//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - seniya

Pages: 1 ... 216 217 218 219 220 221 222 [223] 224 225 226 227 228
3331
Diskusi Umum / Re: Dongeng Kelahiran Gotama??
« on: 14 March 2010, 12:23:59 PM »

memang dongeng khan cerita itu?

Kebanyakan ahli akan menyebutnya dongeng atau legenda, karena kisah kelahiran Bodhisatta yang begitu "hidup" yang demikian tidak ditemukan dalam sutta-sutta Nikaya yang merupakan kata-kata langsung dari Sang Buddha, melainkan ditemukan dalam kitab-kitab yang bersifat narasi (bukan kata-kata langsung dari Buddha sendiri) yang dianggap karya belakangan seperti Atthakatha, Jataka, dan Buddhavamsa.

3332
Diskusi Umum / Re: Akan kita ke manakankah Agama Buddha di Indonesia?
« on: 13 March 2010, 08:47:39 PM »
Jika ajaran Confucius yg hanya mengajarkan ttg moralitas & tata krama/sopan santun dan ajaran Lao Zi yg hanya mengajarkan tentang sang jalan/Tao utk mencapai tujuan akhir jg akhirny menjd agama yg saraf dg metafisika & tahayul/mistik (misalny pendewaan Confucius & Lao Zi oleh para pengikutny yg belakangan),bgmn hal tsb tdk terjd pd ajaran Siddhartha Gautama yg lengkap mengajaran moralitas & kebenaran/Dharma utk mencapai tujuan akhir? Bhkan dlm Tipitaka Pali yg menurut para ahli adl kitab Buddhis tertua/paling otentik pun kt menemukan tanda2 awal munculny bibit metafisika. Misalny Mahaparinibbana Sutta yg menggambarkan sosok Buddha yg manusiawi (mengalami usia tua & sakit,yg diibaratkan Beliau sbg kereta tua yg dtambal d sana sini) bersisian dg sosok Buddha yg adi-manuasiawi (bisa menjernihkan air keruh,dg tekad kuat bs sembuh dr sakit,bs hidup 1 kappa jk Beliau menginginkanny).

Jika ajaran sosok guru spiritual tertentu diumpamakan nasi dg lauk tanpa bumbu,makanan tsb masih enak dsantap bg org2 tak jauh sesudah masa sang guru. Tetapi ad org tertentu menambhkan bumbu dlm masakan tsb shg lebih enak. Bnyk org menyukai resep baru tsb. Ketika dsajikan tanpa bumbu,org2 tsb tdk bs menelanny. Akhirnya makanan dg bumbu tsb lah yg lbh dsukai. Dan bumbu tsb tak lain adl hal2 metafisik & mistik yg terdpt dlm agama2 dunia saat ini.

Tdk dpt dpungkiri bhw d zaman serba canggih saat ini msh ad org2 yg menyukai hal2 metafisik & mistik. Jangankan d dunia timur yg msh kental budaya & tradisi mistikny,d dunia barat yg katany org2ny sudah berpikiran maju & modern sesuai dg iptek saja msh bnyk yg percaya hal2 demikian.

3333
Diskusi Umum / Re: Dongeng Kelahiran Gotama??
« on: 13 March 2010, 08:07:04 PM »
Kalau hujan air dingin & panas itu kan memang diatur oleh Dhamma Niyama,yaitu hukum alam yg tdk dipengaruhi oleh Utu,Bija,Citta,Kamma Niyama. Spt halny kejadian gempa saat Buddha menetapkan utk Parinibbana. Jd ini adl fenomena alam yg biasa namun menjd luar biasa krn kemunculan seorg Buddha.

Kalau kejadian bhw setelah dilahirkan Bodhisatta langsung bs berjalan 7 langkah & mengucapkan auman singa bhw Ia-lah yg termulia d dunia ini,ini baru luar biasa (tdk msk akal bg yg tdk meyakininy).

3334
Diskusi Umum / Re: perbedaan waktu di alam manusia dan alam dewa
« on: 12 March 2010, 07:39:21 PM »
Menurut saya, perbedaan waktu antara alam manusia dengan alam dewa disebabkan karena kebahagiaan yang dirasakan di alam dewa menyebabkan waktu terasa singkat, sedangkan di alam manusia yang relatif lebih banyak penderitaan dibanding di alam dewa waktu akan terasa lebih lama berjalan. Sama halnya jika orang sedang mengikuti acara pesta yang meriah dan menyenangkan akan merasa waktu terasa cepat sekali berjalan, sedangkan jika dilanda kesedihan/penderitaan misalnya sakit waktu akan terasa lambat. CMIIW

3335
Lingkungan / Re: Dilarang Berdoa Setelah Mencetak Gol!
« on: 11 March 2010, 10:09:14 PM »
Maaf kalau salah info, tetapi saya pernah dengar bahwa agama Buddha di Korea Selatan memang sedang terpuruk karena banyak yang pindah agama ke agama tetangga tersebut. Dengar2 sih karena agama Buddha yang dianut bersifat tradisi dan bercampur dengan keyakinan lain (seperti Tri Dharma) sehingga banyak hal-hal tahayul yang menyebabkan turunnya minat para generasi muda untuk menganut agama Buddha. Faktor lain juga karena gencarnya gerakan misionaris kr****n dalam menyebarkan ajarannya.

Saya rasa berita di atas mungkin ada kaitannya dengan hal ini.

Note:
Bukan bermaksud menyebarkan isu SARA, tetapi hanya berusaha memberi info bahwa faktor utamanya adalah pemahaman ajaran Buddha yang salah yang menyebabkan banyak orang tidak mau menganut agama Buddha lagi.

3336
Jadi penasaran, apa sih jawabannya????

3337
Diskusi Umum / Re: Jarak dari Alam Brahma ke Bumi
« on: 11 March 2010, 09:58:21 PM »
Sekarang saya jabarkan perbandingannya...

1) Bhikkhu Nagasena secara implisit menyatakan bahwa jarak dari Alam Brahma ke Bumi sejauh 64.915.200 km. Kosmologi modern tidak menemukan suatu alam atau suatu benda yang berada di titik ini dari Bumi.

2) Bhikkhu Nagasena tidak menyebutkan ciri-ciri Alam Brahma atau benda lain yang bisa dijadikan patokan keberadaan Alam Brahma. Kosmologi modern hanya menemukan Planet Mars sebagai benda (tempat) yang memiliki jarak dari Bumi sejauh 69.000.000 km. Jarak ini sedikit lebih jauh dari perhitungan jarak Alam Brahma dari Bumi.

3) Bhikkhu Nagasena memberi ilustrasi dimana sebongkah batu dari Alam Brahma dapat mencapai Bumi. Ini menunjukkan bahwa Alam Brahma hanyalah sebuah tempat lain di luar Bumi; yang berarti kita bisa pergi ke Alam Brahma layaknya berangkat dari Jakarta ke New York.

4) Dari pemahaman pada poin ketiga, ini menunjukkan bahwa Alam Brahma berada dalam "dimensi" yang sama dengan Bumi.


Dalam kasus ini, pernyataan Bhikkhu Nagasena dalam Kitab Milinda Panha inilah yang merupakan kunci dari kontradiksi ini. Apakah kita mau menerima fakta bahwa di titik (64.915.200 km) itu tidak ada benda atau tempat apapun? Kalau kita mau menerimanya, kita hanya bisa menyimpulkan bahwa pernyataan Bhikkhu Nagasena ini adalah keliru; atau memang Alam Brahma yang tidak kelihatan dengan mata biasa. Kalau kita tidak mau menerima fakta tadi, kita hanya akan terus membiaskan kontradiksi ini dengan alasan "tidak bisa diartikan secara harafiah"; "kosmolgi Buddhisme benar, tapi jangan dibandingkan dengan kosmolgi modern"; atau "Alam Brahma di luar jangakaun pikiran putthujhana", dan sebagainya.

Ya, benar, kemungkinan memang benar alam brahma terletak kurang lebih di dekat planet Mars dan
kita hanya bisa berspekulasi bahwa poin2 yang anda katakan mungkin benar, karena kita tidak bisa membuktikannya secara langsung, terlebih karena kita tidak memiliki kemampuan mata dewa (dibbacakkhu)

Saya merasa ada yang ganjil, mungkin ada yang bisa bantu untuk menjelaskan.

Dalam penjelasan Sdr. Upasaka telah disampaikan mengenai jarak, tapi bukankah dalam menentukan posisi sesuatu kita perlu mengetahui juga arah? Mengapa tanpa ada penentuan arah kita bisa langsung menentukan posisi berada di venus, antara bumi dengan mars, dsb? Padahal Bimasakti itu tidaklah datar seperti kertas, tapi ada ketinggian tertentu. Jika hanya menentukan jarak sih ok-ok saja tapi jika sudah melibatkan letaknya di antara mars-bumi, di venus, dsb, ini agak ganjil.

Ada yang bisa bantu untuk menjelaskan?

Saya rasa arah tidak memiliki arti di ruang angkasa yang tidak terbatas ini (atau saya salah, ternyata ruang angkasa itu terbatas). Karena untuk menentukan arah, kita harus memiliki titik acuan yang mutlak diam di ruang angkasa, tetapi kenyataannya titik seperti ini tidak ada. Semua planet bergerak mengitari matahari/bintang dalam tata surya, semua bintang bergerak mengitari pusat galaksi, dan dari hasil pengamatan semua galaksi bergerak saling menjauhi (yang membuktikan bahwa alam semesta sedang memuai). Oleh karena itu, jika kita menentukan titik tertentu sebagai titik pusat, misalnya bumi, dan mengatakan planet P terletak pada titik koordinat (x,y,z) yang berarti pada arah mendatar dari bumi ia berjarak x, pada arah tegak dari bumi berjarak y, dan para arah yang tegak lurus bidang x-y bumi berjarak z, maka titik koordinat ini menjadi tidak berarti karena pastinya bumi bergerak mengitari matahari dengan periode revolusi tertentu dan planet P juga demikian dengan periode revolusi yang tidak sama, sehingga posisi dan jarak keduanya pasti berubah-ubah setiap waktu. Hal yang sama juga berlaku jika kita menetapkan titik pusat pada matahari atau pun pusat galaksi kita.

Note: Untuk pemuaian semesta, merupakan hasil pengamatan bahwa galaksi-galaksi bergerak menjauhi kita (galaksi bima sakti) dan bukan berarti galaksi bima sakti kita adalah pusat semesta yang diam. Karena pengamatan ini dilakukan dari bumi, maka terlihat galaksi-galaksi menjauhi kita, tetapi kita tidak tahu apakah galaksi kita yang menjauhi galaksi lain dan galaksi lain tersebut diam, apakah galaksi kita yang diam dan galaksi lain yang menjauhi kita, atau malah galaksi-galaksi tersebut bergerak saling menjauhi (jadi tidak ada yang diam), seperti jika kita berkendaraan, melihat bahwa pohon2 yang diam di pinggir jalan menjauhi kita dan kendaraan lain yang bergerak juga menjauhi kita. Namun para ahli meyakini bahwa semua galaksi bergerak saling menjauhi satu sama lain, tetapi belum menemukan titik pusat yang menjadi acuan gerak saling menjauhi tersebut karena pengamatannya di lakukan dari bumi.

3338
Diskusi Umum / Re: Saya sering ditanya ,"APAKAH ALAM BUDDHA ADA?"
« on: 10 March 2010, 08:54:57 PM »
Di aliran Thien Tai mengenal ada 10 alam & alam yg tertinggi adalah alam Buddha :)

Menurut saya itu bukan "10 alam kehidupan", melainkan lebih kepada "10 tingkat spiritual" yang dialami pikiran kita. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Ten_spiritual_realms untuk lebih jelasnya.

3339
Diskusi Umum / Re: Jarak dari Alam Brahma ke Bumi
« on: 10 March 2010, 08:44:49 PM »
Maaf, bukan saya tidak yakin dengan kebenaran perkataan YA Bhikkhu Nagasena dalam Milinda Panha, namun saya berpendapat bahwa gambaran kosmologi menurut agama Buddha mungkin tidak sesuai dengan kosmologi modern saat ini karena kosmologi Buddhis bukan gambaran kosmologi yang diamati oleh manusia biasa, melainkan yang dilihat melalui dibbacakkhu (mata dewa) seorang Buddha, Arahat, dan orang-orang yang telah mencapai kemampuan tersebut dalam meditasi. Oleh sebab itu, kosmologi Buddhis tidak dapat dimaknai secara harfiah untuk mendapatkan gambaran bentuk alam semesta, yang bisa saja tidak konsisten dengan hasil pengamatan astronomi modern.

3340

Pertama, ini tidak menjawab pertanyaan saya. ::)

Kedua, kadangkala ketika kita tidak menyinggung perasaan, orang tersebut juga tetap tersinggung.

Ketiga, hanya sebagai informasi saja, Sang Buddha pun pernah “menyinggung” (jika diartikan secara awam) lawan bicaranya dan sekaligus menjelaskan pandanganNya.

Kepada Bhikkhu Arittha :

‘‘Kassa kho nāma tvaṃ, moghapurisa, mayā evaṃ dhammaṃ desitaṃ ājānāsi?....”

“Dari siapakah kau ketahui, orang bodoh, bahwa Saya telah mengajarkan Dhamma seperti itu?....”

(Alagaddupama Sutta, Majjhima Nikaya 22).

Maaf, saya bukan tidak menjawab pertanyaan sdr. Kelana, tetapi bukankah sudah jelas bahwa "ad hominem" itu adalah menyerang kepribadian lawan terlepas dari apakah sudah dijawab pertanyaannya atau belum oleh pihak kedua. Jadi tidak perlu saya jawab, tetapi saya cuma mengingatkan bahwa "ad hominen" itu berbahaya apalagi jika disangkut-pautkan dengan masalah SARA.

Soal poin kedua, saya rasa kalau memang tidak bermaksud menyinggung tetapi orang tersebut tersinggung maka bukan salah kita karena kita tidak berniat demikian. Tetapi alangkah baiknya sebelum menjawab pertanyaan/diskusi, kata-kata yang akan dikeluarkan harus dipikirkan matang-matang apakah bersifat menyinggung atau tidak karena bisa saja kata ini bagi kita sepele, tetapi bagi orang lain bersifat menyinggung.

Untuk poin ketiga, menurut saya Buddha tidak bermaksud menyinggung seseorang dengan mengatakan orang tersebut "bodoh". Dalam Abhayarajakumara Sutta mengatakan bahwa Buddha hanya mengucapkan kata-kata yang benar dan bermanfaat terlepas dari apakah kata-kata tersebut disukai orang lain atau tidak. Lagipula menegur seseorang dengan mengatakan "orang bodoh" karena memang kebodohan/ketidaktahuannya dapat menyadarkan orang tersebut dari kebodohannya itu.

Tetapi mungkin hanya seorang yang benar-benar bijaksana seperti Sang Buddha yang bisa mengetahui apakah kata-kata yang menyinggung tersebut dapat bermanfaat atau tidak. Oleh karena itu, kita tidak bisa meniru Sang Buddha untuk mengucapkan kata-kata yang benar dan bermanfaat tetapi tidak disukai. Apalagi ini adalah forum umum yang banyak dibaca orang dari berbagai belahan dunia maya, sehingga kata-kata yang tidak disukai yang kita keluarkan mungkin bisa menyinggung banyak orang di luar sana.

3341
Diskusi Umum / Re: Jarak dari Alam Brahma ke Bumi
« on: 09 March 2010, 09:21:21 PM »
Menurut saya, yang diberikan dalam Milinda Panha itu cuma kiasan/perumpamaan bahwa jarak alam brahma ke bumi (alam manusia) sangat jauh dan tidak perlu dianggap memang sejauh itulah jaraknya. Hal ini sama seperti perumpamaan lain tentang Mahakappa (waktu yang diperlukan untuk menggosok habis sebuah batu padat yang panjang 1 yojana, lebar 1 yojana, tinggi 1 yojana dengan sehelai kain sutra halus setiap seribu tahun sekali) atau perumpamaan tentang Dhamma yang diingat/dihapal Ananda (84.000 bagian).

3342
Studi Sutta/Sutra / Empat Ketergantungan
« on: 07 March 2010, 07:15:41 PM »
Melihat bahwa dalam forum ini ada subforum Studi Sutta/Sutra yang mengkaji berbagai sutta Pali maupun sutra Mahayana secara lebih mendalam berdasarkan perspektif para peserta diskusi di sini, maka saya ingin memberikan sebuah pernyataan dari Sang Buddha sebelum wafat-Nya dalam Mahaparinirvana Sutra (yang berbahasa Sanskerta) sbb:

Quote
“catvāri pratiśaraṇāni| tadyathā-arthapratiśaraṇatā na vyañjanapratiśaraṇatā| jñānapratiśaraṇatā na vijñānapratiśaraṇatā| nītārthapratiśaraṇatā na neyārthapratiśaraṇatā| dharmapratiśaraṇatā na pudgalapratiśaraṇatā ceti||”

“Four reliances: that is, reliance on the Dhamma not (merely) reliance on the person; reliance on the meaning not (merely) reliance on the phrasing; reliance on the suttas whose meaning is already drawn out not (merely) reliance on those suttas whose meaning is to be drawn out (interpreted); reliance on extraordinary-knowledge* not (merely) reliance on (intellectual) discrimination.”

"Empat ketergantungan [yang harus diperhatikan oleh para bhikshu]: yaitu, bergantung pada Dharma bukan (semata-mata) bergantung pada orang [yang mengajarkan Dharma]; bergantung pada makna [sesungguhnya] bukan (semata-mata) bergantung pada susunan kata-kata; bergantung pada sutra-sutra yang maknanya sudah diketahui bukan (semata-mata) bergantung pada sutra-sutra yang maknanya harus disimpulkan (ditafsirkan); bergantung pada pengetahuan mendalam* bukan (semata-mata) bergantung pada pemahaman (intelektual)."

Note:
* “extraordinary-knowledge”: the kind of 'higher-knowledge' (abhiññā) or insight that occurs as a result of samādhi. It probably implies here the meditative realisations resulting in the attainments of the noble paths and fruits.

Catatan:
* "pengetahuan mendalam": sejenis 'pengetahuan yang lebih tinggi' (abhinna) atau pemahaman yang muncul sebagai hasil dari samadhi. Ini mungkin menunjukkan di sini pencapaian meditasi yang menghasilkan pencapaian atas Empat Jalan dan Buahnya.

Sumber: http://sites.google.com/site/santifm10/fourreliancessutra

Semoga dalam mengkaji sutta/sutra dalam subforum ini, kita dapat menggunakan Empat Ketergantungan ini sehingga diskusi di sini menghasilkan kesimpulan yang benar dan bermanfaat bagi kita semua. Kecuali untuk ketergantungan keempat (bergantung pada pengetahuan mendalam/abhinna bukan bergantung pada pemahaman intelektual) yang mungkin agak sulit untuk dicapai/dijalankan karena kebanyakan dari kita belum mencapai apa pun dalam meditasi, apalagi pemahaman kita terhadap sutta/sutra berdasarkan pemahaman intelektual semata.

Semoga bermanfaat.

3343
Ikutan nimbrung nih, kalau saya merekomendasikan buku:

1. Riwayat Buddha Gotama oleh Pandita S. Widyadharma
2. Dhammasari oleh Pandita S. Widyadharma
3. Sang Buddha dan Ajaran-Nya oleh Bhikkhu Narada Mahathera (diterbitkan dalam 2 jilid, jilid 1 tentang riwayat hidup Buddha Gotama, jilid 2 tentang ajaran Beliau)

Ketiganya cukup untuk mengenalkan pembacanya pada sosok Guru Agung Junjungan kita, Buddha Gotama, dan garis besar ajarannya. Tapi mungkin ketiganya tidak ada dijual di toko2 buku saat ini, cuma bisa dicari di perpustakaan Buddhis di vihara2...

3344
Studi Sutta/Sutra / Re: 31 alam dalam Buddhisme
« on: 07 March 2010, 10:22:40 AM »
Ada yang mau di tanyakan nich kepada teman2 semua, ada ada yg bs membuktikan 31 alam dalam ajaran sang Buddha? (selain alam peta dan binatang)

Kalau membuktikan keberadaan 31 alam kehidupan sepertinya agak sulit karena kita orang biasa tidak punya kemampuan batin seperti mata dewa (dibbacakkhu) dan telinga dewa (dibbasotta) untuk melihat keberadaannya secara langsung.

Buddha sendiri mengajarkan adanya 5 alam kehidupan dalam Mahasihanada Sutta dari Majjhima Nikaya berikut:

Quote
Panca Gati (Lima Alam Tempat Kelahiran) dan Nibbana

    Sariputta, ada lima alam tempat kelahiran. Apakah lima alam itu? Alam neraka (niraya), binatang (tiracchana), alam setan (pittivisaya), dan manusia (manussa) serta dewa (deva).
    Saya mengerti tentang alam neraka; jalan serta cara yang membawa ke neraka, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, dalam alam yang tidak menyenangkan, dalam alam penderitaan, dalam neraka; inipun saya mengerti.
    Saya mengerti tentang alam binatang; jalan serta cara yang membawa ke alam binatang, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai binatang di alam binatang; inipun saya mengerti.
    Saya mengerti tentang alam setan; jalan serta cara yang membawa ke alam setan, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai setan di alam setan,: inipun saya mengerti.
    Saya mengerti tentang alam manusia; jalan serta cara membawa ke alam manusia, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai manusia di alam manusia; inipun saya mengerti.
    Aku mengerti tentang alam para dewa; dan jalan serta cara membawa ke alam para dewa, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai dewa di alam dewa; inipun saya mengerti.
    Aku mengerti tentang Nibbana; jalan serta cara untuk mencapai Nibbana, bagi dia yang akan mencapainya, berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan batin melalui 'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta 'melenyapkan semua kotoran batin' (asava); inipun saya mengerti.

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=198

Tampaknya dalam perkembangan berikutnya, para cendikiawan Buddhis awal (yang mungkin juga para bhikkhu dengan kemampuan batin yang bisa melihat keberadaan alam2 kehidupan) seperti Buddhaghosa dan yang lainnya mengembangkan lebih jauh konsep tentang alam kehidupan di atas menjadi 31 alam kehidupan dengan rincian sbb:

Quote
1 alam neraka (niraya)
2 alam setan (pittivisaya): 1 alam setan kelaparan (peta) & 1 alam raksasa (asura)
1 alam binatang (tiracchana)
1 alam manusia (manussa)
26 alam dewa (deva) yang dirinci menjadi
* 6 alam dewa yang diliputi nafsu indera (suggatiloka)
* 16 alam brahma yang memiliki jasmani (rupabrahma), termasuk di dalamnya 5 alam brahma Suddhavasa
* 4 alam brahma yang tidak memiliki jasmani (arupabrahma)

Catatan:
1. Dalam pembagian ini raksasa (asura) dianggap kelas dari alam setan karena walaupun memiliki kekuatan seperti dewa, alam mereka termasuk salah satu alam menderita (apaya) selain neraka, peta, dan binatang.
2. Brahma dianggap kelas dari alam dewa, yaitu dewa yang tidak memiliki nafsu indera karena pencapaian jhana-nya (atau pencapaian kesucian Anagami untuk 5 alam brahma Suddhavasa)

Semoga bermanfaat.

3345
Diskusi Umum / Re: Saya sering ditanya ,"APAKAH ALAM BUDDHA ADA?"
« on: 07 March 2010, 09:30:27 AM »
Nah,saya rasa pertanyaan ini muncul karena persepsi Mahayana tentang Buddha,dan alam2nya ^:)^

Kalau anda ditanya begitu,apa jawaban anda?

Sebagai penganut Theravada,saya selalu menjawab dengan basis bahwa hanya ada 31 alam kehidupan,dan yang namanya alam buddha itu = nibbana,dan itu bukan alam karena sudah keluar dari Samsara..

Ada yang mau memberikan pendapatnya?:)

Anumodana _/\_

Istilah alam Buddha (Buddhaloka) sebenarnya tidak ada, yang ada Tanah Buddha (Buddhaksetra) karena istilah "alam" (loka) menunjuk pada 31 alam pada samsara.

Jawaban anda dari perspektif Theravada adalah benar bahwa Tanah Buddha adalah Nibbana karena Theravada tidak mengenal konsep tersebut; dari perspektif Mahayana Tanah Buddha bukan Nirvana karena setelah terlahir di sana seseorang perlu menjalankan Dharma untuk mencapai Nirvana. Silahkan lihat di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,15204.msg247715.html#msg247715 untuk lebih jelasnya.

Pages: 1 ... 216 217 218 219 220 221 222 [223] 224 225 226 227 228