//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - coedabgf

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 64
16
Waroeng Mandarin / Re: Request menerjemahkan lagu mandarin
« on: 13 May 2009, 09:41:24 PM »
Sis gina mo tanya, terjemahan lagu mandarin bahasanya muter-muter yah...(pengaruh kebudayaan sasteranya kali?). memang sebenarnya arti sesungguhnya seperti itu, atau karena keterbatasan terjemahan harafiah kata perkata saja?
klo aye sich di forum pakai bahasa itu bisa rame dah, heboh, banyak yang ngebul....!  :))

17
Kafe Jongkok / Re: Kuliah Psikologi
« on: 13 May 2009, 09:34:16 PM »
Tergantung tiap orang citcit...misalnya tiap umat buddha apa semuanya sudah mencapai jhana?kalo saya sih ilmu yang begitu sebagian besar udah dibalikin ke dosen, soalnya kan ga gitu kepake. Tapi saya bisa tau kalau citcit punya bakat BESAR utk menulis :p

soal syarat masuk psikologi, saya pikir tiap uni beda2. Waktu saya dulu mau masuk untar ada tes masuk mat, inggris, ama satu lagi lupa. Oya juga ada tes buta warna.

moga bisa bantu yah citcit

sis yuri..., klo aye bisa tes gak nih, aye masuk kelompok type ape dari tulisan-tulisannya?

18
^
^

Nibbana itu sendiri istilah Buddhism, dan tidak ada dicantumkan di agama lain..
Jadi bagaimana agama lain bisa men-claim telah mencapai Nibbana padahal tidak pernah dipelajari dalam agamanya..
Intinya yang ada hanyalah "tebak2an" telah mencapai Nibbana

Seperti banyak dokter, mengapa bisa menjadi dokter karena telah mengikuti kuliah kedokteran..
Seorang umat awam yang berlatar belakang teknik, hanya sedikit mempelajari ilmu kedokteran sudah men-claim dirinya dokter.. apa kata dunia ? ^-^

Ciri2 dokter gadungan begitu ya mudah ditebak koq.. ketika dijajal ilmunya oleh dokter benaran.. selalu pake alasan ngeles.. ah.. Anda kelewat pintar bagi saya, dsb.. Tapi lebih kasian lagi pasiennya.. percaya begitu saja dokter tanpa ijazah.. :P



bro 42..,
cuma yang jadi masalahnya, siapa yang jadi dokternya? dan siapa yang merasa sudah jadi dokternya yang dapat mengatakan seolah-olah ini adalah benar dan yang lain bukan atau tidak benar/salah?  ;D

19
Penjelasan saya mengenai topik Re: [Tanya] Apakah Jasmani bisa dirasuki? :
ya... ilustrasi gampangnya sih tubuh ini seperti rumah yang memiliki ruangan dan lubang pintu/jendela masuk dan tuan rumah adalah kekuatan kesadaran keyakinan/iman kebenaran (pandangan benar) kehidupan kita.
Ada tuan rumah tergantung bagaimana sikap penerimaannya terhadap orang luar dan pertahanan kekuatan dirinya terhadap tamu jahat yang tak diundang.
Orang luar ada yang di seberang jalan, ada yang dihalaman rumah (beranda), ada yang bahkan sembunyi-sembunyi mau memasuki rumah, ada yang jahat memaksa mau menempati rumah, bahkan ada yang diijinkan tinggal (bisa yang jahat atau yang baik) didalam rumah oleh yang empunya rumah.

Seperti juga pada pohon, atau benda-benda lain misal batu, patung, gunung dllsbgnya, cuma bedanya mereka bukan memiliki kehidupan.
klo pada kehidupan, ada yang menempel atau mempengaruhi lingkungan dari luar menurut karakter yang dari luar atau ada juga yang memang mengundang masuk, atau bahkan ada juga yang memaksa masuk, atau ada juga yang dapat masuk (termasuk memaksa karena bukan rumah miliknya) karena ada terbuka celah jalan masuk.


20
Btw… Bro Sobat-Dharma, selamat Hari Raya Trisuci Waisak yah. _/\_

”Happy Vesakh to all Mahayanis and Theravadin”


Happy Vesak day too. Kepada semua teman-teman di sini Happy Vesakh.

buat bro Upasaka, untuk sementara diskusi kita saya tunda dulu jawabannya karena ada sesuatu yang menarik.

Sobat-sobat,
saya rasa salah satu perdebatan yang rame di topik ini adalah tentang apakah setelah seseorang merealisasi nirvana apakah ia akan "terpisah sepenuhnya dari samsara" atau "masih bebas berkontak dengan samsara."

Para Theravadin dalam diskusi meyakini bahwa saat seseorang merealisasi nirvana ia terlepas sama sekali dari samsara sehingga ia tidak bisa kembali lagi kondisi-kondisi sebelumnya. Hal ini kemudian membentuk opini bahwa jika seseorang masih memiliki keinginan untuk menyelamatkan makhluk lain maka ia belum merealisasi nirvana. Pandangan ini menyakini bahwa karena seseorang tidak lagi memiliki keinginan ia tidak mungkin kembali ke kondisi sebelumnya. Demikian apa yang saya baca dari opini-opini yang berkembang di dalam diskusi ini.

Para Mahayanis meyakini bahwa seseorang yang telah merealisasi nirvana ia masih bebas untuk berpindah dari satu kondisi ke kondisi lain. Para Mahayanis berargumen bahwa justru kebebasan tersebut yang membuktikan bahwa seseorang meraih pembebasan yang sejati, karena dengan demikian seseorang tidak terikat dengan kondisi apapun. Demikian kira-kira opini  yang saya pahami berkembang di antara Para Mahayanis di forum ini.

Perdebatan tentang ini menyebabkan seolah-olah adanya perbedaan konsep realisasi nirvana antara Theravada dan Mahayana. Apakah perbedaan ini meman demikian halnya?

Terakhir ini saya mencoba membaca Digha Nikaya Pali dan menemukan sebuah bagian dari Mahanidana Sutta yang sebagian terakhir dari isinya membahas tentang 8  pembebasan (vimokha). Pertama-tama, sutta tersebut menyebutkan satu-persatu 8 pembebasan yang antara lain terdiri dari berikut ini:
  • (1)   Memiliki bentuk, seseorang melihat bentuk.
    (2)   Tanpa melihat bentuk materi dalam diri seseorang, ia melihatnya di luar
    (3)   Berpikir: “Ini indah”, seseorang meliputinya.
    (4)   Dengan secara total melampaui semua persepsi materi, dengan melenyapkan persepsi reaksi-sensor dan dengan ke-tidak-tertarikan pada persepsi yang beraneka-ragam, berpikir: “Ruang adalah tanpa batas,” seseorang masuk dan berdiam dalam Alam Ruang Tanpa Batas
    (5)   Dengan melampaui Alam Ruang Tanpa Batas, berpikir: “Kesadaran adalah tanpa batas,” seseorang masuk dan berdiam dalam alam Kesadaran Tanpa Batas
    (6)   Dengan melampaui alam Kesadaran Tanpa Batas, berpikir: “Tidak ada apa pun,” seseorang masuk dan berdiam dalam Alam Kekosongan
    (7)   Dengan melampaui Alam Kekosongan, seseorang masuk dan berdiam dalam Alam Bukan persepsi juga bukan Bukan-Persepsi
    (8 )   Dengan melampaui Alam Bukan persepsi juga bukan Bukan-Persepsi, seseorang masuk dan berdiam dalam Lenyapnya Persepsi dan Perasaan.

Jika kita lihat, yang dimaksud sebagai pembebasan kedelapan tidak lain adalah realisasi nirvana: lenyapnya persepsi dan perasaan.

Nah setelah itu saya sampe pada bagian yang akan kudiskusikan dalam forum ini. Setelah Sang Buddha menyebutkan kedelapan pembebasan tersebut, Beliau mengatakan demikian:

‘ânanda, ketika seorang bhikkhu mencapai delapan pembebasan ini dalam urutan maju, dalam urutan mundur, dan dalam urutan maju-dan-mundur, masuk dan keluar dari dalamnya kapan pun ia inginkan, selama yang ia inginkan, dan telah mencapai dengan pengetahuan-super yang ia miliki di sini dan saat ini, baik kehancuran kekotoran-kekotoran maupun pembebasan yang tanpa kekotoran dari hati dan pembebasan oleh kebijaksanaan bhikkhu itu disebut “Terbebaskan dalam kedua-arah,”  dan, ânanda, tidak ada jalan lain selain “pembebasan kedua-arah” yang lebih mulia atau sempurna daripada yang ini.’

Jika kita melihat kutipan ini, jelas dalam sutta pali juga mengatakan bahwa justru saat seseorang merealisasi nirvana yang sempurna, ia "terbebaskan dari dua arah", yang artinya ia menjadi bebas untuk "keluar dan masuk dalam kondisi kedelapan pembebasan kapanpun ia inginkan dan selama ia inginkan" (lihat bagian yang kuberi tanda biru). Dengan demikian, seseorang dikatakan mencapai pembebasan yang lebih mulia dan sempurna adalah jika ia bebas untuk keluar dan masuk antara nirvana dan samsara.

Nah jika interpretasi saya benar, berarti sebenarnya dalam sutta pali pun menganut pandangan yang sama dengan Para Mahayanis di forum ini, yaitu meski seseorang merealisasi nirvana seseorang masih "bebas keluar dan masuk" antara nirvana dan samsara. Dengan anggapan bahwa semua tingkat pembebasan lain masih berada dalam Samsara sedangkan hanya pembebasan terakhir saja yang merupakan realisasi Nirvana. Sedangkan kata-kata Sang Buddha ini (jika tidak ada keraguan tentang keaslian sutta) sama sekali tidak mendukung pandangan bahwa realisasi nirvana yang sempurna berarti terpotong/terpisah selamanya dari samsara tanpa ada "kebebasan" untuk bergerak di antaranya.

Bagaimana menurut teman-teman?   


1 Saupadisesa=Nibbana yang dicapai selagi masih hidup, misalnya para Arahat yang berdiam dalam kedamaian Nibbana (Nirodhasamapatti)
2. Anupadisesa=Nibbana yang dicapai saat Parinibbana, yaitu ketika para Arahat meninggal dunia.


Apa sutta di atas termasuk yang no.1 khan?


tambahan penjelasan dari thread - penjelasan coedabgf (yang saya birui dan tebalkan) :

wah, saya telat masuk di thread ini,
masih bisa nanya nggak?
kalau saya liat ada beberapa postingan dari teman2di  forum berbicara soal
kebenaran sejati dan nibbana,
bisa dijelaskan dalam agama budha?
tks.
Nibbana adalah hilanganya Dosa,lobha dan Moha (kebencian, keserakahan dan kebodohan batin), punca penderitaan kita adalah dikarenakan oleh kemelekatan(attachment), jadi hanya dengan menghilangkan kemelekatan maka kita akan mencapai ketenangan sejati yg dipanggil Nibbana.

Kemelekatan terlahir dari Dosa, lobha dan Moha..

CMIIW
salam,
 Christ

saat menyadari dan terbebasnya dari kesalahan pandangan dan memelekatan kepada kewujudan ciri diri yang palsu (yang memiliki sifat yang disebut tilakhana, sifat duniawi), seseorang dapat mengetahui dan menyelami pengetahuan dan mencapai realisasi Nibanna.
Saat seseorang mencapai realisasi Nibanna, saat itu seseorang menyadari/mengetahui kebenaran sejati, kedemikianan, kewajaran, kemurnian True self (sumber) kehidupannya yang sejati.

ada yang mencapai pengetahuan kebijaksanaan tetapi belum mencapai realisasi Nibanna, itu yang dibilang guru Buddha sifatnya masih berspekulasi.
tapi ada yang memiliki banyak pengetahuan tetapi belum mengalaminya, itu yang disebut hanya sebatas teori (omdo).
Saya tanya sekali lagi, apa anda sudah tercerahkan atau masih spekulasi? atau hanya omdo? atau anda sudah mencicipi Nibbana seperti Bapak Hudoyo?

kan... ai sudah bilang hanya berbagi informasi. (seperti yang anda tulis urutannya the real truth, masih spekulasi dan juga termasuk omdo.)
Omong-omong kata 'mencicipi Nibanna', pengalaman realisasi Nibanna bukan seperti orang makan icip-icip setelah itu dibilang gak lagi makan (tindakannya). Tetapi seperti orang makan dilihat dari pengalaman rasanya. Sekali merasakan, seterusnya melekat pengetahuan itu.
Klo dibilang icip-icip, lalu hilang atau katanya seperti ini atau itu, tetapi seperti orang lupa tidak dapat meraih lagi alias dibilang pernah menyicipi tapi tidak dapat mencapainya lagi alias tidak berada dalam kebijaksanaan pencapaian itu lagi, itu sih namanya (masih) spekulasi sendiri.
Lihat kutipan saya yang saya huruf birui dan tebalkan. Mereka sudah mengetahui yang asli/sifat kesejatian (Udanna VIII.3, sunya), dapat melihat dan membedakan yang palsu (yang berkondisi, bersifat tilakhana) dengan yang sejati (Udanna VIII.3), meskipun mereka hidup didalam kesemetaraan tubuh dan dunia fana (yang berkondisi, bersifat tilakhana).



21
bro saya punya wilayah sendiri nih. thanks bro mod.  _/\_
bagi siapapun teman-teman yang mo berdiskusi atau bertanya baik-baik, jangan ragu-ragu saya undang untuk masuk ke tempat ini. tapi dengan cara yang sopan loh, biar jawabannya kepada pertanyaan anda juga sopan.  ^:)^

kalau gitu saya yg duluan bertanya dan ingin berdiskusi,

bagaiamanakah menurut om coed tentang kehidupan ini, apakah memang berulang2(tumimbal lahir) atau hidup itu ya hanya sekali saja ?

bro hatred, hal inikan siapa yang tahu (yang matipun gak ada yang cerita).
bro tanya pandangan saya, boleh saya hanya membagi sedikit cerita pandangan saya saja? tapi bukan untuk diperdebatkan (klo didebat ukurannya apa yah?). mo?

itu juga i tahu... :))

boleh.. cerita asal gak kepanjangan aja :P
tapi boleh donk nanti saya bertanya kenapa om coed berpandangan demikian :-?

trus boleh langsung aja... gak usah konfirmasi2an lagi.... lama nunggunya :-w

sabar dah bro, nti aye tulis. tapi jangan sekarang lah... lagi blom mood mo cerita hal itu nih.

22
Jadi anda itu ternyata hanya omdo, ya udah, ngapain juga aye ngomong sama orang yang omdo =))

loh koq tertawa?
anda nanya tujuannya untuk apa klo begitu?  :-?
ya udah klo merasa gak perlu omong sama aye, tetapi mudah-mudahan tulisan aye berguna buat yang laen.
Kalau anda hanya omdo apa bedanya dengan yang lain? spekulasi toh? kalau anda hanya berpegang pada udana tanpa melihat sutta yang lain anda telah melekat pada konsep udana, itu saja titik

ya udah klo merasa gak berguna, tetapi mudah-mudahan tulisan aye berguna buat yang laen klo gitu.  _/\_
(gak perlu ngotot-ngotoan toch yah...)

23
om coed... mana isiannya :-w

susanannya gak mendukung , bisa heboh lagi....

24
Maaf, saya masih bodoh. Tadi saya beol, sekarang makan. Apa sama beol dengan makan?

tanya sama sapa bro?

25
Jadi anda itu ternyata hanya omdo, ya udah, ngapain juga aye ngomong sama orang yang omdo =))

loh koq tertawa?
anda nanya tujuannya untuk apa klo begitu?  :-?
ya udah klo merasa gak perlu omong sama aye, tetapi mudah-mudahan tulisan aye berguna buat yang laen.

26
wah, saya telat masuk di thread ini,
masih bisa nanya nggak?
kalau saya liat ada beberapa postingan dari teman2di  forum berbicara soal
kebenaran sejati dan nibbana,
bisa dijelaskan dalam agama budha?
tks.
Nibbana adalah hilanganya Dosa,lobha dan Moha (kebencian, keserakahan dan kebodohan batin), punca penderitaan kita adalah dikarenakan oleh kemelekatan(attachment), jadi hanya dengan menghilangkan kemelekatan maka kita akan mencapai ketenangan sejati yg dipanggil Nibbana.

Kemelekatan terlahir dari Dosa, lobha dan Moha..

CMIIW
salam,
 Christ

saat menyadari dan terbebasnya dari kesalahan pandangan dan memelekatan kepada kewujudan ciri diri yang palsu (yang memiliki sifat yang disebut tilakhana, sifat duniawi), seseorang dapat mengetahui dan menyelami pengetahuan dan mencapai realisasi Nibanna.
Saat seseorang mencapai realisasi Nibanna, saat itu seseorang menyadari/mengetahui kebenaran sejati, kedemikianan, kewajaran, kemurnian True self (sumber) kehidupannya yang sejati.

ada yang mencapai pengetahuan kebijaksanaan tetapi belum mencapai realisasi Nibanna, itu yang dibilang guru Buddha sifatnya masih berspekulasi.
tapi ada yang memiliki banyak pengetahuan tetapi belum mengalaminya, itu yang disebut hanya sebatas teori (omdo).
Saya tanya sekali lagi, apa anda sudah tercerahkan atau masih spekulasi? atau hanya omdo? atau anda sudah mencicipi Nibbana seperti Bapak Hudoyo?

kan... ai sudah bilang hanya berbagi informasi. (seperti yang anda tulis urutannya the real truth, masih spekulasi dan juga termasuk omdo.)
Omong-omong kata 'mencicipi Nibanna', pengalaman realisasi Nibanna bukan seperti orang makan icip-icip setelah itu dibilang gak lagi makan (tindakannya). Tetapi seperti orang makan dilihat dari pengalaman rasanya. Sekali merasakan, seterusnya melekat pengetahuan itu.
Klo dibilang icip-icip, lalu hilang atau katanya seperti ini atau itu, tetapi seperti orang lupa tidak dapat meraih lagi alias dibilang pernah menyicipi tapi tidak dapat mencapainya lagi alias tidak berada dalam kebijaksanaan pencapaian itu lagi, itu sih namanya (masih) spekulasi sendiri.
Lihat kutipan saya yang saya huruf birui dan tebalkan. Mereka sudah mengetahui yang asli/sifat kesejatian (Udanna VIII.3, sunya), dapat melihat dan membedakan yang palsu (yang berkondisi, bersifat tilakhana) dengan yang sejati (Udanna VIII.3), meskipun mereka hidup didalam kesemetaraan tubuh dan dunia fana (yang berkondisi, bersifat tilakhana).

27
bro saya punya wilayah sendiri nih. thanks bro mod.  _/\_
bagi siapapun teman-teman yang mo berdiskusi atau bertanya baik-baik, jangan ragu-ragu saya undang untuk masuk ke tempat ini. tapi dengan cara yang sopan loh, biar jawabannya kepada pertanyaan anda juga sopan.  ^:)^

kalau gitu saya yg duluan bertanya dan ingin berdiskusi,

bagaiamanakah menurut om coed tentang kehidupan ini, apakah memang berulang2(tumimbal lahir) atau hidup itu ya hanya sekali saja ?

bro hatred, hal inikan siapa yang tahu (yang matipun gak ada yang cerita).
bro tanya pandangan saya, boleh saya hanya membagi sedikit cerita pandangan saya saja? tapi bukan untuk diperdebatkan (klo didebat ukurannya apa yah?). mo?

28
hallo _Christ,
wah salam kenal yah....
coba liat gambarnya dengan gambar avatar saya secara prinsipil ada kesamaan apa?
mari kita murnikan pengetahuan/pandangan kebenaran buddhism umat buddhist.  :)

Salam kenal juga, aku tidak dapat memurnikan siapapun. Hanya diri mereka sendiri yg bisa memurnikan diri mereka. apalagi aku juga tidak murni, bagaimana caranya memurnikan mereka?


Terima Kasih,

 Christ

he3x... bro baca...yang teliti.
'pengetahuan/pandangan kebenaran buddhism umat buddhist.'.

29
wah, saya telat masuk di thread ini,
masih bisa nanya nggak?
kalau saya liat ada beberapa postingan dari teman2di  forum berbicara soal
kebenaran sejati dan nibbana,
bisa dijelaskan dalam agama budha?
tks.
Nibbana adalah hilanganya Dosa,lobha dan Moha (kebencian, keserakahan dan kebodohan batin), punca penderitaan kita adalah dikarenakan oleh kemelekatan(attachment), jadi hanya dengan menghilangkan kemelekatan maka kita akan mencapai ketenangan sejati yg dipanggil Nibbana.

Kemelekatan terlahir dari Dosa, lobha dan Moha..

CMIIW
salam,
 Christ

saat menyadari dan terbebasnya dari kesalahan pandangan dan memelekatan kepada kewujudan ciri diri yang palsu (yang memiliki sifat yang disebut tilakhana, sifat duniawi), seseorang dapat mengetahui dan menyelami pengetahuan dan mencapai realisasi Nibanna.
Saat seseorang mencapai realisasi Nibanna, saat itu seseorang menyadari/mengetahui kebenaran sejati, kedemikianan, kewajaran, kemurnian True self (sumber) kehidupannya yang sejati.
ada yang mencapai pengetahuan kebijaksanaan tetapi belum mencapai realisasi Nibanna, itu yang dibilang guru Buddha sifatnya masih berspekulasi.
tapi ada yang memiliki banyak pengetahuan tetapi belum mengalaminya, itu yang disebut hanya sebatas teori (omdo).

30
hallo _Christ,
wah salam kenal yah....
coba liat gambarnya dengan gambar avatar saya secara prinsipil ada kesamaan apa?
mari kita murnikan pengetahuan/pandangan kebenaran buddhism umat buddhist.  :)

selamat datang kembali coeda, berdiskusilah dengan baik jika anda berniat berdiskusi.

loh bro hendra.., gak baiknya dimana?
ada 4 kemungkinan loh :
bukan kebenaran yang menyenangkan bagi yang mendengar
bukan kebenaran yang terlihat kebodohan bagi yang mendengar
kebenaran yang menyenangkan bagi yang mendengar
kebenaran yang (seolah-olah) menyakitkan bagi yang mendengar,
tulisan saya ada di pilihan mana?


klo saya aja yang merasa anda tidak beritikad baik utk berdiskusi dengan baik maka saya adalah orang bodoh yg sok tau.

tetapi banyak rekan disini yang merasa anda tidak berniat berdiskusi tetapi mencoba memaksakan pandangan anda oleh sebab itu saya menyarankan anda utk berdiskusi dengan baik.

kita lihat kenyataan yah bro...
klo ai yang dibilang memaksakan pandangan, coba saya tanya bro dan teman-teman lain, apakah tulisan saya masuk dalam kriteria ini gak?
bukan kebenaran yang menyenangkan bagi yang mendengar
bukan kebenaran yang terlihat kebodohan bagi yang mendengar
kebenaran yang menyenangkan bagi yang mendengar
kebenaran yang (seolah-olah) menyakitkan bagi yang mendengar,

lah terus klo dibilang memaksakan pendapat, seperti ungkapan bro lykim176 pada kutipan ini :
wah karena gak di close, terpaksa deh aye balik lagi.

bro saya punya wilayah sendiri nih. thanks bro mod.  _/\_
bagi siapapun teman-teman yang mo berdiskusi atau bertanya baik-baik, jangan ragu-ragu saya undang untuk masuk ke tempat ini. tapi dengan cara yang sopan loh, biar jawabannya kepada pertanyaan anda juga sopan.  ^:)^
akh dijawabnya aja kaya gitu, perbaiki dulu tata bahasanya baru undang orang bertanya, orang bertanya kok malah ditanya balik.


ada kegunaannya loh aye bertanya balik. saat anda membuat pernyataan, anda mengikuti arus (pikiran). saat saya bertanya balik, saya mendorong anda merenung (menginsyafi diri) mencari kedalam diri.
gitu loh.....
sebelumnya tolong renungi saja dulu pantun dibawah ini.

"Jaka sembung bawa golok
Nt gak pernah nyambung Go..Lok"


bagaimana bisa dibilang memaksakan pandangan klo dibilang gak pernah nyambung, apalagi membilang 'go..lok'. Siapa yang masih 'O... on' tapi gede emosi klo gitu klo masih blom dapat menilai?
saya kan... sudah sering bilang sebagai informasi saja, klo memang benar-benar belum tahu maksudnya. mungkin suatu saat bisa berguna.
dan saya nyatakan tulisan saya bukan untuk menunjukan saya sebagai orang yang bijaksana atau mo berdebat. saya hanya mo membagi inilah pengetahuan sempit saya. Salah sendiri bro klo ada yang tujuannya mo berdebat sih, tapi gak berkutik, kalah debat (seperti yang sudah saya ilustrasikan seperti orang tua dengan anaknya.).


Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 64