Untuk seorang bhikkhu, sila yang dijalankan adalah 227 sila. Hal ini mirip dengan mata pelajaran standard di SMU, sedangkan dhutanga kalau diumpamakan lebih mirip dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti les piano, matematika kumon, melukis dll yang sifatnya untuk mengembangkan potensi diri yang ada dalam diri seseorang.
Setiap bagian dari dhutanga mempunyai tujuan untuk mengurangi suatu keterikatan seseorang yang berlebihan pada sesuatu hal. Biasanya dengan praktek sila standar akan kurang cepat dalam mengurangi keterikatan itu.
Contohnya, sebelumnya saya tidak menyadari bahwa saya ini orang yang gemar tidur (kemalasan berlebihan), maka oleh guru saya setelah mengetahui ini saya disarankan latihan dhutanga untuk tidur dengan tidak berbaring.
Di lain waktu ada seorang samanera yang sewaktu mendapat makanan, timbul keserakahan yang berlebihan. Beliau di tegur oleh guru saya dan dianjurkan untuk makan hanya sekali dalam sehari.
Jadi setiap orang mempunyai kadar keterikatan yang berbeda2 pada suatu hal, nah tujuan dhutanga adalah untuk mengatasi hal ini, agar nantinya kemajuan spritual yang dicapai bisa lebih cepat.