//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD  (Read 242807 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #615 on: 30 August 2008, 10:30:43 PM »
Pertanyaan itu bukan ditujukan untuk saya, namun bila saya ditanya, saya akan menjawab "Ya"

Saya tahu Anda seorang praktisi vipassana, Rekan Wei, 16 tahun ... kita pernah berdiskusi tentang MMD bukan?
Bagaimana meditasi Anda?

Ya :)

Agak terlantar sih Pak, jadwal aye jadi awut2an... jadi kagak tentu dah meditasinya... paling di kelas pas guru lagi kosong, aye duduk agak santai, terus merem... kayak orang lagi tidur gitu, tapi aye meditasi (biar kagak mencolok meditasinya)

Tapi kemunduran Pak, jadi lebih jarang meditasi :))

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #616 on: 30 August 2008, 10:55:04 PM »

Pak Hudoyo yang baik,

untuk saat ini saya masih menunggu klarifikasi pak Hudoyo terhadap kesimpulan mengenai posisi pandangan kita masing-masing sesuai dengan postingan saya, reply # 601, mengenai lanjutan pembahasan Mulapariyaya sutta kita bahas belakangan

saya menunggu jawaban pak Hudoyo. terima kasih.

Sukhi Hotu,

fabian

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #617 on: 30 August 2008, 10:57:25 PM »
jgn pergi dari DC, Pak!...
kehilangan besar bagi Buddhist yg kelak akan mampir di DC ini.

Rekan Tesla,

Dalam statusquo sekarang ini, dimana:
(1) MMD dinyatakan oleh Dewan Moderator DC ini sebagai "bukan Buddhisme"; dan
(2) MMD ditempatkan di sebuah Board "keranjang sampah" bersama kultus-kultus seperti Suma Chinghai dan Maitreya;
 
maka saya telah mengambil sikap seperti yang dapat dilihat oleh semua member dan guests DC maupun pembaca Kaskus:

(a) saya berhenti menulis di semua thread DC;
(b) saya hanya menulis di thread ini menuntaskan urusan saya dengan para moderator DC;
(c) saya mulai menulis di Kaskus, menyanggah serangan-serangan terhadap MMD, terutama dari Fabian, dan lain-lain.

Statusquo ini hanya bisa berubah apabila:
(i) Dewan Moderator DC mencabut pernyataan bahwa "MMD bukan Buddhisme" disertai permintaan maaf secara terbuka;
(ii) MMD dipindahkan dari Board "Buddhisme & Kepercayaan Lain" ke Board lain (terserah Dewan Moderator) yang bisa saya terima;
(iii) Sama seperti semua member yang lain, saya berhak menjawab, menyanggah, memberi penjelasan terhadap posting di thread mana saja yang secara eksplisit atau implisit menyinggung MMD, dan saya berhak membuat thread baru di Board di mana MMD ditempatkan untuk menampilkan suatu topik baru yang menjadi concern MMD.

Silakan posting saya ini bersama Reply #1 di halaman 1 thread ini dianggap sebagai tanggapan resmi saya terhadap pengumuman Dewan Moderator DC yang telah memicu debat ini.

Salam,
hudoyo


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #618 on: 30 August 2008, 11:03:44 PM »

Saudara Sumedho yang baik,

Saya rasa meditasi MMD tidak cocok bila diletakkan di Buddhisme modern, lebih cocok Buddhisme "non mainstream", karena bila dibilang Buddhisme modern berarti bila ada pandangan sesuai Tipitaka dan berseberangan dengan MMD berarti tidak modern (kuno) demikiankah? berarti dengan demikian pandangan yang sejalan dengan Tipitaka adalah kuno, apakah demikian?

Sukhi Hotu,

fabian

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #619 on: 30 August 2008, 11:07:04 PM »

Pak Hudoyo,

Saya masih menunggu klarifikasi dari pak Hudoyo mengenai perbedaan pandangan kita, dalam reply #601, benar atau tidak? setuju atau tidak?

terima kasih,

Sukhi Hotu,

fabian

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #620 on: 30 August 2008, 11:11:14 PM »
Istilahnya menurut saya sudah tepat, modern dan klasik. Modern karena ditandai dengan masuknya Buddhisme ke barat oleh Rhys David, dan pemikiran-pemikiran yang sudah mapan mulai dipertanyakan.

Heterodoks sejarahnya menurut saya adalah istilah merendahkan (relatif bagi yang menentang dan menolak), tapi saya makai bukan untuk merendahkan, karena kata-katanya bagus dan kedengeran catchy saja. Ortodoks juga bisa dipakai oleh pihak modern untuk merendahkan, seperti kuno, kolot, melekat, dll. (relatif juga).
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #621 on: 30 August 2008, 11:20:44 PM »
akhirnya ada tanda2 menuju penyelesaian masalah...

gw harap orang2 yang memank dengan sengaja memperkeruh suasana tidak dapat menyelesaikan "misi"-nya...

Semoga masalah ini berakhir dengan baik..
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #622 on: 30 August 2008, 11:22:45 PM »
Quote
Kalau terjemahan buku-buku itu ada yang memuat di DC pasti akan lebih banyak lagi orang-orang Buddhis ortodoks kebakaran jenggot. Sayang saya belum punya waktu untuk menerjemahkan buku-bukunya.

Keyakinan buta gak lebih bagus dari ketidakyakinan buta. Saya kira jalan tengah bukan buta sama sekali.

Tapi komentar seperti di atas bagi saya menunjukkan kualitas praktik yang dilakukan. Dan saya sering melihat komentar seperti di atas dilontarkan. Murid-murid ngantuk kalau dikhotbahkan Sutta yang panjang, gila kalau percaya hal-hal tertentu, kalau terdesak dengan mudah bilang melekat, dan lain sebagainya. (silahkan lihat history tulisan pak hudoyo). Seperti orang yang menunjukkan kalau tujuan memakai baju tidak perduli dengan gaya baju, tapi nyatanya favorit dengan gaya baju tertentu dan sering sekali memelekatkankan orang yang memakai gaya baju tertentu. Cuma hal ini baru jelas ketika muncul masalah yang menguji kualitas yang mengaku tanpa jenis baju.

Saya punya pandangan, yang lain punya pandangan. Ini hak masing-masing, tapi bawa-bawa baju kemelekatan (yang tidak diketahui), bawa-bawa baju praktik, bawa-bawa kebakaran jenggot, sama sekali tidak berdasar.

OK, saya kelepasan ... mohon maaf kepada para penganut Buddhisme Theravada ortodoks.

Salam,
hudoyo

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #623 on: 30 August 2008, 11:23:49 PM »
Anda benar kalau saya hanya mementingkan pembebasan & kenyamanan batin saya sendiri.

_/\_

jgn pergi dari DC, Pak!...
kehilangan besar bagi Buddhist yg kelak akan mampir di DC ini.

Saya sependapat dengan tesla ... Semoga bapak masih berkenan membimbing MMD di forum DC ini ...


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #624 on: 31 August 2008, 12:15:02 AM »

Pak Hudoyo,

Saya masih menunggu klarifikasi dari pak Hudoyo mengenai perbedaan pandangan kita, dalam reply #601, benar atau tidak? setuju atau tidak?

terima kasih,

Sukhi Hotu,

fabian



mana nih jawabannya, oo... mungkin dijawab di kaskus

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #625 on: 31 August 2008, 12:17:51 AM »
Untuk bahan renungan kita semua,

Keadaan kita sekarang ini sebenarnya hanya mengulang apa yang telah terjadi berabad-abad yang lalu, Mahayana menganggap lebih modern dari Theravada, disini terjadi distorsi seolah-olah bila seseorang mengikuti secara patuh petunjuk gurunya (Sang Buddha), dikatakan kuno, ortodox, mau menang sendiri, fanatik dll

Sebaliknya bila meragukan ajaran gurunya sendiri (Sang Buddha)  dikatakan modern, jiwa besar, open minded dsbnya.

Sebenarnya setelah seorang pendiri suatu ajaran/agama telah meninggal apakah yang harus kita jadikan landasan? pendapat manakah yang dianggap sebagai otoritas tertinggi?

apakah pendapat berbagai komentator? atau kitab suci?

Ada kerangka berpikir yang aneh, seolah-olah bila pendapat Sang Buddha tidak bisa dibuktikan (karena kemampuan kita belum sampai disana) bahwa pernyataan kitab suci itu tidak benar dan kita mulai mendewa-dewakan orang yang meragukan hal tersebut dan menyorakinya sebagai orang yang logis dan benar.

sehingga orang yang mengikuti secara tulus kelihatan seperti orang dogmatis, dianggap sempit pikirannya.

Lantas bagaimana bila kita menemukan hal yang meragukan? kan Sang Buddha sudah katakan cocokkan dengan dhamma dan Vinaya. Dhamma dan Vinaya yang mana? Dhamma dan Vinaya menurut orang-orang tertentu, atau Dhamma dan Vinaya menurut Tipitaka?

Yang lebih aneh lagi kadang orang yang memakai sutta yang berkenaan dengan pembuktian ini untuk mengecek ulang, bila sesuai dengan Tipitaka (Dhamma dan Vinaya) dikatakan mencari pembenaran dengan mengutip kitab-kitab suci, padahal orang itu sendiri mengutip sutta mengenai pembuktian ini untuk mencari pembenaran bagi dirinya sendiri padahal berdasarkan logikanya sendiri (seolah-olah para bhikkhu yang menyusun Tipitaka adalah orang orang yang tidak mengerti Dhamma - vinaya).

Seolah olah orang yang mencocokkan dengan kitab suci adalah orang yang dicocok hidungnya atau orang-orang dogmatis. Oleh karena itu Sang Buddha sudah tepat meramalkan hal ini,

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1
"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.
"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

(Samyutta Nikaya XX.7 Ani Sutta)

Haruskah kita mengecek suatu kebenaran berlandaskan Dhamma - Vinaya (kitab suci Tipitaka) atau berlandaskan pendapat seseorang seperti Bhikkhu Buddhadasa atau Stephen Bachelor atau siapapun?
bagaimana bila pandangan orang tersebut berbeda dengan Dhamma-Vinaya, yang manakah yang perlu kita ikuti? Apakah orang-orang itu lebih hebat daripada Bhikkhu-bhikkhu yang lampau?

perhatikan sutta berikut (saya kopi paste dari postingan teman-teman sendiri)

4.8. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”

coba anda baca dengan jelas jika pendapat seorang bhikkhu mengatakan sesuatu, apakah Sang Buddha mengatakan cocokkan dengan Dhamma-vinaya atau cocokkan dengan logika bhikkhu terkenal atau logika anda?

mari kita renungkan terima kasih

Sukhi Hotu.

fabian



« Last Edit: 31 August 2008, 12:27:47 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #626 on: 31 August 2008, 12:20:25 AM »

oh ya saudara Semit, pak Hudoyo hanya perlu menjawab ya atau tidak saja kok, sebab saya sudah rangkum pandangannya.

sukhi hotu
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #627 on: 31 August 2008, 12:23:01 AM »
BILA MEMANG SEMUA SUTTA YANG ADA DI TIPITAKA TIDAK PERLU, BUAT APA BELIAU MENGAJARKAN SELURUH SUTTA TERSEBUT? BUAT APA BELIAU MENGAJARKAN PANCA BALA, MENGAJARKAN TUJUH BHOJANGA, MENGAJARKAN EMPAT USAHA BENAR, MENGAJARKAN EMPAT LANDASAN KEKUATAN, MENGAJARKAN JALAN ARIYA BERUNSUR DELAPAN, DLL?
BUKANKAH LEBIH BAIK MENGAJARKAN HANYA BAHIYA SUTTA DAN MALUNKYAPUTTA SUTTA SAJA? BUKANKAH INI BERARTI PAK HUDOYO SEOLAH-OLAH LEBIH HEBAT LAGI DARIPADA SANG BUDDHA, KARENA SEOLAH-OLAH SANG BUDDHA BANYAK MENGAJARKAN HAL-HAL YANG TIDAK PERLU..!

coba renungkan baik-baik....

Pak Hudoyo masih belum menjawab pertanyaan saya,

Rekan Fabian,

Sang Buddha mengajarkan meditasi kepada para bhikkhu atau umat awam secara individual atau secara berkelompok. Instruksi beliau bisa sama bisa pula berbeda. ... Para bhikkhu itu seharusnya mempraktikkan instruksi individual yang diberikan secara khusus kepada masing-masing, tanpa menghiraukan instruksi yang diberikan kepada orang lain (apalagi pada masa itu belum ada kitab Tipitaka Pali yang bisa dijadikan rujukan bersama tentang meditasi) ... Itulah yang dilakukan oleh Bahiya dan Malunkyaputta, sehingga mereka mencapai pembebasan.

BAGI SAYA, instruksi meditasi Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta yang hanya sekelumit itu CUKUP untuk mengantar pada pembebasan. ... Dengan kata lain, BAGI SAYA, satu sutta itu saja CUKUP untuk mengantar pada pembebasan ... dan, masih BAGI SAYA, berbagai tuntunan meditasi yang diberikan kepada bhikkhu-bhikkhu lain TIDAK RELEVAN. ...

Dan apa yang saya pahami dan jalankan ini berlaku pula SEJAUH MENYANGKUT PARA PRAKTISI MMD, bukan menyangkut praktisi vipassana versi lain dari MMD.

Tolong diperhatikan, saya TIDAK mengatakan bahwa sutta-sutta yang lain itu TIDAK PERLU UNTUK SEMUA ORANG. ... Yang saya katakan, sutta-sutta yang lain itu TIDAK PERLU UNTUK PRAKTISI MMD. ...

Ingatkah Anda saya pernah menyatakan, bahwa TIDAK ADA SATU VERSI VIPASSANA PUN YANG COCOK UNTUK SEMUA ORANG, vipassana versi Mahasi tidak, MMD pun tidak. ... Dan Anda menolak menjawab ketika saya tanya pendapat Anda tentang hal itu. ... Maka saya simpulkan, bahwa menurut Fabian, vipassana versi Mahasi itu cocok dan harus dianut SEMUA orang.

Sekarang Anda mau menimbulkan kesan seolah-olah saya menyatakan hanya Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta yang cocok untuk SEMUA orang ... seolah-olah dengan demikian saya bermaksud menghapuskan semua sutta lain yang juga tidak cocok untuk SEMUA orang. ... dan demikian seolah-olah saya lebih hebat daripada Sang Buddha yang mengajarkan sutta-sutta lain di luar Bahiya-sutta.

Itulah kesalahan Anda yang fatal dalam debat ini, yang terlihat oleh saya Anda lakukan berkali-kali. ... Anda memproyeksikan asumsi dan pendirian Anda sendiri kepada saya & MMD. ... Anda mengklaim bahwa vipassana versi Mahasi beserta seluruh sutta pendukungnya harus dianut oleh semua orang ... Lalu itu Anda proyeksikan kepada saya, seolah-olah saya mengklaim bahwa Bahiya-sutta saja yang harus dianut oleh semua orang, dan semua sutta yang lain harus dibuang. ...

Rekan Fabian, hentikanlah cara berpikir yang konyol itu. ... Semua orang yang kritis bisa melihatnya ... kalau tidak Anda hentikan, yang rugi Anda sendiri, bukan saya.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #628 on: 31 August 2008, 12:34:31 AM »
Haruskah kita mengecek suatu kebenaran berlandaskan Dhamma - Vinaya (kitab suci Tipitaka) atau berlandaskan pendapat seseorang seperti Bhikkhu Buddhadasa atau Stephen Bachelor atau siapapun?
bagaimana bila pandangan orang tersebut berbeda dengan Dhamma-Vinaya, yang manakah yang perlu kita ikuti? Apakah orang-orang itu lebih hebat daripada Bhikkhu-bhikkhu yang lampau?

perhatikan sutta berikut (saya kopi paste dari postingan teman-teman sendiri)

4.8. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”

coba anda baca dengan jelas jika pendapat seorang bhikkhu mengatakan sesuatu, apakah Sang Buddha mengatakan cocokkan dengan Dhamma-vinaya atau cocokkan dengan logika bhikkhu terkenal atau logika anda?

mari kita renungkan terima kasih

Sukhi Hotu.

fabian

Jawaban saya tidak copas dari thread sebelah:

4.8. ‘Seandanya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. [/b] Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”
(Mahaparinibbana Sutta)
saya agak tidak mengerti maksud dari kutipan sutta ini di sini, terlebih bagian yg di bold...
jika sdr. Semit ingin membahas isi sutta, silahkan dilanjutkan ke bagian Studi Sutra/Sutta
kemudian bagian yg saya bold merah kan...
Sutta atau disiplin
sutta di-sini saya yakini adalah dhamma kotbah2 Sang Buddha yg terjadi sekitar 2500 tahun yg lalu, bukan Sutta Pitaka. Sutta-Pitaka disusun setelah Sang Buddha parinibbana, jadi jelas itu bukan mengacu kepada Sutta Pitaka... apa terjemahannya seharusnya dhamma(kebenaran) & vinaya(aturan kedisplinan)? CMIIW
ini terjemahan bahasa inggrissnya:
Quote
"In such a case, bhikkhus, the declaration of such a bhikkhu is neither to be received with approval nor with scorn. Without approval and without scorn, but carefully studying the sentences word by word, one should trace them in the Discourses and verify them by the Discipline. If they are neither traceable in the Discourses nor verifiable by the Discipline, one must conclude thus: 'Certainly, this is not the Blessed One's utterance; this has been misunderstood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' In that way, bhikkhus, you should reject it. But if the sentences concerned are traceable in the Discourses and verifiable by the Discipline, then one must conclude thus: 'Certainly, this is the Blessed One's utterance; this has been well understood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' And in that way, bhikkhus, you may accept it on the first, second, third, or fourth reference. These, bhikkhus, are the four great references for you to preserve."
kata yg ditemukan hanyalah 'Dhamma and the Discipline' :)

Terjemahan Indonesia (dari Maurice O'Connell Walshe): "... Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin...."

Terjemahan Inggris (Thanissaro Bhikkhu): "... Without approval and without scorn, but carefully studying the sentences word by word, one should trace them in the Discourses and verify them by the Discipline. .."

Teks aslinya: "... Anabhinanditvaa appa.tikkositvaa taani padabya~njanaani saadhuna.m uggahetvaa sutte otaaretabbaani vinaye sandassetabbaani. ..."

Jadi, ternyata terjemahan Indonesia (dari M.O.Walshe) maupun terjemahan Inggris (Thanissaro Bhikkhu) di atas cocok dengan teks aslinya. (Kalau tidak cocok tentu sudah lama diprotes oleh pembaca yang teliti. :) )

*****

Jadi bagaimana kita harus menganalisis dan menafsirkan kejanggalan dalam Mahaparinibbana-sutta yang terlihat oleh Rekan Tesla di atas?

Bagian Mahaparinibbana-sutta yang dipermasalahkan ini mempunyai subjudul bernama "Cattari Maha-upadesa" (Empat Rujukan Besar, the Four Great References). Maksudnya, ada empat rujukan yang masing-masing mengklaim sebagai rujukan dari ajaran Sang Buddha, yaitu:
(1) bhikkhu yang mengaku mendengar sendiri dari mulut Sang Buddha;
(2) suatu komunitas bhikkhu dengan seorang ketua;
(3) beberapa Thera;
(4) seorang Thera.
Menghadapi keempat rujukan tersebut, kata-kata mereka harus dicek dulu, apakah sesuai atau tidak dengan "sutta" dan "vinaya". ... Demikianlah ditampilkan dalam Mahaparinibbana-sutta.

Nah, di sinilah kejelian Rekan Tesla: ia melihat kejanggalan dalam istilah "sutta" dan "vinaya" yang digunakan di sini. Saya pun melihat kejanggalan itu. ...

Dalam puluhan sutta, Sang Buddha selalu menamakan ajarannya sebagai "dhamma-vinaya", bukan "sutta" & "vinaya". Bahkan di paragraf ini pun istilah "dhamma-vinaya" muncul:
- "Inilah Dhamma, inilah Disiplin, inilah Ajaran Sang Guru" (Indonesia/dari M.O.Walshe)
- "This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation" (Thanissaro Bhikkhu)
- "Aya.m dhammo, aya.m vinayo, ida.m satthusaasanan'ti" (teks asli).

Jadi, di zaman Sang Buddha masih hidup, beliau selalu menamakan ajarannya 'dhamma-vinaya'. ... Kok, tiba-tiba di bagian Mahaparinibbana-sutta ini muncul istilah "sutta" dan "vinaya". ... Apa artinya itu?

Kita tahu, setelah Sang Buddha meninggal dunia, para bhikkhu berkumpul dalam Konsili I, lalu menyusun khotbah-khotbah Sang Buddha dan mengumpulkannya (menghafalkannya) dalam keranjang yang dinamakan "Sutta Pitaka", sedangkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kehidupan kebhikkhuan dikumpulkan/dihafalkan dalam keranjang yang dinamakan "Vinaya Pitaka". (Abhidhamma Pitaka baru muncul dalam Konsili III, tiga ratus tahun setelah Sang Buddha meninggal dunia.)

Menurut hemat saya, dari sinilah asal istilah 'sutta' dan 'vinaya' yang terlihat oleh Rekan Tesla itu. ... Dengan kata lain, kesimpulan saya: di sini telah terjadi ANAKRONISME (kerancuan berhubungan dengan waktu) ... Istilah 'sutta' & 'vinaya' telah menyusup masuk ke dalam Mahaparinibbana-sutta dan ditampilkan seolah-olah datang dari mulut Sang Buddha sendiri!

Para penghafal Mahaparinibbana-sutta menyisipkan, seolah-olah Sang Buddha mengatakan bahwa di kemudian hari semua klaim ajaran Buddha harus dicek keotentikannya berdasarkan "Sutta Pitaka" dan "Vinaya Pitaka". ... Jadi "Sutta Pitaka" & "Vinaya Pitaka" sudah diangkat menempati kedudukan MUTLAK, menggantikan kebenaran sesungguhnya dari 'dhamma-vinaya, ajaran Sang Guru'. ... Inilah klaim dari bhikkhu-bhikkhu Theravada yang menyusup masuk ke dalam Mahaparinibbana-sutta ...

Mungkin ini terjadi di zaman ketika agama Buddha di India pada waktu itu mulai terpecah menjadi Maha-sanghika (Mahayana) dan sekte-sekte Hinayana (yang di dalamnya terdapat Sthaviravada, cikal bakal Theravada), kira-kira dua ratus tahun setelah zaman Sang Buddha. ... Untuk menjamin survival sektenya, maka bhikkhu-bhikkhu Sthaviravada mengklaim Sutta Pitaka & Vinaya Pitaka sebagai satu-satunya kriteria bagi keabsahan ajaran Sang Buddha, dengan menampilkan klaim itu seolah-olah datang dari mulut Sang Buddha sendiri. ... Memang tidak ada maksud jelek di sini ... hanya keinginan untuk menjunjung tinggi dan memutlakkan sekte yang dianut sendiri.

Bahwa suatu kitab suci (apa pun) harus digunakan sebagai kriteria dari kebenaran, hal itu harus saya tolak sebagai datang dari mulut Sang Buddha! Ini sangat bertentangan dengan ajaran Sang Buddha tentang bagaimana kita menilai suatu ajaran yang benar, sebagaimana tercantum dalam Kalama-sutta ...

Ini salah satu contoh lagi bagaimana sisipan-sisipan yang tidak otentik telah masuk ke dalam Mahaparinibbana-sutta. Dulu saya pernah menyoroti apa yang ditampilkan dalam Mahaparinibbana-sutta seolah-olah sebagai "kata Sang Buddha", yakni bahwa hanya dalam ajaran Sang Buddha terdapat pembebasan, sedangkan dalam ajaran-ajaran lain tidak ada pembebasan.

Semua itu tidak mengherankan, mengingat Mahaparinibbana-sutta dari Digha Nikaya ini termasuk salah satu sutta yang relatif "muda", yang memperoleh bentuknya yang final jauh setelah Sang Buddha wafat.

Salam,
hudoyo

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #629 on: 31 August 2008, 12:36:19 AM »
 :o