapa anda sepertinya enggan memberikan jawaban yg tegas

Bukankah saya jawab "kedua-duanya" (both of them)?

Bagaikan Bodhisattva Avalokitesvara berikrar di hadapan Buddha Avalokitesvara.

Bila zaman sekarang ada personal yang memiliki kualitas Avalokitesvara, berarti pada zaman Sang Buddha Shakyamuni juga bisa ada sesosok personal yang memiliki kualitas Avalokitesvara bernama Avalokitesvara.

Dan sesosok personal tersebut diberi atribut berbagai macam simbolisasi Sambhogakaya, sehingga bisa kita lihat banyak sekali simbolisasi perwujudan Avalokitesvara.

 _/\_
The Siddha Wanderer

203
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 18 August 2011, 10:04:07 PM »
Quote
jadi kalau ada pembunuh, apakah dia itu bodisatwa?
kalau ada orang yang beragama lain apakah dia juga bodisatwa?
apakah anjing, monyet babi dll juga bodisatwa?

Sesosok makhluk di segala jenis alam dalam batinnya ada 10 alam:
1. Neraka
2. Hewan
3. Setan kelaparan
4. Asura
5. Manusia
6. Deva
7. Arhat
8. Pratyekabuddha
9. Bodhisattva
10. Buddha

Seorang pembunuh, beragama lain dan binatang pun semuanya memiliki Dunia Bodhisattva dalam batin dan hatinya. Hanya saja seorang pembunuh berada dalam dunia asura dan neraka jauh lebih dominan daripada Dunia Bodhisattva sehingga kita tidak dapat menyebutnya sebagai 'Bodhisattva'.

Quote
bukan soal percaya atau tidak percaya, tapi terlepas dari keyakinan anda, apakah menurut Mahayana memang benar2 ada secara personal atau sekedar simbolisasi? karena bahkan dalam thread ini pun terjadi perdebatan akan hal ini. kalau ada bisa tolong quote sutra-nya?

Both of them. Demikian juga dengan para deva dalam aliran Theravada. Buddhisme memang demikian.

Kalau mau melihat Avalokitesvara secara personal, lihat saja manusia di dunia ini yang memiliki kualitas seperti beliau. Mereka Avalokitesvara.

 _/\_
The Siddha Wanderer

204
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 18 August 2011, 09:38:11 PM »
Quote
Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN."

Yaa??? Soo?? Tetap aja berbeda karena Buddha-Nature bukan untuk membangkitkan orang dalam kubur. Lagian di sana Roh Kudus yang menghidupkan kembali, sedangkan roh seseorang (dalammu) masih ada. Kalau anda belajar sejarah paham Roh kudus atau pneumatology... pada masa Bapa" Gereja Awal, Roh Kudus sangat dipahami sebagai satu sosok roh / personal eksternal yang merupakan bagian dari Tuhan eksternal.

Dan Anuttaratantra paling awal, yaitu Guhyasamaja, yang menjelaskan bahwa diri = Buddha, sudah muncul sebelum masa-masa Bapa" Gereja Awal berakhir.

Masalah Avalokitesvara benar-benar ada atau tidak secara personal, ya meskipun pihak Mahayana bilang YA ADA pun apa anda percaya?

Para Arahat yang menyusun Tipitaka Pali pun menyebutkan para deva seperti Indra, Brahma, Venhu(Visnu) dan Isana (Siva) yang mana juga kaga tahu bohong atau tidak.

Percuma berdebat berbusa-busa soal hal-hal metafisika apakah itu bohong atau tidak. Toh pada kenyataanya sama-sama tidak ada bukti. Ujung"nya ya keyakinan. Mau anda argumen seribu satu macam ngomong kalau sang bhiksu dosa karena bohong menyesatkan dan lain sebagainya ya percuma, omong doang.

Yang ada adalah sesuai dengan Buddha Dharma atau tidak, bukan bohong atau benar.


Kalau mau omong simbolis ya banyak juga yang ngomong Raja Dewa Vessavatti Mara / Vesavartin Mara adalah simbolisasi hawa nafsu. Lah tapi dalam Tipitaka dan Tripitaka jelas-jelas menyebutnya sebagai satu sosok personal?!? Yah kalau anda tidak percaya, anggap aja deh Tipitaka bohong selesai sudah. Yang pasti sih saya tidak akan pernah menghakimi Tipitaka Pali atau Sanskrit sebagai boongan.

Terlepas dari Avalokitesvara beneran ada secara personal atau tidak, dalam praktiknya yaitu Mahayana dan Vajrayana, dikatakan bahwa Buddha Bodhisattva tak lain adalah diri sendiri, ini sangat sesuai dengan semangat berdikari Buddha Shakyamuni. Diri adalah pelindung diri sendiri. Karmalah yang menentukan.

Pabongkha Rinpoche mengamini hal tersebut. Master Shengyen dari Dharma Drum juga mengatakan praktisi Zen yang sejati tidak meminta-minta pada para Bodhisattva.

Namun kalau anda tanya keyakinan saya, YA saya percaya bahwa Avalokitesvara ada secara personal. Namun hal itu tidak membantu apa-apa, karena hanya keyakinan pada sosok eksternal saja.

Menyadari diri sendiri memiliki kualitas Avalokitesvara itulah yang akan membantu. Keyakinan pada diri sendiri. Be your true self. Be yourself. Maka dari itu dikatakan dalam sutra bahwa Avalokitesvara berikrar di hadapan Buddha yang juga bernama Avalokitesvara. Ini adalah perenungan bahwa kita semua adalah Avalokitesvara. Ketika memohon pada para Buddha Bodhisattva haruslah ingat dengan kualitas Buddha dan Bodhisattva tersebut dalam diri, karena pada hakekatnya memang semua balik ke dalam diri.

Dari awal Buddha Dharma Mahayana basisnya adalah diri sendiri, makanya snagat ditekankan namanya Buddha-Nature atau Tathagatagarbha, segala potensi positif dan kualitas Buddha dalam diri sendiri, jadi dari awal ya bagus, dan sayangnya bukan kotoran.

Maka dari itu pendirian saya tetap seperti YA Thich Nhat Hanh: sekalipun para sejarawan membuli-buli Avalokitesvara akan keotentikannya, keyakinan saya tidak akan bergeming, karena Guanyin adalah cinta kasih dan CINTA KASIH ITU NYATA.

Saya meyakini personal Avalokitesvara bukan karena beliau benar-benar ada secara personal di Tanah Suci antah berantah, namun saya meyakini sosok personal yang memiliki kualitas seperti beliau dan karena pada awalnya beliau adalah manusia seperti kita, maka kita juga memiliki kualitas welas asih Avalokitesvara. Dan saya telah melihat welas asih itu dalam diri orang-orang.

 _/\_
The Siddha Wanderer

205
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 18 August 2011, 07:11:21 AM »
Quote
dalam kr****n tuhan pun rohnya tinggal dalam manusia
kejadian 6:3. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."

Wkwkwkwkwkw.... tapi......

Roh Kudusnya kan bukan manusia, tidak ada ajaran kr****n yang mengatakan Roh Kudus (Parakletos) = Manusia yang penuh dosa itu sendiri. Roh Kudus adalah salah satu dari Trinitas Tuhan.

Klo Buddha = manusia

:)) :))

Lagian kan Roh Kudus tidak selama-lamanya tuh dan merupakan anugerah saja.

Klo Buddha dalam hati ya selama-lamanya, karena memang Buddha tidak terpisah dengan hati manusia.

 :)) :))

Klo Roh Kudus menurut anda tinggal dalam manusia.

Buddha tidak lagi tinggal, tapi adalah hakekat sejati dari suatu eksistensi manusia dan berada dalam diri sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer

206
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 18 August 2011, 06:59:58 AM »
Quote
akhirnya sudah ngaku kecap no. 1  =))

Bruakakakakakkakakaka =)) =)) .... klo gak ngaku kecap no.1 lebih baik gak usah beragama deh karena gak yakin!!! wakakakakakkakaa  ^-^ ^-^ ^-^

 _/\_
The Siddha Wanderer

207
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 17 August 2011, 07:30:41 PM »
Quote
apakah keterangan semua itu ada dalam kitab2 ybs, atau komentar2 belakangan? apakah komentar2 itu bisa dipertanggungjawabkan?

YA.

KItab" Tantra sabda Guru Sakyamuni yang secara eksplisit menjabarkannya.

Diri sendiri adalah Buddha bisa anda temukan dalam kitab-kitab Tantra seperti Mahavairocana Sutra, Vajrasekkhara Sutra dan Tantra-Tantra Anuttarayoga. Pada tahap awal dalam kitab-kitab Carya dan Kriya, seseorang memohon pada para Bodhisattva Ishtadevata dalam posisi sebagai makhluk di luar diri, namun dalam perkembangan sampai ke Anuttara semua balik ke diri sendiri yaitu diri sendiri adalah Ishtadevata. Semua adalah sabda Sang Buddha sendiri (kalau anda mau mengakui kitab" Tantra seh...hahahaha).

Maka dari itu tiap kali acara abhiseka Tantra, Ishtadevata digambarakan melebur ke dalam diri sendiri, menjadi tak terpisahkan dengan diri sendiri, ini adalah metode" yang dibabarkan Buddha Shakyamuni lewat kitab-kitab Tantra.

Selain itu dalam Saddharmapudnarika sutra dikatakan Avalokitesvara menjelma menjadi berbagai macam makhluk. Ini untuk menjelaskan bahwa Avalokitesvara tidak berbeda dengan hati para makhluk.

Karena saya menggunakan kitab' komentar dari para guru agung yang tercerahkan, maka tentu saja otentik. Dan setelah saya baca semuanya berkesinambungan. Sama sekali tidak asal, karena kerangka berpikir Mahayana mereka didapat dari berbagai macam sutra Buddha, sehingga makna nitartha dan neyartha dapat dikenali.

 _/\_
The Siddha Wanderer

208
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 17 August 2011, 06:53:18 PM »
Quote
masak kalau amburadul ngaku amburadul   :))
tentunya harus kecap no. 1 donk  ^-^

Masak kalau nggak amburadul nggak boleh ngaku nggak amburadul?

Bruakakakakakakkakakakaka  =)) =))

209
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 17 August 2011, 01:41:57 PM »
Quote
it's God work, not our bussiness

So it's you.

However, it is my business, so I can eradicate suffering, reach happiness and benefits all sentient beings. including me. ;)

 _/\_
The Siddha Wanderer

210
Mahayana / Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« on: 17 August 2011, 01:36:48 PM »
Quote
tuhan itu yang maha tahu, menciptakan manusia, menolong manusia dengan cara misterius, bahkan buda juga bisa jadi menciptakan buda.

kalau buda yang aye tau hanyalah manusia, kalau menurut mahayana ada sosok buda yang seperti tuhan yang bisa ini, bisa itu, menolong dengan cara misterius, menciptakan alam surga, bahkan mungkin saja buda yang menciptakan manusia di alam surganya.

contohnya sudah jelas, kerja tubuh ini amatlah rumit, semua berfungsi masing, sesuai logika agama, maka yang mengatur semua itu secara misterius adalah Tuhan tidak ada lagi, apabila ada sesuatu yang menolong, mencelakakan, mematikan, semua dengan ijin yang menciptakan, bandingkan dengan sosok buda yang katanya hanya mengenal dirinya, mengenal namanya, mengucapkan namanya, maka dia akan menolong secara misterius.
dalam hal ini terdengar buda ini hanyalah satu jenis dewa/malaikat yang masih terbatas kekuatannya, masih kalah dengan penciptanya.

Buddha is the True Mind of all beings. Do we really know this 'mysterious' mind? Even we often can't realize ourselves, how can we know this mystery of mind?

 _/\_
The Siddha Wanderer

Pages: 1 ... 7 8 9 10 11 12 13 [14] 15 16 17 18 19 20 21 ... 95
anything