//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - purnama

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 87
1



Seperti illuminati (one-seeing-eye di dalam segitiga). Apakah ada dewa seperti ini dalam keyakinan Taois?

Klenteng mana di daerah mana bro ?

2
Ya saya kira seseorang harus meninjau dari sisi akademis dan keyakinan apa yang ada dalam kelenteng tersebut. Tetapi yang saya lihat dan seperti anda sendiri bilang: money talks. So sisi akademis dan keyakinannya bukankah hilang menjadi suatu tempat ibadah dengan kepercayaan yang dipaksakan dan tanpa dasar yang jelas? Makanya dari kemarin" saya menyarankan adanya studi yang jelas mengenai mana kelenteng Tao, mana yang Buddha dan mana yang bener" Konghucu (Wen Miao atau Kong Miao).
==>
Begini bro di maksud saya tuh di fokus pembahasannya ke satu klenteng bro maksud. Kalau secara menyeluruh ribet,  kalo pendekatan akademis, pertama butuh yang namanya peneliti, bro mesti ketahui peneliti Indonesia juga kurang dana (ujungnya juga money talks lah), yang ada peneliti itu haus ilmu pengetahuan.

Kedua masalah pendataan Pihak akademisi tidak punya hak menentukan dari segi empiris akademis, karena yang punya hanya yang empunya dan pengurus klenteng, yah akhir u sampai kan ujung ujungnya money talk. Mereka yang mengeluarkan dana ke pengadilan menentukan klenteng itu milik siapa, yah pengurus dana.

Masalah sturuktur dan arsitektur barang bersejarah, saya mau tanya klenteng mana bro maksud?. Kalo tidak berani pm saja, siapa tahu bisa bantu, akademisi cuman bisa menyelamatkan hal tersebut, kepercayaan tidak bisa bro

Yaaaa.. dari awal kan saya bilang klo Cheng Hoo memang Muslim, hanya saja beliau juga meyakini Buddhisme, bukan sekedar nama saja. Baca saja kisah Cheng Hoo menyumbang dana Sutra Marichi atas dasar keyakinannya sendiri.
==> tidak masalah dengan sumbang menyumbang, tapi dari saya baca statement u, saya mengira trisarana menurut buddhis yaitu harus ada bhiku

Nah... bukankah ini juga aneh? Kelenteng Tao tapi dijalankan oleh Theravada? Yah tapi saya masih bisa memaklumi kalau pihak Theravada membangun vihara di sebelah kelenteng, jd tetap ada pemisahan yang jelas. => masih ada pemisahan tapi dibangun dibelakang jalan klenteng, bukan pembatas bro tapi jalan kecil

Yang saya pertanyakan adalah kecarutmarutan yang terjadi sekarang ini serta ajang saling rebutan yang terjadi tanpa didasari landasan akademis yang jujur dan jelas. = Akademisi sudah bro, cuma tidak bisa mencatat secara hukum, karena yang punya kuasa pengurus

Yah namanya tetep kelenteng TAO, tetapi karena gak ada yang ngurus akhirnya dibina oleh pihak Theravada. Seperti satu kelenteng di Jogja, dilihat" lagi ya TAO tapi akrena ga ada yang ngurus alias terbengkalai ya akhirnya dibina Buddhayana...hahaha
==> terserah anda berpandangan money talks. memang begitu adanya siapa mampu mengurus dia yang memiliki

Ya benar. Tapi jika anda melakukan kajian akademis, banyak misionaris bhiksu" Mahayana yang membangun kelenteng Buddha dan membina Buddhisme di bumi Indonesia sebelum Bhante Ashin Jinarakkhita mempelopori bangkitanya agama Buddha. Jadi pelestarian kelenteng saya kira juga didukung oleh pihak Buddhis dan terjaid beberapa kali:

1. Misionaris bhiksu" Mahayana yang turut membangun kelenteng dan menyebarkan Dharma di sana pada tahun 80-an ==> sebenarnya sebelum Bhante ashin sudah ada bro, kemarin ini ditemukan artifak sejarah, ternyata ada Bhiku pertama yang mengajar pendidikan agama buddha dan membangkitkan Buddha Dharma adalah Y.A SANGHANATA ARYAMULA (MAHA BHIKSU PEN CHING 1878-1962). wilayah jawa barat dan jawa tengah.



3
saya kan hanya menanyakan.
dan kalaupun nampaknya terlihat mas purnama tersinggung atau tersungging ya... seterah...
hai ya !!,
mungkin lupa ha.. atau pura2 lupa  ^-^
atau sendiri yang tidak beradab kalena mengatakan orang lain tidak beradab  :))

hanya sekelompok anjing menggong tidak perlu dilayani

4
 [at]  bro gandalf, yang baik, yang dibahas oleh theard u apa dulu, Begini kita bahas dari 2 sisi empiris saja, Pertama bahas dari sisi empiris akademis, Yaitu membahas dari Struktur sejarah arsitektur klenteng itu , artifak atau benda- benda bersejarah klenteng tersebut, dan si tuan rumah dari klenteng tersebut. Sisi empiris kedua Kepercayaan. Klenteng itu kalau bahas secara struktural adalah Kepercayaan Rakyat yang dijalani dari Fungsi klenteng.

Jujur saja saya sendiri Berpandangan sama dengan kawan kawan peneliti, fungsi klenteng itu berubah dari waktu kewaktu.
selain ibadah kepercayaan, jg bisa jadi pariwisata, bahkan tempat menginap,
Contoh kasus bro Gandalf Klenteng Toa se bio dan Klenteng Butong, itu kalo u berpandangan pasti pertama jawabnya Klenteng, nah Toa se bio sendiri sudah berubah fungsi, bukan saja klenteng tapi Juga menjadi Wihara Teravada dan berjalan dengan kegiatan klenteng yang berbau kepercayaan masyarakat. (karena Pengurus dan pemberi dana adalah Budhis yang berasal dari Kalangan Teravada)

Contoh lain : Klenteng Butong kalo dilihat sekilas agama TAO, masih menjalan pratek Tatung, masih banyak klenik klenik berbau tao, tapi ada cetiya teravada ada bhantenya dan masih ada kegiatan wiharanya, bingung kan kalo anda lihat.
Jadi usahakan bicaranya Tidak secara struktural anda jadi bingung, maka saya bicara satu klenteng saja.

Bro gandalf maka saya tanya didepak itu seperti apa?. Kalau ada pendekatan empiris akademis, seperti bangunan sejarah, benda benda sejarah budhis di depak, baru bisa usut hukum sebagai pengrusakan barang - barang bersejarah.

Kalau empiris kepercayaan yah monggo saya jg bisa membahasnya, itu tergantung si pengurus klenteng

Oohh tapi beliau (Cheng Hoo) mengambil Trisarana Buddhis, => itu nama dan gelar beliau bro, Coba sekali -kali kalau di kota u ada perkumpulan Chinese Muslim Hunan, ajak diskusi sama mereka soal sampokong, mereka jawab Laksamana cheng ho masih menjalankan sholat 5 waktu, masih menjalankan sila sila dari Islam dan naik haji ke mekkah, Laksamana Cheng ho itu ibarat Gus dur.


Quote
Setuju kalau dipandang pada era 1900, Karena Wihara Belom ada, semua belum ada, apalagi jaman Penjajahan, bagi g gak masalah kalau dilihat segi keadaan peristiwa pada saat itu.

Ok. Kalau sekarang menurut anda bagaimana? Apakah harus berafiliasi thd satu agama apa tetap boleh meyakini San Jiao?
 ==>
Tidak masalah bro, kepercayaan orang tidak boleh diganggu gugat dengan alasan apapun. Perlu U ketahui San Jiao itu Punya jasa besar terhadap Agama Buddha di Indonesia.
Tanpa Jasa San jiao agama Buddha sekarang ini tidak mungkin ada.

Seperti banyak dari Kawan - kawan Budhis  banyak berpikiran negatif tetang  orang San jiao. Padahal Mereka (orang san Jiao) Justru orang yang pertama yang membiayai para bikhu Teravada, dan Mahayana datang ke Indonesia, itu semua jasa orang -orang kepercayaan San Jiao, Semua Bhiksu aliran mana pun bisa hadir di Indonesia dan bisa memiliki wihara seperti sekarang , awalnya mereka yang keluar kocek duitnya untuk pelestarian Buddha dharma di Indonesia.

Jadi toleran lah yang berbeda dari Kita

5
wah menjurus ke ad hominem ya?


Maaf dimaksud Ad hominem apa sih ?, sorry siapa yang mulai duluan menyerang ? , belajar dulu dekh yang di maksud ad homimem, yang berdiskusi diluar theard topik duluan siapa ?.

6
[at] Purnama:

Oohh berarti memang kebanyakan / mayoritas seperti yang bro. andry bilang... uang dan siapa yang berkuasa mengurus / memimpin yang menentukan kelenteng mau dibawa ke arah mana? Hmm... mmg sangat berpotensi membangkitkan konflik, karena tidak dilatarbelakangi pemahaman ajaran dan dasar pendirian satu kelenteng dengan jelas, maka jadilah kerancuan di antara Tridharma, Tao, Khonghucu dan Buddha.

Maksudnya jumlah kelenteng lebih banyak dari Vihara? hhmm dulu mungkin iya, sekarang mah lebih banyak vihara jauh.

Yap konsep seatap ini dikemukakan oleh banyak bhiksu Buddhis dan rohaniwan Taois pada masa itu, namun yang terjadi adalah penyimpangan yaitu sinkretisasi, bukan lagi seatap, tp "gado-gado". Ini yang dikritik oleh guru yang tercerahkan YA Dogen Zenji sebagai "ketololan".

Wah banyak..... saya tahu jelas ada satu kelenteng ternama yang jelas" pihak KHC dr kelenteng tsb berusaha memblokir unsur" Buddha yang akan masuk ke kelenteng tersebut dengan cara-cara yang menurut saya agak aneh dan menyebalkan.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Konsep Apa Bro Gandalf, Ajaran, begini loh, Masuk akal Pengurus Klenteng itu punya keluarga, mereka butuh mata pencaharian, bila ada yang mampu menghidupi mereka, Wajar mereka ikut yang bisa membiayai mereka, pada dasarnya Anda belum pernah mendengar secara langsung pengurus Klenteng itu mengeluh "ekonomi Keluarganya" , ada yang terpaksa mencari mata pencaharian lain.


Wah banyak..... saya tahu jelas ada satu kelenteng ternama yang jelas" pihak KHC dr kelenteng tsb berusaha memblokir unsur" Buddha yang akan masuk ke kelenteng tersebut dengan cara-cara yang menurut saya agak aneh dan menyebalkan. ==> kasus klenteng daerah mana Bro Boleh tau?. Setau saya permasalahan seperti ini diselesaikan secara hukum

Sis dari Semarang? hahah

Khonghucu pada dasarnya tidak memuja dewa", dewa' di kelenteng kebanyakan Tao. Bahkan banyak kelenteng yang didominasi dewa Tao, tapi diaku-akui sebagai kelenteng Khonghucu. Nah lho?

Vihara adalah tempat ibadah agama Buddha. Kelenteng sekarang lebih ke arah tempat ibadah bagi 3 agama sekaligus, karena altarnya campur aduk. Beberapa kelenteng besar asalnya adalah Vihara gaya Tiongkok, namun ketambahan unsur Tao dan Khonghucu krn masyarakat Chinese dulu juga sinkretis... wew.. padahal setahu saya sinkretisme dilarang dalam hukum negara Indonesia ini? CMIIW

Contoh keanehan lagi adalah.... Laksamana Cheng Hoo selain sebagai seorang Muslim, beliau adalah penyokong agama Buddha yang cukup terkenal dan bahkan juga memiliki keyakinan terhadap Buddha Dharma. Tapi coba lihat kelentengnya di Gedong Batu, malah kuat unsur Tao dan Khonghucunya? Unsur Buddhisnya hampir nihil. Padahal Cheng Hoo jauh lebih banyak berhubungan dengan keyakinan Buddhisme dan sangat minim dengan keagamaan Khonghucu. Salah satunya juga karena Cheng Hoo mengabdi pada Raja Buddhis Zhu Yuanzhang dan Raja Buddhis Yongle.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Soal Klenteng Gedong batu itu sekarang jadi daerah pariwisata, Unsur Tao dan Konficius bagaimana?. Lah wong masih ada bangunan kuburan muslim, masih ada arstektur jawa, Laksamana Cheng ho Pure Muslim, Dia hanya mempelajari Tao ism, Buddha, dan Konficius, sebagai landasan kekerabatan, Beliau Itu tidak hanya menghargai budhism, tapi tao dan konficius. Gedong batu itu bukan tempat persinghan Laksamana cheng ho, Yang benar Tuban, Klenteng disana hanya memperingatinya kedatangannya.

Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Agustus 1936) :

Apatah betoel Sam Kauw Hwe satoe pakoempoelan "Gado gado"?

• "Bahoea sabagian besar dari orang jang masih pegang tetep Agama Tionghoa dalam praktijk ada memelok Sam Kauw, kerna ini Tiga Agama sadari banjak abad yang laloe soedah tergaboeng mendjadi satoe dalem batin dan panghidoepn orang Tionghoa.

•   Kita sendiri anggep tidak djelek kalo satoe Hoed Kauw Hwe meloeloe perhatiken agama Buddha dan satoe Khong Kauw Hwe tida bitjaraken laen dari agama Khong Tjoe... begitu juga satoe To Kauw Hwe perhatiken agama Too saja....

•   Tapi ia orang tida haroes mentjelah pada Sam Kauw Hwe tjoemah lantaran ini perkoempoelan soedah perhatiken sari dari Tiga Agama jang soedah tergabung dalem batin dan panghidoepan Tionghoa.

•   Sam Kauw Hwe ada pandang seperti soedara dan ingin bekerdja sama sama dengan sasoeatoe pakoempoelan atawa pergerakan jang perhatikan sadja sotoe satoe dari itu Tiga Agama sendirian.

•   Djoega kita tidak ingin bermoesoehan pada laen laen agama jang bukan Sam Kauw kaloe di laen fihak tida ada disiarken apa apa jang bersifat menjerang atawa merendahkan pada Khong Kauw, Hoed Kauw dan Too Kauw, Dunia ada tjoekoep lebar aken masing masing agama bekerdja dalem kalangannja sendiri"

Kwee Tek Hoay (Sam Kauw Gwat Po Edisi Feb 1939) :

•   “Itoe Sam Kauw akan mendjadi satoe philosofie agama jang paling lengkep dan memberi faedah besar bagi manoesia, teroetama bagi bangsa Tionghoea jang leloehoernja soedah kenal itoe tiga peladjaran sadari riboen taon laloe”

Maha Pandita Sasanaputera Satyadharma (Mei 1977) :

•   Pertemuan dari ketiga ajaran kebenaran ini telah menelorkan suatu pandangan hidup dan memupuk alam pikiran manusia Tridharma yang toleran, penuh bakti, sederhana, dan praktis dalam cara berpikir. Adakah hal hal atau sikap semacam itu bertentangan dengan Buddhisme / Taoisme / Konfusianisme?

===================================================================================

Itu pandangan tokoh Tridharma Kwee Tek Hoay, apakah teman" setuju?

 _/\_
The Siddha Wanderer

Setuju kalau dipandang pada era 1900, Karena Wihara Belom ada, semua belum ada, apalagi jaman Penjajahan, bagi g gak masalah kalau dilihat segi keadaan peristiwa pada saat itu.

7
jadi bagaimana dengan statement anda tentang "bhikkhu theravada yg tidak beradab"? mohon penjelasan anda

Sudah di jawab sebelumnya Kalau Dari Kasus Walubi sudah jelas, tanya saja sama Bhante yang tergabung dalam STI dan MAGABUDHI, pernah ngak buat Statement seperti " EKor Umat, Penghianat" kepada masing masing organisasi, kalau jawaban mereka " NO Coment", "buat apa buka luka lama". Berarti saya  benar. Anda ini ternyata Pendendam.

8

Masukan saya sih:
1. Siapa mampu mengurus Kleteng tersebut Orang tridarma atau orang Konfucius, Yang tidak mampu ngurus monggo lewat, susah amat.

2. "Umat Khonghucu bilang kelenteng punya Khonghucu, orang Tridharma bilang kelenteng itu sinkretis Tridharma dan tampaknya lbh berpihak pada agama Buddha" ==> yang benar Milik Umum

3. " Satu orang bhiksu Vajrayana dulu lewat Buddhist Festival di Surabaya pernah bilang... setelah kelenteng diakui pemerintah, eh agama Buddhanya "didepak" keluar dari kelenteng. Ya memang benar juga, beberapa kesannya begitu.
" =>Didepak seperti apa ?

4. "Saya pernah pergi ke Tay Kak Sie Semarang yang notabene merupakan kelenteng Buddhis yang dulunya vihara Tionghoa, di sana malah kegiatan Khonghucu-nya yang menonjol. Nah lho? Ya saya kurang tahu tp kegiatan organisasinya gimana. Lalu juga Eng An Kiong Malang, sangat banyak unsur Buddhis-nya di sana.... altar utama kedua bersifat Buddhis, juga terdapat dua Dharmasala Buddha, tetapi kok malah Khonghucu juga yang menonjol di sana? (kalau diliat" lagi altar"nya kebanyakan Dewa Tao dan Bodhisattva Buddhis)." => tergantung si pengurus dan pemberi dana mau kearah mana Klenteng tersebut.Perlu diketahui Klenteng itu tidak didanai pemerintah. Mesti cari dana sendiri, hanya beberapa klenteng bersifat sejarah, itupun dilindungi dari privilage saja, sisanya pengurusan uang dana dari pengurus klenteng.

5."Dari pihak temen" Taois dalam forumnya menyatakan bahwa kelenteng adalah tempat ibadah umat Tao. Ya memang benar, la dewa dewi seperti Ma Zu dan Guangze Zunwang adalah dewa Tao, tapi beberapa tempat ibadah mereka malah dijadikan pusat agama Khonghucu?

Sejujur-jujurnya, sebagian besar kelenteng di Indonesia adalah Taoist Temple alias Kuil Agama Tao. Orang-orang di Singapore aja melabeli semua kelenteng yang berlatar utama dewa Taois sebagai "Taoist Temple" Kok di Indonesia saja yang bisa jadi tempat ibadah umat Khonghucu? Aneh.

Bagaimana tanggapan teman-teman terhadap hal ini?". => semenjak era Gus Dur Tao dan Konfucius itu bebas menjalankan keyakinannya, tapi sayangnya berlomba siapa lebih baik jaman sekarang.

6.
"Kalau menurut saya aperlu ada kalsifikasi jelas dan objektif mana kelenteng Buddha, mana kelenteng Tao dan mana yang bener" Wen Miao alias kelenteng Konghucu. Selain itu perlu ditata ulang konsep Tridharma yang sudah salah kaprah dipahami sebagai suatu sinkretisme. " => peneliti Klenteng aja Keblinger sama Klenteng Indo, campur aduk, memangnya mudah, beberapa klenteng itu tidak ketahui asal muasal bangunan, konsep kepercayaan, sampai sekarang aja masih dibahas, emang berapa jumlah klenteng di Indo, jauh lebih banyak daripada bangunan Wihara Budhis.

7. "Bhiksu Daoyuan (Dogen Zenji) saja pada zaman dahulu mengatakan bahwa sinkretisme Tridharma adalah hal yang sangat tolol, suatu sinkretisme seperti itu menunjukkan ketidakhormatan pada ajaran Buddha, Laozi, dan Khonghucu sendiri." => dari semenjak Jaman dinasti Song saja sudah di buat satu atap, Adanya Tridarma karena dulunya 3 agama ini saling Besaing secara tidak adil, makanya dibuat seatap.





9
Sekuntum teratai untuk Anda semua, para calon Buddha.

Banyak sekali orang Tionghua yang hanya tahu bahwa  tradisi membakar kertas adalah warisan dari leluhur, tanpa mengerti makna sebenarnya. Penggunaan kertas sembahyang atau kertas gincoa dan kimcoa yang umum digunakan oleh Taoist maupun Buddhist Mahayana Tiongkok dan Ruist sering disalahartikan sebagai uang dewa dan uang orang mati. Pernahkah terpikir, mengapa para leluhur mewariskan tradisi ini? Datang dan temukan jawabannya pada:

Sharing & Tanya Jawab

Tradisi Membakar Kertas

Nilai Spiritual yang Lenyap

Nara Sumber: Ardian Cangianto (Pengamat Budaya, filsafat dan spiritual Tionghua)

 

Hari/ Tgl: Sabtu, 9 April 2011                                                                   

Waktu: Pukul 16.30 s/d 19.30

Tempat: Toko Adhiraja lantai 2

Jln. Muara karang raya Blok D8 Utara no.103 Jakarta utara.

Telp: (021) 662 4339

 

Info dan Pendaftaran:

Melva:  0812 8107 8985

Asan:  0812 1097 1988

Atau pendaftaran via email: dharmajala [at] yahoo.com
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/
http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/
http://www.facebook.com/event.php?eid=204451142908137&pending#!/event.php?eid=204451142908137
 

Iuran Sukarela

 

 

10
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 23 December 2010, 02:27:21 PM »
Bro Purnama, anda masih ditunggu di sini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.0
Pemasalahan si nyanadasa orang nya keluar kota.
G sendiri udah jarang ke ekayana, cukup sibuk kerja dilapangan.
terus pemasalahannya tunggu dimana. wawacara dia
g udah sampaikan ke dia masalah itu?.
Dia jawab "biarkan saja" yah sudah, cuman satu hal aja daripada coment di belakang dia, u aja yang ke ekayana, protes sama sagin, sama orangnya didepan dia, ngak usah dibelakangnya, g mah bukan orang organisasi lagi, dari pada cuman bisa coment atau menghina dibelakangnya itu namanya Pengecut.
Selesai kan masalahnya

11
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 23 December 2010, 02:07:33 PM »
pakai apa maju ? kalau tidak didukung dana yang kuat ! 8)
teori sih bagus 'potensi anak muda' tetapi 'potensi dana tidak ada' :'(
kalau Tipitaka bahasa Thailand sudah lengkap karena didukung Sangha dan Pemerintah Thai. ^:)^
 _/\_
Persoalan bukan soal dana, tapi ada komintmen, masih ada cara tanpa mengunakan modal dulu, justru semangkin kuat komintment anda semangkin ada orang yang interest dengan anda, dengan begitu faktor dana mudah anda dapat

12
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 23 December 2010, 12:06:44 PM »
yg muda2 harus bangkit ya?


Saya rsa bro tan sudah benar, yang udah senior membimbing yang junior ,memang yang junior kadang nyeleneh, mesti diingatkan, tapi kasih kesempatan mereka untuk perbaikan, tidak diadili habis habisan.

13
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 23 December 2010, 12:03:52 PM »
mau ambil rujukan dari tripitaka bagaimana, sedangkan tripitakanya saja belum tersedia lengkap, nanti asal ambil saja bisa menyesatkan pembaca.

Hmm.
bukan itu permasalahanya, Pemasalahannya ada tidaknya yang berani melakukannya, salah terjemahan itu bisa dieditorial, atau bisa dirembukan kembali, penulis itu tulisannya tidak 100 % benar, masih ada kesalahan, dan masih ada kesimpang siuran, tidak bisa total sempurna, tapi kadar permasalahanya penulis budhis sudah menurun, semenjak berdirinya forum Buddhis dimana mana, tapi mulai jarang ada nya penulis yang memberikan kadar dharma masih bisa dihitung oleh jari, sisanya comentar dan perdebatan, tapi penulis yang sungguh sungguh bekerja bisa terlihat hanya beberapa orang saja, yang ada laris laku debat kontroversial, kontribusi untuk melengkapi sejarah, dhamma, sutta, dsbnya. Hanya dilakukan sebagian orang, dan sekarang orang orang tersebut, kehilangan waktu untuk mendidikasikan dirinya karena waktu, bahan, pekerjaan yang lain, kadang pekerjaan organisasi, yang bisa lakukan adalah generasi yang muda, fresh, waktunya masih banyak, satu satu nya jalan adalah regenerasi

14
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 23 December 2010, 10:11:02 AM »
memang sudah saatnya regenerasi kok

15
Seremonial / Re: happy Birthday, Purnama Sucipto
« on: 27 November 2010, 12:17:55 PM »
Terima kasih semua, semoga kalian diberkati dan bertambah maju dalam bidang dharma.

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 87
anything