//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - seniya

Pages: 1 ... 18 19 20 21 22 23 24 [25] 26 27 28 29 30 31 32 ... 228
361
Diskusi Umum / Re: Hari istirahat menurut Buddhisme
« on: 05 April 2017, 09:05:48 PM »
Halo semua,
saya mau tanya, apa ada anjuran resmi utk beristirahat menurut ajaran Buddhisme?
misal nya dalam ajaran agama/ kepercayaan lain, hari minggu di anjurkan untuk beristirahat.

terima kasih sebelumnya.

Tidak ada

362
Halo semua,
Saya mau tanya, bagaimana pandangan Buddhisme mengenai binatang peliharaan?
apa niat awal untuk membeli (atau mendapat atau mengambil dari tempat penampungan binatang) binatang peliharan(misal nya anjing) sudah membuat karma buruk?
Saya bertanya soal topik ini, karena menurut saya, sebaik nya binatang apa pun juga(jinak/ buas/ kecil/ besar)itu sebaik nya hidup bebas.

Terima kasih sebelum nya.

IMO, kalo memelihara hewan pelihara dengan perawatan yang baik dan kasih sayang, saya rasa ini bukan karma buruk. Tetapi jika tidak bisa merawat dengan baik, lalu memelihara hewan tsb dan menyebabkan hewan tsb tersiksa, ini perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip Buddhis yg berbelas kasih kepada semua makhluk.

363
Studi Sutta/Sutra / Re: memilih bahasa dalam membaca sutta
« on: 01 April 2017, 12:48:54 PM »
halo semua,
saya mau tanya, apa dalam membaca sutta, ada cara yg terbaik dalam memilih bahasa nya.
misal nya: apa lebih berarti kalo membaca sutta dalam bahasa indonesia yg langsung bisa di mengerti arti nya atau lebih baik membaca sutta dalam bahasa lain seperti bahasa sansekerta/ yg lain nya.

terima kasih sebelum nya.

Sutta itu kotbah Sang Buddha yang berisi ajaran yg seharusnya dipahami dan dijalankan, maka akan lebih baik jika membaca sutta dlm bahasa Indonesia agar ajaran tsb bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari2 kita

364
Diskusi Umum / Re: Seputar Reinkarnasi Bodhisattva
« on: 25 February 2017, 05:40:36 PM »
Ada pertanyaan lagi yang masih sehubungan dg topik ini. Apakah semua yang terlahir di alam sukhavati harus menjadi bodhisattva dan menjadi sammasambuddha atau tidak harus?

Kalo menurut penjelasan dalam Mahayana, gak harus bodhisattva, mereka ada jg yg berlatih dalam jalan Sravaka yaitu dengan menjadi Arahant

365
Meditasi / Re: Meditasi merasa merinding
« on: 19 February 2017, 11:33:06 AM »
Saya buatkan topik baru saja di sini.

Namo buddhaya...
Aq klw meditasi sering merasakan merinding.
 trus daerah muka pipi sebelah kiri merasakan hangat...
Itu kenapa ya?
Apa ad makhlus halus yg ganggu?
Trimis.

Ini hal yang umum dialami oleh para meditator pemula, tidak perlu ditakutkan krn bukan gangguan makhluk halus. Tetap fokus pada objek meditasi anda (jika anda berlatih anapanasati, amati napas masuk dan keluar saja) dan abaikan hal2 yg mengganggu tsb. Semoga bisa membantu :)

366
Diskusi Umum / Re: Seputar Reinkarnasi Bodhisattva
« on: 19 February 2017, 11:28:00 AM »
Ada beberapa pertanyaan seputar reinkarnasi bodhisattva:
1. Apakah bodhisattva dalam menjalankan tugasnya sejak mengucapkan tekad bodhisattva harus mengalami reinkarnasi kembali lebih dari 1 kelahiran atau tidak harus? Siapa bodhisattva yang dalam menjalankan tugasnya sejak mengucapkan tekad bodhisattva tidak mengalami reinkarnasi kembali lebih dari 1 kelahiran jika ada?

Kalo berdasarkan teks2 Buddhis kuno (Jataka, Buddhavamsa, dan Cariya Pitaka), semua Bodhisattva harus mengalami kelahiran berkalpa2 guna menyempurnakan parami agar bisa menjadi Buddha. Tetapi menurut teks2 Buddhisme awal yg terdapat dlm 4 Nikaya Pali, Bodhisattva adalah sebutan bagi pertapa Gotama ketika meninggalkan keduniawian mencari jalan menuju pencerahan (misalnya dlm MN 26)

Quote
2. Apakah bodhisattva bisa menciptakan banyak kesadaran dalam kehidupan berbeda-beda tetapi kesadaran yang asli tetap didalam satu tempat, misalnya kesadaran bodhisattva A yang asli tetap di tempat A, sedangkan kesadaran buatan terlahir di alam binatang, manusia, dewa diwaktu yang bersamaan?

Tidak bisa, tetapi dalam konsep Mahayana ada yg disebut emanasi (pancaran) di mana seorang Buddha (atau Bodhisattva tingkat tinggi) bisa membuat Nirmalakaya (tubuh perubahan) di dunia guna menolong makhluk2 yg masih berkelana di samsara, namun ini berbeda dg konsep memecah belah kesadaran tsb.

367
Theravada / Re: tumimbal lahir (punarbhava)
« on: 26 December 2016, 07:07:03 AM »
Untuk mendapatkan kelahiran kembali di alam bahagia, termasuk alam manusia, sutta2 menganjurkan agar melatih tiga landasan perbuatan berjasa, yaitu kedermawanan (dana), moralitas (sila), dan pengembangan batin (bhavana). Khusus sila, minimal harus menjalankan lima pelatihan moralitas (pancasila) agar bisa terlahir di alam manusia.

368
Diskusi Umum / Re: Vegetarianisme dalam Buddhisme pada beberapa sekte?
« on: 25 December 2016, 10:17:18 PM »
Halo, teman-teman Buddhis

Saya ingin bertanya tentang vegetarianisme dalam ajaran agama Buddha, tepatnya tentang bolehkah makan daging atau tidak. Di aliran Theravada, Buddha menyebutkan "jangan makan daging yang pemotongannya dilihat, didengar, atau diduga anda dimana daging tersebut disembelih khusus untuk anda, dan begitu sebaliknya." yang terdapat di Anguttara Nikaya. Kemudian ada aturan monastik di Theravada yg menyebut pelarangan untuk makan 10 jenis daging yaitu daging manusia, gajah, kuda, anjing, singa, harimau, ular, leopard, beruang, dan hyenas. Saya rasa ini masuk akal, akan tetapi kenapa kucing tidak termasuk?

Di Kanon Pali, Sang Buddha memang tidak mengharuskan para bhikkhu untuk makan daging, ini memang benar dengan 227 sila Patimokkha yang tidak menyebutkan bahwa para bhikkhu harus makan daging. Yang ada itu dilarang membunuh makhluk hidup.

Sementara di aliran Mahayana, Buddha menyebutkan "pengikutnya tidak boleh memakan daging apapun, bahkan sayuran yang tersentuh daging harus dicuci terlebih dahulu sebelum dimakan."  Ini berhubungan juga dengan Dharmadhatu dimana ketika anda memakan daging, sama saja anda memakan daging dari sebuah dhatu (penyusun tubuh makhluk hidup) dan sama saja anda bunuh diri (self-killing). Misalnya, anda memakan daging dari seekor ayam, sama saja anda memakan daging dari induknya (parent) ayam tersebut. Ini terdapat di Aṅgulimālīya Sūtra dan Mahāyāna Mahāparinirvāṇa Sūtra.

Di Vajrayana, malah ada minum alkohol yg tidak sesuai dgn sila ke-5. Akan tetapi, wajar karena sudah dicampurkan adukan dengan tradisi.

Nah, yang saya bingung, di Mahayana dan Theravada, kenapa perkataan Sang Buddha berbeda ? Apakah Sang Buddha yang dimaksud itu bukan hanya Sidharta Gautama ? Mohon pencerahannya. Mohon maaf kalau ada kesalahan penafsiran dari saya terhadap kalimat di atas.

Kalo menilik sejarah vegetarianisme di India, pada masa Buddhisme awal hanya Jainisme yg dipimpin oleh Nigantha Nataputta yang mengajarkan vegetarian dan menyerang Buddhis karena memakan daging (tercatat dlm sutta2 awal bagaimana kritik para Nigantha terhadap Sang Buddha dan para bhikkhu yg menerima persembahan daging dari umat). Beberapa abad setelah masa Sang Buddha kita menemukan benih ajaran vegetarian pertama dalam prasasti Raja Asoka yang memerintahkan agar beberapa jenis hewan tidak dibunuh untuk dimakan, tetapi pada masa ini belum ada bukti bahwa Buddhisme mengajarkan vegetarian.

Pada abad ke-2 M tulisan Jain masih mengkritik umat Buddhis karena makan daging. Pada abad 7 M bhiksu Xuanzang (Hsuan Tsang) [atau dikenal juga sebagai Tong Sam Chong asli dalam sejarah] yang mengunjungi India untuk mengambil kitab suci Buddhis mencatat bahwa umat Buddhis India memakan daging (tidak vegetarian). Seabad kemudian bhiksu I Tsing yang juga ke India tidak menemukan adanya vegetarianisme di antara umat Buddhis India.

Bagaimana dengan Buddhisme Mahayana India? Dari beratus-ratus sutra Mahayana, hanya beberapa sutra yang menganjurkan vegetarianisme seperti Hastikaksya Sutra, Mahamega Sutra, Angulimaliya Sutra, Nirvana Sutra, Mahayana Brahmajala Sutra dan Lankavatara Sutra. Kebanyakan sutra ini disusun sekitar abad ke-2 M dan banyak bagian2nya ditambahkan pada masa yg lebih belakangan. Argumen2 yang diberikan dlm sutra ini yang mengkritik pemakan daging dengan tajam membuktikan bahwa pada masa sutra2 tsb disusun, mayoritas umat Buddhis Mahayana tidak vegetarian. Literatur Tantra Buddhis dari abad ke-7 M bahkan menyarankan persembahan daging kepada para deities mereka.

Sampai abad ke-10 M terdapat tulisan Jain yang mengkritik Buddhis ken makan daging. Ini membuktikan bahkan menjelang masa lenyapnya Buddhisme di India mayoritas umat Buddhis bukanlah vegetarian. Selengkapnya bisa dibaca di http://www.bhantedhammika.net/to-eat-or-not-to-eat-meat/vegetarianism-in-ancient-india

Sebagai tambahan, perlu diketahui bahwa tidak semua guru Mahayana India menganjurkan vegetarianisme, di antaranya Bhavaviveka dari aliran Mahayana Madhyamika mengajarkan agar tetap memakan daging. Selengkapnya bisa dibaca di https://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5550.0;nowap

369
Perkenalan / Re: Apakah member dc suka kopi darat?
« on: 07 November 2016, 10:25:41 AM »
Maaf kalau pertanyaan saya kurang jelas, maksud saya di sini kopi darat adalah pertemuan sesama anggota dc untuk saling bertemu.

Coba join group Telegram DC bro, ini linknya: http://telegram.me/dhammacitta (install aplikasi Telegram dulu di HP atau PC)
Kemarin sudah ada kopdar sesama anggota DC di TA

370
Diskusi Umum / Re: Sigalovada Sutta
« on: 18 October 2016, 07:27:49 AM »
Tapi bukankah pekerjaan orang tua juga termasuk sebuah tugas?

Saya melihat ada beberapa terjemahan dari kiccaṃ nesaṃ karissāmi.
Yang pertama adalah, melakukan tugas saya untuk mereka
Yang kedua adalah, melakukan tugas mereka

Dikomentar dijelaskan... attano kammaṃ ṭhapetvā (anak/seseorang mengesampingkan pekerjaannya), lalu mengapa ini juga diterjemahkan sebagai melakukan tugas mereka drpd melakukan tugas saya utk mereka yg bisa diartikan juga membantu orang tua. Apakah mereka berasal dari sumber yang berbeda?

Saya tidak setuju dengan penafsiran dari komentar tersebut. Konteks kewajiban anak melakukan pelayanan (saya lebih cenderung pada pelayanan daripada tugas/kewajiban) kepada orang tua itu adalah dalam hal melayani/membantu orang tua dalam pekerjaan sehari2 di rumah seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Ini sesuai dengan konteks pada zaman dulu di mana anak yang belum dewasa dan belum bekerja diwajibkan membantu pekerjaan rumah orang tuannya. Jika anak sudah dewasa dan ingin meneruskan pekerjaan formal orang tua, itu terserah si anak, tapi bukan kewajibannya.

371
Diskusi Umum / Re: Sigalovada Sutta
« on: 16 October 2016, 09:34:35 PM »
Terima kasih atas tanggapannya.
Diambil dari link diatas:

"Aku harus melakukan tugas-tugas mereka untuk mereka."

Bukankah pekerjaan orang tua termasuk sebuah tugas? Sehingga dengan demikian seorang anak wajib melakukan pekerjaan orang tua. Apakah seorang anak tidak diperbolehkan untuk memilih bidang pekerjaan yg lebih cocok untuk dirinya?

Bahasa Pali nya: kiccaṃ nesaṃ karissāmi (kicca = tugas, kewajiban, pelayanan)

Jadi, melakukan tugas untuk orang tua bukan berarti sang anak melakukan pekerjaan orang tua, melainkan melakukan pelayanan-pelayanan yang seharusnya dilakukan kepada orang tua, misalnya kalo orang tua baru pulang kerja dan kecapekan bisa membantu menyediakan air minum atau mengambilkan tas atau jas untuk ditaruh di tempat yang semestinya, dst. Intinya kewajiban2 kecil yang tidak disebutkan pada poin2 lain.

372
Diskusi Umum / Re: Sigalovada Sutta
« on: 15 October 2016, 12:33:30 PM »
Alo semua,

Dalam Sigalovada Sutta dikatakan bahwa seorang anak harus melaksanakan kewajiban orang tuanya. Namun kita lihat banyak orang memiliki pekerjaan yg berbeda dengan orang tuanya. Apakah ini salah?
Apakah yg dimaksud dengan "melaksanakan kewajiban orang tua"?

Tidak ada kalimat demikian dalam DN 31 Sigalovada Sutta: https://suttacentral.net/id/dn31

373
Perkenalan / Re: salam kenal semua
« on: 10 October 2016, 11:39:42 AM »
Salam kenal semua..
Saya tertarik dgn ajaran Buddha. Saya ingin mempelajari lebih dalam lagi, tp saya tidak tau harus kemana? Saya sudah mencoba mencari vihara di dekat tempat tinggal saya melalui google map, namun tempatnya seperti rumah biasa. Bahkan ada tokonya. Tulisan di depan rumah pun tidak begitu jelas. Mohon bantuan & bimbingannya ????????????

Salam kenal, kilau yg menyilaukan ;D

Silahkan baca2 dulu FAQ ttg Buddhis di https://dhammacitta.org/buku/pertanyaan-baik-jawaban-baik.html, mungkin bisa membantu....

374
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / Re: Dirgha Agama vol. 1
« on: 12 September 2016, 10:46:02 PM »
Pada waktu itu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Aku ingat bahwa pada suatu ketika di masa lampau, ketika aku berada di Puncak Burung Bangkai (Gṛdhrakūṭa) di kota Rājagṛha, aku tiba-tiba berpikir seperti ini:

Tidak ada tempat di seluruh dunia di mana kelahiranku tidak pernah terjadi, kecuali satu tempat, Surga Śuddhāvāsa. Jika aku lahir di surga itu, aku tidak akan kembali ke dunia ini.

O para bhikkhu, lagi aku berpikir sendiri, “Aku ingin mengunjungi Surga Avṛhā.” Kemudian, dalam sekejap, secepat seorang yang kuat membengkokkan tangannya dan meluruskannya, aku meninggalkan dunia ini dan muncul di surga itu. Para makhluk yang mendiami surga itu, setelah melihatku mendekat, menghormatiku [dengan menundukkan] dahi mereka [pada kakiku], mengundurkan diri pada satu sisi, dan berkata kepadaku, “Kami adalah para siswa Tathāgata Vipaśyin. Karena kami mengikuti ajaran beliau, kami telah lahir di surga ini, tuan.” Demikianlah mereka memberitahukanku kisah-kisah Buddha itu dari awal sampai akhir.

Beberapa dari mereka juga menyatakan, “Para Buddha Śikhin, Viśvabhū, Krakucchanda, Kanakamuni, Kāśyapa, dan Śākyamuni adalah para guru kami dengan sama, tuan. Karena kami mengikuti ajaran mereka, kami telah lahir di sini, tuan.” Lagi mereka menjelaskan kepadaku kisah-kisah para Buddha ini dari awal sampai akhir. Ketika aku mengunjungi Surga Akaniṣṭha (yang tertinggi dari lima surga Śuddhāvāsa), hal yang sama terjadi.

Kemudian Sang Buddha melanjutkan dalam syair:

Dalam sekejab, secepat seorang yang kuat
Membengkokkan tangannya dan meluruskannya,
Melalui kekuatan batinku,
Aku tiba di Surga Śuddhāvāsa, Surga Avṛhā, dan
Mengalahkan dua si jahat.
Kemudian dewa Atapā (“yang tidak menyiksa siapa pun”) mendekat dan
Memberi salam kepadaku dengan kedua telapak tangannya disatukan bagaikan sebatang pohon pārichattaka.
Nama guru Śākya adalah terkemuka
Bahkan di daerah-daerah yang jauh.
Diberkahi dengan baik dalam keistimewaan dan penampilannya,
Ia telah tiba di Surga Sudṛśa.
Bagaikan sekuntum seroja yang tidak tersentuh oleh air, bebas dari noda-noda,
Sang Bhagavā telah tiba di Surga Sudṛśa,
Bagaikan matahari yang pertama kali terbit,
Murni, tidak ternoda, dan tanpa bayangan,
Bagaikan bulan yang cerah pada musim gugur, mencapai tujuan tertinggi.
Lima tempat kediaman ini adalah tempat
Di mana semua makhluk dimurnikan.
Karena kesucian pikiran mereka,
Mereka tiba di sini dan mencapai keadaan
Ketiadaan kekotoran sepenuhnya.
Dengan pikiran yang murni,
Mereka tiba di sini dan menjadi siswa Sang Buddha,
Dengan meninggalkan kemelekatan yang mengotori sebelumnya dan
[Sekarang] menikmati ketidakmelekatan.
Dengan pandangan terang ke dalam Dharma dan kepastian yang tak tergoyahkan,
Putra Vipaśyin, dengan pikiran yang murni,
Telah disambut di sini dan telah mengunjungi Sang Mahabijaksana.
Putra Buddha Śikhin,
Yang tidak ternoda (vimala) dan tidak terkondisi (asaṃskṛta),
Datang ke sini dengan pikirannya yang murni dan
Mengunjungi Yang Mulia Vibhava.
Putra Buddha Viśvabhū,
Yang diberkahi dengan indera-indera sempurna,
Datang ke sini dan mengunjungiku,
Seakan-akan matahari bersinar di langit.
Putra Buddha Krakucchanda,
Bebas dari nafsu, dengan pikirannya yang murni,
Mengunjungiku, seakan-akan cahaya misterius menyala dalam kelimpahan.
Putra Kanakamuni,
Yang tidak ternoda dan tidak terkondisi,
Dengan pikirannya yang murni, mengunjungiku.
Cahayanya bagaikan cahaya purnama.
Siswa Kāśyapa,
Yang diberkahi dengan indera-indera sempurna,
Dengan pikirannya yang murni, mengunjungiku dan
Tidak mengganggu Sang Maha Bijaksana.
Kekuatan batinnya adalah yang utama,
Dengan pikirannya yang kokoh,
Ia menjadi seorang siswa Sang Buddha, dan
Dengan pikirannya yang murni, ia datang ke sini.
Sebagai seorang siswa Sang Buddha,
Ia menghormati Sang Tathāgata dan
Memberitahukan Yang Paling Dimuliakan di antara para manusia tentang tempat kelahirannya,
Realisasi sang jalan,
Nama dan keluarga, dan latar belakang suku secara terperinci.
Ia memiliki pengetahuan tentang Dharma yang mendalam dan
Merealisasikan jalan tertinggi.
Para bhikkhu seharusnya berdiam bebas dari debu dan kotoran,
Dengan berusaha keras untuk mengakhiri
Semua kekotoran dengan pengerahan usaha, tanpa mengendur.
Yang sebelumnya adalah kisah-kisah ketujuh Buddha itu
Dari awal sampai akhir
Seperti yang dikisahkan oleh Buddha Śākyamuni.

[Demikianlah] Sang Buddha menyelesaikan sutra tentang “Kisah-Kisah tentang Awal Mula Besar” ini. Para bhikkhu mendengar apa yang diajarkan Sang Buddha dan, bergembira, mereka mengikuti pengajaran yang disampaikan di dalamnya.

[Akhir dari Sutra 1: Awal Mula Besar]

375
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / Re: Dirgha Agama vol. 1
« on: 12 September 2016, 10:42:53 PM »
Di sini Sang Buddha melanjutkan dalam syair:

Bagaikan seekor singa yang berkelana di dalam hutan
Dengan santai sekehendak hatinya,
Demikian juga Sang Buddha berkelana dengan cara yang sama
Dengan tanpa halangan apa pun.

Buddha Vipaśyin berkata kepada penjaga taman:

Kembalilah ke kota dan katakan kepada Pangeran Tiṣya dan putra menteri Khaṇḍa dengan perkataan ini: “Apakah anda mengetahui, tuan, bahwa Buddha Vipaśyin telah tiba di hutan Taman Rusa dan ingin bertemu dengan anda. Ini adalah kesempatan yang baik, tuan!”

Seperti yang diperintahkan, penjaga taman pergi menemui mereka dan menyampaikan perkataan [Sang Buddha] kepada mereka secara terperinci. Setelah mendengar penjaga itu, [Pangeran Tiṣya dan putra menteri Khaṇḍa] segera pergi ke tempat di mana Sang Buddha sedang berdiam, dan setelah menundukkan dahi mereka pada kaki Sang Buddha, mereka mengundurkan diri pada satu sisi.

Kemudian Sang Buddha mulai mengajarkan mereka Dharma, dengan mendorong, memberi manfaat, dan menggembirakan mereka. Ia mengajarkan mereka ajaran tentang kedermawanan, ajaran tentang moralitas, ajaran tentang kelahiran di surga, ajaran bahwa belenggu keinginan dan kekotoran yang tidak murni adalah berbahaya, dan ajaran bahwa pelepasan dari rintangan-rintangan ini adalah yang utama, mendalam, murni, dan layak mendapat pujian.

Pada waktu itu, Sang Bhagavā mengamati bahwa pikiran para pemuda ini bersifat dapat menerima [ajaran yang lebih lanjut], dipenuhi dengan sukacita dan keyakinan, dan menerima Dharma sejati. Oleh sebab itu, ia memperkenalkan (1) ajaran tentang kebenaran mulia penderitaan (ārya-duḥkha-satya), menjelaskannya secara terperinci, dan membantu mereka memahaminya. Lebih lanjut, ia melanjutkan tiga kebenaran yang tersisa masing-masing dan memberikan penjelasan yang sesuai pada masing-masing ajaran ini, yaitu: (2) kebenaran mulia tentang sebab penderitaan, (3) kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan, dan (4) kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapnya.

Pada waktu itu, Pangeran Tiṣya dan putra menteri Khaṇḍa mencapai realisasi pada satu pertemuan itu [tepat pada tempat duduk mereka], melemahkan semua kekotoran, dan dengan demikian memperoleh mata Dharma yang murni, bagaikan sehelai kain putih yang dapat dengan mudah dicelupkan dalam berbagai warna.

Pada saat itu, dewa bumi membuat pengumuman dengan kata-kata berikut:

Tathāgata Vipaśyin telah memutar roda Dharma yang tertinggi di Taman Rusa di dekat kota Bandhumatī. Tidak ada seorang pun, apakah seorang śramaṇa, seorang brāhmana, seorang dewa, Si Jahat, atau siapa pun di dunia manusia, yang dapat memutar roda itu.

Dengan cara ini, kabar itu menyebar secara berurutan dari surga empat raja dewa (caturmaharājakāyika) sampai ke surga para dewa yang dapat mengambil bentuk apa pun yang diinginkan (paranirmitavaśavartin), surga keenam, yang tertinggi di alam nafsu, dan tak lama kemudian ini mencapai surga dewa Brahmā.

Kemudian Sang Buddha melanjutkan dalam syair:

Dengan kegembiraan dan sukacita, semua orang memuji Sang Tathāgata,
Yang menjadi Buddha Vipaśyin dan
Memutar roda Dharma yang tertinggi.
Berangkat dari bawah pohon bodhi,
Beliau sampai di kota Bandhumatī dan
Memutar roda Dharma,
Mengajarkan Khaṇḍa dan Tiṣya Empat Kebenaran Mulia.
Setelah dengan demikian menerima ajaran dari Sang Buddha,
Pada pertemuan pertama Khaṇḍa dan Tiṣya diubah keyakinannya.
Tidak ada praktek keras yang lebih tinggi
Daripada memutar roda Dharma yang suci.
Para dewa Surga Trāyastriṃśa dan raja mereka Indra
Berkata satu sama lain dalam kegembiraan dan sukacita,
Yang semua dewa pasti mendengarnya:
“Sang Buddha muncul di dunia manusia dan
Memutar roda Dharma yang tertinggi.
Ini meningkatkan kesejahteraan para dewa tetapi
Mengurangi keuntungan para asura.”
Nama seseorang
Yang menyempurnakan pencerahan tertinggi
Terdengar ke mana-mana, dan
Pengetahuan yang ia capai demikian pergi
Melampaui alam manusia.
Sepenuhnya berada di rumah bersama dengan semua makhluk,
Pengetahuannya dengan demikian memutar roda Dharma.
Merenungkan semua hal adalah bersifat sama,
Napas dan pikirannya murni dan tidak ternoda.
Terbebaskan dari kuk kelahiran dan kematian,
Pengetahuannya memutar roda Dharma.
Setelah mengakhiri penderitaan,
Bebas dari perbuatan-perbuatan jahat, dan
Terbebaskan melampaui nafsu dan
Dari belenggu cinta dan kewajiban duniawi,
Pengetahuannya dengan demikian memutar roda Dharma.
Yang paling dimuliakan di antara mereka yang tercerahkan,
Yang Dimuliakan dari dunia manusia,
Terkendali dengan baik dan tidak terbebani oleh belenggu,
Pengetahuannya memutar roda Dharma.
Siapa pun yang unggul dalam pengajaran dan bimbingan
Mengatasi kebencian Si Jahat;
Bebas dari semua kejahatan,
Pengetahuannya dengan demikian memutar roda Dharma.
Kekuatan pandangan terang melenyapkan kekotoran,
Dan mengalahkan Si Jahat;
Indera-indera terkendali dengan baik tanpa mengendur, yang mengakhiri kekotoran,
Ia membebaskan dirinya dari ikatan Si Jahat,
Pengetahuannya memutar roda Dharma.
Jika seseorang mempelajari kebenaran yang sepenuhnya pasti,
Ia akan mengetahui bahwa semua hal (dharma) adalah bukan diri (anātman);
Ini adalah yang tertinggi di antara semua kebenaran.
Demikianlah pengetahuannya memutar roda Dharma.
Ia tidak memutar roda Dharma demi perolehan,
Ataupun demi kemashyuran,
Tetapi demi belas kasih untuk semua makhluk;
Demikianlah pengetahuannya memutar roda Dharma.
Setelah mengamati kuk penderitaan semua makhluk,
Yang terbebani oleh usia tua, penyakit, dan kematian,
Adalah untuk mencegah tiga tujuan buruk dari siklus kehidupan
Sehingga pengetahuannya memutar roda Dharma.
Setelah mengakhiri nafsu, kebencian, dan ketidaktahuan,
Mencabut akar ketagihan,
Yang tidak tergoyahkan dan terbebaskan,
Pengetahuannya dengan demikian memutar roda Dharma.
Walaupun aku merasa sulit untuk mengatasinya,
Setelah menang, aku membiarkan Si Jahat mengakui kekalahannya;
Musuh yang sulit telah dikalahkan.
Demikianlah, pengetahuannya memutar roda Dharma.
Roda Dharma ini, dengan tiada yang lebih tinggi darinya,
Hanya Sang Buddha yang dapat memutarnya.
Bukan para dewa atau Si Jahat, ataupun Indra, ataupun Brahmā,
Yang dapat memutar roda itu.
Berdiam dekat dengan Dharma dan memutarnya,
Memberi manfaat kepada para dewa dan manusia;
Guru para dewa dan manusia
Dapat menyeberang menuju pantai di sana.

Pada waktu itu, Pangeran Tiṣya dan putra menteri Khaṇḍa melihat Dharma dengan pandangan terang, merealisasi buahnya, dan, tidak berbalik dari kebenaran, mencapai ketidakgentaran. Seketika mereka berkata kepada Buddha Vipaśyin, “Kami ingin berlatih kehidupan suci di bawah Dharma Sang Tathāgata.”

Sang Buddha berkata, “Datanglah, para bhikkhu. Dharma yang kuajarkan adalah murni dan sejati dan tanpa batas. Dengan menjalankannya, kalian dapat mengakhiri penderitaan.”

Pada waktu itu, kedua orang itu diberikan penahbisan yang lebih tinggi. Tidak lama setelah peristiwa penahbisan, Sang Tathāgata mempertunjukkan kepada para siswanya tiga jenis keajaiban: (1) keajaiban kekuatan batin, (2) keajaiban mengetahui pikiran orang lain, dan (3) keajaiban pengajaran untuk memperoleh hancurnya kekotoran, pembebasan dari kemabukan batin, dan pengetahuan yang bebas dari rintangan kelahiran dan kematian.

Kemudian, setelah mendengar bahwa kedua orang itu telah meninggalkan kehidupan berumah tangga untuk berlatih sang jalan, mengenakan jubah saṃghāṭī dan dengan mangkuk dana pada tangan menjalankan kehidupan suci, banyak penduduk kota Bandhumatī berkata kepada satu sama lain, “Jalan ini pasti benar, karena ini telah menyebabkan mereka meninggalkan kemuliaan karier duniawi mereka, kesempatan untuk mendapatkan peranan penting di dunia.”

Kemudian delapan puluh empat ribu orang penduduk kota mengunjungi tempat di mana Buddha Vipaśyin sedang berdiam di Taman Rusa, dan setelah menundukkan dahi mereka pada kaki Sang Buddha untuk menghormatinya, mereka mengundurkan diri dan duduk pada satu sisi. Kemudian, Sang Buddha mulai mengajarkan mereka Dharma, dengan mendorong, memberi manfaat, dan menggembirakan mereka. Ia mengajarkan mereka ajaran tentang kedermawanan, ajaran tentang moralitas, ajaran tentang  kelahiran di surga, ajaran bahwa belenggu keinginan dan kekotoran yang tidak murni adalah berbahaya, dan ajaran bahwa pelepasan dari rintangan-rintangan ini adalah yang utama, mendalam dan murni, dan layak mendapat pujian.

Pada waktu itu, Sang Bhagavā mengamati bahwa pikiran para penduduk kota ini dapat menerima [ajaran yang lebih lanjut], dipenuhi dengan sukacita dan keyakinan, dan menerima Dharma sejati. Oleh sebab itu ia memperkenalkan (1) kebenaran mulia tentang penderitaan, menjelaskannya dengan terperinci, dan membuat mereka memahaminya. Lebih lanjut, ia melanjutkan secara terpisah tiga kebenaran yang tersisa, yaitu (2) kebenaran mulia tentang sebab penderitaan, (3) kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan, dan (4) kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapnya.

Pada waktu itu, delapan puluh empat ribu orang penduduk kota itu mencapai realisasi pada satu pertemuan [pada tempat duduk mereka], melemahkan semua kekotoran, dan dengan demikian memperoleh mata Dharma yang murni, bagaikan sehelai kain putih yang dapat dengan mudah dicelup dalam berbagai warna lainnya.

Setelah melihat Dharma dengan pandangan terang, merealisasi buahnya, dan, tidak berbalik dari kebenaran, mencapai ketidakgentaran, para penduduk kota Bandhumatī berkata kepada Buddha Vipaśyin, “Kami ingin berlatih kehidupan suci di bawah Dharma Sang Tathāgata.”

Sang Buddha berkata, “Datanglah, para bhikkhu. Dharma yang kuajarkan adalah murni dan sejati dan tanpa batas. Dengan menjalankannya, kalian dapat mengakhiri penderitaan.”

Pada waktu itu, delapan puluh empat ribu orang penduduk kota diberikan penahbisan yang lebih tinggi. Tidak lama setelah peristiwa penahbisan, Sang Tathāgata mempertunjukkan kepada para siswanya tiga jenis keajaiban: (1) keajaiban kekuatan batin, (2) keajaiban mengetahui pikiran orang lain, dan (3) keajaiban pengajaran untuk mencapai hancurnya kekotoran, pembebasan dari kemabukan batin, dan pengetahuan yang bebas dari rintangan kelahiran dan kematian. Kemudian delapan puluh empat ribu orang penduduk kota itu yang telah mendengar kabar bahwa di Taman Rusa, di dekat kota Bandhumatī, Tathāgata Vipaśyin telah memutar roda Dharma yang  tertinggi, di mana tidak ada seorang pun, apakah seorang śramaṇa, seorang brāhmana, seorang dewa, Si Jahat, atau siapa pun di dunia manusia yang dapat memutarnya, seketika mengunjungi tempat di mana Buddha Vipaśyin berdiam, dan setelah menundukkan dahi mereka pada kaki Sang Buddha untuk menghormatinya, mengundurkan diri dan duduk pada satu sisi.

Sang Buddha kemudian melanjutkan dalam syair:

Bagaikan seseorang yang berusaha diselamatkan
Dari pikirannya yang terbakar, dan
Mencari suatu tempat untuk memadamkan api itu
Secepat mungkin,
Para penduduk kota ini datang
Untuk menemui Sang Tathāgata dengan cara ini.

Kemudian Sang Buddha mulai mengajarkan Dharma lagi seperti sebelumnya. Pada waktu itu, terdapat seratus enam puluh delapan ribu orang bhikkhu di kota Bandhumatī. Bhikkhu Tiṣya dan Khaṇḍa keduanya muncul di tengah-tengah udara di hadapan perkumpulan para bhikkhu, mempertunjukkan kekuatan batin mereka menyemburkan air, memancarkan api, dan mengajarkan Dharma yang menakjubkan.

Pada waktu itu, Sang Tathāgata tetap berdiam diri dan berpikir:

Sekarang kami memiliki seratus enam puluh delapan ribu orang bhikkhu di kota ini. Akan bagus bagi mereka untuk mengadakan perjalanan ke berbagai daerah dalam kelompok dua orang, singgah di sini dan di sana selama jangka waktu enam tahun. Setelah itu, mereka kembali ke kota ini untuk bersama-sama membacakan aturan disiplin.

Kemudian dewa Śuddhāvāsa, yang mengetahui pikiran Sang Tathāgata, muncul di hadapan Sang Bhagavā dalam sekejab, secepat seorang yang kuat membengkokkan tangannya dan meluruskannya, dan, setelah menghormati [Sang Buddha] dengan menundukkan dahinya pada kaki Sang Buddha, mengundurkan diri pada satu sisi. Segera ia berkata kepada Sang Buddha:

O Sang Bhagavā, terdapat sangat banyak bhikkhu di kota ini. Akan lebih baik bagi mereka untuk mengadakan perjalanan ke berbagai daerah. Setelah enam tahun, mereka dapat kembali ke kota ini untuk bersama-sama membacakan aturan disiplin. Aku akan melindungi masing-masing [bhikkhu] yang akan mengadakan perjalanan, dan menjaga [mereka dari] siapa pun yang dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk keuntungan pribadi, tuan.

Setelah mendengar nasehat dewa ini, Sang Tathāgata memberikan persetujuannya dengan tetap berdiam diri. Kemudian dewa Śuddhāvāsa, yang memahami bahwa Sang Buddha telah memberikan izin denagn tetap berdiam diri, seketika menundukkan dahinya pada kaki [Sang Buddha] dan tiba-tiba menghilang, kembali ke kediaman surgawinya. Tidak lama setelah kepergian dewa itu, Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu:

Sekarang terdapat banyak bhikkhu di kota ini. Kalian disarankan untuk mengadakan perjalanan ke berbagai daerah untuk menyebarkan Dharma dan, setelah waktu enam tahun, kembalilah ke kota ini untuk bersama-sama membacakan aturan disiplin.

Kemudian, mengikuti instruksi Sang Buddha, para bhikkhu, dengan masing-masing membawa jubah dan mangkuknya, meninggalkan kediaman mereka setelah menghormati Sang Buddha.

Sang Buddha kemudian melanjutkan dalam syair:

Tidak mengganggu para bhikkhu,
Ataupun menginginkan apa pun [bagi dirinya sendiri],
Ataupun memiliki keterikatan apa pun,
Sang Buddha berdiam dengan kewibawaannya.
Bagaikan burung mitologis garuḍa,
Bagaikan seekor burung bangau meninggalkan sebuah kolam kosong,
Ia berangkat.

Dewa Śuddhāvāsa berkata kepada masing-masing dari para bhikkhu itu setelah satu tahun:

Persinggahan kalian telah berlalu satu tahun, dan tersisa lima tahun. Kalian seharusnya mengingat bahwa setelah enam tahun kalian harus kembali ke kota untuk bersama-sama membacakan aturan disiplin.

Dengan cara ini, waktu berlalu sampai tahun keenam. Dewa itu lagi berkata kepada para bhikkhu, “Enam tahun penuh telah berlalu. Semoga kalian semua kembali ke kota untuk bersama-sama membacakan aturan disiplin”
Ketika mendengar perkataan [dewa Śuddhāvāsa], para bhikkhu membawa jubah dan mangkuk mereka, kembali ke kota Bandhumatī, dan datang ke tempat di mana Buddha Vipaśyin berdiam di Taman Rusa. Setelah menghormatinya dengan menundukkan dahinya pada kaki Sang Buddha, mereka mengundurkan diri dan duduk pada satu sisi.

Sang Buddha kemudian melanjutkan dalam syair:

Bagaikan para gajah yang terlatih dengan baik
Mengikuti perintah penunggangnya dengan bebas,
Dengan cara yang sama perkumpulan para bhikkhu
Kembali ke sini seperti yang diinstruksikan.

Pada waktu itu, Sang Tathāgata naik ke tengah-tengah udara di hadapan perkumpulan para bhikkhu dan, ketika melayang di tengah-tengah udara, duduk bersila dalam posisi teratai, ia memberikan kotbah tentang aturan disiplin: “Kesabaran adalah [praktek] yang terbaik. Para Buddha mengajarkan bahwa Nirvana adalah tujuan tertinggi dari Dharma-nya, dan bahwa bahkan jika seseorang yang telah mencukur rambut dan janggutnya (yaitu, seorang bhikkhu), jika ia melukai orang lain, ia bukan lagi seorang śramaṇa.”

Kemudian dewa Śuddhāvāsa, yang berada tidak jauh dari Sang Buddha, memujinya dengan mengulangi syair berikut:

Pengetahuan agung Sang Tathāgata
Adalah [sangat] mendalam dan
Ini sendiri adalah yang paling dimuliakan.
Diberkahi dengan ketenangan batin (śamatha) dan
Pandangan terang (vipaśyanā),
Ia merealisasi pencerahan sempurna, yang tertinggi.
Karena ia memiliki belas kasih terhadap makhluk-makhluk hidup,
Ia berdiam di dunia manusia dan merealisasi tujuan itu.
Ia mengajarkan empat kebenaran mulia kepada para siswanya (śrāvaka):
[Kebenaran tentang] penderitaan, sebab penderitaan,
Tentang lenyapnya penderitaan, dan
Jalan mulia berunsur delapan
Yang membawa pada tempat yang damai dan tenang.
Buddha Vipaśyin muncul di dunia manusia,
Dikelilingi oleh para siswanya,
Bagaikan matahari yang bersinar dengan terang benderang.
Setelah mengulangi syair ini, dewa itu tiba-tiba menghilang.

Pages: 1 ... 18 19 20 21 22 23 24 [25] 26 27 28 29 30 31 32 ... 228
anything